Anda di halaman 1dari 14

KEBUTUHAN GIZI PADA ANAK

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu : Dra. Isnaeni Praptanti, M.Pd

Disusun Oleh :

Nama : Yesenia Diaz Astagina Wijaya Kusuma

NIM : P1337420223022

Kelas : 1A (Reguler)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PURWOKERTO PROGRAM DIPLOMA 3

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Karena rahmat-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah dengan tema kesehatan dengan materi “Kebutuhan Gizi Pada
Anak”. Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia serta untuk mendapatkan
pengetahuan dan wawasan sekaligus pembelajaran bagi kita semua. Penulis mengucapkan
banyak terimakasih kepada pihak yang telah mendukung pembuatan makalah ini, sehingga
makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Terlepas dari semua itu, penulis menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya, penulis juga menyadari keterbatasan pengetahuan dan pemahaman tentang isi dari
materi ini untuk itu, dengan tangan terbuka penulis menerima segala kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi terciptanya makalah yang lebih
baik lagi ke depannya.

Purwokerto, 7 November 2023

Yesenia Diaz Astagina Wijaya Kusuma


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI................................................................................................................................... 3
BAB 1 ............................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................. 5
1.3 Tujuan.................................................................................................................................... 5
BAB 2 ............................................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 6
2.1 Kebutuhan Gizi Anak Usia Sekolah ..................................................................................... 6
2.2 Masalah Gizi Yang dialami Anak Usia Sekolah ................................................................... 7
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi status Gizi Pada Anak Usia Sekolah ............................ 9
2.4 Dampak Status Gizi Pada Anak Usia Sekolah .................................................................... 10
BAB 3 ........................................................................................................................................... 12
PENUTUP..................................................................................................................................... 12
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................... 12
3.2 Saran .................................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 14
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Usia anak sekolah merupakan investasi bangsa karena mereka adalah generasi penerus yang akan
menentukan kualitas bangsa di masa yang akan datang. Usia anak sekolah dapat digambarkan
sebagai bocah berumur 4-6 tahun sebagai usia pra-sekolah atau Taman Kanak-kanak (TK), dan
usia 6-12 tahun sebagai usia sekolah. Tumbuh kembang anak usia sekolah yang optimal antara
lain dipengaruhi oleh jumlah dan kualitas asupan zat gizi yang diberikan dalam makanannya.
Anak usia sekolah tumbuh dengan kecepatan genetis masing-masing, dengan perbedaan tinggi
badan yang sudah mulai tampak. Beberapa anak terlihat relatif lebih pendek atau lebih tinggi.
Anak pada usia sekolah 6-12 tahun melewati sebagian besar waktu hariannya di luar rumah,
seperti bermain dan olah raga. Waktu-waktu istirahat saat bermain dan olahraga, biasanya
digunakan untuk mengonsumsi makanan dalam rangka memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi
mereka.

Gizi merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan, pertumbuhan,
dan perkembangan anak. Gizi yang baik dapat membantu anak dalam mencegah dan mengatasi
berbagai penyakit, meningkatkan kesehatan otak, dan memperbaiki kualitas hidup. Sebaliknya,
gizi yang buruk dapat menyebabkan anak mengalami berbagai masalah, seperti stunting,
wasting, obesitas, anemia, infeksi, gangguan belajar, dan keterlambatan perkembangan.

Kekurangan gizi pada siswa di sekolah akan mengakibatkan anak menjadi lemah, cepat lelah dan
sakit- sakitan, sehingga anak menjadi sering absen serta meng- alami kesulitan untuk mengikuti
dan memahami pelajaran dengan baik. Banyak siswa yang terpaksa mengulang di kelas yang
sama atau bahkan meninggalkan sekolah (drop- out) sebagai dampak kurang gizi (WNPG, 1998).
Hal ini merupakan hambatan yang serius untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui
pendidikan.

Sampai saat ini, pembangunan sumber daya manusia di Indonesia masih menghadapi berbagai
masalah, khusus- nya dalam bidang pendidikan dan kesehatan. Permasalahan yang dihadapi
dalam pembangunan sumber daya manusia (SDM) di bidang pendidikan adalah angka putus:
sekolah. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2013, persentase anak putus
sekolah dasar sebesar 0,67% (Kemendikbud, 2016). Meskipun belum ada penelitian khusus,
diduga penyebab putus sekolah adalah rendahnya keadaan kesehatan dan gizi anak-anak serta
kemiskinan orangtua mereka, sehingga tenaga mereka lebih diperlukan untuk membantu mencari
nafkah. Oleh sebab itu, upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia harus dilakukan sejak
dini, secara sistematis dan berkesinambungan.
1.2 Rumusan Masalah

1) Apa saja gizi yang dibutuhkan anak pada usia sekolah?


