Anda di halaman 1dari 55

MAKALAH GIZI DAN DIET

“Kebutuhan Nutrisi Dewasa Dan Lansia ”


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Gizi dan Diet TA 2023/2024

Dosen Pengampu :
Herwati, S. Kep, SKM.M.Biomed

Disusun Oleh Kelompok 1 TINGKAT 1A :


Afifah Bakri (233311295) Fatia Luthfiyyah Shafa (233311305)
Alba Farrah Putri U (233311296) Fitri Sakinah Siregar (233311306)
Anisa Rahmah Dia (233311297) Fitri Zahra Ramadani (233311307)
Aulina Putri Aprial (233311298) Gebiola Yumita (233311308)
Azhura Khairani (233311299) Jenifa Kamela Safara (233311309)
Chairani (233311300) Latifah (233311310)
Cindy Mahesa Rahma (233311301) Luthfia Dira Hafdzila (233311311)
Corry Amalia (233311302) Malika Aksina AM. (233311312)
Cyinthia Faradina (233311303) Melani Putri Yosani (233311313)
Dimasz Putra Onasis (233311304) Mitha Novrizal (233311314)

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES RI NEGERI PADANG
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Kebutuhan Nutrisi Dewasa Dan Lansia” ini tepat pada waktunya. Shalawat dan salam
penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah menuntun kepada jalan
kemuliaan.

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
gizi dan diet, Ibu Herwati, S. Kep, SKM.M.Biomed, dan mengetahui serta menambah
wawasan tentang kebutuhan nutrisi untuk usia sekolah. Terselesaikannya makalah ini tentu
tidak lepas dari dukungan serta bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada dosen pengajar mata kuliah gizi dan diet, serta semua
pihak yang telah mendukung dalam penyelesaian makalah ini.

Penulis mengharap segala kritik dan saran yang membangun dan dapat menjadikan
makalah ini jauh lebih baik lagi. Penulis mohon maaf atas kesalahan maupun kekurangan
dalam penyusunan makalah ini. Akhirnya, penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat dan
memberikan motivasi bagi para pembacanya, khususnya bagi penulis dan bagi para generasi
muda yang akan datang.

Padang, 21 Februari 2024

Pemakalah Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................ii
DAFTAR ISI ...............................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 4
1.3 Tujuan .............................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................ 6
2.1 Konsep Kebutuhan Nutrisi Dewasa dan Lansia ............................................ 6
2.2 Batasan Usia Dewasa dan Lansia ................................................................. 12
2.3 Tujuan Pemberian Nutrisi untuk Dewasa .................................................... 13
2.4 Kebutuhan Energi dan Zat Gizi .................................................................... 16
2.4.1 Perhitungan BB ideal .......................................................................... 16
2.4.2 Perhitungan Kebutuhan Energi .......................................................... 21
2.5 Contoh Pemberian Makanan yang baik untuk Gizi dan Nutrisi pada
dewasa dan lansia ............................................................................................... 27
2.6 Gangguan Kekurangan Gizi pada Dewasa dan Lansia serta cara
pencegahannya ..................................................................................................... 41
BAB III PENUTUP............................................................................................. 52
3.1 Kesimpulan.............................................................................................. 52
3.2 Saran........................................................................................................ 52
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemenuhan kebutuhan nutrisi merupakan aspek krusial dalam menjaga kesehatan dan
kualitas hidup individu, terutama pada fase dewasa dan lansia. Pada tahap ini, tubuh
mengalami perubahan fisiologis dan metabolisme yang memerlukan asupan nutrisi yang tepat
agar tetap sehat dan aktif. Dengan meningkatnya harapan hidup di berbagai negara, terjadi
pula pergeseran demografis yang mengakibatkan peningkatan jumlah populasi lansia. Oleh
karena itu, pemahaman akan kebutuhan nutrisi yang tepat bagi dewasa dan lansia menjadi
semakin penting dalam upaya menjaga kesehatan dan meningkatkan kualitas hidup mereka.
Dewasa dan lansia memiliki kebutuhan nutrisi yang berbeda dibandingkan dengan fase-
fase sebelumnya dalam siklus kehidupan. Faktor seperti penurunan metabolisme, penurunan
massa otot, peningkatan risiko penyakit kronis, dan perubahan fungsi organ-organ tubuh
menjadi pertimbangan utama dalam menentukan pola makan yang sesuai. Selain itu,
perubahan gaya hidup, seperti penurunan aktivitas fisik dan perubahan preferensi makanan,
juga dapat memengaruhi asupan nutrisi.
Dalam konteks ini, pemahaman mendalam tentang kebutuhan nutrisi yang tepat bagi
dewasa dan lansia menjadi kunci dalam upaya pencegahan penyakit, menjaga kualitas hidup,
serta meningkatkan harapan hidup secara keseluruhan. Oleh karena itu, penyusunan makalah
ini bertujuan untuk menggali lebih dalam tentang kebutuhan nutrisi bagi dewasa dan lansia,
termasuk faktor-faktor yang memengaruhinya serta strategi pemenuhan yang efektif guna
mencapai tujuan kesehatan dan kesejahteraan mereka.
Dengan adanya pemahaman yang lebih baik tentang kebutuhan nutrisi bagi dewasa dan
lansia, diharapkan dapat ditemukan solusi-solusi praktis yang dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari untuk meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup mereka. Hal ini
menjadi langkah penting dalam mendukung terciptanya masyarakat yang sehat, aktif, dan
sejahtera di masa dewasa dan lansia.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada, maka rumusan masalah yang dapat dijabarkan
adalah :
1. Apa yang dimkasud dengan kebutuhan nutrisi pada dewasa dan lansia?
2. Bagaimana batasan usia dewasa dan lansia?
3. Apa saja kebutuhan nutrisi pada dewasa dan lansia?

4
4. Apa kebutuhan energi dan zat gizi pada dewasa dan lansia?
5. Bagaimana contoh pemberian makanan yang baik untuk gizi dan nutrisi pada dewasa
dan lansia
6. Apa saja gangguang kekurangan gizi pada dewasa dan lansia, dan bagaimana
pencegahannya?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah gizi dan diet materi kebutuhan gizi pada dewasa
dan lansia.
2. Untuk mengetahui apa saja materi mengenai kebuthan gizi pada dewasa dan lansia

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Kebutuhan Nutrisi Dewasa dan Lansia
a. Dewasa
Usia menentukan kecepatan membentuk sel-sel dalam tubuh. Semakin tua usia
seseorang, kecepatan tubuh dalam membentuk sel-sel tidak dapat mengimbangi kecepatan
degradasi. Akibatnya, tubuh seseorang akan kehilangan jaringan dan fungsi organ secara
bertahap. Proses ini akan terus-menerus berlangsung hingga diakhiri kematian, lahir,
tumbuh, dewasa, tua dan lanjut usia, merupakan proses aging yang normal dan alamiah.
Mengenai urutan perubahan pada sel dan fungsi organ pada setiap orang berbeda dan
variatif. Perubahan itu ada di sepanjang tahun dengan kecepatan yang bervariasi pada
setiap orang.
Proses perubahan manusia akan senantiasi terjadi, dari bayi hingga dewasa, kemudian
tua dan beranjak ke usia lanjut. Berbeda dengan masa anak dan remaja yang berkembang
secara cepat, pada masa dewasa, pertumbuhan pada manusia telah melambat atau bahkan
berhenti sama sekali. Oleh karena itu zat-zat gizi tetap dibutuhkan untuk mendukung
fungsi-fungsi dasarnya yaitu menyediakan energi, mengatur reaksi-reaksi dalam tubuh
dan menyumbang struktur. Semua jaringan dalam tubuh orang dewasa selalu dinamis,
bahkan yang telah tumbuh sempurna dan nampaknya mempunyai struktur yang tetap,
misalnya tulang. Terjadi perubahan-perubahan yang teratur dari komponen-komponen di
dalam jaringan dan perubahan biokimia di sekeliling jaringan.
Usia dewasa merupakan usia produktif yang membutuhkan zat gizi optimal untuk
kehidupan dan aktivitas. Secara biologis, usia dewasa merupakan usia dengan pencapaian
kematangan tubuh secara optimal dan kesiapan untuk bereproduksi. Secara psikologis,
usia dewasa merupakan usia dengan periode kedewasaan dan kematangan yang ditandai
dengan kestabilan emosi, bersikap toleran, optimis dan kesadaran realitas yang tinggi.
Usia dewasa menurut Hurlock (1993), usia dewasa dimulai pada umur 18 – 40 tahun, saat
terjadi perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya
kemampuan reproduksi. Usia dewasa dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu dewasa muda :
19-29 tahun, dewasa pertengahan : 30-49 tahun, dewasa tua : 50-64 tahun.Usia lebih dari
64 tahun termasuk kategori lanjut usia (lansia). Dewasa awal ditandai dengan masa usia
yang produktif, komitmen, perubahan nilai, penyesuaian diri dengan cara hidup, dan
kreatif. Dewasa menengah ditandai dengan masa pencapaian dalam hidup, berprestasi,

6
dan masa transisi. Sedangkan dewasa akhir ditandai dengan penurunan kondisi fisik dan
masalah kesehatan.
Pada orang dewasa, di mana pertumbuhan sudah tidak terjadi, kebutuhan akan zat-zat
gizi tergantung pada aktivitas fisiknya. Umumnya, laki-laki lebih memerlukan energi
karena secara fisik lebih banyak bergerak daripada wanita. Selain itu, semakin tinggi dan
semakin berat badan seseorang, maka kebutuhan energinya juga perlu ditambahkan.
Secara lebih rinci, kecukupan gizi yang dianjurkan untuk orang dewasa per hari yaitu
Energi (kkal) perempuan umur 20-45 tahun memerlukan sekitar 2.200 Kkal, sedangkan
untuk protein perempuan umur 20-45 tahun adalah sebanyak 60 gram (Putra, 2013).
Energi diperoleh dari karbohidrat, lemak dan protein yang berada di makanan. Kandungan
karbohidrat, lemak, dan protein suatu bahan makanan menentukan nilai energinya
(Almatsier, 2010).
Peranan gizi pada usia dewasa adalah untuk pencegahan penyakit dan meningkatkan
kualitas hidup yang lebih sehat. Makanan merupakan salah satu kesenangan dalam
kehidupan, pemilihan makanan secara bijak di masa usia ini dapat menunjang
kemampuan seseorang dalam menjaga kesehatan fisik, emosional, mental dan mencegah
penyakit. Tujuan utama kesehatan dan gizi usia dewasa adalah meningkatkan kesehatan
secara menyeluruh, mencegah penyakit dan memperlambat proses menua (Pritasari dkk,
2017).
 Faktor yang mempengaruhi Kebutuhan Gizi Usia Dewasa
Mengacu pada Dimonsthenopoulus, Kontogianni, dan Manglara (2014) factor-faktor
yang mempengaruhi kebutuhan gizi adalah Usia tahan perkembangan, Ukuran tubuh,
Komposisi tubuh, Jenis Kelamin, Jumlah dan intensitas aktivitas fisik, Penyakit dan
cedera, Kondisi fisiologis, Suhu tubuh, suhu lingkungan, sekresi kelenjar endokrin, status
gizi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi orang dewasa
 Secara langsung : asupan makan, penyakit degenerative/infeksi
 Secara tidak langsung : tingkat pendidikan, pengetahuan, sosial ekonomi,
pendapatan
b. Lansia
Lansia (lanjut usia) adalah kelompok umur 60 tahun atau lebih yang telah memasuki
tahapan akhir fase kehidupannya. Lansia adalah tahap akhir dalam proses kehidupan yang
terjadi banyak penurunan dan perubahan fisik, psikologi, sosial yang saling berhubungan

7
satu sama lain, sehingga berpotensi menimbulkan masalah kesehatan fisik maupun jiwa
pada lansia (Cabrera, 2015). Lansia mengalami penurunan biologis secara keseluruhan,
dari penurunan tulang, massa otot yang menyebabkan lansia mengalami penurunan
keseimbangan yang berisiko untuk terjadinya jatuh pada lansia (Susilo, 2017) Kelompok
yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut aging process atau
proses penuaan.
Menua (aging) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki
kerusakan yang ada (Darmojo, 2004). Dengan begitu manusia secara progresif akan
kehilangan daya tahan terhadap infeksi dan akan menumpuk makin banyak distorsi
metabolik dan struktural yang disebut peyakit degenerative (Darmojo, 2011) . Penuaan
adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terus menerus, dan
berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis, dan
biokimia pada tubuh sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara
keseluruhan. (Depkes RI, 2001).
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2003, lansia dibagi atas :
1. Lansia dini (pralansia) : usia 45-59 tahun
2. Lansia : usia 60 tahun atau lebih
3. Lansia risiko tinggi : usia 70 tahun atau lebih
Badan Kesehatan Dunia (WHO) membagi batasan usia lanjut menjadi empat kriteria,
yaitu:
1. Usia pertengahan (middle age) yaitu 45 – 60 tahun
2. Lanjut usia (elderly) yaitu 60 – 74 tahun
3. Lanjut usa tua (old) 75 – 90 tahun
4. Usia sangat tua (very old) yaitu diatas 90 tahun

Sedangkan menurut kementerian kesehatan RI, batasan lanjut usia dikelompokkan


menjadi empat yaitu:
1. Pra lanjut usia (45 – 59 tahun)
2. Lanjut usia (60 – 69 tahun)
3. Lanjut usia risiko tinggi (≥ 70 tahun atau usia ≥ 60 tahun dengan masalah
kesehatan)

8
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Peningkatan
proporsi penduduk usia tua (di atas 60 tahun) atau penuaan populasi (population
aging) dari total populasi penduduk sudah tentu terjadi di seluruh pelosok dunia. Pada
1998, proporsi penduduk usia lanjut akan naik dari 10% dari total seluruh penduduk
dunia. Naik menjadi 15% pada tahun 2005, dan diramalkan akan meningkat hingga
25% pada tahun 2050 (UNFA 2007).

