Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KONSEP KEBUTUHAN NUTRISI

Dosen pembimbing;Ns.Dominggus,S.kep

DISUSUN OLEH ; Kelompok I

1. Aina palakitanan (2022043)


2. Alham (2022044)
3. Andini junaid (2022045)
4. Aswad amrin (2022046)
5. Ayu lasri (2022047)
6. Besse saputri (2022048)
7. Dewasta j palili(2022049)
8. Elsa safitri (2022051)
9. Fatika damayanti penak (202252)
10. Firmansyah (2022053)
11. Gina raodatul jannah (2022054)
12. Hardina (2022055)
13. Hildah pupunk ronting ( 2022056)
14. Vepriani (2022080)

DIII KEPERAWATAN
AKPER SAWERIADING PEMDA LUWU
TAHUN AJARAN 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat tuhan yang maha esa yang telah
memberi petunjuk dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa susunan dan materi yang terkandung di
dalam makalah ini berjumlah sempurna. Untuk itu saran dan keritik yang sifatnya
membangun selalu penulis harapkan dengan senag hati dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini.

Insyaallah makalah ini dapat membawa pemahaman dan pengetahuan bagi kita
semua tentang kebutuhan nutrisi dalam tubuh.

Palopo, April 2023

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN............................................................................

A. Latar belakang .................................................................................


B. Rumusan Masalah............................................................................
C. Tujuan Penyusunan..........................................................................

BAB II..........................................................................................................

PEMBAHASAN .........................................................................................

A. Angka kecukupan nutrisi.................................................................


B. Pengertian dan bahan penggunaan...................................................
C. Angka kecukupan gizi yang dianjurkan ..........................................
D. Cara memenuhi AKG.......................................................................
E. Kebutuhan konsumsi nutrisi............................................................
F. Masalah gizi di Indonesia................................................................
G. Factor – factor yang mempengaruhi status nutrisi ..........................
H. Penghitungan kebutuhan kalori .......................................................

BAB III........................................................................................................

PENUTUP....................................................................................................

A. Kesimpulan......................................................................................
B. Saran.................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan nutrisi adalah zat zat gizi atau zat-zat lain yang berhubungan
dengan kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh
manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya
dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktifitas penting dalam tubuh serta
mengeluarkan sisanya. Nutrisi juga dapat dikatakan sebagai ilmu tentang
makanan, zat-zat gizi dan zat-zat lain yang terkandung, aksi, reaksi, dan
keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit (Tarwoto dan
Wartonah, 2006). Tubuh memerlukan makanan untuk mempertahankan
kelangsungan fungsinya. Kebutuhan nutrisi ini diperlukan sepanjang kehidupan
manusia, namun jumlah nutrisi yang diperlukan tiap orang berbeda sesuai dengan
karakteristik, seperti jenis kelamin, usia, aktivitas, dan lain-lain.

Nutrisi erat kaitannya dengan intake makanan dan metabolisme tubuh serta
faktor-faktor yang mempengaruhinya. Secara umm faktor yang mempengaruhi
kebutuhan nutrisi adalah faktor fisiologis untu kebutuhan metabolisme bassal,
faktor patologis seperti adanya penyakit tertentu yang menganggu pencernaan
atau meningkatkan kebutuhn nutrisi, faktor sosio-ekonomi seperti adanya
kemampuan individu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi. Nutrisi sangat penting
bagi manusia karena nutrisi merupakan kebutuhan fital bagi semua makhluk
hidup, mengkonsumsi nutrien (zat gizi) yang buruk bagi tubuh tiga kali sehari
selama puluhan tahun akan menjadi racun yang menyebabkan penyakit
dikemudian hari

Dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi ada sistem yang berperan di


dalamnya yaitu sistem pencernaan yang terdiri atas saluran pencernaan dan organ
asesoris, saluran pencernaan dimulai dari mulut sampai usu halus bagian distal.
Sedangkan organ asesoris terdiri dari hati, kantong empedu dan pankreas. Nutrisi
sangat bermanfaat bagi tubuh kita karena apabila tidak ada nutrisi maka tidak ada

4
gizi dalam tubuh kita. Sehingga bisa menyebabkan penyakit / terkena gizi buruk
oleh karena itu kita harus memperbanyak nutrisi.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Angka Kecukupan Nutrisi yang dibutuhkan setiap orang?


2. Bagaimana cara mencukupi kebutuhan Nutrisi?
3. Apa saja kebutuhan konsumsi zat Nutrisi?
4. Bagaimana masalah umum yang berkaitan dengan gangguan pemenuhan
Nutrisi?
5. Apa saja Faktor yang mempengaruhi kebutuhan Nutrisi?
6. Bagaimana prosedur tindakan pemenuhan Nutrisi?