2) Bagaimana status gizi pada anak usia sekolah?
3) Apa saja masalah gizi yang dialami pada anak usia sekolah?
4) Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi anak usia sekolah?
5) Bagaimana dampak status gizi pada anak usia sekolah?

1.3 Tujuan

1) Untuk mengetahui gizi-gizi yang dibutuhkan oleh anak


2) Untuk mengetahui status gizi pada anak usia sekolah
3) Untuk mengetahui masalah gizi apa saja yang dialami pada anak usia sekolah
4) Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi anak usia sekolah
5) Untuk mengetahui dampak status gizi pada anak usia sekolah
BAB 2

PEMBAHASAN
2.1 Kebutuhan Gizi Anak Usia Sekolah

Kebutuhan energi pada anak usia sekolah ditentukan oleh usia, metabolisme basal, dan aktivitas
(WNPG, 2004). Kebutuhan energi anak usia sekolah ditentukan berdasar- kan metabolisme
basal, kecepatan pertumbuhan, dan pe- ngeluaran energi. Energi dari konsumsi pangan harus
cukup untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan mencegah protein digunakan sebagai
sumber energi, tetapi tidak sampai terjadi pertambahan berat badan yang berlebihan. Untuk anak
usia 7-9 tahun, tanpa membeda- kan jenis kelamin, kebutuhan energinya adalah 1850 kkal. Anak
laki-laki berusia 10-12 tahun memerlukan energi sebesar 2100 kkal, dan anak perempuan berusia
10-12 tahun memerlukan energi sebesar 2000 kkal (Permenkes, 2013).

Kebutuhan protein total meningkat sejalan dengan umur, tetapi ketika berat badan anak juga
diperhitungkan, kebutuhan protein aktual menurun sedikit. Rekomendasi protein harus
mempertimbangkan kebutuhan untuk menjaga keseimbangan nitrogen, kualitas protein yang di-
konsumsi, dan jumlah protein tambahan dibutuhkan yang untuk pertumbuhan. Anak-anak
membutuhkan protein relatif lebih tinggi bila dikaitkan dengan berat badan daripada orang
dewasa. Kebutuhan yang tinggi untuk periode pertumbuhan yang cepat. Konsumsi protein yang
memadai merupakan hal yang penting yaitu harus mengandung semua jenis asam amino esensial
dalam jumlah yang cukup karena diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Angka
Kecukupan Protein (AKP) untuk anak-anak 7-9 tahun sebanyak 49 g/hari, sedangkan untuk anak
laki-laki dan perempuan untuk usia 10-12 tahun masing-masing sebesar 56 g/hari dan 60 g/hari.

Angka kecukupan zat besi untuk anak-anak 7-9 tahun sebanyak 10 mg/hari, sedangkan untuk
anak laki- laki dan perempuan untuk usia 10-12 tahun berturut- turut sebesar 13 dan 20 mg/hari.
Angka kecukupan vitamin A untuk anak-anak 7-9 tahun sebanyak 500 mg/hari, sedangkan untuk
anak laki-laki dan perempuan untuk usia 10-12 tahun 600 mg/hari. Angka kecukupan vitamin B1
(tiamin) untuk anak-anak 7-9 tahun sebanyak 0,9 mg/hari, sedangkan untuk anak laki-laki dan
perempuan untuk usia 10-12 tahun masing-masing sebesar 1,1 mg/hari dan 1,0 mg/hari. Angka
kecukupan vitamin C untuk anak-anak 7-9 tahun sebanyak 45 mg/ hari, sedangkan untuk anak
laki-laki dan perempuan untuk usia 10-12 tahun 50 mg/hari. Angka kecukupan kalsium untuk
anak-anak 7-9 tahun sebanyak 1000 mg/ hari, sedangkan untuk anak laki-laki dan perempuan
untuk usia 10-12 tahun 1200 mg/hari. Angka kecukupan fosfor untuk anak-anak 7-9 tahun
sebanyak 500 mg/hari, sedangkan untuk anak laki-laki dan perempuan untuk usia 10-12 tahun
1200 mg/hari. Angka kecukupan gizi untuk anak usia sekolah berdasarkan AKG 2013
(Permenkes, 2013).
Tabel Angka Kecukupan Gizi (AKG) anak usia sekolah (7-12 tahun)