 Proses perubahan biologis pada lanjut usia ditandai

Perubahan secara biologis ini dapat memengaruhi status gizi pada masa tua antara lain
(Adriani & wiratmadi, 2012) :
a. Massa otot yang berkurang dan massa lemak yang bertambah, mengakibatkan jumlah
cairan tubuh juga berkurang, sehingga kulit kelihatan mengkerut dan kurus, wajah
berlipat serta muncul garis yang menetap oleh karena itu, pada masa usia lanjut
seringkali terlihat kurus.
b. Penurunan indera penglihatan akibat katarak pada usia lanjut sehingga dihubungkan
dengan kekurangan vitamin a, vitamin c dan asam folat. Sedangkan gangguan pada
indera pengecap yang dihubungkan dengan kadar Zn dapat menurunkan nafsu makan.
Biasanya para usia lanjut yang menginjak usia 75 tahun, hanya memiliki pengecapan
setengah daripada saat mereka berusia 30 tahun.
c. Dengan banyaknya gigi geligi yang sudah tanggal mengakibatkan gangguan fungsi
mengunyah yang berdampak pada kurangnya asupan gizi pada usia lanjut.
d. Penurunan mobilitas usus, menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan seperti
perut kembung, nyeri yang menyebabkan turunnya nafsu makan usia lanjut, sehingga
menyebabkan sekresi kelenjar-kelenjar di saluran pencernaan makanan menurun.
Berkurangnya sekresi Hcl lambung mengakibatkan gangguan penyerapan kalsium dan
zat besi. Menurunnya sekresi enzim lipase mengakibatkan gangguan absorpsi lemak.
e. Kemampuan motorik yang menurun, selain menyebabkan usia lanjut menjadi lamban,
kurang aktif dan kesulitan untuk mengecap makanan, dapat mengganggu aktivitas
atau kegiatan sehari-hari.
f. Pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi sel otak yang menyebabkan penurunan daya
ingat jangka pendek, melambatnya proses informasi, kesulitan berbahasa, kesulitan
mengenal benda-benda, kegagalan melakukan aktivitas bertujuan, dan gangguan
dalam menyusun rencana, mengatur sesuatu, mengurutkan, daya abstraksi yang dapat
melakukan aktivitas sehari-hari yang disebut demensia atau pikun.

9
g. Akibat proses menua, kapasitas gagal ginjal untuk mengeluarkan air dalam jumlah
besar juga berkurang. Akibatnya dapat terjadi pengenceran natrium sampai terjadi
hiponatremia yang menimbulkan rasa lelah.
h. Pada wanita terjadi penurunan sekresi hormon estrogen, yang menyebabkan
mudahnya terjadi peningkatan kadar kolesterol darah, terganggunya absorpsi kalsium
yang dapat mengakibatkan kepadatan tulang menurun, tulang mudah patah yang
dikenal sebagai “osteoporosis”.
 Perubahan Mental dan Psikososial pada Lansia

Menurut Aspiani (2014) terdapat beberapa faktor yang memengaruhi perubahan


mental pada lansia yaitu kesehatan, tingkat pendidikan, lingkungan, keturunan, dan
perubahan fisik terutama panca indera. Selain perubahan mental, lansia juga mengalami
perubahan psikososial seperti :
1. Lansia cenderung merasakan sadar atau tidak sadar akan terjadinya kematian.
2. Merasakan perubahan dalam cara hidup.
3. Merasakan perubahan ekonomi akibat pemberhentian jabatan dan peningkatan
gaya hidup.
4. Merasakan pensiun (kehilangan) banyak hal seperti finansial, pekerjaan, sahabat,
dan status pekerjaan.
5. Merasakan penyakit kronis dan ketidakmampuan.
6. Merasakan kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial.
7. Mengalami gangguan pancaindera.
8. Lansia mulai mengalami perubahan dalam konsep diri, serta lansia akan
merasakan rangkaian dari proses kehilangan.
 Perubahan Fisiologi yang terjadi pada Lansia meliputi (Adriani & Wiratmadi,
2012)
1. Perubahan kecepatan metabolik basal (BMR) sekitar 2% dekade setelah usia 30
tahun dan penurunan aktivitas fisik sehingga memengaruhi kebutuhan kalori, yaitu
menurun dan berpotensi untuk obesitas.
2. Gangguan kemampuan motorik sehingga berdampak kesulitan untuk menyiapkan
makanan, penurunan pengeluaran energi sehingga berpotensi dalam penigkatan
berat badan.

Kebutuhan gizi pada lanjut usia spesifik, karena terjadi perubahan proses fisiologi
dan psikososial sebagai akibat proses menua.

10
Kebutuhan gizi lanjut usia sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor:
a. Umur
Pada lanjut usia kebutuhan energi dan lemak menurun. Setelah usia 50 tahun,
kebutuhan energi berkurang sebesar 5% untuk setiap 10 tahun. Kebutuhan protein,
vitamin dan mineral tetap berfungsi sebagai regenerasi sel dan antioksidan untuk
melindungi sel – sel tubuh dari radikal bebas yang dapat merusak sel.
b. Jenis kelamin
Umumnya laki- laki memerlukan zat gizi lebih banyak terutama energi, protein
dan lemak) dibandingkan pada wanita. Namun kebutuhan zat besi (Fe) pada
wanita cenderung lebih tinggi, karena wanita mengalami menstruasi. Pada wanita
yang sudah menopause kebutuhan zat besi (Fe) turun kembali.
c. Aktivitas fisik dan pekerjaan
Lanjut usia mengalami penurunan kemampuan fisik yang berdampak pada
berkurangnya aktivitas fisik sehingga kebutuhan energinya juga berkurang.
Kecukupan zat gizi seseorang juga sangat tergantung pada pekerjaan sehari – hari:
ringan, sedag, berat. Makin berat pekerjaan seseorang makin besar zat gizi yang
dibutuhkan. Lanjut usia dengan pekerjaan fisik yang berat memerlukan zat gizi
yang lebih banyak.
d. Postur tubuh
Postur tubuh yang lebih besar memerlukan energi lebih banyak dibandingkan
postur tubuh yang kecil.
e. Iklim/suhu udara
Orang yang tinggal di daerah bersuhu dingin (pegunungan) memerlukan zat gizi
lebih untuk mempertahankan susu tubuhnya.
f. Kondisi kesehatan (stress fisik, dan psikososial)
Kebutuhan gizi setiap individu tidak selalu tetap, bervariasi sesuai dengan kondisi
kesehatan seseorang pada waktu tertentu. Stress fisik dan stress psikososial yang
kerap terjadi pada lanjut usia juga mempengaruhi kebutuhan gizi. Pada lanjut usia
masa rehabilitasi sesudah sakit memerlukan penyesuaian kebutuhan gizi.

11
2.2 Batasan Usia Dewasa dan Lansia
a. Dewasa
Sementara itu, sebagaimana Permenkes No. 25 Tahun 2016 mengenai Rencana Aksi
Nasional Kesehatan Lanjut Usia Tahun 2016-2019 dijelaskan kategori dewasa, yaitu
Dewasa: 19-44 tahun.
Dalam jurnal ilmiah berjudul Urgensi Revisi Undang-Undang tentang Kesejahteraan
Lanjut Usia karya Lukman Nul Hakim (2020), klasifikasi usia menurut Kemenkes (2009)
adalah sebagai berikut: Masa dewasa awal: 26-35 tahun, Masa dewasa akhir: 36-45 tahun.
Sementara dalam perspektif psikologi, Hurlock (2001) membagi usia manusia ke
dalam 10 tahapan, yaitu Awal masa dewasa: 18-24 tahun, Usia pertengahan: 40-60 tahun.
Berdasarkan beberapa ketentuan dalam peraturan perundang-undangan tersebut di atas
memang masih tidak ditemui keseragaman mengenai usia dewasa seseorang, sebagian
memberi batasan 21 (dua puluh satu) tahun, sebagian lagi 18 (delapan belas) tahun,
bahkan ada yang 17 (tujuh belas) tahun.
Menurut informasi yang ditemukan, batasan usia dewasa menurut WHO (World
Health Organization) tidak ditemukan. Namun, dalam Pasal 330 KUH Perdata, batas usia
dewasa seseorang adalah 18 tahun atau telah kawin[1]. Selain itu, Surat Edaran
Mahkamah Agung Nomor 7 Tahun 2012 juga menyatakan bahwa dewasa adalah cakap
bertindak dalam hukum yaitu orang yang telah mencapai umur 18 tahun atau telah
kawin[1]. Beberapa peraturan perundang-undangan di Indonesia juga memiliki batasan
usia dewasa yang berbeda-beda, seperti UU Perkawinan yang menetapkan batas usia
dewasa adalah 18 tahun atau telah menikah[3]. Namun, tidak ada informasi yang
menyebutkan batasan usia dewasa menurut WHO.

b. Lansia
Kategori usia lanjut 65 tahun dan lebih juga digunakan oleh International Labour
Organization (ILO) untuk menghitung angka ketergantungan penduduk. Peneliti
berpendapat bahwa batasan usia yang tepat untuk Indonesia saat ini masih 60 tahun.
Alasannya adalah meskipun UHH (Usia Harapan Hidup) masyarakat Indonesia
meningkat, lansia secara umum belum memiliki kualitas baik dari segi ekonomi,
kesehatan, dan pendidikan. Peningkatan batasan usia menjadi 65 tahun dapat
mengakibatkan banyak program bantuan untuk lansia difokuskan pada mereka yang
berusia 65 tahun ke atas, sehingga masyarakat usia 60–64 tahun kehilangan hak bantuan.

12
Oleh karena itu, upaya mempertahankan ambang batas usia 60 tahun dianggap sebagai
langkah untuk melindungi lansia.
Di Indonesia, lanjut usia ditentukan sebagai individu yang berusia 60 tahun ke atas,
sesuai dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia
pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 (Nugroho, 2014). Beberapa pandangan dari para ahli terkait
batasan usia meliputi:
1. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), terdapat empat kategori usia, yaitu:
1) Usia pertengahan (middle age) berkisar pada usia 45-59 tahun.
2) Lanjut usia (elderly) mencakup usia 60-74 tahun.
3) Lanjut usia tua (old) mencakup usia 75-90 tahun.
4) Usia sangat tua (very old) mencakup usia di atas 90 tahun.
2. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2015), lanjut usia dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu usia lanjut (60-69 tahun) dan usia lanjut dengan risiko tinggi (70 tahun ke atas
atau usia lebih dengan masalah kesehatan).
3. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) tahun 2019,
klasifikasi lansia melibatkan beberapa kategori sebagai berikut:
1) Pra lansia merujuk pada individu yang berusia antara 45-59 tahun.
2) Lansia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
Lansia risiko tinggi mengacu pada individu yang berusia 60 tahun atau lebih
dan memiliki masalah kesehatan.
3) Lansia potensial adalah lansia yang masih memiliki kemampuan untuk
melakukan pekerjaan dan kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa.
4) Lansia tidak potensial merujuk pada lansia yang tidak mampu mencari nafkah
sehingga bergantung pada bantuan orang lain.
2.3 Tujuan Pemberian Nutrisi untuk Dewasa
a. Dewasa
1) Tujuan Pemberian Nutrisi Untuk Dewasa.
1. Membantu mempertahankan kesehatan yang baik (mempertahankan keadaan.
gizi).
2. Membuat keadaan gizi tubuh menjadi lebih baik.
3. Memperlambat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif.
4. Untuk mengatur semua proses yang terjadi dalam tubuh
5. Memberikan unsur-unsur yang diperlukan untuk sel jaringan tubuh yang aus.
(contoh: rambut yang rontok, kuku, bekas luka, menstruasi, dll).
13
6. Mendukung aktivitas sehari-hari
7. Untuk menjaga fungsi tubuh tetap optimal
8. Mencegah terjadinya penyakit obesitas, diabetes

