KELOMPOK 9
Tutor : Prof. Dr. drg. Susilowati, SU
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Hubungan Pola Makan dengan Kasus
Maloklusi” dan kami ucapkan terima kasih kepada tutor yang telang membimbing
“Prof. Dr. drg. Susilowati, SU”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “Hubungan Pola Makan
dengan Kasus Maloklusi” ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................. 2
1.4 Manfaat Penulisan ........................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 3
2.1 Definisi Pola Makan ........................................................................ 3
2.2 Pola Makan Ideal............................................................................. 3
BAB III PEMBAHASAN ..................................................................................... 6
3.1 Hubungan Pola Makan dengan Sistem Stomatognatik ................... 6
3.2 Hubungan Pola Makan dengan Kasus Maloklusi ........................... 6
3.3 Dampak Pola Makan terhadap Kasus Maloklusi ............................ 8
BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 10
4.1 Kesimpulan .................................................................................... 10
4.2 Saran .............................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
terlalu mengenal makanan siap saji karena kurangnya teknologi dan
informasi yang diperoleh sehingga masyarakat lebih banyak mengkonsumsi
makanan yang sedikit keras karena pengetahuan mengenao pengolahan
bahan makanan masih kurang.3
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
gigi menyebabkan nutrisi belum menjadi bagian integral pada perawatan
pasien. Dokter gigi perlu memahami peran nasehat nutrisi pada pasien untuk
diterapkan dalam praktek untuk mendukung pasien menjalankan pola makan
yang lebih sehat. Pemahaman tentang pola makan dapat menjadi dasar
penetapan tujuan perawatan, prioritas dan penjadwalan nasehat nutrisi yang
perlu diberikan pada pasien. Nasehat nutrisi untuk pasien perlu diberikan
dengan mempertimbangkan pula kondisi kesehatan sistemik pasien sehingga
tidak menimbulkan dampak yang kontradiktif. Penilaian pola makan dapat
juga menunjukkan perilaku pasien yang berpotensi mempengaruhi
kesehatan gigi dan mulut, yang selanjutnya dapat menjadi pertimbangan
dalam membuat keputusan klinis yang dibuat dalam praktek dokter gigi.6
Nutrisi merupakan salah satu komponen penting terhadap kesehatan
gigi-mulut, dan beberapa jenis nutrient telah diketahui berperan lebih
terhadap kesehatan gigimulut. Kalsium, fluor, fosfor dan vitamin D
merupakan komponen penting dalam pembentukan struktur dan menjaga
kesehatan gigi. Selain itu, vitamin C dan beberapa jenis vitamin lainnya juga
dapat menjaga kesehatan mukosa mulut melalui perannya dalam
pembentukan kolagen. Kekurangan makronutrien, mikronutrien, maupun
berbagai jenis vitamin tertentu dapat berdampak pada terganggunya
kesehatan gigi-mulut.7
Nasehat gizi yang memadai perlu diberikan pada pasien pasca bedah
mulut supaya sembuh lebih cepat dan memberikan perasaan akan kondisi
fisik dan emosional yang sehat. Pada kondisi ini pasien biasanya merasakan
stres dan memiliki kesulitan mengunyah sehingga diperlukan nasehat gizi
yang tepat. Keseimbangan nutrisi yang tepat dipilih berdasarkan kandungan
gizi yang berperan pada penyembuhan luka dan ketahanan terhadap infeksi.
Makanan yang diperlukan dalam proses penyembuhan pasien, diantaranya
adalah protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, dan air. Fungsi protein
adalah penyedia asam amino untuk pembentukan dan pemeliharaan
jaringan. Kecukupan protein menjamin adanya kecukupan jumlah sel dan
volume darah, enzim, antibodi dan antigen untuk metabolisme dan fungsi
tubuh yang diperlukan oleh pasien bedah karena rata-rata pemenuhan
4
kebutuhan harian pasien pasca bedah adalah dua kali rata-rata kebutuhan
normal. Pada kondisi ini, protein dari hewani lebih diutamakan daripada
nabati.6
5
BAB III
PEMBAHASAN
6
nutrisi. Pada beberapa penelitian telah ditemukan bahwa status nutrisi
mungkin berhubungan dengan terjadinya maloklusi.9
Pola makan dapat mempengaruhi konsumsi nutrisi dan energi. Masalah
gizi di kalangan remaja dapat timbul dari hasil kekurangan makanan,
terutama dari pilihan makanan yang buruk, yang mungkin terkait dengan
faktor fisiologis, sosial ekonomi dan psikologis.10 Kurangnya persediaan
pangan, kemiskinan, sanitasi, pengetahuan masyarakat tentang gizi, menu
seimbang dan kesehatan dapat mengakibatkan gizi kurang. Sebaliknya,
kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu disertai dengan
kurangnya pengetahuan tentang gizi, menu seimbang dan kesehatan
berakibat pada peralihan pola kehidupan masyarakat dari pola tradisional
kepada modern yang banyak mengandung protein, gula dan lemak tetapi
kurang serat. Hal mengakibatkan sebagian masyarakat mengalami kesulitan
dalam penyesuaian diri berkaitan dengan pola makanan yang tinggi kalori,
serba cepat dan praktis, sehingga pola hidup sehat menjadi terabaikan.