C. Tujuan penyusunan

1. Untuk mengetahui angka kecukupan nutrisi setiap orang.


2. Untuk mengetahui cara untuk mencukupi kebutuhan nutrisi.
3. Untuk mengetahui zat konsumsi kebutuhan Nutrisi.
4. Untuk mengetahui permasalah yang muncul mengenai gangguan kebutuhan
Nutrisi.
5. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kebutuhan Nutrisi.
6. Untuk mengetahui prosedut tindakan apa saja yang dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan Nutrisi dikaitkan dengan Tindakan Keperawatan.

5
BAB II

KONSEP PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI

A. Angka kecukupan Nutrisi

Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan tubuh


setiap hari dalam jumlah tetentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi.
Kekurangan atau kelebihan dalam jangka waktu lama alan berakibat buruk
terhadap kesehatan. Kebutuhan akan enegri dan zat-zat gizi bergantung pada
berbagai faktor, seperti umur, gender, berat badan, iklim dan aktivitas fisik. Oleh
karena itu, perlu disusun angka kecukupan gizi yang dianjurkan yang sesuai untuk
rata-rata penduduk yang yang hidup di daerah tertentu. Angka kecukupan gizi
yang dianjurkan digunakan sebagai standar guba mencapai status gizi optimal
bagi penduduk.

Angka kecukupan gizi yang dianjurkan di Indonesia pertama kali


ditetapkan tahun 1968 melalui Widya Karya Pangan dan Gizi yang
diselenggarakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). AKG ini
kemudian ditinjau diselengarakan kembali pada tahun 1978, dan sejak itu secara
berkala tiap lima tahun sekali,

B. Pengertian dan Bahan Penggunaan

Angka Kecukupan Gizi yang dianjukan (AKG) atau Recommended


Dietary Allowances (RDA) adalah taraf komsumsi zat-zat gizi eswnsial, yang
berdasarkan pengetahuan Ilmiah dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan
hamper semua orang sehat. Angka Kecukupan Gizi berbeda dengan angka
kebutuhan gizi (Dietary requirement). Angka Kecukupan adalah banyaknya zat-
zat gizi minimal yang dibutuhkan seseorang untuk memepertahankan status gizi
adekuat.

AKG yang dianjurkan berdasarkan pada patokan berat badan untuk


masing-masing kelompok umur,gender,aktivitas fisik, dan kondisi fisiologis
tertentu seperti kehamilan dan menyusui. Dalam penggunaanya, bila kelompok
penduduk yang dihadapi. Mempunyai rata-rata berbeda dengan patokan yang

6
digunakan, maka perlu dilakukan penyesuaian. Bila berat badan kelompok
penduduk tersebut dinilai terlalu kurus, AKG dihitung berdassarkan berat
idealnya.AKG yang dianjurkan tidak digunakan untuk perorangan.

Angka kecukupan gizi yang dianjurkan digunakan untuk maksud-maksud


berikut:

1. Merencanakan dan menyediakan suplai pangan untuk penduduk atau


kelompok penduduk. Untuk itu perlu diketahui pola pangan dan distribusi
penduduk. Karena AKG yang dianjurkan adalah angka kecukupan pada
tingkat faali, maka dalam merancang produksi pangan tertentu perlu
diperhitungkan bahwa pangan yang digunakan pada masing-masing tahap
pascapanen.
2. Menginterpretasikan data konsumsi makanan perorangan atau kelompok.
Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa dalam menentukan berat badan,
misalnya pria dewasa 62 kg dan perempuan dewasa 55 kg. Bila hasil
survei menunjukkan bahwa rata-rata berat badan menyimpang dari berat
badan yang sedang, perlu dilakukan pemeriksaan terhadap angka
kecukupan. Demikian pula penyesuaian angkan kecukupan perlu
dilakukan bila nilai asam amino dan nilai kecernaan hidangan yang
berbeda dengan nilai yang dalam penetapan AKG yang dianjurkan.
Peneyesuaian perlu dilakukan dalam hal kecukupan energi dan vitamin
yang berkaitan dengan penggunaan energi kelompok sebenarnya.
3. Perencanan pemberian makanan di instirusi, seperti rumah sakit, sekolah,
industri / per-kantoran, asrama, panti asuhan, panti jompo dan lembaga
pemasyarakatan. Juga dalam hal ini perlu diperhatikan beban rata-rata,
kegiatan yang dilakukan dan untuk rumah sakit kecukupan gizi untuk
penyembuhan. Institusi yang tidak menyediakan makanan lengkap yang
membutuhkan perhatian yang diperlukan untuk melalui penyedian
makanan.
4. Menetapkan standar bantuan pangan, misalnya untuk keadaan darurat:
membantu para transmigran dan penduduk yang ditimpa bencana alam dan