2) Manfaat pemberian nutrisi pada dewasa


1. Menjaga Kesehatan Jantung
Nutrisi yang seimbang, termasuk rendah lemak jenuh dan kolesterol serta kaya
akan serat, vitamin, dan mineral, dapat membantu menjaga kesehatan jantung
dengan menurunkan risiko penyakit jantung.
2. Mempertahankan Berat Badan yang Sehat
Mengonsumsi nutrisi yang tepat membantu mengatur nafsu makan dan
memberikan energi yang cukup untuk aktivitas sehari-hari. Ini membantu dalam
menjaga berat badan yang sehat dan mencegah obesitas.
3. Meningkatkan Kesehatan Tulang
Nutrisi seperti kalsium, vitamin D, dan vitamin K penting untuk kesehatan tulang
yang optimal. Mereka membantu mencegah osteoporosis dan masalah tulang
lainnya pada tahap lanjut kehidupan.
4. Mendukung Fungsi Otak
Nutrisi yang tepat juga berperan dalam menjaga fungsi kognitif dan memori yang
baik. Omega-3, vitamin B, dan antioksidan adalah contoh nutrisi yang penting
untuk kesehatan otak.
5. Memperkuat Sistem Kekebalan Tubuh
Asupan nutrisi yang cukup, termasuk vitamin C, vitamin E, zinc, dan protein,
membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh, menjaga tubuh tetap kuat untuk
melawan infeksi dan penyakit.
6. Menjaga Kesehatan Mata
Nutrisi seperti vitamin A, lutein, zeaxanthin, dan omega-3 membantu menjaga
kesehatan mata dan mencegah penyakit mata terkait usia, seperti degenerasi
makula.
7. Meningkatkan Kualitas Tidur
Asupan nutrisi yang tepat juga dapat memengaruhi kualitas tidur seseorang.
Nutrisi seperti magnesium dan triptofan dapat membantu mengatur pola tidur dan
meningkatkan kualitas tidur.
8. Mendukung Kesehatan Mental dan Emosional
14
Nutrisi yang tepat juga dapat berperan dalam menjaga kesehatan mental dan
emosional. Beberapa nutrisi, seperti omega-3 dan vitamin D, telah terkait dengan
peningkatan mood dan penurunan risiko depresi.

b. Lansia
1) Tujuan Pemberian Nutrisi Untuk Lansia
Menurut Mubarok (2009), tujuan pemberian nutrisi atau gizi pada usia lanjut
antara lain sebagai berikut:
1. Mempertahankan gizi yang seimbang dalam hubungannya untuk
mempertahankan atau mencegah penyusunan fungsi organ
2. Gizi diharapkan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan tubuh pada lansia
3. Membiasakan makanan yang cukup dan teratur
4. Menghindari kebiasaan pola makan yang buruk, seperti mengomsumsi
makanan yang berkolesterol, minum minuman keras, dan lain-lain.
5. Mempertahankan kesehatan dan menunda lahirnya penyakit degeneratif
seperti penyakit jantung koroner, ginjal, aterosklerosis, dan lain-lain.
6. Melalui penelitian epidemiologi menjelaskan faktor risiko penyakit karena
komsumsi bahan makanan tertentu seperti penyakit sendi dan tulang akibat
asam urat, penyakit jantung, koroner karena kolesterol dan lemak jenuh,
diabetes meli Ini akibat obesitas karena komsumsi hidrat arang.
7. Mendukung kesehatan mental: nutrisi yang baik juga dapat berdampak positif
pada kesehatan mental, membantu menjaga suasana hati yang sehat dan
mengurangi risiko depresi
8. Menjaga berat badan yang sehat: beberapa lansia mungkin mengalami
penurunan berat badan yang tidak diinginkan, sementara yang lain mungkin
berisiko kelebihan berat badan atau obesitas. Nutrisi yang tepat dapat
membantu menjaga berat badan yang sehat.

2) Manfaat pemberian nutrisi untuk lansia


 Mempertahankan Kesehatan Tulang
Nutrisi yang mencakup kalsium dan vitamin D dapat membantu mencegah
osteoporosis, yang sering terjadi pada lansia karena penurunan kepadatan
tulang.
 Mendukung Fungsi Otak
15
Asupan nutrisi yang memadai, terutama asam lemak omega-3 dan antioksidan
seperti vitamin E, dapat membantu menjaga fungsi kognitif dan mengurangi
risiko penyakit neurodegeneratif seperti Alzheimer.
 Mempertahankan Fungsi Jantung
Diet yang seimbang dan rendah garam dapat membantu menjaga tekanan
darah dan kolesterol dalam rentang normal, yang penting untuk kesehatan
jantung dan mencegah penyakit kardiovaskular.
 Meningkatkan Sistem Kekebalan Tubuh
Nutrisi yang mencakup vitamin C, vitamin E, zinc, dan selenium dapat
meningkatkan sistem kekebalan tubuh lansia, membantu melawan infeksi dan
penyakit.
 Mengurangi Risiko Diabetes
Diet yang kaya serat, rendah gula, dan rendah lemak jenuh dapat membantu
menjaga kadar gula darah dalam rentang normal dan mengurangi risiko
diabetes tipe 2 pada lansia.
 Mempertahankan Berat Badan Ideal
Dengan bertambahnya usia, lansia cenderung kehilangan massa otot dan
mengalami penurunan nafsu makan. Asupan nutrisi yang adekuat dapat
membantu menjaga berat badan ideal dan mencegah kekurangan gizi.
 Mengurangi Risiko Kekurangan Nutrisi
Lansia rentan terhadap kekurangan nutrisi karena berbagai faktor seperti
penurunan penyerapan nutrisi, perubahan metabolisme, dan masalah
pencernaan. Pemberian nutrisi yang tepat dapat membantu mengatasi masalah
ini dan memastikan asupan nutrisi yang cukup.
 Mendukung Kesehatan Mata
Nutrisi seperti vitamin A, lutein, dan zeaxanthin dapat membantu menjaga
kesehatan mata dan mengurangi risiko penyakit mata terkait usia, seperti
katarak dan degenerasi makula.
 Memperbaiki Kualitas Hidup
Dengan menjaga keseimbangan nutrisi yang tepat, lansia dapat merasa lebih
energik, bersemangat, dan memiliki kualitas hidup yang lebih baik secara
keseluruhan.
2.4 Kebutuhan Energi dan Zat Gizi
2.4.1 Perhitungan BB ideal
16
Perhitungan berat badan ideal (BB ideal) dewasa dan lansia biasanya menggunakan
indeks massa tubuh (IMT). IMT dihitung dengan membagi berat badan dalam kilogram
dengan kuadrat tinggi badan dalam meter (IMT = BB (kg) / (Tinggi (m))^2).
Indeks Massa Tubuh Untuk status gizi orang dewasa usia 17 tahun maka banyak rumus
yang bisa di gunakan yaitu (Dian Handayani, et al, 2015):

(Sumber: Nutritation Care Process.2015. Dian Handayani)

 Pemantauan Status Gizi Usia Dewasa

Salah satu cara pemantauan status gizi usia dewasa (lebih dari 18 tahun) adalah dengan
mengukur Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan membandingkan berat terhadap tinggi badan.
Adapun rumus penentuan Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah sebagai berikut.

Gambar 1: Rumus penentuan Indeks Massa Tubuh (IMT)


Sumber: Pakar Gizi Indonesia,Editor: Supariasa, I Dewa Nyoman dan
Hardiansyiah.2016.Ilmu Gizi: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Buku Kedokteran IGC.

17
Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan Food and Agriculture
Organization/World Health Organization (FAO/WHO). Untuk kepentingan Indonesia, batas
ambang dimodifikasi berdasarkan pengalaman klinis dan hasil penelitian di beberapa negara
berkembang. Batas ambang IMT untuk orang Indonesia seperti terlihat pada Tabel 17.1.
Pemantauan status gizi pada usia dewasa sangar penting dan perlu dilakukan secara
berkesinambungan karena permasalahan gizi akibat kelebihan maupun kekurangan berat
badan sangat berisiko terhadap penyakit tertentu dan berpengaruh terhadap produktivitas
kerja. Untuk pemantauan status gizi, dapat dilakukan dengan cara pemantauan terhadap berat
badan yang mengacu pada rumus IMT yang berlaku umum bagi pria maupun wanita dewasa
sebagai berikut.

Gambar 2: dengan cara pemantauan terhadap berat badan yang mengacu pada rumus
IMT yang berlaku umum bagi pria maupun wanita dewasa
Sumber: Pakar Gizi Indonesia,Editor: Supariasa, I Dewa Nyoman dan
Hardiansyiah.2016.Ilmu Gizi: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Buku Kedokteran IGC.

Contoh pemantauan status gizi dengan menggunakan IMT, misalnya Ikin diukur tinggi
badannya 165 cm dengan berat badan 57 kg. Maka, IMT Ikin adalah:

Sumber: Pakar Gizi Indonesia,Editor: Supariasa, I Dewa Nyoman dan


Hardiansyiah.2016.Ilmu Gizi: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Buku Kedokteran IGC.

Berarti, status gizi Ikin adalah normal. Adapun kisaran berat badan normal Ikin adalah
50,4-68,1 kg yang diperoleh berdasarkan perhitungan berikut

18
Lanjutan contoh di atas

Gambar 3: Kategori ambang batas IMT untuk Indonesia


Sumber: Pakar Gizi Indonesia,Editor: Supariasa, I Dewa Nyoman dan
Hardiansyiah.2016.Ilmu Gizi: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Perhitungan Bb ideal lansia


Perhitungan berat badan ideal (BB ideal) untuk lansia umumnya juga menggunakan
indeks massa tubuh (IMT) seperti pada dewasa pada umumnya. Namun, karena perubahan
dalam komposisi tubuh dan penurunan massa otot yang sering terjadi seiring bertambahnya
usia, klasifikasi IMT untuk lansia bisa sedikit berbeda. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa rentang IMT yang sedikit lebih tinggi dari yang diterapkan pada orang dewasa muda
mungkin lebih sesuai untuk lansia. Misalnya, rentang IMT 25-27 mungkin dianggap sebagai
kategori "normal" untuk lansia karena mempertimbangkan faktor-faktor seperti kekuatan otot
dan kesehatan secara keseluruhan (Ann M. Coulston, 2017).
 Status Gizi Lansia

Status gizi dapat diukur indeks massa tubuh (IMT). IMT didapatkan dari Berat badan
dalam kilogram dibagi dengan tinggi badan dalam meter kuadrat.
Kategori :
- IMT < 18>
- IMT 18,5 – 15 = normal
- IMT 26 – 29 = kegemukan

19
- IMT > 29 = obesitas

Nutrisi yang baik pada lansia dapat mencegah malnutrisi, mendukung fungsi fisik,
mengurangi resiko penyakit kronik, mendukung kesehatan mental serta mencegah disabilitas.
Untuk mendapatkan nutrisi yang baik, lansia harus mengkonsumsi makanan seimbang.
Ketidakseimbangan asupan gizi dapat ditandai dengan perubahan berat badan dan status
gizi. Indikator untuk mengetahui status gizi lansia adalah dengan menggunakan Indeks Massa
Tubuh (IMT) (Kemenkes RI, 2019). Nilai IMT dapat diketahui dengan hitungan rumus
berikut.

Gambar 4: Rumus IMT Lansia


Sumber: Furqonia, Annisaa Wulida dan Farapti.2023.PANDUAN MENU MAKAN
LANSIA SEHAT. Surabaya: Airlangga University Press

Berdasarkan ketentuan dari WHO, batas ambang IMT yang telah dimodifikasi
berdasarkan pengalaman klinis dan hasil penelitian di beberapa negara berkembang (Dieny et
al., 2019). Batas IMT ambang untuk Indonesia adalah sebagai berikut.