Zat Gizi Usia 7-9 Usia 10-12 Tahun


Tahun Laki-laki Perempuan
Energi (kkal) 1850 2100 2000
Protein (g) 49 56 60
Vitamin A (mg) 500 600 600
Vitamin B1 (mg) 0,9 1,1 1,0
Vitamin B2 (mg) 1,0 1,3 1,2
Vitamin C (mg) 45 50 50
Vitamin D (mg) 15 15 15
Vitamin E (mg) 7 11 11

Besi (mg) 10 13 20

Kalsium (mg) 1000 1200 1200

Fosfor (mg) 500 1200 1200

2.2 Masalah Gizi Yang dialami Anak Usia Sekolah

Ada dua faktor yang memengaruhi pertumbuhan dan status gizi anak di negara-negara
berkembang, yaitu penyakit infeksi dan konsumsi makanan yang kurang memenuhi kebutuhan
gizi. Gangguan pertumbuhan dan perkem- bangan anak dalam jangka pendek akan memengaruhi
konsentrasi belajar dan prestasi belajar. Akibat jangka panjangnya adalah penurunan kualitas
sumber daya manusia (SDM). Keadaan gizi atau status gizi yang baik akan menimbulkan derajat
kesehatan yang optimal, dan akan membantu anak sekolah dalam meningkatkan kemampuan
daya pikir dan performa belajar. Status gizi didefinisikan sebagai suatu keadaan kesehatan tubuh
seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan dan penggunaan
zat gizi makanan (Gibson, 2005).

Anak-anak sekolah di negara berkembang umumnya menderita kelaparan jangka pendek,


kekurangan energi protein, dan kekurangan iodium, vitamin A, dan zat besi. Beberapa studi
menemukan bahwa status gizi dan kesehatan berpengaruh penting pada kapasitas belajar anak-
anak dan kinerja mereka di sekolah. Anak-anak usia sekolah yang kekurangan gizi tertentu
dalam makanan mereka, terutama besi dan iodium, atau yang menderita kekurangan energi-
protein, kelaparan, dan/atau infeksi parasit atau penyakit lain, tidak memiliki kapasitas yang
sama untuk belajar seperti anak-anak yang sehat dan gizinya baik (Cueto, 2008).

Masalah-masalah yang timbul pada kelompok usia sekolah antara lain berat badan rendah,
defisiensi zat besi (kurang darah), dan defisiensi vitamin E. Masalah ini timbul karena pada
umur-umur ini anak sangat aktif bermain dan banyak kegiatan baik di sekolah maupun di
lingkungan rumahnya. Selain itu, anak kelompok ini kadang-kadang nafsu makan mereka
menurun, sehingga konsumsi makanan tidak seimbang dengan energi yang dibutuhkan
(Notoatmodjo, 2007).

Gizi yang diperoleh seorang anak melalui konsumsi makanan setiap hari berperan besar untuk
kehidupan. anak tersebut. Gizi yang cukup memberikan peran yang penting selama masa sekolah
untuk menjamin bahwa anak-anak mendapatkan pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan
yang maksimal. Seorang anak yang meng- alami defisiensi zat gizi akan berakibat pada berbagai
as- pek fisik maupun mental. Masalah ini dapat ditanggulangi secara cepat, jangka pendek dan
jangka panjang, serta dapat dicegah oleh masyarakat sendiri sesuai dengan klasifikasi dampak
defisiensi zat gizi antara lain melalui pengaturan makan yang benar (Santoso, 2004). Survei yang
dilakukan di Indonesia pada tahun 1998 menunjukkan bahwa 70% anak di desa miskin me-
ngonsumsi makanan kurang dari 70% kebutuhan energi sehari mereka; 40% anak-anak anemia
dan kira-kira 50- 80% anak-anak terkena infeksi cacing (Studdert & Sockirman, 1998). Laporan
lain mengungkapkan bahwa anak sekolah di Indonesia yang menderita gizi kurang kronis sedang
(stunting) hanya berkurang 3,7% yaitu dari 39,8% tahun 1994 menjadi 36,1% pada tahun 1999.
Hal ini mengindikasikan bahwa hanya sedikit yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk
menyelesaikan masalah kekurangan gizi anak sekolah tersebut. Oleh karena itu, harus dilakukan
usaha pencegahan secara menyeluruh (komprehensif) yang dapat dilaksanakan sebagai upaya
untuk memecahkan masalah tersebut (Judhiastury, 2005).