Dampaknya perubahan status gizi baik menjadi status gizi salah.11,12
Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Thomaz
dan Valenca yang menunjukkan adanya hubungan antara berat badan
terhadap umur dan peningkatan prevalensi gigi berjejal pada anak-anak usia
3 sampai 5 tahun. Menurut para peneliti, malnutrisi merupakan keadaan gizi
yang kekurangan, kelebihan atau ketidakseimbangan energi dan protein
yang berpengaruh terhadap perkembangan hormon salah satunya growth
hormone (GH) yaitu hormon pertumbuhan yang mempunyai peran dalam
pertumbuhan perkembangan tulang, termasuk tulang rahang.13
Eksperimen hewan dengan makanan lunak dibanding makanan keras
menunjukkan bahwa perubahan morfologis dapat terjadi dalam satu generasi
ketika konsistensi makanan diubah. Ketika seekor babi, misalnya,
dibesarkan dengan pola makan yang lunak daripada yang normal, ada
perubahan morfologi rahang, dalam orientasi rahang ke seluruh kerangka
wajah, dan dalam dimensi lengkung gigi. Pada manusia, jika konsistensi diet
mempengaruhi ukuran lengkung gigi dan jumlah ruang untuk gigi, maka
sebagai individu berkembang harus melakukannya di awal kehidupan
7
karena dimensi lengkung gigi ditetapkan lebih awal.14 Oleh karena itu,
perbedaan dari ukuran lengkung rahang dan lengkung gigi ini menyebabkan
terjadinya maloklusi, seperti gigi berjejal, diastema, dan lainnya.15
8
menyebabkan modifikasi proses alami mineralisasi matriks organik jaringan
gigi.16
Pola makan yang baik akan mempengaruhi status gizi seseorang.
Penentuan status gizi sangat dipengaruhi oleh asupan makanan yang
seimbang dan akan memiliki kesehatan umum yang baik, karena zat-zat gizi
yang diperlukan seperti karbohidrat, protein, kalsium, fosfor, magnesium
dapat tercukupi.17 Status gizi yang baik terjadi jika tubuh mendapatkan
cukup nutrisi yang digunakan secara efisien, sehingga pada pertumbuhan
fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum
dapat meningkat.18 Nutrisi juga penting untuk kesehatan gigi dan mulut,
tahap awal proses pertumbuhan gigi dipengaruhi oleh sejumlah faktor dan
beberapa mineral seperti Ca, P, Fe dan vitamin yang terdapat dalam
makanan.19 Namun, kekurangan gizi dapat menyebabkan keterlambatan
dalam proses erupsi gigi. Umumnya erupsi gigi permanen molar pertama
pada usia 6-7 tahun. Gigi permanen molar pertama sangat penting untuk
anak terutama untuk merangsang pertumbuhan rahang.18 Waktu erupsi
penting dalam proses perencanaan perawatan gigi terutama dalam
orotodontik. Keterkaitan status gizi terhadap erupsi gigi juga dijelaskan oleh
UAB Health System, bahwa kekurangan asupan kalsium dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan gigi. Kekurangan kalsium
akan mengahambat proses kalsifikasi gigi dan memperlambat kematangan
gigi. Kekurangan fosfor, vitamin C dan vitamin D juga dapat menghambat
pertumbuhan dan perkembangan gigi serta memperlambat waktu erupsi
gigi.20
Pengaruh pertumbuhan kraniofasial juga dipengaruhi oleh tekstur
makanan dan mastikasi. Hal tersebut diatur oleh mekanoreseptor periodontal
dan juga di mediasi oleh penyesuaian diri yang disengaja. Reseptor
periodontal dapat bereaksi dari karakteristik yang berbeda dari bolus
makanan dan kemudian mengirim sinyal ke pusat saraf untuk memotivasi
pola mengunyah yang sesuai, hal tersebut terkait dengan perubahan kinerja
otot pengunyahan yang diatur oleh umpan balik aferen, karena itu
mempengaruhi perkembangan kraniofasial dalam jangka panjang.21
9
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Maloklusi dapat disebabkan oleh faktor herediter, faktor lingkungan
ataupun faktor lokal. Beberapa contoh faktor lingkungan yang
mempengaruhi maloklusi adalah pola makan, kekuatan pengunyahan, dan
nutrisi. Pada beberapa penelitian telah ditemukan bahwa status nutrisi
mungkin berhubungan dengan terjadinya maloklusi. Pola makan yang baik
akan mempengaruhi status gizi seseorang. Penentuan status gizi sangat
dipengaruhi oleh asupan makanan yang seimbang dan akan memiliki
kesehatan umum yang baik, karena zat-zat gizi yang diperlukan seperti
karbohidrat, protein, kalsium, fosfor, magnesium dapat tercukupi. Nutrisi
juga penting untuk kesehatan gigi dan mulut, tahap awal proses
pertumbuhan gigi dipengaruhi oleh sejumlah faktor dan beberapa mineral
seperti Ca, P, Fe dan vitamin yang terdapat dalam makanan. Namun,
kekurangan gizi dapat menyebabkan keterlambatan dalam proses erupsi
gigi.