Sumber: Furqonia, Annisaa Wulida dan Farapti.2023.PANDUAN MENU MAKAN


LANSIA SEHAT. Surabaya: Airlangga University Press

20
2.4.2 Perhitungan Kebutuhan Energi
Untuk menghitung kebutuhan gizi seseorang, Anda harus menghitung kalori
harian yang dibutuhkan , biasanya ahli gizi menggunakan rumus Harris Benedict ,
yaitu:
 Laki-laki = 66 + (13,7 x berat badan ) + (5 x tinggi badan) – (6,8 x usia)
 Wanita = 655 + (9,6 x berat badan) + (1,8 x tinggi badan) – (4,7 x usia).
Berat badan yang dicantumkan adalah dalam kilogram (kg) dan tinggi badan
dalam centimeter (cm). Setelah mengetahui hasilnya, kalikan lagi sesuai dengan
aktivitas Anda:
 Sangat jarang berolahraga: dikali 1,2
 Jarang olahraga (1-3 kali per minggu): dikali 1,375
 Cukup olahraga (3-5 kali per minggu): dikali 1,55
 Sering olahraga (6-7 kali per minggu): dikali 1,725
 Sangat sering olahraga (sekitar 2 kali dalam sehari): dikali 1,9.
Misalnya, jika Anda laki-laki berusia 30 tahun dengan berat badan 70 kg dan
tinggi badan 175 cm, maka kebutuhan kalori hariannya adalah 1696 kkal. Aktivitas
olahraga Anda termasuk cukup, maka hasil akhir kebutuhan kalori Anda adalah 2623
kkal.
Dengan kebutuhan 2623 kalori per hari, gizi yang harus dipenuhi adalah:
1) 1)Protein: 15% x 2623= 394 kalori, dibagi 4 untuk dijadikan gram = 98 gram.
2) 2)Karbohidrat: 60% x 2623= 1573 kalori, dibagi 4 untuk dijadikan gram = 394
gram.
3) 3)Lemak: 15% x 2623= 394 kalori, dibagi 9 untuk dijadikan gram = 44 gram.
Kesimpulannya, kebutuhan gizi Anda dalam sehari adalah 98 gram protein, 394
gram karbohidrat, dan 44 gram lemak.
 Cara Menghitung Kebutuhan Gizi pada Orang Dewasa
1) Laki-Laki
Tn. Bambang usia 70 Tahun, TB 170 cm, BB 75 kg, bekerja sebagai
pengusaha sawit. Olahraga joging tiap hari 15 menit. Hitunglah kebutuhan
energi dan zat gizi makro Tn. Bambang.
Penyelesaian :

21
Yosephin, B. (2018). Tuntunan Praktis Menghitung Kebutuhan Gizi. Yogyakarta: CV ANDI OFFSET.

2) Perempuan
Ibu Halimah berusia 45 tahun seorang ibu rumah tangga, TB 165 cm, BB 45
kg, jarang mengkonsumsi sayur dan buah. Akhir-akhir ini mengeluh sering
lesu, letih, lelah dan lemah (4L). Hitung kebutuhan gizi ibu Halimah.
Penyelesaian :

22
Yosephin, B. (2018). Tuntunan Praktis Menghitung Kebutuhan Gizi. Yogyakarta: CV ANDI OFFSET.

23
Contoh Menu Makanan Sehari Dewasa

Yosephin, B. (2018). Tuntunan Praktis Menghitung Kebutuhan Gizi. Yogyakarta: CV ANDI OFFSET.

24
Yosephin, B. (2018). Tuntunan Praktis Menghitung Kebutuhan Gizi. Yogyakarta: CV ANDI OFFSET.

 Cara Menghitung Kebutuhan Gizi Pada Lansia


1) Laki-laki
Tn. Bambang usia 70 Tahun, TB 170 cm, BB 75 kg, bekerja sebagai
pengusaha sawit. Olahraga joging tiap hari 15 menit. Hitunglah kebutuhan
energi dan zat gizi makro Tn. Bambang. Penyelesaian :

25
Yosephin, B. (2018). Tuntunan Praktis Menghitung Kebutuhan Gizi. Yogyakarta: CV ANDI OFFSET.

2) Perempuan
Ny. Etty 85 tahun, TB 158 cm, BB 72 kg, tinggal di panti jompo, kegiatan
merajut, nonton tv, dan olahraga ringan. Suka makan berkuah. Hitunglah
kebutuhan gizi Ny. Etty.

26
Yosephin, B. (2018). Tuntunan Praktis Menghitung Kebutuhan Gizi. Yogyakarta: CV ANDI OFFSET.

2.5 Contoh Pemberian Makanan yang Baik untuk Gizi dan Nutrisi pada Dewasa dan
Lansia
a. Dewasa
 Oatmeal
Oatmeal adalah salah satu makanan superfood yang biasa disantap ketika
sarapan.Kandungan serat yang tinggi dalam oatmeal sangat baik untuk sistem
pencernaan. Makanan ini juga bisa membuat kamu merasa kenyang lebih lama,
sehingga konsumsi makanan sepanjang hari dapat lebih terjaga. Sajikan oatmeal
dengan susu dan madu untuk menambah rasa manis alami, atau bisa juga diolah
menjadi snack seperti granolabar,cookies,dan lain-lain.

 Kacang-Kacangan
Kacang-kacangan sangat baik untuk kesehatan jantung dan jadi salah satu
pencegah diabetes. Hal ini dikarenakan kacang mengandung magnesium dan
lemak tak jenuh yang sehat untuk tubuh.
Kandungan lain dalam kacang yang sangat bermanfaat untuk tubuh adalah
antioksidan untuk menangkal radikal bebas, dan serat yang baik untuk pencernaan.

27
 Yogurt
Yogurt mengandung probiotik yang sehat untuk kesehatan usus dan sistem
pencernaan.Selain itu, terdapat juga kandungan lainyang sangat baik untuk tubuh,
yaitu kalsium,vitamin B12, kalium, fosfor, dan zinc. Untuk mendapatkan manfaat
yang optimal,direkomendasikan untuk mengkonsumsi yogurt Yunani (Greek
yoghurt) rasa plain agar mendapat ekstraprotein dan tidak terlalu banyak gula
tambahan. Jika menginginkan rasa manis, coba tambahkan dengan pemanis alami
Seperti madu.

 Beri-Berian
Beri (stroberi, blueberry, raspberry, dan sebagainya) adalah jenis buah.Manis yang
kaya akan serat, antioksidan, dan nutrisi yang dapat menangkal banyak penyakit.
Raspberry dipercaya memiliki kandungan nutrisi yang dapat mencegah Kanker,
blueberry dapat memperkuat ingatan, dan stroberi dapat memper cantik kulit
dengan kandungan vitaminC-nya.Kamu bisa menjadikan berbagai macam beri
sebagai snack, dicampur dengan yogurt, sereal,smoothies, atau langsung dimakan.

b. Lansia
 Ikan, seperti tuna, salmon, atau mackerel
Ikan merupakan salah satu contoh makanan yang baik untuk lansia. Pasalnya, ikan
mengandung protein, tetapi memiliki kadar lemak yang lebih rendah ketimbang
sumber protein hewani lain, seperti daging merah. Jenis makanan ini justru
mengandung lemak baik, yaitu asam lemak. Omega-3 yang membantu menjaga
kesehatan jantung, mengurangi peradangan, serta memperlambat penurunan
fungsi kognitif pada lansia. Selain itu, tekstur ikan yang lembut juga cocok untuk
lansia. Adapun beberapa contoh ikan dengan kandungan omega-3 yang tinggi,
yaitu tuna, salmon, atau mackerel.

 Telur
Selain ikan, telur juga merupakan sumber protein hewani yang baik untuk
lansia.Tak hanya itu, makanan ini juga mengandung berbagai vitamin dan mineral
yang lansia butuhkan untuk kesehatannya, seperti vitamin D, vitamin B12, vitamin
B2, folat, hingga zat besi. Selain itu, telur juga merupakan jenis makanan favorit,

28
sehingga lansia pun mungkin akan dengan mudah menikmat makanan ini.
Apalagi, sebagian besar orang tahu cara memasak telur yang sehat dan juga enak.
Namun, Anda pun perlu berhati-hati jika ingin memberikan telur untuk lansia,
karena beberapa dari mereka mungkin memiliki alergi pada makanan ini.

 Daging ayam
Ayam juga merupakan contoh makanan sehat untuk lansia. Apalagi jenis makanan.
ini cenderung mudah Anda temukan dan banyak disukai. Tak hanya itu, kadar
nutrisinya yang tinggi juga dapat membantu lansia memenuhi kebutuhan gizinya,
seperti protein, vitamin B12, dan zat besi. Meski demikian, Anda harus
mengetahui cara memasak ayamyangbenar agar matang sempurna dan bisa
mendapatkan nutrisinya secara optimal.. Pasalnya, mengonsumsi ayam yang
belum matang bisa membahayakan kesehatan.

 Kacang-kacangan, seperti kacang tanah, kacang almond, kenari


Meski teksturnya tidak lembut ,kacang-kacangan, seperti kacang almond, kenari,
atau kacang tanah, bisa menjadi pelengkap menu sehat untuk lansia. Pasalnya,
kacang-kacangan merupakan sumber protein nabati yang baik untuk tubuh. Jenis
makanan ini juga mengandung serat yang tinggi, vitamin B6, kalsium, kalium,
magnesium, serta rendah lemak jenuh. Untuk mendapatkan manfaat yang optimal
dari makanan ini, Anda bisa menghaluskan kacang atau membuat pasta kacang
dapat Anda campur dengan makanan lainnya. Namun bagi lansia yang masih bisa
mengunyah dengan baik,dapat langsung mengonsumsi kacang-kacangan sebagai
camilan.

 Buah-buahan, seperti pisang, kiwi, strawberry


Bukan hanya untuk lansia, buah-buahan merupakan jenis makanan penting yang
perlu masuk ke dalam menu harian setiap orang. Jenis. Makanan ini mengandung
tinggi serat,air,hingga berbagai vitamin dan mineral agar tubuh lansia tetap bugar.
Misalnya, buah pisang mengandung serat, kalium, vitamin B6, vitamin C, serta
magnesium. Adapun kalium baik untuk lansia yang menderita hipertensi dan
kandungan lainnya bisa membantu menjaga sistem pencernaan. Selain pisang,
Anda pun bisa memilih kiwi, strawberry, melon, alpukat, atau buah lainnya yang
juga menyehatkan. Namun, bagi Anda yang memiliki diabetes, sebaiknya hindari
29
buah dengan kadar gula tinggi, atau tanyakan pada dokter jenis buah yang cocok
jika Anda memiliki riwayat penyakit tertentu.

 Sayuran, seperti tomat, bayam, wortel


Sama seperti buah, sayuran juga penting untuk kesehatan lansia karena
kandungan. serat,vitamin,danmineral.Salah satu rekomendasi sayuran untuk lansia
adalah sayuran berdaun hijau, seperti bayam. Sayuran ini mengandung kalsium,
zatbesi, kalium, vitaminK, vitamin dan segudang nutrisi lainnya yang baik untuk
lansia.
Apalagi, sayuran ini bisa Anda olah menjadi berbagai kreasi makanan, seperti
sayur dengan kuah bening atau beragam resep sayur bayam lainnya. Meski
demikian, ada baiknya Anda pun mendiversifikasi pilihan sayuran setiap harinya,
seperti tomat, wortel, dan lain-lain. Lakukan hal ini agar kandungan nutrisi untuk
lansia lebih optimal.

 Susu dan produk susu


Sepertinya sudah menjadi kebutuhan utama bagi lansia untuk mengonsumsi jenis
makanan yang satu ini. Pasalnya, susu dan produk susu, seperti keju atau yoghurt,
kaya akan kalsium dan vitamin D yang baik untuk kesehatan tulang lansia,
Apalagi, semakin bertambah usia. Kepadatan tulang semakin menurun sehingga
berisiko mengalami osteoporosis dan masalah tulang lainnya.
Namun, sebaiknya lansia memilih susu yang rendah lemak atau bebas lemak untuk
mengurangi kadar lemak dalam tubuh. Adapun kebutuhan minum susu untuk
lansia. ini sebenamya tidak ada batasan. Anda bisa mengonsumsinya tiga gelas
setiap hari atau sesuaikan dengan sumber kalsium lainnya.

 Makanan mengandung pati, seperti kentang, nasi, jagung, atau gandum Makanan
berpati, seperti kentang, nasi, jagung, atau gandum, mengandung karbohidrat
untuk lansia sebagai sumber energi. Tak hanya itu, makanan ini juga mengandung
serat serta berbagai vitamin dan mineral yang baik untuk lansia lansia. Namun
untuk lansia, sebaiknya pilihlah makanan berpati dengan tekstur yang lembut,
seperti kentang, oatmeal gandum, atau bubur nasi, terutama bagi mereka yang
memiliki masalah menelan.

30
Vitamin dan mineral-mineral yang dapat meningkatkan sistem imun orang tua antara
lain (Dickinson A. 2002):
a) Beta-glucan.
Adalah sejenis gula kompleks (polisakarida) yang diperoleh dari dinding sel ragi roti,
gandum, jamur (maitake). Hasil beberapa studi menunjukkan bahwa beta glucan dapat
mengaktifkan sel darah putih (makrofag dan neutrofil).

b) Hormon DHEA.
Studi menggambarkan hubungan signifikan antara DHEA dengan aktivas fungsi
imun.pada kelompok orang tua yang diberikan DHEA level tinggi dan rendah. Juga
wanita menopause mengalami peningkatan fungsi imun dalam waktu 3 minggu setelah
diberikan DHEA.
c) Protein:arginindanglutamin.
Lebih efektif dalam memelihara fungsi imun tubuh dan penurunan infeksi pasca -
pembedahan. Arginin mempengaruhi fungsi selT. penyembuhan luka, pertumbuhan
tumor, dan sekresi hormon prolaktin, insulin, growth hormon. Glutamin, asam amino
semi esensial berfungsi sebagai bahan bakar dalam merangsang limfosit dan makrofag,
meningkatkan fungsi sel T dan neutrofil.

31
d) Lemak
Defisiensi asam linoleat (asam lemak omega 6) menekan respons antibodi, dan
kelebihan intakeasamlinoleat menghilangkan fungsi selT. Konsumsi tinggi asam lemak
omega3 dapat menurunkan sel helper, produksi cytokine.

e) Yoghurt yang mengandung Lactobacillusa cidophilus dan probiotik lain.