7
memberikan makanan untuk balita, anak-anak sekolah, dan ibu hamil.
Pertimbangan yang dikemukakan pada butir 2 perlu diperhatikan.
5. Nilai kecukupan persiapan pangan nasional. Perhatikan pertimbangan
pada butir 1
6. Merencanakan program penyuluhan gizi.
7. Mengembangkan produk pangan baru di industri.
8. Menetapkan agenda untuk keperluan pelabelan gizi pangan. Biasanya
dicukupkan untuk mengukur AKG yang dapat diakses oleh sari makanan
tertentu.

C. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan (AKG)

AKG adalah jumlah zat-sat giai yang hendaknya dikomsumsi untuk


jangka wakru sebagai bagian dari diet normal rata-rata orang sehat. Karena itu,
pernu memperlengkapi semua faktor yang berhubungan dengan absorpsi zat-zat
gizi atau efisien dalam tubuh. Untuk sebagian zat giti, sebagian dari kebutuhan
mungkin dapat dilakukan dengan mengkomsumsi suatu zat menjadi zat gini
esensial. Misalnya. Karotenoid tertentu merupakan prekursor vitamin A ; karena
sebagian atau seluruh kecukupan akan vitamin A dapat dipecahkan oleh karoten-
oid yang perlu diposisikan zat yang di dalam tubuh yang kemudian dapat
diekstrak oleh vitamin yang berasal dari makanan, yang kemudian digantikan oleh
vitamin A perlu ditimbangkan . AKG untuk protein menjadi jumlah kebutuhan
yang berbeda akan asam. amino yang ada dalam pilihan yang berbeda dalam
berbagai zat, pencernaan dan atau absorpsinya tidak komplit, tein makanan. Pada
kondisi AKG yang mengalami harus memperishungkan bagian zat gizi yang tidak
diabsorpsi ini. Misalnya absorpsi zat besi hem dan nonhem yang berbeda, yaitu
oleh makanan yang perlu diperhitungkan dalam zat AKG. Sampai sejauh mana
AKG seharusnha melebihi yang dibutuhkan faal ntuk berbeda antar berbagai zat
gizi.

8
D. Cara Memenuhi AKG
Karena masih minim pengetahuan, AKG belum dapat menentukan untuk
semua zat gizi yang sudah diketahui. Akan tetapi AKG untuk zat-zat gizi yang
telah ditentukan dapat di jadikan pedoman, sehingga menu yang bervariasi yang
AKG untuk zat-zat yang diperlukan untuk zat zat gizi lainnya. Oleh sebab itu,
agar menu sehari-hari terdiri atas bahan makanan yang bervariasi dari bahan
makanan (bukan dari suplementasi atau fortifikasi), dan juga diperhitungkan
kemungkinan kehilangan zat-zat gizi selama pengolahan makanan. Di Indonesia
menu pola seimbang tergambar disesuaikan dalam menu 4 Sehat 5 Sempurna dan
Pedoman Umum Seimbang (PUGS). Dalam menyusun menu, selain AKG perlu
pula menampung aspalk akseptabiliras ain sebagai zat-zat gizi, malanan dan
memiliki nilai sosial dan emosional.

E. Kebutuhuan komsumsi Zat Nutrisi


Seperti telah diuraikan sebelumnya, zat-zat gizi dapat digolongkan
menjadi dua golongan, yaitu golongan makromolekul (karbohidrat, protein dan
lemak) serta mikromolekul (vitamin dan mineral). Meskipun merupakan
komponen yang paling vital untuk kehidupan, air tidak akan dibahas lebih lanjut.
Yang merupakan sumber semua zat-zat gizi yang diperlukan oleh tubuh adalah
makanan dan minuman (pangan) yang dlikonsumsi. Umumnya bahan pangan
dapat diperoleh dari hasil tanaman maupun hewan, karena itu dikenal bahan
pangan nabati dan bahan pangan hewani.
Bahan pangan nabati dapat berupa serealia (beras, jagung gandum/terigu,
sorgum, barley oats, millets dan lain-lain); kacang kacangan dan bij-bijian
berminyak (kedelai, kacang tanah, kacang tunggak, kacang hijau, kacang babi,
kacang jogo, kelapa, dan lain- lain); serta sayur-sayuran dan buah-buahan.
Sedangkan bahan pangan hewani dapat berupa daging (sapi, kerbau, kambing,
babi, ayam dan unggas lainnya, kelinci, dan lain-lain); ikan (ikan darat ikan laut,
termasuk juga udang, kepiting, lain-lain); susu (sapi, kerbau, kambing, dan lain-
lain).