Laporan analisis lanjut data Riskesdas 2010 menyatakan bahwa defisit energi populasi anak usia
sekolah (6-12 tahun) sebesar 294 Kkal/hari, sedangkan defisit untuk keperluan intervensi sebesar
558 Kkal/hari. Dan jika dilihat defisit protein untuk intervensi ditemukan sebesar 12,2 gram/hari
(Salimar, 2011).

Hasil review terhadap berbagai penelitian bidang gizi dan kesehatan di Indonesia menunjukkan
bahwa, pada anak-anak usia 4-12 tahun mengalami defisit asupan energi sebesar 35% dan defisit
asupan protein sebesar 20% dari Angka Kecukupan Gizi. Selain itu, 20% anak- anak memiliki
kebiasaan makan kurang dari 3 kali sehari dan 20% anak-anak berangkat ke sekolah tidak
sarapan (ACDP, 2013). Analisis data Riskesdas 2010 yang dilaku- kan terhadap konsumsi
pangan pada 35.000 anak usia sekolah dasar, menunjukkan bahwa 26,1% anak hanya sarapan
dengan minuman (air, teh dan susu) dan 44,6% anak yang sarapan hanya memperoleh asupan
energi kurang dari 15% AKG (Hardinsyah dkk, 2012).

Persentase kebiasaan tidak sarapan pada anak-anak bervariasi antara 17% terjadi di Jakarta
hingga 59% terjadi di Yogyakarta (Hardinsyah dan Aries, 2012). Sebesar 90,2% anak usia
sekolah mengonsumsi sarapan dengan mutu gizi yang rendah (Perdana dan Hardinsyah, 2013).
Beberapa alasan anak-anak sering meninggalkan sarapan adalah tidak sempat, malas atau tidak
disediakan oleh keluarga. Selain hal tersebut di atas, rendahnya pengetahu- an gizi dan kesehatan
menjadi salah satu penyebab rendah- nya kualitas konsumsi pangan khususnya pada anak
sekolah dasar. Sarapan sangat perlu diperhatikan untuk mencegah hipoglikemia dan agar anak
lebih mudah untuk menerima pelajaran. Anak-anak yang melewatkan sarapan lebih cenderung
mengonsumsi makanan di luar rumah dan mempunyai perilaku diet yang tidak sehat, yaitu
dengan mengonsumsi snack yang rendah zat gizi yang berpotensi memiliki efek buruk terhadap
peningkatan berat badan anak.

Laporan Riskesdas 2013 menunjukkan masih tinggi- nya persentase anak usia 5-12 tahun yang
kurus, pendek (stunting), gemuk dan anemia yaitu masing-masing 11,2%, 30,7%, 18,8% dan
26,4%. Meskipun persentase anak sekolah dasar yang pendek di Indonesia menurun dari 35,8%
(Riskesdas, 2010) menjadi 30,7% (Riskesdas, 2013), tetapi persentase tersebut masih tergolong
sangat tinggi dan merupakan masalah gizi masyarakat. Selanjut- nya, sebesar 89,3% penduduk di
atas usia 10 tahun tidak cukup makan sayur dan buah, dan hanya 47,2% yang melakukan cuci
tangan dengan benar sebelum makan (Riskesdas, 2013). Konsumsi buah dan sayur yang rendah
disebabkan pola sarapan dan pemberian snack yang tidak teratur.

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi status Gizi Pada Anak Usia Sekolah

Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi kurang terjadi bila
tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat- zat gizi esensial. Gangguan gizi disebabkan
oleh faktor primer atau sekunder. Faktor primer adalah bila susunan makanan seseorang salah
dalam kuantitas atau kualitas yang disebabkan oleh kurangnya penyediaan pangan, kurang
baiknya distribusi pangan, kemiskinan, ketidaktahuan, kebiasaan makan yang salah dan
sebagainya. Faktor sekunder meliputi semua faktor yang menyebabkan zat-zat gizi tidak sampai
di sel-sel tubuh setelah makanan dikonsumsi. Misalnya faktor-faktor yang menyebabkan
tergangguanya pencernaan, seperti gigi geligi yang tidak baik, kelainan struktur saluran cerna
dan kekurangan enzim.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keadaan Gizi meliputi:

1. Penghasilan orang tua

Penghasilan orang tua mempengaruhi kemampuan mereka untuk memenuhi kebutuhan


gizi anak. Anak yang berasal dari keluarga berpenghasilan rendah cenderung memiliki
risiko lebih tinggi mengalami gizi kurang atau gizi buruk.