Meningkatkan aktivitas sel darah putih sehingga menurunkan penyakit kanker, infeksi
usus dan lambung, dan beberapa reaksi alergi.

f) Mikronutrien (vitamin dan mineral).


Vitamin yang berperan penting dalam memelihara system imun tubuh orang tua adalah
vitamin A, C, D, E, B6, dan B12. Mineral yang mempengaruhi kekebalan tubuh adalah
Zn, Fe, Cu, asam folat, dan Se.

g) Zinc
Menurunkan gejala dan lama penyakit influenza. Secara tidak langsung mempengaruhi
fungsi imun melalui peran sebagai faktor dalam pembentukan DNA, RNA, dan protein
sehingga meningkatkan pembelahan sellular. Defisiensi Zn secara langsung
menurunkan produksi limfosit T. respons limfosit T untuk stimulasi atau rangsangan,
dan produksi IL-2.

h) Lycopene
Meningkatkan konsentrasi sel Natural Killer (NK)

i) Asam Folat
Meningkatkan sistem imun pada kelompok lansia. Studi di Canada pada sekelompok
hewan tikus melalui pemberian asamfolat dapat meningkatkan distribusi selT dan
responsmitogen (pembelahan sel untuk meningkatkan responsimun). Studi terbaru
menunjukkan intake.asam folat yang tinggi mungkin meningkatkan memori populasi
lansia (Daniels S, 2002).
j) Vitamin E
Melindungi sel dari degenerasi yang terjadi pada proses penuaan. Studi yang dilakukan

32
oleh Simin Meydani, PhD. di Boston menyimpulkan bahwa vitamin E dapat membantu
peningkatan respons imun pada penduduk lanjut usia. Vitamin E adalah antioksidan
yang melindungi sel dan jaringan dari kerusakan secara bertahap akibat oksidasi yang
berlebihan. Akibat penuaan pada respons imun adalah oksidatif secara alamiah
sehingga harusdimodulasi oleh vitamin E (Murray F, 1991).

k) Vitamin C
Meningkatkan level interferon dan aktivitas sel imun pada orangtua,meningkatkan
aktivitas limfosit dan makrofag, serta memperbaiki migrasi dan mobilitas leukosit dari
seranganinfeksi virus, contohnya virus influenzae.

l) Vitamin A
Berperan penting dalam imunitas nonspesifik melalui proses pematangan sel-sel T dan
merangsang fungsi selT untuk melawan antigenasing, menolong mukosa membran
termasuk paru-paru dari invasi mikroorganisme, menghasilkan mukus sebagai antibodi
tertentu seperti: leukosit, air, epitel, dan garam organik, serta menurunkan mortalitas
campak dan diare. Beta karoten (prekursor vitamin A) meningkatkan jumlah monosit,
dan mungkin berkontribusi terhadap sitotoksik sel T. sel B, monosit, dan makrofag,
Gabungan/kombinasi vitamin A, C, dan E secara signifikan memperbaiki jumlah dan
aktivitas sel imun pada orang tua. Hal itu didukung oleh studi yang dilakukan di
Perancis terhadap penghuni panti wreda tahun 1997. Mereka yang diberikan
suplementasi multivitamin (A,C,danE) memiliki infeksi pernapasan dan urogenital
lebih rendah daripada kelompok yang hanya diberikan plasebo.

m) Vitamin D
Menghambat respons limfosit Th-1.

n) Kelompok Vitamin B
Terlibat dengan enzim yang membuat konstituen sistem imun. Pada penderita anemia
defisiensi vitamin B12 mengalami penurunan sel darah putih dikaitkan dengan fungsi
imun. Setelah diberikan suplementasi vitamin B12, terdapat peningkatan jumlah sel
darah putih. Defisiensi vitamin B12 pada orang tua disebabkan oleh menurunnya
produksi sel parietal yang penting bagi absorpsi vitamin B12. Pemberian vitamin Bó
(koenzim) pada orang tua dapat memperbaiki respons limfosit yang menyerang sistem
33
imun, berperan penting dalam produksi. protein dan asam nukleat. Defisiensi vitamin
B6 menimbulkan atrofi pada jaringan limfoid sehingga merusak fungsi limfoid dan
merusak sintesis asam nukleat, serta menurunnya pembentukan antibodi dan imunitas
sellular.

o) Air

 Nutrisi yang perlu di konsumsi Lansia

1. PROTEIN

Berdasarkan satu penelitian dari kelompok studi PROT-AGE, lansia sehat


dianjurkan mendapatkan jumlah protein lebih tinggi daripada dewasa muda, yaitu
sebesar 1-1,2 gram protein per kilogram berat badan per hari dari protein
berkualitas tinggi seperti protein whey.

Sumber protein tersebut bisa didapat dari ikan, telur, ayam, daging sapi, seafood,
serta susu. Begitu pula protein nabati dari kacang-kacangan seperti tahu atau
tempe. Jangan lupa konsumsi susu whey protein untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi pada tubuh.

2. KARBOHIDRAT

Sebagai penyumbang energi paling besar, lansia perlu konsumsi sekitar 45-65%
dari total kalori per hari. Sumber karbohidrat antara lain nasi, mie, bihun, oat,
kentang atau ubi.

Lansia dianjurkan mengurangi konsumsi gula sederhana dan menggantinya


dengan karbohidrat kompleks, dengan indeks glikemik rendah untuk menurunkan
kadar LDL, risiko diabetes melitus dan penyakit jantung koroner. Ketika memilih
susu untuk lansia, pastikan kandungan gulanya juga tidak terlalu tinggi.

3. LEMAK

Lansia dianjurkan konsumsi lemak antara 20-35% dari total kalori yang
dibutuhkan. Jika terlalu tinggi, berpotensi menyumbat pembuluh darah dan
meningkatkan risiko penyakit jantung koroner. Konsumsi lemak tak jenuh bisa

34
didapat dari minyak nabati seperti minyak bunga matahari, zaitun dan minyak
jagung.

4. SERAT

Selain akibat pergerakan usus yang mulai menurun, sembelit atau susah buang air
besar pada lansia disebabkan oleh kekurangan serat. Pastikan tetep mengonsumsi
buah-buahan, sayuran dan biji-bijian yang cukup setiap hari.

5. VITAMIN DAN MINERAL

Hasil penelitian menunjukkan bahwa umumnya lansia kurang mengkonsumsi


vitamin A, B1, B2, B6, niasin, asam folat, vitamin C, D, dan E. Lansia juga paling
banyak kekurangan mineral kalsium, yang dapat menyebabkan kerapuhan tulang,
serta kekurangan zat besi yang menyebabkan anemia.

6. AIR

Kebutuhan air pada lansia tidak hanya didapatkan dari air putih saja, tapi juga bisa
dari jus buah, susu, dan minuman hangat seperti teh, serta makanan seperti buah-
buahan. Kebutuhan air pada lansia perlu diperhatikan dan disesuaikan dengan
aktivitas yang dijalani setiap hari.

Memantau asupan nutrisi untuk lansia perlu diperhatikan dengan baik agar dapat
meningkatkan kesehatan fisik dan mendukung kehidupannya. Lakukan
pengawasan secara berkala serta disesuaikan dengan kemampuan fisik lansia dan
jangan lupa mengkonsumsi susu nutrisi untuk lansia, seperti susu whey protein.

Cairan dalam bentuk air dalam minuman dan makanan sangat diperlukan tubuh untuk
menggantikan cairan tubuh yang hilang dalam bentuk keringat dan urin. Cairan juga
membantu pencernaan makanan dan membersihkan ginjal. Orang dewasa dianjurkan minum
2 sampai 2,5 liter per hari (lebih dari 6-8 gelas per hari). Ketentuan ini berlaku pula pada
golongan lansia.
Agar diperoleh tingkat kesehatan yang optimal, Usia Lanjut dianjurkan untuk
35
mengkonsumsi makanan yang beranekaragam. Makin beragam hidangan yang dikonsumsi,
makin baik mutu gizinya. Pada Usia Lanjut kebutuhan zat gizi kurang diperlukan untuk
pertumbuhan fisik, tetapi lebih banyak untuk mengganti jaringan tubuh yang rusak dan
mempertahankan derajat kesehatan. Oleh karena itu, perlu diperhatikan cara mengatur
makanan bagi lansia adalah:
1. Perlu diperhatikan porsi makanan, jangan terlalu kenyang. Porsi makan hendaknya
diatur merata dalam satu hari sehingga dapat makan lebih sering dengan porsi yang
kecil.

2. Dengan memperhatikan prinsip-prinsip kebutuhan gizinya yaitu kebutuhan energi


memang lebih rendah dari pada usia dewasa muda (turun sekitar 5-
10%),kebutuhanproteinsebesar1 gr/kg BB, kebutuhan lemak berkurang, kebutuhan
karbohidrat cukup (sekitar 50%), kebutuhan vitamin dan mineral sama dengan usia
dewasa muda. Atau dengan cara praktis melihat di DKGA (Daftar Kecukupan Gizi
yang Dianjurkan)

3. Menu yang disajikan untuk lansia harus mengandung gizi yang seimbang yakni
mengandung 3 sumber zat energi, sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur.
Dalamhal ini kita bisa mengacu pada makanan empat sehat lima sempurna.

4. Karena lansia mengalami kemunduran dan keterbatasan maka konsistensi


danteksturatau bentuk makanan harus disesuaikan. Sebagai contoh: gangguan pada
gigi (gigi tanggal/ompong), maka bentuk makanannya harus lunak, misal nasi ditim,
lauk pauk dicincang (ayam disuwir, daging sapi dicincang/digiling)

5. Makanan yang kurang baik bagi lansia adalah makanan berlemak tinggi seperti
seperti jerohan (usus, hati, ampela, otal dil), lemak hewan, kulithewan (misal kulit
ayam,kulit sapi, kulit babi dll), goreng-gorengan, santan kental. Karena seperti
prinsip yang disebutkan tadi bahwa kebutuhan lemak lansia berkurang dan pada
lansia mengalami perubahan proporsi jaringan lemak. Hal ini bukan berarti lansia
tidak boleh mengkonsumsi lemak. Lansia harus mengkonsumsi lemak namun
dengan catatan sesuai dengan kebutuhannya. Sebagai contoh misalnya bila menu
hari ini lauknya sudah digoreng, maka sayurannya lebih baik sayur yang tidak

36
bersantan seperti sayur bening, sayur asam atau tumis. Bila hari inisayurnya
bersantan maka lauknya dipanggang, dikukus, dibakar atau ditim.

6. Lansia harus diberi pengertian untuk mengurangi atau kalau bisa menghindari
makanan yang mengandung garam natrium yang tinggi. Contoh bahan makanan
yang mengandung garam natrium yang tinggi adalah garam dapur, vetsin, daging
kambing, jerohan, atau makanan yang banyak mengandung garam dapur misalnya
ikan asin, telur asin, ikan pindang. Hal ini dikarenakan pada lansia mudah
mengalami hipertensi. Hal ini,seperti yang dijelaskan tadi bahwa elastisitas
pembuluh darah telah menurun dan terjadi penebalan di dinding pembuluh darah
yang mengakibatkan mudahnya terkena hipertensi. Selain itu indera pengecapan
pada lansia mulai berkurang, terutama untuk rasa asin, sehingga rasa asin yang
cukuppun terasa masih kurang bagi mereka, lalu makanan ditambah garam yang
banyak, hal ini akan meningkatkan tekanan darah pada lansia. Jadi kita memang
perlu sampaikan kepada lansia bahwa panduan rasa asinnya. tidak bisa lagi dipakai
sebagai ukuran, karena biladengan panduan asin dari lansia, untuk kita yang belum
lansia akan terasa asin sekali.

7. Lansia harus memperbanyak makan buah dan sayuran, karena sayur dan buah
banyak. mengandung vitamin, mineral dan serat. Lansia sering mengeluhkan tentang
konstipasi/susah buang air besar, nah dengan mengkonsumsi sayur dan buah yang
kaya akan serat makaakan melancarkan buang air besar. Untuk buah, utamakan buah
yang bisa dimakan dengan kulitnya. karena seratnya lebih banyak. Dengan
mengkonsumsi sayuran dan buah sebenarnya lansia tidak perlu lagi mengkonsumsi
suplemen makanan.