Tergantung dari komposisi kimianya, bahan pangan tersebut digolongan


juga sebagai sumber karbohidrat (pati), misalnya serealia dan umbi-umbian;

9
sumber protein, misalnya kacang- ngan dan semua bahan pangan hewani; sumber
lemak isalnya kacang-kacangan, bij-bijian, berminyak, dan beberapa bahan
hewani serta sumber vitamin dan mineral misalnya bahan makanan hewani; dan
juga vitamin dan mineral bahan makanan hewani, sayur-sayuran dan buah-
buahan.

Fungsi masing-masing zat gizi yang berbeda-beda. Meskipur Sepert


makromolekul (karbonidrat, protein dan lemak) dapat digunakan sebagai energi,
namun masing-masing memiliki juga fungsi yang khas. Demikian juga vitamin
dar mineral yang berbeda, akan memiliki fungsi yang berbeda. Oleh karena itu
pengukuran lebih baik dilakukan satu per satu

F. Masalah Gizi di Indonesia


Pada saat ini, Indonesia menghadapi dapi masalah gizi ganda, yaitu
masalah gizi kurang dan masalah gizi lebih. Masalah gizi kurang pada umumnya
disebabkan oleh kemiskinan; kurangnya persediaan pangan; kurang baiknya
kualitas lingkungan (sanitasi); kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi,
menu seimbang dan kesehatan; dan adanya daerah miskin gizi (iodium).
Sebaliknya masalah gizi lebih disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada lapisan
masyarakat tertentu disertai dengan kurangnya pengetahuan tentang gizi, menu
seimbang dan kesehatan.
1. Masalah Gizi Kurang

Keberhasilan pemerintah dalam peningkatan produksi dalam


Pembangunan Jangka Panjang Tahap I (PJP I) dengan peningkatan biaya, dan
peningkatan daya beli masyarakat telah memperbaiki masalah gizi, dan,
masalah-masalah yang ada sejak awal Pelita IL , hingga saat ini masih ada
meskipun dalam taraf jauh berkurang.

2. Kurang Energi Protein (KEP)

Kurang Energi Protein (KEP) yang disebabkan oleh kekurangan


energi. Pada anak-anak, KEP dapat mendorong gangguan, kerentanan
terhadap gangguan. Pada orang dewasa, KEP mengurangi produktivitas dan

10
kesehatan tubuh yang rentan terhadap penyakit. KEP diklarisifikasi dalam
gizi buruk, gizi kurang dan gizi baik.

KEP berat pada orang dewasa yang disebabkan oleh kelaparan, pada saat
ini su ada lagi. KEP berat pada orang dewasa yang dikenal sebagai honger
oedeem. KEP saat ini terutama pada anak balita. Hasil analisis data antro melalui
Susenans di seluruh provinsi pada tahun 1989 sampai dengan tahun 20 pada Tabel
13.3. Analisis data dilakukan oleh Direktorat Bina Gi partemen Kesehatan dengan
pria yang dikenal dengan istilah Z.score.

Prevalensi gizi buruk (<-3,0 SB) mencari peningkatan dari tahun 1989
hingga tahun 1989 untuk tahun 1995 dan meningkat pada tahun 2002 dan 2003.
Prevalensi gizi kurang (-3,0 SB hingga -2,0 SB) cenderung menurun dari tahun
2002 sampai tahun 2003, untuk sedikit meningkat pada tahun 2001 dan pada
tahun 2002 dan 2003. Prevalensi gizi buruk / KEP berat tertinggi (> 10%) pada
tahun 1999 ter- dapat di 5 propinsi yaitu DI Aceh, Sumatera Utara, Sumatera
Barat, NTB, NTT dan Kalimantan Selatan. KEP lebih banyak jumlahnya di
daerah pedesaan daripada perkotaan. Di samping kemiskinan, faktor yang lain
adalah, pengetahuan tentang faktor-faktor yang diperlukan yaitu, pengetahuan
masyarakat tentang makanan pendamping ASI (MP-ASI) dan / atau memberikan
makanan setelah bayi disapih juga tentang pemeliharaan lingkungan yang sehat.