2. Pengetahuan orang tua tentang gizi

Pengetahuan orang tua tentang gizi mempengaruhi pilihan dan kualitas makanan yang
diberikan kepada anak. Orang tua yang memiliki pengetahuan gizi yang baik cenderung
memberikan makanan yang seimbang dan bergizi kepada anak.

3. Pendidikan orang tua


Pendidikan orang tua berpengaruh terhadap pengetahuan dan kesadaran mereka tentang
pentingnya gizi bagi anak. Orang tua yang berpendidikan lebih tinggi cenderung lebih
peduli dan responsif terhadap kebutuhan gizi anak.

4. Pekerjaan orang tua

Pekerjaan orang tua berhubungan dengan penghasilan dan waktu yang mereka miliki
untuk mengurus anak. Orang tua yang bekerja di sektor formal cenderung memiliki
penghasilan lebih tinggi dan akses lebih mudah ke sumber daya gizi, tetapi juga memiliki
waktu lebih sedikit untuk menyiapkan dan memberikan makanan kepada anak.

5. Pola makan anak

Pola makan anak mencakup frekuensi, jumlah, dan jenis makanan yang dikonsumsi oleh
anak. Pola makan yang baik adalah pola makan yang sesuai dengan kebutuhan energi dan
zat gizi anak, serta bervariasi dan seimbang antara karbohidrat, protein, lemak, vitamin,
mineral, dan air.

6. Kebiasaan jajan anak

Kebiasaan jajan anak adalah perilaku anak dalam membeli dan mengonsumsi makanan
atau minuman di luar rumah, terutama di sekolah atau tempat bermain. Kebiasaan jajan
anak dapat mempengaruhi asupan gizi anak, tergantung pada jenis, jumlah, dan kualitas
makanan atau minuman yang dibeli dan dikonsumsi oleh anak.

7. Aktivitas fisik anak

Aktivitas fisik anak adalah gerak tubuh yang dilakukan oleh anak untuk melakukan
aktivitas sehari-hari, seperti bermain, belajar, atau olahraga. Aktivitas fisik anak dapat
mempengaruhi status gizi anak, karena aktivitas fisik membutuhkan energi dan zat gizi,
serta memengaruhi metabolisme tubuh

2.4 Dampak Status Gizi Pada Anak Usia Sekolah

Kekurangan gizi pada saat pertumbuhan, bisa berakibat berkurangnya jumlah sel – sel otak dari
jumlah yang normal. Kebutuhan zat gizi yang diperlukan anak sekolah selain untuk proses
kehidupan, juga diperlukan untuk proses pertumbuhan dan perkembangan kognitif anak, oleh
sebab itu anak memerlukan zat gizi makro meliputi karbohidrat, protein, lemak dan zat gizi
mikro meliputi vitamin dan mineral. Kebutuhan energy lebih besar karena mereka lebih banyak
melakukan aktivitas fisik (Herbold,2013). Aktifitas anak usia sekolah yang cukup tinggi dan
kebiasaan makan yang tidak teratur dan ditambah lagi tidak memperhatikan komponen gizi akan
memperberat kondisi kekurangan gizi pada anak usia sekolah. Anak sekolah dasar merupakan
sasaran strategi dalam perbaikan gizi masyarakat karena pada masa ini fungsi organ tubuh mulai
dari otak sudah berfungsi sempurna sehingga kecerdasannya berkembang dengan cepat. Untuk
menunjang perkembangan ini butuh asupan gizi yang sesuai kebutuhan.