8. Selain konsumsi sayur dan buah, Lansia harus banyak minun air putih. Kebutuhan
air yakni 1500 2000 ml atau 6-8 gelas perhari. Air ini sangat besar artinya karena air
menjalankan. fungsi tubuh, mencegah timbulnya penyakit di saluran kemih seperti
kencing batu, batu ginjal dan lain-lain.Air juga sebagai pelumas bagi fungsi tulang
dan engselnya,jadi bila tubuh kekurangan cairan maka fungsi, daya tahan dan
kelenturantulangjugaberkurang. Air juga berguna untuk mencegah sembelit, karena
untuk penyerapan makanan dalam usus memerlukan air.
37
9. Lebih dianjurkan untuk mengolah makanan dengan cara dikukus, direbus, atau
dipanggang kurangi makanan yang digoreng.
 KEBUTUHAN GIZI PADA LANJUT USIA
Lansia berisiko tinggi mengalami masalah nutrisi. Hal ini cukup beralasan sehingga
prevelansi yang tinggi mengenai masalah nutrisi pada lansia ini telah menjadi sorotan dalam
sejumlah survey.
 Gizi tepat untuk lansia
Dengan memperhatikan prinsip-prinsip kebutuhan gizinya yaitu kebutuhan energi
memang lebih rendah dari pada usia dewasa muda (turun sekitar 5-10%), kebutuhan protein
sebesar 1 gr/kg BB, kebutuhan lemak berkurang, kebutuhan karbohidrat cukup (sekitar
50%), kebutuhan vitamin dan mineral sama dengan usia dewasa muda. Atau dengan cara
praktis melihat di DKGA (Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan).
Menu yang disajikan untuk lansia harus mengandung gizi yang seim- bang yakni
mengandung sumber zat energi, sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur. Dalam hal
ini kita bisa mengacu pada makanan empat sehat lima sempurna.
Karena lansia mengalami kemunduran dan keterbatasan maka kon- sistensi dan tekstur
atau bentuk makanan harus disesuaikan. Sebagai con- toh: gangguan pada gigi (gigi
tanggal/ompong), maka bentuk makanan- nya harus lunak, misal nasi ditim, lauk pauk
dicincang (ayam disuwir, daging sapi dicincang/digiling).
Makanan yang kurang baik bagi lansia adalah makanan berlemak tinggi seperti seperti
jerohan (usus, hati, ampela, otal dll), lemak hewan, kulit hewan (misal kulit ayam, kulit sapi,
kulit babi dll), goreng-gorengan, santan kental. Karena seperti prinsip yang disebutkan tadi
bahwa kebu- tuhan lemak lansia berkurang dan pada lansia mengalami perubahan proporsi
jaringan lemak. Hal ini bukan berarti lansia tidak boleh meng- konsumsi lemak. Lansia
harus mengkonsumsi lemak namun dengan catatan sesuai dengan kebutuhannya. Sebagai
contoh misalnya bila menu hari ini lauknya sudah digoreng, maka sayurannya lebih baik
sayur yang tidak bersantan seperti sayur bening, sayur asam atau tumis. Bila hari ini
sayurnya bersantan maka lauknya dipanggang, dikukus, dibakar atau ditim.
Lansia harus diberi pengertian untuk mengurangi atau kalau bisa menghindari makanan
yang mengandung garam natrium yang tinggi. Contoh bahan makanan yang mengandung
garam natrium yang tinggi adalah garam dapur, vetsin, daging kambing, jerohan, atau
makanan yang banyak mengandung garam dapur misalnya ikan asin, telur asin, ikan

38
pindang. Mengapa lansia harus menghindari makanan yang mengandung garam natrium
yang tinggi ? Hal ini dikarenakan pada lansia mudah mengalami hipertensi. Hal ini, seperti
yang dijelaskan tadi bahwa elastisitas pembuluh darah telah menurun dan terjadi penebalan
di dinding pembuluh darah yang mengakibatkan mudahnya terkena hipertensi. Selain itu
indera pengecapan pada lansia mulai berkurang, terutama untuk rasa asin, sehingga rasa asin
yang cukup-pun terasa masih kurang bagi mereka, lalu makanan ditambah garam yang
banyak, hal ini akan meningkatkan tekanan darah pada lansia. Jadi kita memang perlu
sampaikan kepada lansia bahwa panduan rasa asinnya tidak bisa lagi dipakai sebagai
ukuran, karena bila dengan panduan asin dari lansia, untuk kita yang belum lansia akan
terasa asin sekali.
Lansia harus memperbanyak makan buah dan sayuran, karena sayur dan buah banyak
mengandung vitamin, mineral dan serat. Lansia sering mengeluhkan tentang
konstipasi/susah buang air besar, nah dengan mengkonsumsi sayur dan buah yang kaya akan
serat maka akan melancarkan buang air besar. Untuk buah, utamakan buah yang bisa
dimakan dengan kulitnya karena seratnya lebih banyak. Dengan mengkonsumsi sayuran dan
buah sebenarnya lansia tidak perlu lagi mengkonsumsi suplemen makanan.
Selain konsumsi sayur dan buah, Lansia harus banyak minun air putih. Kebutuhan air
yakni 1500 - 2000 ml atau 6-8 gelas perhari. Air ini sangat besar artinya karena air
menjalankan fungsi tubuh, mencegah timbulnya penyakit di saluran kemih seperti kencing
batu, batu ginjal dan lain-lain. Air juga sebagi pelumas bagi fungsi tulang dan engselnya,
jadi bila tubuh kekurangan cairan maka fungsi, daya tahan dan kelenturan tulang juga
berkurang. Air juga berguna untuk mencegah sembelit, karena untuk penyerapan makanan
dalam usus memerlukan air.
 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN GIZI PADA
LANSIA
1. Berkurangnya kemampuan mencerna makanan akibat kerusakan gigi atau ompong.
2. Berkurangnya indera pengecapan mengakibatkan penurunan terhadap cita rasa
manis, asin, asam, dan pahit.
3. Esophagus/kerongkongan mengalami pelebaran.
4. Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.
5. Gerakan usus atau gerak peristaltic lemah dan biasanya menimbulkan konstipasi.
6. Penyerapan makanan di usus menurun.
 PERENCANAAN MAKANAN UNTUK LANSIA
1. Makanan harus mengandung zat gizi dari makanan yang beraneka ragam, yang
39
terdiri dari: zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.
2. Perlu diperhatikan porsi makanan, jangan terlalu kenyang. Porsi makan hendaknya
diatur merata dalam satu hari sehingga dapat makan lebih sering dengan porsi yang
kecil. Contoh menu: Pagi: Bubur ayam Jam 10.00: Roti Siang: Nasi, pindang telur,
sup, papaya Jam 16.00: Nagasari Malam: Nasi, sayur bayam, tempe goreng, pepes
ikan, dan pisang.
3. Banyak minum dan kurangi garam, dengan banyak minum dapat memperlancar
pengeluaran sisa makanan, dan menghindari makanan yang terlalu asin akan
memperingan kerja ginjal serta mencegah kemungkinan terjadinya darah tinggi.
4. Batasi makanan yang manis-manis atau gula, minyak dan makanan yang berlemak
seperti santan, mentega dll.
5. Bagi pasien lansia yang prose penuaannya sudah lebih lanjut perlu diperhatikan hal-
hal sebagai berikut:
 Makanlah makanan yang mudah dicerna
 Hindari makanan yang terlalu manis, gurih, dan goring-gorengan - Bila
kesulitan mengunyah karena gigirusak atau gigi palsu kurang baik, makanan
harus lunak/lembek atau dicincang
 Makan dalam porsi kecil tetapi sering Makanan selingan atau snack, susu,
buah, dan sari buah sebaiknya diberikan
6. Batasi minum kopi atau teh, boleh diberikan tetapi harus diencerkan sebab berguna
pula untuk merangsang gerakan usus dan menambah nafsu makan.
7. Makanan mengandung zat besi seperti: kacang-kacangan, hati, telur, daging rendah
lemak, bayam, dan sayuran hijau.
8. Lebih dianjurkan untuk mengolah makanan dengan cara dikukus, direbus, atau
dipanggang kurangi makanan yang digoreng.
9. Perencanaan makan untuk mengatasi perubahan saluran cerna Untuk mengurangi
resiko konstipasi dan hemoroid.
10. Sarankan untuk mengkonsumsi makanan berserat tinggi setiap hari, seperti sayuran
dan buah-buahan segar, roti dan sereal

40
2.6 Gangguan Kekurangan Gizi pada Dewasa dan Lansia dan Pencegahannya
a. Dewasa
Lanjut usia (Lansia) secara definisi adalah Proses menghilangnya secara perlahan-
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur dan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan
memperbaiki kerusakan yang diderita.
Secara umum dikatakan Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun
ke atas (menurut PP RI No. 43 tahun 2004). Lansia dikelompokkan menjadi tiga :
Pralansia (50-64 tahun), Lansia muda (65-80) dan Lansia lanjut >80 tahun (menurut
PMK No. 28 tahun 2019). Sedangkan menurut WHO, lansia dikelompokkan menjadi 4
kelompok: Usia pertengahan (45-59 tahun), elderly (60-74 tahun), Old (75-90 tahun),
very old (>90 tahun).
Lansia merupakan sebuah siklus hidup manusia yang hampir pasti akan dialami setiap
orang. Lansia dimasukkan ke dalam kelompok rentan gizi, meskipun tidak ada
hubungannya dengan pertumbuhan badan, namun sebaliknya sudah terjadi evolusi dan
degenerasi jaringan sel-selnya. Meskipun secara alamiah terjadi penurunan fungsi
berbagai organ, tetapi tidak harus menimbulkan penyakit, oleh karenanya lanjut usia itu
harus sehat. Proses menua sangat individual dan berbeda perkembangannya pada tiap
orang, karena dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal yang
mempengaruhi proses menua adalah Asupan makan, pendidikan, sosial budaya, penyakit
infeksi/degenerative, hygiene sanitasi lingkungan, ekonomi dan dukungan keluarga,
kemunduran psikologis seperti sindroma lepas jabatan, perasaan sedih dan
sendiri/kesepian.
Asupan makan sangat mempengaruhi proses menua karena seluruh aktifitas sel atau
metabolisme dalam tubuh memerlukan zat-zat gizi yang cukup. Sedangkan faktor
internal yang mempengaruhi proses menua adalah perubahan Biologis, yang pada
akhirnya juga dapat mempengaruhi status gizi.
 PROSES PERUBAHAN BIOLOGIS PADA LANSIA DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP GIZI:
1. Pengurangan massa otot antara 1%-2% pertahun dimulai usia 30 tahun, sebaliknya
bertambahnya massa lemak (jaringan adipose) sebesar 0,5%-1,5% pertahun sejak
usia 30 tahun. Menurunkan jumlah cairan tubuh, kulit terlihat mengerut dan
kering, wajah berkeriput dengan garis-garis yang menetap, dan terlihat kurus.

41
2. Gangguan indera perasa, penciuman, pendengaran, penglihatan dan perabaan.
Menurunnya fungsi indera perasa berkaitan dengan kekurangan kadar zink yang
menyebabkan berkurangnya nafsu makan pada lansia. Sensitifitas terhadap rasa
manis dan asin biasanya berkurang, ini menyebabkan Lansia senang makan yang
manis dan asin.
3. Katarak pada lanjut usia sering dihubungkan dengan kekurangan Vitamin A, C
dan Asam Folat.
4. Gigi geligi yang tanggal dan tidak lengkap, menyebabkan gangguan fungsi
mengunyah yang mengakibatkan kurangnya asupan makanan, sehingga pada
akhirnya terjadi penurunan berat badan.
5. Cairan saluran cerna dan enzim-enzim pencernaan berkurang, Nafsu makan dan
kemampuan penyerapan zat-zat gizi terutama lemak dan Kalsium juga menurun.
Menurunnya sekresi air ludah mengurangi kemampuan mengunyah dan menelan
makanan. Penurunan Asam lambung menyebabkan rasa lapar juga menurun. Pada
lambung, faktor yang berpengaruh terhadap penyerapan vitamin B12 juga
berkurang, sehingga dapat menyebabkan Anemia.
6. Penurunan mobilitas usus, meyebabkan gangguan pada saluran pencernaan seperti
perut kembung, nyeri perut dan susah buang air besar atau sembelit. Hal ini juga
dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan dan terjadinya wasir.
7. Penurunan kemampuan Motorik, menyebabkan Lansia mengalami kesulitan untuk
makan.
8. Terjadinya penurunan fungsi sel otak, menyebabkan penurunan daya ingat jangka
pendek, melambatnya proses informasi, yang dapat mengakibatkan kesulitan
dalam melakukan aktifitas sehari-hari (Demensia/Pikun).
9. Kapasitas Ginjal untuk mengeluarkan air dalam jumlah besar juga berkurang,
sehingga dapat terjadi pengenceran Natrium. Selain itu pengeluaran urine diluar
kesadaran (incontinensia urine) menyebabkan lansia sering mengurangi minum,
sehingga dapat menyebabkan Dehidrasi.
10. Lanjut usia memerlukan Asupan Gizi yang cukup dan seimbang untuk
mempertahankan Status Gizi yang optimal serta untuk mencegah atau mengurangi
risiko penyakit degeneratif dan kekurangan gizi (Malnutrisi).

