Di ajukan untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah ilmu gizi dan pangan
DOSEN PENGAMPU :
Ir. Hj. Sri Mulyati, M.M.
DISUSUN OLEH :
Jujun (4441180091)
Susianti (4441180028)
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari mata kuliah ilmu gizi dan pangan “Kekurangan gizi
di Kabupaten Pandeglang”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada Dosen
ilmu gizi dan pangan kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................. 5
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................ 6
2.1 Pengertian Gizi Kurang ......................................................................................................... 6
2.2 Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Kekurangan Gizi di Kabupaten Pandeglang ............... 7
2.3 Dampak yang Ditimbulkan Akibat Gizi Kurang di Kabupaten Pandeglang ........................ 9
2.4 Perbandingan Masalah Kekurangan Gizi di Kab.Pandeglang dengan Kota. Serang .......... 10
2.5 Cara Mencegah dan Menanggulangi Masalah Gizi Kurang di Kabupaten Pandeglang ..... 11
BAB III PENUTUP ...................................................................................................................... 13
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................... 13
3.2 Saran .................................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 15
BAB I PENDAHULUAN
Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Usia 0-24 bulan merupakan
masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, yang sering diistilahkan sebagai periode
emas. Tahapan periode emas dimulai sejak di dalam kandungan ketika kehamilan memasuki
trimester ke-3 hingga usia 2 tahun. Pada usia 6 bulan, perkembangan otak anak mencapai 50%
melonjak hingga 80% saat berumur 2 tahun. Pada umur 5 tahun perkembangan otak mencapai
90% dan ketika umur 10 tahun mencapai 100%. Periode emas dapat diwujudkan apabila pada
masa ini bayi dan anak memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang optimal.
Daya dukung wilayah Provinsi Banten dalam menyediakan pangan bagi penduduknya
pada tahun 2017 adalah sebesar 104,3% dari AKE atau setara dengan 2.502 kkal/kapita/hari.
Adapun ketersediaan protein sebesar 88,1 g/kap/hari (139,8% AKP). Kualitas (keanekaragaman)
pangan yang dapat disediakan secara mandiri oleh Provinsi Banten yaitu sebesar 64,7 dari skor
maksimal 100. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa penyediaan pangan di Provinsi
Banten sudah mandiri dalam arit Provinsi sudah mampu menyediakan kebutuhan pangan
penduduknya. Namun, dilihat dari skor PPH menunjukkan bahwa jenis bahan pangan yang dapat
disediakan oleh Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola
Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017. Dinas Ketahanan Pangan
Provinsi Banten ii Provinsi Banten masih belum beragam sesuai dengan norma standar untuk
hidup sehat. Oleh karena itu, selain bertumpu pada produksi sendiri ketersediaan pangan Provinsi
Banten masih harus ditopang oleh pasokan dari daerah lain (impor). Sehingga situasi ketersedian
pangan Provinsi Banten tahun 2017 disusun juga dengan menggunakan data ekspor-impor
pangan menggunakan pendekatan data estimasi.
Keadaan kurang zat gizi tingkat sedang yang disebabkan oleh rendahnya asupan energi
dan protein dalam waktu cukup lama yang ditandai dengan berat badan menurut umur (BB/U)
yang berada pada <-2 SD sampai >-3SD tabel baku WHO-NCHS .Gizi kurang adalah gangguan
kesehatan akibat kekurangan atau ketidakseimbangan zat gizi yang diperlukan untuk
pertumbuhan, aktivitas berfikir dan semua hal yang berhubungan dengan kehidupan. Kekurangan
zat gizi bersifat ringan sampai dengan berat. Gizi kurang menggambarkan kurangnya makanan
yang dibutuhkan untuk memenuhi standar gizi.
Gizi merupakan bagian dari proses kehidupan dan proses tumbuh kembang seseorang,
sehingga pemenuhan kebutuhan gizi secara adekuat turut menentukan kualitas tumbuh kembang
sebagai sumber manusia di masa datang, (Soetjiningsih 2002). Gizi adalah suatu proses
organisme mengunakan makanan yang di konsumsi secara normal melalui proses digesti,
absorpsi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat gizi yang tidak di gunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ serta
menghasilkan energi, (Cipto Mangunkusumo 1992). Gizi kurang adalah gangguan kesehatan
akibat kekurangan atau ketidakseimbangan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan,
aktivitas berfikir dan semua hal yang berhubungan dengan kehidupan. Kekurangan zat gizi
adaptif bersifat ringan sampai dengan berat. Gizi kurang banyak terjadi pada anak usia kurang
dari 5 tahun.Gizi buruk adalah kondisi gizi kurang hingga tingkat yang berat dan di sebabkan
oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu
yang cukup lama, (Khaidirmuhaj, 2009).