Anak yang kekurangan gizi mudah mengantuk dan kurang bergairah yang dapat mengganggu
proses belajar disekolah dan menurunkan prestasi belajar, daya pikir anak juga berkurang karena
pertumbuhan otaknya tidak optimal. Kondisi fisik yang lemah akan berdampak pada gaya belajar
anak terutama pada anak usia sekolah. Prevalensi anak yang mengalami kesulitan belajar di
Amerika diperkirakan 5% dari anak usia sekolah, pada kenyataannya diperkirakan lebih dari
20% anak usia sekolah mengalami tantangan dalam belajar (Sidiarto,2007).
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Gizi yang baik pada anak sekolah merupakan investasi suatu bangsa, karena di tangan
generasi muda bangsa dapat melanjutkan pembangunan yang berkesinambungan. Kekurangan
gizi pada siswa di sekolah akan mengakibatkan anak menjadi lemah, cepat lelah dan sakit-
sakitan, sehingga anak menjadi sering absen serta mengalami kesulitan untuk mengikuti dan
memahami pelajaran dengan baik. Untuk mencapai status gizi yang baik pada anak sekolah
diperlukan perilaku makan yang baik sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu gizi modern. Perilaku
makan yang baik tersebut didapat melalui pendidikan di rumah tangga atau keluarga dan di
lingkungan sekolah. Berdasarkan informasi yang telah diuraikan sebelumnya, dapat disimpulkan
beberapa poin penting tentang kebutuhan gizi anak usia sekolah: Protein, karbohidrat, lemak,
vitamin, dan mineral adalah komponen penting dalam diet anak usia sekolah untuk mendukung
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Anak-anak usia sekolah membutuhkan asupan
energi yang cukup sesuai dengan tingkat aktivitas fisik mereka.Kalsium, vitamin D, dan fosfor
penting untuk perkembangan tulang dan gigi yang sehat. Asupan serat yang cukup dan konsumsi
buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian harus ditingkatkan untuk mendukung sistem pencernaan
dan meminimalkan risiko masalah kesehatan seperti obesitas. Anak-anak usia sekolah harus
mendapatkan cukup asupan zat besi dan vitamin C untuk mencegah anemia.Konsumsi gula
tambahan dan makanan cepat saji harus dibatasi untuk menghindari risiko penyakit terkait gula
dan masalah kesehatan lainnya.

3.2 Saran

Berikan variasi makanan yang seimbang: Pastikan anak mendapatkan beragam makanan
dari berbagai kelompok makanan, termasuk buah-buahan, sayuran, protein hewani dan nabati,
sumber karbohidrat sehat, serta produk susu.Pastikan porsi makanan sesuai dengan kebutuhan
energi dan aktivitas fisik anak. Jangan terlalu banyak atau terlalu sedikit. Sarapan adalah
makanan terpenting dalam sehari. Pastikan anak sarapan dengan makanan yang mengandung
karbohidrat, protein, serat, dan vitamin. Hindari memberikan anak makanan olahan yang tinggi
gula, garam, dan lemak trans. Batasi juga konsumsi makanan cepat saji. Berikan anak air putih
sebagai pilihan utama, dan batasi minuman bersoda atau minuman manis lainnya. Libatkan anak
dalam proses memilih makanan dan ajarkan mereka tentang manfaat makanan sehat. Perhatikan
pertumbuhan anak secara teratur dan konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi jika ada
kekhawatiran tentang pola makan atau pertumbuhan anak.Orang tua dan pengasuh memiliki
peran penting dalam membentuk kebiasaan makan anak. Jadilah contoh yang baik dalam
memilih makanan sehat dan gaya hidup aktif. Dengan memberikan perhatian khusus pada
kebutuhan gizi anak usia sekolah dan mengikuti saran-saran di atas, kita dapat membantu anak-
anak tumbuh dengan sehat, memiliki energi yang cukup untuk aktivitas mereka, dan menghindari
masalah kesehatan terkait gizi.
DAFTAR PUSTAKA

Rahayu Candra Pertiwi Dwi , Ivon Diah Wittiarika , Atika , Wahyul Anis. (2020). FAKTOR
YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK PRA-SEKOLAH.
Universitas Airlangga

Arif Wicaksana Dhiki, Rahmah Hida Nurrizka. (2018). Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Status Gizi pada Anak Usia Sekolah di SDN Bedahan 02 Cibinong
Kabupaten Bogor. Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta

Prof. Dr. Hardinsyah, MS, I Dewa Nyoman Supariasa, MPS (Pakar Gizi Indonesia). 2017. Ilmu
Gizi Teori & Aplikasi. EGC.

Susilowati Erna, Hengky Irawan. Pengaruh Status Gizi Terhadap Gaya Belajar Anak Usia
Sekolah. AKPER Dharma Husada Kediri.

Rirnani Hayda, Tiurma Sinaga. 2017. Pengaruh Pendidikan Gizi Terhadap Pengetahuan,
Praktik Gizi Seimbang dan Status Gizi pada Anak Sekolah Dasar.

Anda mungkin juga menyukai