Menurunnya prevalensi gizi buruk dan gizi kurang secara rata-rata,


meskipun Indonesia mengalami krisis ekonomi sejak tahun 1997, dan sebagai
program diselenggarakannya Jaringan Sosial Bidang Kesehatan (JPS-BK) yang
dikembangkan sejak tahun 1998, antara lain dengan tambahan makanan tambahan
(PMT) untuk balita bermasalah melalui rumah sakit-rumah sakit dan Puskesmas.

3. Anemia Gizi Besi (AGB)

Masalah anemia gizi di Indonesia terutama yang berhubungan dengan


kekurangan zat besi (AGB). Angka nasional anemia gizi pada tahun 1989
melalui survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) untuk ibu hamil, yaitu
sebesar 70%. SKRT tahun 1992 mencatat prevalensi AGB untuk ibu hamil
sebesar 63,5% dan balita 55,5%.

11
Data tersebut menunjukan bahwa tahun 1995 Angka AGB tinggi untuk
semua golongan, yaitu untuk semua umur serta Ibu hamil dan menyusui,
sedangkan SKRT tahun 2001, hanya mencatat prevalensi AGB untuk balita dan
ibu hamil, yaitu meningkat dari 40,5% pada tahun 1995 menjadi 48,1% pada
balita, dan menurun dari 50,9% pada tahun 1995 menjadi 40,1% pada ibu hamil

Data tersebut menunjukan bahwa pada tahun 1995 angka AGB untuk semua
golongan, yaitu berkisar sekitar 40,5%-57,9% Prevalensi AGB tertinggi (remaja)
dan pendapatan pada usian > 64 tahun (setengah tua), yaitu masing-masing
sebesar 57,9%, berikutnya pada usia 10-14 tahun (remaja) dam usia 55-64
tahun( setengah tua), yaitu masing masing sekitar 57,7 dan 51,1%. Prevalensi
AGB tinggi tersedia baik pada laki-laki dan perempuan.Prevalensi GB untuk ibu
hamil pada tahun 1995 turun bila di bandingkan dengan tahun 1992, yaitu dari
63.5% menjadi 50.9%.

Penyebab masalah AGB adalah orang-orang yang suka untuk mengisi


makanan, terutama dengan masalah biologik tinggi (asal hewan), dan pada wanita
ditambah dengan uang melalui haid atau pada persalinan . langannya dilakukan
melalui pemberian tablet atau sirup besi untuk kelompok sasaran.

4. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI)


Kekurangan iodium terutama terjadi di daerah pegunungan, dimana
daerah tanah kurang mengandung iodium. Daerah GAKI merentang
sepanjang Bukit dibarisan Sumatera, daerah pegunungan di Jawa, Bali, NTB,
NTT, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Irian Jaya. Di daerah tersebut
GAKI ada secara endemik. Pada pemetaan GAKI pada anak-anak sekolah
yang dilakukan secara periodik sejak tahun 1989 melalui Survei Nasional
GAKI oleh Departemen Kesehatan, tampak kecenderungan turun rata-rata
prevalensi total gondok / Total Goitre Rate (TGR). Bila pada tahun 1989 rata-
rata angka TGR adalah sebesar 37,2%, pada tahun 1992 turun menjadi 27,7%,
pada tahun 1995 turun menjadi 18,0%, pada tahun 1998 turun menjadi 9,8% ,
dan pada tahun 2001 meningkat menjadi 11,1%. Aneka gondok nyata Visible
Goitre Rate (VGR) pada tahun 1989 tercatat sebesar 9,3% dan pada tahun
1992 turun menjadi 6,8%. Prevelensi GAKI berat (TGR 30%) pada survey

12
tercacat tahun 1998 di NTT dan Maluku, GAKI sedang (TGR 20,0% -
29,9%) di Sumatera Barat dan Sulawesi Tenggara. GAKI tidak merupakan
masalah lagi ( TGR < 5%) di 9 provinsi, yaitu Riau,Jambi, DKI Jakarta, Jawa
Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan
Timur, dan Sulawesi Utara. Provinsi selebihnya menunjukan prevalensi
GAKI ringan ( TGR 5%-19,9%).
Penanggulangan masalah GAKI secara khusus dilakukan melalui
pemberian kapsul minyak beriodium/ Iodized oil capsule kepada semua wanita
usian subur dan anak sekolah dasar di daerah endemic. Secara umum pencegahan
GAKI dilakukan melalui iodisai garam dapur.

GAKI menyebabkan pembesaran kelenjar gondok (Tiroid). Pada


anak-anak menyebabkan hambatan dalam pertumbuhan jasmani, maupun mental .
ini menampakan diri berupa keadaan tubuh cebol, dungu, terbelakang atau bodoh.