42
 UPAYA PENCEGAHAN DAN REKOMENDASI GIZI SEIMBANG UNTUK
LANSIA:
1. Jaga keseimbangan energi untuk mencapai dan menjaga Berat Badan Normal.
Pola makan sehat diutamakan sepeti asupan makanan dan minuman yang padat
gizi. Pilih BM sumber protein seperti susu dan hasil olahannya yang rendah
lemak, daging has, unggas, telur, kacang-kacangan dan biji-bijian.
2. Batasi konsumsi gula (Karbohidrat sederhana termasuk tepung-tepungan), garam
dan lemak jenuh. Konsumsi gula, garam dan lemak berlebihan dapat
meningkatkan risiko Lansia untuk mengalami hiperglikemia, hipertensi,
hiperkolesterolemia, stroke, penyakit jantung dan diabetes.
3. Biasakan mengkonsumsi sumber kalsium dan vitamin D, seperti ikan, susu untuk
menjaga kesehatan dan kekuatan tulang dan gigi. Sering terpapar sinar matahari
pagi juga dapat membantu pembentukan vitamin D aktif dalam tubuh.
4. Biasakan mengkonsumsi sayur-sayuran, buah-buahan, biji-bijian, dan produk
whole grain sebagai sumber serat makanan dan kalium, terutama sayuran yang
berwarna hijau, merah atau orange. Serat penting bagi kesehatan Lansia karena
selain untuk melancarkan pencernaan dan mencegah sembelit/konstipasi, serat
juga berfungsi untuk mengontrol kadar lemak dan gula dalam darah.
5. Minum air putih sesuai kebutuhan. Anjuran konsumsi air untuk Lansia adalah
1500-1600 ml (sekitar 6 gelas) per-harinya, atau 25-30 ml/kgBB/hari. Lebih
sedikit dari anjuran minum untuk orang dewasa yang sebanyak 8 gelas perhari.
6. Kebutuhan gizi sebaiknya terpenuhi dari Asupan makan sehari-hari. Bila
dibutuhkan, makanan yang difortifikasi dan suplemen mungkin bermanfaat untuk
memenuhi kebutuhan satu atau lebih zat gizi pada kondisi khusus.
7. Pola makan yang sehat harus mencegah penyakit terkait makanan (foodborne
disease). Empat prinsip keamanan pangan yaitu; bersihkan, pisahkan, olah atau
masak dan simpan pada suhu yang tepat, secara bersama-sama menurunkan risiko
penyakit terkait makanan. Makanan setengah matang harus dihindari.
8. Tetap melakukan aktifitas fisik dan kurangi waktu untuk aktifitas sedenter.
Kekakuan otot sering terjadi pada Lansia karena berkurangnya kemampauan otot
untuk berkontraksi dan relaksasi. Lansia dianjurkan untuk melakukan aktifitas
fisik ringan seperti, berjalan santai, bersepeda, berkebun, yoga atau senam Lansia.

43
Selain menjaga kelenturan otot, aktifitas fisik tersebut dapat membantu menjaga
kesehatan jantung dan kebugaran tubuh.
 MENJAGA IMUNITAS LANSIA DENGAN SUPER FOOD
SUPER FOOD setidaknya mengndung 2 jenis zat gizi dan memiliki densitas
energy yang tinggi, kaya akan sumber serat fitonutrien, antioksidan, vitamin, mineral,
protein dan asam lemak omega 3.
 TIPS DUKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBANTU MASALAH MAKAN
PADA PENEDERITA DEMENSIA:
1. Saat makan harus santai dan tidak tergesa-gesa. Dibutuhkan banyak waktu dan
dipastikan tidak ada gangguan, seperti suara televisi atau kebisingan.
2. Jika pasien gelisah atau tertekan, jangan paksa mereka untuk makan atau minum.
Tunggu sampai tenang untuk menghindari risiko tersedak.
3. Pastikan bahwa pasien nyaman dan duduk tegak saat makan. Jika terbaring di
tempat tidur, aturlah posisi yang baik sebelum memberikan makanan dan
minuman. (posisi duduk antara 30-45 derajat)
4. Berhati-hati ketika menawarkan minum yang panas, karena beberapa penderita
Demensia kehilangan kemampuan menilai suhu.
5. Jika penderita memiliki kesulitan menggunakan sendok dan garpu, bimbinglah
tangan mereka ke mulut untuk mengingatkan cara makan. Atau tawarkan makanan
yang dapat dipegang dengan tangan.
6. Berceritalah tentang makanan yang sedang dimakan untuk membantu
mengingatkan mereka tentang selera dan rasa.
7. Pasien Demensia sebaiknya menggunakan kacamata, gigi palsu dan alat bantu
dengar saat makan. Penderita dengan gangguan penglihatan, makanan harus
ditempatkan pada area yang mudah dijangkau.
8. Pasien dengan kesulitan menelan harus diberikan makanan dengan konsistensi
yang dapat di toleransi dan harus diberikan oleh keluarga.
9. Pasien yang tidak dapat duduk lebih dari 15 menit untuk makan, dapat diberikan
makanan ringan antara waktu makan, karena sering merasa lapar akibat gelisah.
10. Masalah medis seperti penyakit ulkus peptikum dan konstipasi kronis dapat
diobati secara medis untuk mengurangi ketidaknyamanan dan meningkatkan nafsu
makan.

44
11. Pasien Demensia stadium akhir memerlukan pemasangan slang makan untuk
memenuhi asupan gizi dan mempertahankan berat badan.

b. Lansia
Berikut penyakit yang kemungkinan sering dialami oleh orang dewasa yakni :
a. Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kelainan metabolisme yang
disebabkan kurangnya hormon insulin. Hormon insulin di- hasilkan oleh sekelompok
sel beta di kelenjar pankreas dan sangat berperan dalam metabolisme glukosa dalam
sel tubuh. Kadar glukosa yang tinggi dalam tubuh tidak dapat diserap semua dan tidak
mengalami metabolisme dalam sel. Akibatnya, seseorang akan kekurangan energi,
sehingga mudah lelah dan berat badan terus turun. Kadar glu- kosa yang berlebih
tersebut dikeluarkan melalui ginjal dan dikeluarkan bersama urine. Gula memiliki
sifat menarik air sehingga menye- babkan seseorang banyak mengeluarkan urine dan
selalu merasa haus.
Ada dua tipe diabetes mellitus, yaitu: diabetes mellitus tipe 1 (dia- betes yang
tergantung kepada insulin) dan diabetes mellitus tipe dua (diabetes yang tidak
tergantung kepada insulin, NIDDM). Nutrisi yang berlebihan (overnutrition)
merupakan faktor risiko pertama yang diketahui menyebabkan DM. Semakin berat
badan berlebih atau obesitas akibat nutrisi yang berlebihan, semakin besar
kemungkinan seseorang terjangkit diabetes mellitus.
Gejala yang sangat umum adalah sering kencing pada malam hari (poliuria),
selalu merasa haus (polidipsia), selalu merasa lapar (poli- fagia). Gejala umum lain
yang menyebabkan seseorang ingin segera pergi ke dokter adalah kelainan kulit
seperti gatal dan bisul, kelainan ginekologi seperti keputihan, serta kesemutan yang
disertai mati rasa. Kadang-kadang tubuh menjadi lemah dan terasa lelah. Biasanya
akan muncul luka atau bisul yang tak kunjung sembuh atau terjadi infeksi di saluran
kemih. Bisa juga terjadi impotensi, katarak, atau seorang perempuan melahirkan bayi
dengan berat badan lebih dari 4 kilogram.
Seseorang telah menderita DM jika memenuhi kriteria sebagai berikut: Seseorang
menderita gejala khas beserta keluhan seperti disebutkan di atas ditambah dengan
kadar glukosa darah sewaktu lebih besar atau sama dengan 200 mg/dl dan apabila

45
seseorang memiliki kadar glukosa darah puasa lebih besar atau sama dengan 126
mg/dl sebanyak dua kali pemeriksaan pada saat yang berbeda.
b. Aterosklerosis
Aterosklerosis adalah mengerasnya timbunan lemak pada dinding arteri, berasal
dari bahasa Yunani ather (bubur = timbunan lemak lembek seperti bubur) dan scleros
(keras). Akibat aterosklerosis ini menyebabkan rusaknya dinding arteri, sehingga
mengganggu jalannya aliran darah ke otot jantung dan organ tubuh lain yang bisa
mengakibatkan serangan jantung. Proses aterosklerosis sebenarnya sudah dimulai
sejak masa kanak-kanak, seiring dengan meningkatnya konsumsi makanan, terutama
makanan siap saji (junk food). Bahkan bayi usia tiga bulan saja mulai terkena. Masa
remaja bisa diperkirakan sebagai masa kepastian penyakit ini terjadi. Sebenarnya ada
dua faktor lain yang menyebabkan aterosklerosis ini selain kolesterol yaitu, tekanan
darah tinggi dan merokok. Merokok, tekanan darah tinggi dan peningkatan kadar
kolesterol.
Plasma atau serum adalah faktor risiko utama terjadinya aterosklerosis, sedangkan
penyebab sekunder adalah stres, kurang gerak, peningkatan trigliserida plasma. Rasio
kolesterol HDL: LDL berbanding terbalik dengan terjadinya aterosklerosis dan ini
lebih berarti daripada hubungan dengan total kolesterol serum LDL yang berlebihan
memicu terjadinya aterosklerosis pada dinding pembuluh darah. Selain konsumsi
lemak yang berlebih, kekurangan konsumsi zat gizi mikro (vitamin dan mineral)
sering dihubungkan pula dengan terjadinya aterosklerosis, antara Vitamin C, Vita min
E dan B6 yang meningkat- kan kadar homosistein. Tingginya konsumsi Vitamin D
merupakan faktor terjadinya aterosklerosis di mana terjadi deposit kalsium yang
menyebabkan rusaknya jaringan elastis sel dinding pembuluh darah. Aterosklerosis
terjadi bila sebagian besar permukaan bagian dalam arteri besar membentuk plaque.
Aterosklerosis merupakan penyebab utama terjadinya hipertensi yang
berhubungan dengan diet seseorang. Pembuluh yang mengalami sklerosis
(aterosklerosis), resistensi dinding pembuluh darah tersebut akan meningkat. Hal ini
akan memicu jantung untuk meningkatkan denyutnya agar aliran darah dapat
mencapai seluruh bagian tubuh.
c. Gout
Gout atau penyakit asam urat adalah suatu penyakit yang sudah dikenal sejak
masa Hippocrates, sering dinamakan sebagai "penyakit para raja dan raja dari
penyakit" karena sering muncul pada kelompok masyarakat dengan kemampuan
46
sosial-ekonomi tinggi yang sering mengonsumsi daging (yaitu keluarga kerajaan pada
zaman dahulu) serta karena menimbulkan rasa sakit yang teramat sangat. Gout sendi-
ri berasal dari bahasa Latin, yaitu gutta (tetesan) karena dipercaya bahwa penyakit
tersebut disebabkan oleh luka yang jatuh tetes demi tetes ke dalam sendi.
Gout disebabkan karena adanya penumpukan asam urat di dalam tubuh secara
berlebihan, baik akibat produksi asam urat yang meningkat, pembuangannya melalui
ginjal yang menurun, atau akibat peningkatan asupan makanan yang kaya akan purin.
Gout terjadi ketika cairan tubuh sangat jenuh akan asam urat karena kadarnya yang
tinggi. Gout ditandai dengan serangan berulang dari arthritis (peradangan sendi) yang
akut, kadang-kadang disertai dengan pembentukan kristal natrium urat yang besar
(yang dinamakan tophus), deformitas (kerusakan) sendi secara kronis, dan adanya
cedera pada ginjal.
Kondisi yang terkait dengan hiperurisemia adalah diet kaya purin, obesitas, serta
konsumsi alkohol. Purin merupakan senyawa yang akan dirombak menjadi asam urat
di dalam tubuh. Alkohol merupakan salah satu sumber purin dan juga dapat
menghambat pembuangan purin melalui ginjal sehingga disarankan untuk tidak sering
mengonsumsi alkohol. Pasien juga disarankan untuk minum air dalam jumlah yang
banyak (2 liter atau lebih setiap harinya), karena akan membantu pembuangan urat
dan meminimalkan pengendapan urat dalam saluran kemih. Ada beberapa jenis
makanan yang diketahui kaya akan purin, antara lain daging (daging sapi, babi,
kambing), makanan dari laut (seafood), kacang-kacangan, bayam, jamur, dan
kembang kol.
d. Osteoporosis
Penyakit osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan tulang yang progresif,
sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Tulang terdiri dari mineral-mineral
seperti kalsium dan fosfat, sehingga tulang menjadi keras dan padat. Jika tubuh tidak
mampu mengatur kandungan mineral dalam tulang, maka tulang menjadi kurang
padat dan lebih rapuh, sehingga terjadilah osteoporosis.
Penyakit osteoporosis sering disebut sebagai silent disease karena proses
kepadatan tulang berkurang secara perlahan (terutama pada penderita osteoporosis
senilis) dan berlangsung secara progresif selama bertahun-tahun tanpa kita sadari dan
tanpa disertai adanya gejala. Gejala-gejala baru timbul pada tahap osteoporosis lanjut,
seperti: patah tulang, punggung yang semakin membungkuk, hilangnya tinggi badan,
dan nyeri punggung.
47
Jika kepadatan tulang sangat berkurang sehingga tulang menjadi hancur, maka
akan timbul nyeri tulang dan kelainan bentuk. Hancurnya tulang belakang
menyebabkan nyeri punggung menahun. Tulang belakang yang rapuh bisa mengalami
hancur secara spontan atau karena cedera ringan. Biasanya nyeri timbul secara tiba-
tiba dan dirasakan di daerah tertentu dari punggung, yang akan bertambah nyeri jika
penderita berdiri atau berjalan. Jika disentuh, daerah tersebut akan terasa sakit, tetapi
biasanya rasa sakit ini akan menghilang secara bertahap setelah beberapa minggu atau
beberapa bulan.
Jika beberapa tulang belakang hancur, maka akan terbentuk ke- lengkungan yang
abnormal dari tulang belakang (punuk Dowager), yang menyebabkan ketegangan otot
dan sakit. Tulang lainnya bisa patah, yang sering kali disebabkan oleh tekanan yang
ringan atau karena jatuh. Salah satu patah tulang yang paling serius adalah patah
tulang panggul. Hal yang juga sering terjadi adalah patah tulang lengan (radius) di
daerah persambungannya dengan pergelangan tangan, yang disebut fraktur Colles.
Selain itu, pada penderita osteoporosis, patah tulang cenderung menyembuh secara
perlahan.
Faktor Risiko Osteoporosis :
 Wanita
Osteoporosis lebih banyak terjadi pada wanita. Hal ini disebabkan pengaruh
hormon estrogen yang mulai menurun kadarnya dalam tubuh sejak usia 35 tahun.
Selain itu, wanita pun mengalami menopause yang dapat terjadi pada usia 45
tahun.
 Usia
Seiring dengan pertambahan usia, fungsi organ tubuh justru me- nurun. Pada usia
75-85 tahun, wanita memiliki risiko dua kali lipat dibandingkan pria dalam
mengalami kehilangan tulang trabekular karena proses penuaan, penyerapan
kalsium menurun dan fungsi hormon paratiroid meningkat.
 Ras/Suku
Ras juga membuat perbedaan di mana ras kulit putih atau ketu- runan Asia
memiliki risiko terbesar. Hal ini disebabkan secara umum konsumsi kalsium
wanita Asia rendah.