4.2 Saran
Status gizi merupakan salah satu penyebab dari maloklusi. Oleh karena
itu, menjaga pola makan saat dini sangat penting untuk mengurangi risiko
akan terjadinya maloklusi.
10
DAFTAR PUSTAKA
1. Thalib B. Analisis hubungan status gigi dengan pola makan dan asupan
nutrisi pada manula suku Bugis dan suku Mandar. Dentofasial 2008; 7(1):
126-37
2. Putri RD, dkk. Hubungan tingkat keparahan maloklusi dengan status karies
pada remaja di SMP Negeri 1 Kota Cimahi. Padjadjaran J Dent Res Student
2019; 3(1): 43-9.
3. Pawinru A, Ikbal M. The use of splint in school-age children prevents the
occurence of temporo mandibular joint disorders. Makassar Dent J 2019;
8(1): 9-11.
4. Kadir A. Kebiasaan makan dan gangguan pola makan serta pengaruhnya
terhadap status gigi remaja. Jurnal Publikasi 2016; 6(1): 50.
5. Kemenkes. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 41 tahun
2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang.
6. Rosa A. Manajemen nasehat nutrisi dalam praktek kedokteran gigi.
Dentofasial 2011; 10(1): 55-7.
7. Aryono H. Nutrisi dan kesehatan gigi mulut pada anak. Sari Pediatric 2015;
17(1): 72.
8. Kaidonis JA, Ranjitkar S, Townsend GC, Koh KSB, Toh VKL, Brook AH.
The mature stomatognathic system is a complex adaptive system. WIT
Transactions on State of the Art in Science and Engineerin 2017; 98.
9. Jasim ES, Garma NMH, Nahidh M. The association between malocclusion
and nutritional status among 9-11 years old children. Iraqi Orthod J 2016;
12(1): 13.
10. Otuneye AT, Ahmed PA, Abdulkarim AA, Aluko OO, Shatima DR.
Relationship between dietary habits and nutritional status among adolescents
in Abuja municipal area council of Nigeria. Niger J Paediatr 2017; 44(3):
129.
11. Dermawan CHA, Fitriana A, Alioes Y. Hubungan status gizi terhadap
kesejajaran gigi anterior mandibula berdasarkan pengukuran little’s
11
irregularity index pada siswa SMPN 5 Padang. Cakradonya Dent J 2016;
9(1): 53.
12. Hadi SM, Sulistyowati E, Mifbakhuddin. Hubungana pendapatan perkapita,
pengetahuan gizi ibu, dan aktivitas fisik. J Kesehatan Masyarakat Indonesia
2005; 2(1): 7-12.
13. Thomas EBAF, Valenca AMG. Relationship between childhood underweight
and dental crowding in deciduous teething. J Pediactr 2009: 85.
14. Proffit WR, Fields HW, Sarver DM. Contemporary orthodontics. 5th Ed. St.
Louis: Mosby Elsevier; 2012. p.135.
15. Ardani IGAW, Kannayyah D, Triwardhani A. Correlation of maxillary and
mandibular arch form and tooth size ratio in ethnic javanese malocclusion
patient. J of Int Oral Health 2019; 11(2): 75.
16. Pudyani PS. Pengaruh kekurangan protein pre dan postnatal terhadap
mineralisasi gigi. JKGUI 2001; 8(2): 54-9
17. Hamrun N, Rathi M. Perbandingan status gizi dan karies gigi pada murid SD
islam athirah dan SD II bangkala makassar. Dentofacial; 8: 27-34.
18. Alhamda S. Nutrision status correlated to the first permanent mandibular
molar teeth of elementary school children in litau bou. Indonesian Journal of
Biomedical Sciences 2012; 6: 66-70.
19. Asmawati, Pasolon fa. Analisis hubungan karies gigi dan status ggizi anak
usia 10-11 tahun di SD athirah, SD 1 bawakaraeng dan SD 3 bangkala.
Dentofacial 2007; 6: 78-84.
20. Anatomy and development of the mouth and teeth. The university of albama
at birningham UAB system. 2004.
21. Zhiyi S, Min G, Yanqi Y. The association between mastication,
malocclussion and craniofacial morphology. Int J Dentistry Oral Science
2018; 1(2): 26-11.
12