Kurang Vitamin A
Kekurangan vitamin A yang menyebabkan kebutaan. Pada akhir
pembangunan jangka panjang PJP I sudah hamper tidak ada lagi. Hasil Susenans
di 15 provinsi rawan defesiensi vitamin A menunjukan, bahwa prevalensi KVA
dengan indicator beercak Bitot (X1B), yang pada tahun 1978 ada sekitar 1,3%.
Namun sejak tahun 1992 sudah tidak ditemukan lagi. Survey ulang dilakukan 4
bulan kemudian menunjukan perlakuan penurunan prevalensi bercak bitot (X1B)
hingga 0%. Hal ini dilakukan karena memberikan dosis tinggi di daerah-daerah
kantong rawan
Xeroftalmia. KVA dapat menyebabkan kebutaan, mengurangi daya yahan
tubuh sehingga mudah terserang infeksi, yang sering menyebabkan kematian pada
anak anak. Penyebab masalah KVA adalah kemiskinan dan kurangnya
pengerahuan tentang gizi

5. Penanggulangan Masalah Gizi Kurang

Penanggulangan masalah gizi yang kurang perlu dilakukaa secara


terpadu antardepartemen dan kelompok profesi, melalui upaya peninglaran
pengadaan pangan, penganekaragaman suatu produksi dan konsumsi

13
makanan, peningkatan status sosial ekonomi, pendidikan dan keseharan
masyarakat, penaisasi hasil pertanian dan teknologi ini dimaksudkan untuk
melangsungkan perbaikar pola konsurmsi pangan masyarakat ang beraneka-
ragam, dan dalam kualitas gizi.

Upaya penanggulangan masalah gizi yang dilakukan secara terpadu antara


(1) upaya pemenuhan persiapan berancka ragam pangan; (2) peningkaran usaha
perbaikan giai kcluarga (UPGK) yang bertujuan untuk meningkatkan ketahanan
pangan rumah tangga: (3) Peningkatan pelayanan gizi dan sistem kesehatan dari
tingkat Posyandu, hingga Puskcsmas dan. Rumah Sakit; (4) Peningkatan daya
tarik pangan dan gizi melalui Sistern Kewaspadaan Panigan dan Gizi (SKPG): (5)
Peningkatan komunikasi, infotmasi, dan edukasi di bidang pangan dan gizi
masyarakat: (6) peningkaran teknologi pangan untuk mengsmbangkan berbugai
produk pangan yang tepat dan terjangkau oleh masyarakat luas, (7) intervensi
langsung terhadap makanan tambahan (PMT), penyeberangan vitanitasi Sebuah
dosis tinggi, rabler dan sirop besi serra menjaga minyak beriodium; (8) balik
keschatan lingkungan; (9) upaya fortifikasi bahan pangan dengan vitamin A, zat
asam dan zat besi; (10) upaya pengawasan makanan dan makanan kesehatan
nasional terutama melalui peningkatan produicsi uman; dan (11) upaya penelitian
dan pengembangan pangan dan gizi.

Melalui Intruksi Presiden No. 8 tahun 1999 telah dicanangkan Gerakan N


nanggulangan Masalah Pangan dan Gizi, yang diarahkan pada: (1) pemberdaraan
keluarga untuk meningkatkan ketahanan pangan tingkat rumah tangga; (2)
pemberdayaan masya rakat untuk meningkatkan ruang, kualitas pencegahao dan
penanggulangan masalah pangan dan gizi di masyarakat; (3) pemantapan
kerjasama lintas sektor dalam pemantauan dan penanggulangan masalah gizi
melalui SKTG; dan (4) Peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan keschatan
(Azwar, A. 2000)

6. Masalah Gizi Lebih

Banyak Masalah yang lebih baru muncul pada tahun-tahun terakhir PJP
I, yaitu pada awal tahun 1990-an. Peningkatan pendapatan pada kelompok

14
masyarakat tertentu terutama dalam gaya hidup, terutama dalam pola makan.
Pola makan tradisional yang tinggi tinggi, tinggi serat kasar, dan berat lemak
berubah, sangat rendah, kasar, kasar, dan berat. Tingkat kualitas tidak bisa
seimbang. Perubahan pola makan ini dipercepat oleh makin kuatnya arus
budaya nakanan asing yang disebabkan oleh kemajuan teknologi informasi dan
globalisasi ekonomi. Di samping itu perbaikan ekonomi menyebabkan
berkurangnya aktifiras fisik masyarakat tertentu. Perubahan pola makan dan
aktivitas fisik ini berakibat semakin banyak penduduk yang mengalami
masalah gizi lebih seperti kegemukan dan obesitas. Makanan sehat dengan
tekanan hidup atau stress.