Gizi kurang dapat terjadi karena seseorang mengalami kekurangan salah satu zat gizi atau
di dalam tubuh (Almatsier, 2005). Gizi kurang juga berarti, suatu kondisi yang terjadi
ketika seseorang mengalamikekurangan nutrisi penting tertentu, gagal untuk memenuhi tuntutan
tubuh yang menyebabkan efek pada pertumbuhan, kesehatan fisik, suasana hati, perilaku dan
fungsi-fungsi lain dari tubuh. Dengan demikian menjadi kekurangan gizi tidak selalu berarti
bahwa orang kekurangan berat badan.
Masalah gizi kurang ini banyak dialami anak-anak sejak masih dalam
kandungan dan fatalnya, masalah tersebut kadang sangat sulit diatasi bahkan, tidak dapat
diperbaiki ketika anak menjelang dewasa. Golongan masyarakat yang rentan terhadap
gizi kurang adalah balita, ibu hamil dan menyusui. Secara umum masalah kekurangan energi-
protein (KEP) disebabkan beberapa faktor.Yang paling dominan adalah tanggung jawab negara
terhadap rakyatnya karena bagaimanapun KEP tidak akan terjadi bila kesejahteraan rakyat
terpenuhi.
1. Pola makan atau asupan gizi yang kurang dan pola hidup masyarakat.
Pola makanan masyarakat di Kabupaten Pandeglang yang masih belum yang
masih belum beragam karena ketergantungan dengan nasi dan terigu. Jika pola makanan
masyarakat Kab. Pandeglang hanya dengan nasi dan ikan asin saja akan berdampak pada
nilai gizi yang tidak tercukupi. Alhasil masih banyak anak penderita stunting
3. Faktor pendidikan
Kurang adanya pengetahuan tentang pentingnya gizi dikalangan masyarakat yang
pendidikannya relatif rendah seperti, pengetahuan orang tua tentang pentingnya asupan
makanan yang cukup nutrisi.
4. Faktor ekonomi dan kepadatan penduduk
Kemiskinan keluarga dan penghasilan yang rendah yang tidak dapat
memenuhi kebutuhan berakibat pada keseimbangan nutrisi anak tidak terpenuhi. Rendahnya
pendapatan masyarakat dan laju pertambahan penduduk yang tidak diimbangi dengan
bertambahnya ketersediaan bahan pangan akan menyebabkan krisis pangan. Ini
punbisa menjadi penyebab terjadinya gizi kurang.
6. Sanitasi lingkungan
Berupa perilaku ibu atau pengasuh lain dalam hal memberikan makan, merawat,
kebersihan memberi kasih sayang dan sebagainya. Kesemuanya berhubungan dengan
kesehatan ibu (fisik dan mental), status gizi, pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, adat
kebiasaan dan sebagainya dari si ibu dan pengasuh lainnya.
8. Bencana alam, perang, kebijaksanaan politik maupun ekonomi yang memberatkan rakyat.
Banjir, tanah longsor, tsunami, letusan gunung berapi dan bencana alam lain akan
menghambat pemenuhan gizi di Indonesia. Bencana alam berpotensi menghalang proses
distribusi bahan makanan sehingga bahan pangan yang ada tidak terdistribusi dengan baik.
Gizi kurang menurunkan daya tahan tubuh terhadap infeksi, menyebabkann banyak
penyakit kronis, dan menyebabkan orang tidak mungkin melakukan kerja keras. Seseorang
kekurangan zat gizi akan mudah terserang penyakit,dan pertumbuhan akan terganggu (Supariasa
dkk,2002). Bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan menimbulkan masalah, baik
pada ibu maupun janin. Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi
pada ibu antara lain: anemia, pendarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal, dan
terkena penyakit infeksi.
Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit
dan lama, persalinan sebelum waktunya (premature), pendarahan setelah persalinan, serta
persalinan dengan operasi cenderung meningkat. Kekurangan gizi pada ibu hamil juga dapat
mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir
mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam
kandungan), lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Ibu hamil yang
juga menderitaKurang Energi Protein akan berpengaruh pada gangguan fisik, mental dan
kecerdasan anak, dan juga meningkatkan resiko bayi yang dilahirkan kurang zat besi. Bayi yang
kurang zat besi dapat berdampak pada gangguan pertumbuhan sel-sel otak, yang dikemudian hari
dapat mengurangi IQ anak. Secara umum gizi kurang pada bayi, balita dan ibu hamil dapat
menciptakan generasi yang secara fisik dan mental lemah.
Secara umum dampak gizi kurang antara lain, pertumbuhan anak menjadi terganggu,
produksi tenaga (energi) kurang sehingga mempengaruhi aktivitas, pertahanan tubuh menurun
dan terganggunya fungsi otak sehingga, dapat menciptakan generasi dan SDM yang kurang
berkualitas.
Di kabupaten Pandeglang masalah kekurangan gizi ini melanda enam kecamatan yaitu,
desa keroncong, desa Saketi, desa Banjar, desa Sindangresmi, desa Cipeucang, dan desa
Kaduhejo. Dari catatan Dinas Kesehatan ( Dinkes), Kabupaten Pandeglang, pada tahun 2017
sekitar 46ribu balita mengalami stunting. Sedangkan pada tahun 2018, sebanyak 136 balita
terindiksi stuntimg. Hal ini membuat Kementrian Kesehatan (kemenkes) menetapkan enam
kecamatan tersebut di Kabupaten Pandeglang sebagai lokus permasalahan stunting aatau
masalah gizi kronis yang disebabkan kurangnya asupan gizi dalam waktu lama.
Dinas Kesehatan Banten menyatakan sebanyak 60. 893 balita di Banten mengalami
gangguan masalah gizi dan sebanyak 7.213 balita diantaranya mengalami gizi buruk dan 53.680
balita lainnya kekurangan gizi. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Banten, di
Kabupaten Tangerang jumlah balita gizi buruk sebanyak 1.568 balita, Kabupaten Serang 1. 557
balita, Kota Tangerang ada 1. 273 balita mengalami gizi buruk ,Kabupaten Pandeglang 1.052
balita dan 62 balita di Kota Serang mengalami gizi buruk.
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa di kota serang tingkat kekurangan gizi lebih rendah
dibandingkan dengan kabupaten/ kota serang yang ada di provinsi Banten. Jika melihat dari data
tersebut juga kabupaten Pandeglang menempati urutan ke 3 tingkat kekurangan gizi teratas yang
mana hal ini kota serang dapat dikatakan lebih baik dalam masalah gizi masyarakatnya.
Pemerintah di kota serang sendiri sudah berupaya untuk menekan angka kekurangan gizi,
menurut Penjabat (Pj) Wali Kota Serang Ade Ariyanto di rapat koordinasi penanganan masalah
gizi di Jl Ahmad Yani, Banten, Rabu (14/11/2018), Beliau mengatakan, masalah penanganan gizi
buruk di daerahnya selama ini tidak menyentuh akar permasalahan. Meski ada program
pemberian asupan bagi balita masalah gizi, akar masalah menurutnya justru ada di perilaku hidup
sehat warga. Karena, daerah dengan masalah sosial paling banyak seperti di Kasemen, warga
masih berperilaku tidak sehat. Mulai dari sanitasi, penggunaan air sungai untuk konsumsi,
sampai masalah rumah tidak layak huni.
Beliau ingin masyrakat berperilaku layaknya masyarakat kota. Ini bukan di desa lagi, ke depan
masyarakat sadar bahwa lingkungan nyaman, sanitasi jelas, air bersih kita support itu indikatator
masyarakat kota dan yang terpenting bagaimana menyadarakan masyaraka, mngubah mindset
peduli lingkungan sekitar.
2.5 Cara Mencegah dan Menanggulangi Masalah Gizi Kurang di Kabupaten Pandeglang
Beberapa cara untuk mencegah terjadinya gizi kurang antara lain, sebagai berikut :
1. Membiasakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan memperhatikan pola makan
yang teratur dengan gizi seimbang.
2. Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami
hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal. Dengan kondisi
kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan
gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih
sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya.
3. Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan. Setelah
itu, anak mulai dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai pendamping ASI yang sesuai
dengan tingkatan umur.
4. Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program posyandu untuk
mengetahui apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar pada KMS. Sehingga, jika tidak
sesuai atau ditemukan adanya gejala gizi kurang maka hal tersebut dapat segera diatasi.
5. Meningkatkan pengetahuan masyarakat terutama orang tua tentang gizi melalui penyuluhan
kepada masyarakat luas terutama di daerah pedesaan dan di daerah terpencil. Sebab, menurut
Samuel,dibutuhkan peningkatan pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya pemberian
makanan bergizi yang seimbang sejak bayi dan komposisi makanan seperti apa yang dibutuhkan
oleh anak mereka. Memberikan makanan yang tepat dan seimbang kepada anak yang terdiri dari
karbohidrat, protein, lemak, mineral dan vitamin. Lemak minimal diberikan 10 % dari total
kalori yang dibutuhkan, sementara protein diberikan 12 % dari total kalori. Sisanya adalah
karbohidrat. “Kuantitas makanan yang dikonsumsi harus disesuaikan dengan kebutuhan anak,
karena masing-masing anak memiliki kebutuhan gizi yang berbeda tergantung usia, gender dan
aktivitas.”
6. Diperlukan peranan baik dari keluarga, praktisi kesehatan, maupun pemerintah. Pemerintah
harus meningkatkan kualitas posyandu dan pelayanan kesehatan lainnya, jangan hanya sekedar
untuk penimbangan dan vaksinasi, tapi harus diperbaiki dalam hal penyuluhan gizi dan kualitas
pemberian makanan tambahan, sertameningkatkan kesejahteraan rakyat agar akses pangan tidak
terganggu.
3.1 Kesimpulan
Masalah kekurangan gizi di Kabupaten Pandeglang dinilai masih tinggi hal ini
berdasarkan data Dinas Kesehatan ( Dinkes), Kabupaten Pandeglang, pada tahun 2017 sekitar
46ribu balita mengalami stunting. Sedangkan pada tahun 2018, sebanyak 136 balita terindiksi
stunting. Hal ini disebabkan kerena pola makan atau asupan gizi yang kurang dan pola hidup
masyarakat, Kemiskinan, factor social dan budaya, factor pendidikan, factor ekonomi dan
kepadatan penduduk, factor sanitasi lingkungan, pola pengasuhan anak dan factor pelayanan
kesehatan yang kurang memadai.
3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan dapat disarankan kepada pihak Dinas Kesehatan yang ada
dilapangan, baik puskesmas dan posyandu untuk lebih meningkatkan penyuluhan tentang
pengaturan gizi/makanan.
Pada konsumsi pangan sehari-hari, hendaknya beragam dengan memperhatikan nilai
kandungan gizi produk pangan dan juga membiasakan pola hidup yang sehat dan bersih. Berikut
acuan label gizi produk pangan yang harus dipenuhi masyarakat menurut keputusan Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI)
https://indopos.co.id/read/2018/03/20/131775/dinkes-banten-berkomitmen-tangani-1004-
penderita-gizi-buruk
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://m.detik.com/news/foto-
news/d-4212832/mencegah-gizi-buruk-di-kaduhejo-
pandeglang&ved=2ahUKEwin86bAq4niAhVHWX0KHeCfAeQQFjAAegQIAhAB&usg=AOv
Vaw3TdZGVMQesRYHUEGCPA-lT&cshid=1557229414052
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://m.liputan6.com/amp/3644563
/foto-melihat-kondisi-anak-anak-kurang-gizi-di-
pandeglang&ved=2ahUKEwin86bAq4niAhVHWX0KHeCfAeQQFjABegQIBBAB&usg=AOv
Vaw20sxP207ptNC4pkm33Erew&cf=1&cshid=1557229414052
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.bantennews.co.id/maka
nan-belum-beragam-warga-pandeglang-dinilai-masih-kurang-
gizi/amp/&ved=2ahUKEwin86bAq4niAhVHWX0KHeCfAeQQFjACegQIBhAB&usg=AOvVa
w1mZTS-bgIvLDC5s2xYlt2P&cf=1&cshid=1557229414052