48
e. Obesitas
Penderita obesitas yaitu orang yang mempunyai berat badan sangat berlebihan,
secara umum dapat didiagnosis hanya dengan melihat secara fisik. Namun perlu
diwaspadai bahwa masalah obesitas tidak hanya sekedar mempengaruhi penampilan
seseorang. Masalah obesitas biasanya juga disertai masalah kesehatan lain seperti
diabetes melitus, penyakit jantung koroner dan hipertensi, kanker, penyakit ginjal, dan
penyakit hati yang dapat menyebabkan kematian.
Kegemukan atau obesitas terjadi karena konsumsi makanan yang melebihi
kebutuhan angka kecukupan gizi (AKG) per hari. Bila kelebihan ini terjadi dalam
jangka waktu lama, dan tidak diimbangi de- ngan aktivitas yang cukup untuk
membakar kelebihan energi, lambat laun kelebihan energi ini akan diubah menjadi
lemak dan ditimbun di dalam sel lemak di bawah kulit. Akibatnya orang tersebut akan
menjadi gemuk. Pada awalnya ditandai dengan peningkatan berat badan, Bilamana
penimbunan makin banyak, terjadi perubahan anatomis.
Para wanita yang memiliki berat badan di atas rata-rata, baik over- weight maupun
obesitas, harus meningkatkan kewaspadaannya. Di- perkirakan pada wanita
overweight dan obesitas yang memasuki usia lanjut akan memiliki risiko terkena
penyakit kanker, termasuk kanker rahim dan kanker yang berhubungan dengan
saluran makanan.
Menurut studi yang didanai oleh Cancer Research UK ini, setiap tahunnya ada
sekitar 6.000 orang di usia pertengahan maupun manula yang terkena penyakit kanker
karena berkaitan dengan bentuk badan mereka yang overweight dan obesitas. Studi
tersebut melibatkan satu juta wanita dalam tujuh tahun Paparan tersebut hampir sama
dengan studi internasional yang diluncurkan dengan menunjuk adanya kaitan antara
kanker dan be- rat badan. Studi yang memantau para wanita berusia 50-64 tahun ini
mencatat bahwa selama tujuh tahun telah terjadi 45.000 kasus kanker di mana 17.000
di antaranya diakhiri dengan kematian.
Para peneliti memperkirakan bahwa obesitas dan overweight menjadi pemicu
utama terjadinya sejumlah kasus kanker. Selain itu, hubungan antara berat badan dan
kanker sangat erat dengan usia wanita itu sendiri. Sebagai contoh, timbulnya kanker
payudara pada wanita obesitas atau overweight akan mulai terjadi setelah si wanita
memasuki masa menopause. Termasuk dalam dampak dari menopause adalah
terjadinya kanker pada bagian usus besar.

49
Dampak dari kaitan antara overweight dan kanker adalah: rahim, saluran
makanan, ginjal, leukemia, payudara, multiple myeloma (bone marrow), pancreas,
non-hodgkin's lymphoma, dan saluran kandungan. Pada wanita penumpukan jaringan
lemak, biasanya berada di sekitar pinggul, paha, lengan, pinggang, dan perut. Baru
meluas ke seluruh tubuh sampai ke muka. Adapun pada laki-laki, penumpukan
jaringan lemak umumnya terjadi di bagian perut.
Pria kegemukan memiliki kualitas sperma yang kurang baik. Perlu diketahui,
lemak tubuh memproduksi hormon yang disebut dengan estradiol yang langsung
berpengaruh pada produksi testosteron, yaitu hormon yang sangat berpengaruh bagi
kualitas sperma seorang pria. Semakin tinggi estradiol, maka produksi testosteron
akan semakin rendah, otomatis kualitas sperma pun menjadi kurang baik.
f. Anemia
Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar hemoglobin
(Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal. Jika kadar
hemoglobin kurang dari 14 g/dl dan eritrosit kurang dari 41% pada pria, maka pria ini
dikatakan anemia. Demikian pula pada wanita, wanita yang memiliki kadar
hemoglobin kurang dari 12 g/dl dan eritrosit kurang dari 37%, maka wanita itu
dikatakan anemia.
Mineral besi, Vitamin B12, dan asam folat merupakan nutrisi yang penting dalam
pembentukan sel darah. Kekurangan ketiga unsur tersebut dapat menyebabkan
anemia. Anemia karena defisiensi zat besi ditandai dengan adanya perubahan pada
kulit. Kulit tampak pucat dan kusam. Selain itu, terjadi kerusakan kelenjar secara
terus-menerus, seperti lidah menjadi halus, bibir dan sudut-sudut mulut tampak pecah-
pecah dan berwarna kemerahan.
Zat besi (Fe) merupakan mineral yang sangat penting bagi tu- buh, meskipun
dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit (trace mineral). Hemoglobin, yang berfungsi
mengangkut oksigen ke seluruh tubuh, mengandung 60-70% zat besi. Kekurangan zat
besi menunjukkan bah- wa tubuh kita kekurangan hemoglobin dan oksigen. Zat besi
dapat diperoleh dari sayuran hijau dan daging, tetapi zat besi yang terkandung dalam
sayuran lebih sulit diserap dibandingkan dengan zat besi dalam daging.
Namun itu bukan berarti kita harus banyak mengonsumsi daging untuk mencukupi
kebutuhan zat besi, kecuali dalam keadaan defisiensi unsur besi. Setiap hari tubuh kita
membutuhkan sekitar 20 mg zat besi dari makanan. Namun dari sejumlah itu hanya
sekitar 2 mg saja yang diserap oleh tubuh, dan sisanya akan dibuang bersama dengan
50
tinja. Zat besi dalam tubuh kita berkisar 2-4 g, atau sekitar 50 mg dalam setiap
kilogram berat badan pada pria dewasa. Adapun pada wanita hanya 35 mg dalam
setiap kilogram berat badan. Umumnya defisiensi zat besi disertai dengan defisiensi
asam folat.
Anemia yang banyak menimpa wanita usia usia subur dan masih produktif,
ujarnya dipicu oleh fungsi reproduksi mereka, mulai dari menstruasi, kehamilan,
melahirkan, sampai dengan menyusui. Ia menjelaskan diet yang sering dilakukan,
khususnya oleh kaum wanita, memudahkan pula timbulnya anemia karena buruknya
pola makan mereka.

51
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Setiap mahluk hidup membutuhkan makanan untuk mempertahankan kehidupannya,
karena didalam makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk
melakukankegiatan metabolismenya. Pada orang dewasa, dimana pertumbuhan tidak lagi
terjadi kebutuhan zat-zat gizi lebih tergantung pada aktivitas fisiknya. Umumnya laki-laki
lebih memerlukan energi ini disebabkan karena secara fisik laki-laki lebih banyak bergerak
tetapi pada aktivitasnya juga memerlukan energi banyak.
Semakin tinggi dan semakin berat badan seseorang maka kebutuhan energinya juga
perlu ditambahkan. Sedang kan Bagi lansia pemenuhan kebutuhan gizi yang diberikan
dengan baik dapat membantu dalam proses beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan
perubahan- perubahan yang dialaminya selain itu dapat menjaga kelangsungan pergantian
sel-sel tubuh sehingga dapat memperpanjang usia. Kebutuhan kalori pada lansia berkurang
karena berkurangnya kalori dasar dari kebutuhan fisik. Kalori dasar adalah kalori yang
dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tubuh dalam keadaan istirahat, misalnya : untuk
jantung, usus, pernafasan dan ginjal.
3.2 Saran
Diharapkan kepada pembaca agar dapat lebih banyak membaca dan mempelajari
tentang konsep kebutuhan gizi pada dwasa dan lansia, karena hal ini sangat penting bagi
perawat untuk mejalankan praktik keperawatannya.

52
DAFTAR PUSTAKA
Adriani dan Wirjatmadi. (2012). Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan. Jakarta : Kencana
Almatsier, S. (2010). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia
Aspiani, R.Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: Trans Info Media
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/7261/4/BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf
diakses pada 22 Februari 2024
ttps://gaya.tempo.co/read/1724197/kategori-umur-balita-remaja-dan-dewasa-menurut-
kemenkes-jangan-salah diakses pada 22 Februari 2024 diakses pada 22 Februari 2024
Al Amin, M. (2017). Klasifikasi Kelompok Umur Manusia Berdasarkan Analisis Dimensi
Fraktal Box Counting Dari Citra Wajah Dengan Deteksi Tepi Canny. MATHunesa, 2
Almatsier, S. (2001). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Utama.

Anggarani, A Putu Martha. 2021. Geriantri 2. Aceh: Syiah Kuala University Press

Moore Courtney Mary, 1997, Buku Pedoman Terapi Diet dan Nutrisi, Edisi II,
Hipokrates, Jakarta

53
Yosephin, B. (2018). Tuntunan Praktis Menghitung Kebutuhan Gizi. Yogyakarta: CV ANDI
OFFSET.
Pakar Gizi Indonesia,Editor: Supariasa, I Dewa Nyoman dan Hardiansyiah.2016.Ilmu Gizi:
Teori dan Aplikasi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Ann M. Coulston, . C. (2017). Nutrition in the Prevention and Treatment.
Handayani, D. (2015). Nutritation Care Proses. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Furqonia, Annisaa Wulida dan Farapti.2023.PANDUAN MENU MAKAN LANSIA SEHAT.
Surabaya: Airlangga University Press
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/2354/kebutuhan-gizi-pada-lansia Diakses pada
Rabu tanggal 21 2024 pada jam 00.14 WIB
Anita Lusia Dewi. Diet Sehat untuk Manula.
http://anitalusiyadewi.blogspot.com/2012/10/diet-sehat-untuk-manula.html (diakses pada 22 februari
2024,pukul 08.04 WIB)
Anonim Pengertian Lanjut
Usia.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24808/4/Chapter%2011.pdf (diakses
pada 22 februari 2024,pukul 08.07 WIB)
Anonim. Tekno Pangan dan Agro Industri Volume 1 Nomor 6: Menu Sehat Bagi Manula
Bogor: IPB (diakses pada 22 februari 2024,pukul 08.07 WIB)

http://mkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/06/GIZI-DEWASA-1.pptx(diakses kamis
22 Februari 2024, pukul 08.00)
http://habibah-nurhayati.blogspot.com/2017/10/gizi-pada-orang-dewasa.html?m=
(diaks
es kamis 22 Februari 2024, pukul 08.00)
W, Pipit Festi. 2018. Buku Ajar Gizi dan Diet. Surabaya: UMSurabaya Publishing
https://www.nestlehealthscience.co.id/artikel/nutrisi-khusus-lansia . Diakses pada 22
februari 2024
Adriani, Meriyyana & Bambang, Wirdjatmadi. 2016. Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan.
Prenamedia Group : Jakarta
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1226/masalah-gizi-pada-lansia-dan-cara-
mengatasinya (Diakses pada 22 Februari 2024)

54
55

Anda mungkin juga menyukai