Data antropometri anak balita (BB / U) yang dianalisis melalui


Susenas dan dianalisis oleh Direktorat Bina Gizi Masyarakat (BGM) Depkes
dengan menggunakcan kriteria + 2,0 SB sebagai ambang batas gizi lebih /
kegemukan, menunjukkan yaitu dalam 10 tahun yaitu dari tahun 1989 sampai
1999 prevalensi gizi lebih pada balita meningkat dari 0,77% menjadi 4,48% . ( Dit
BGM Depkes,1999). Hasil pemantauan oleh Dirrektora BGM Dekpes pada tahun
l996 / 1997 terhadap 10,949 orang dewasa terdiri dari 3,661 laki-laki (34,9%) dan
6.833 perempuan (65,1% ) sepanjang 19-65 tahun yang dipilih secara acak 14
kota menunjukkan bahwa prevalensi kegemukan pada laki-laki adalah sebesar
12,8% dan pada wanita 20,0% dengan rata-rata 17,5% (Saroto dkk 1998).
Prevalensi obesitas Pada laki - laki adalah sebesar 2,5% dan pada wanita 5,9%
dengan rata - rata 4,7% . Kriteria kegemukan adalah Indeks Masa Tumbuh (IMT)
25, I-30,0, sedang obesitas IMT> 30,0 .Data ini menunjukkan bahwa prevalensi
kegemukan dan ketepatan waktu pada 19-65 tahun lebih besar pada laki-laki laki-
laki

Dampak Masalah Lebih Sehat dengan penyakit degeneratif, seperti jantung


koroner, diabetes mellitus, hipertensi, dan penyakit hati. Data BPS tahun 1992 dan
1995 menunjukkan loncatan besar penyebab kematian. Bila tahun 1972, penyakit
jantung dan lingkaran darah ke-11 set penyebab kematian dengan morbidicas 1,1
per 1000 penduduk, pada tahun 1992 dan 1995 nyakit ini telah imenduduki urutan
pertama dalam penyebab kematian, yaitu masing-masing sebesar 15,5 % dan

15
18,9%. Penyakit inu menonjol pada orang-orang dewasa dan di seluruh dunia di
Sumatera, Jawa, dan Bali. Selain itu, penyakit endokrin dan terutama diabetes
melicus dan neoplasma (tumor dan kanker) menonjol di perkotaan, terutama di
antara pasien yang lebih tinggi.

7. Penanggulangan masalah gizi lebih

Masalah gizi lebig disebabkan oleh kebanyakan masukan enegeri


dengan pengekuran energy. Penangulangannya adalah dengan
menyeimbangkan masukan dan output energi. Penyeimbangan masukan
energi dilakukan dengan mengurangi meminum konsumsi dan lemak serta
menghilangkan konsumis alkohol. Untuk inu diperlukan upaya penyuluhan
ke masyarakat luas. Di samping itu, diperlukan peningkatan teknologi
pengolahan makanan tradisional Indonesia siap santap, sehingga makanan
tradisional yang lebih sehat ini disajkan dengan cara-cara dan kemasan yang
dapat menyaingi cara penyajian dan kemasan yang dapat menyaingi cara
penyajian dan kemasan makanan Barat.

G. Faktor-faktor yang mempengaruhi status Nutrisi

Beberapa faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi.

1. Pengetahuan rendahnya pengetahuan tentang manfaat makanan bergizi dapat


mempengaruhi pola konsumsi makan. Hal ini dapat disebabkan oleh
kekurangan informasi, sehingga dapat terjadi kesalahan dalam pemenuhan
kebutuhan gizi.
2. Prasangka Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan yang
bernilai gizi tinggi, dapat mempengaruhi status giziseseorang. Misalnya di
beberapa daerah tempe yang merupakan sumber protein yang baik dan murah,
tetapi tidak digunakan sebagai bahan makanan sehari-hari karena masyarakat
menganggap bahwa mengkonsumsi tempe dapat merendahkan derajat mereka.
3. Kebiasaan adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap
makanan tertentu dapat juga mempengaruhi status gizi.  Misalnya, di beberapa
daerah terhadap larangan makan pisang dan pepaya bagi para gadis remaja. 
Padahal makanan tersebut merupakan sumber vitamin yang baik.  Adapula

16
larangan makan ikan bagi anak-anak karena ikan dianggap dapat menyebabkan
cacingan.  Padahal ikan merupakan sumber protein yang sangat baik bagi anak-
anak.
4. Kesukaan kesukaan yang berlebihan terhadap satu jenis makanan dapat
mengakibatkan kurangnya variasi makanan, sehingga tubuh tidak memperoleh
zat-zat gizi yang dibutuhkan secara cukup.  Kesukaan dapat mengakibatkan
banyak terjadi kasus malnutrisi pada remaja karena asupan gizinya tidak sesuai
dengan yang dibutuhkan oleh tubuh.
5. Ekonomi Status ekonomi dapat mempengaruhi perubahan status gizi. 
Penyediaan makanan bergizi membutuhkan dana yang tidak sedikit, sehingga
perubahan status gizi dipengaruhi oleh status ekonomi.  Dengan kata lain,
orang yang status ekonomi kurang biasanya kesulitan dalam penyediaan
makanan bergizi, sebaliknya orang dengan status ekonomi cukup lebih mudah
untuk menyediakan makanan yang bergizi.

H. Penghitungan kebutuhan Kalori

Rumus untuk Menghitung Kebutuhan Kalori

Adapun rumus hitungan untuk mengetahui kebutuhan kalori tubuh per


hari adalah = BMR x nilai level aktivitas.

sebelum bisa menghitung kebutuhan kalori tubuh per hari, Ada hal yang harus
bisa dulu mengetahui berapa BMR (basal metabolic rate) . BMR itu adalah
energi/kalori yang dibutuhkan selama sehari, dalam kondisi istirahat .

Rumus untuk mengetahui BMR laki-laki =


66,4730 + (13,7516 x BB kg) + (5,0033 x TB
cm) – (6,7550 x usia)

Rumus untuk mengetahui BMR perempuan =


655,0955 + (9,5634 x BB kg) + (1,8496 x TB
cm) – (4,6756 x usia)

17
Keterangan :

BB disitu adalah berapa berat badan dalam satuan kg.

TB disitu adalah berapa tinggi badan dalam satuan cm.

Dan x usia disitu adalah yah berapa usia sekarang.

Nilai perkiraan pengeluaran enegri pada kegiatan terentu.

Kkal per menit


Jenis kegiatan
Pria Wanita
Istirahat
Tidur atau berbaring saja 1,1 0,9

Duduk tenang 1,4 1,1

Berdiri tenang 1,7 1,4

Bekerja
Pekerjaan kantor(belanja) 1,8 1,6

Perkerjaan rumah 3,0 2,4

Kerja ringan(menyapu) 2,6 2,0

Memasak,mencuci piring
4,6 3,4
Kerja ringan(Cuci piring)
Mengepel,mengelap kaca
5,0 4,0
Kerja berat(cuci karpet)

BAB III

18
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kita telah melihat dan mempelajari tentang kebutuhan nutrisi kita bisa
simpulkan bahwa kebutuhan nutrisi pada manusia sangatlah penting. Banyak
sekali risiko jika tidak terlalu memperhatikan nutrisi bagi tubuh kita. Kebutuhan
nutrisi berkaitan erat dengan aspek-aspek yang lain daandapat dicapai jika terjadi
keseimbangan dengan aspek aspek yang lain. Nutrisi berpengaruh juga dalam
fungsi-fungsi organ tubuh, pergerakan tubuh, mempertahankan suhu, fungsi
enzim, pertumbuhan dan pergantian sel yang rusak. Dan dengan pemenuhan
kebutuhan nutrisi bagi tubuh manusia, maka akan terhindar dari ancaman-
ancaman penyakit.Permasalahan kebutuhan Nutrisi harus segera diselesaikan
dengan tindakan-tindakan yang tepat.

Selain pemenuhan Nutrisi untuk orang yang sehat, kebutuhan Nutrisi


untuk oorang sakit sangat dibutuhkan, dengan memberikan makanan secara oral
pada pasien yaitu NGT diharapkan kebutuhan Nutrisi untuk pasien dengan
keadaan tertentu tetap dapat mendapat asupan Nutrisi untuk kebutuhan yang
dibutuhkan tubuh.

B. Saran
Kebutuhan nutrisi dalam tubuh setiap individu sangat penting untuk
diupayakan. Upaya untuk melakukan peningkatan kebutuhan nutrisi dapat
dilakukan dengan cara makan-makanan dengan gizi seimbang dengan diimbangi
dengan keadaan hidup bersihn untuk setiap individu. Hal tersebut harus dilakukan
setiap hari,karena jika tidak dilakukan setiap hari maka tubuh kita bias terserang
penyakit akibat immune tubuh yang menurun.

19
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/37922003/MAKALAH_KEBUTUHAN_NUTRISI

20

Anda mungkin juga menyukai