Anda di halaman 1dari 15

OLEH KELOMPOK 2, IKM IV-3 :

SAZWINA MASYUROH (0801163082)


HANINATUN NISA AZMIYAH (0801163084)
SILVI AMELIANA SARI (0801163085)
RYAN RAHMAT R. TANJUNG (0801163091)
SARTIKA SEKAR SARI (0801163112)

DOSEN PENGAMPU: Dr. OSLIDA MARTONY

PROGRAM STUDI S1 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN 2018

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas berkat
rahmat serta kehendak-Nya lah kami selaku kelompok dalam mata kuliah Ekologi Pangan dan
Gizi dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Dalam menyelesaikan tugas ini cukup banyak
kesulitan yang kami hadapi. Namun berkat bimbingan dari Dosen yaitu bapak Dr. Oslida
Martony makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Sholawat berangkaikan salam tak lupa kita hadiahkan pada baginda Rosulullah
Muhammad SAW, semoga kita sebagai ummat mendapatkan syafaat beliau di akhirat kelak,
amin ya robbal alamin. Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi
pembaca.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, 14 Juli 2018

Kelompok 2

2
2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perubahan dalam masyarakat memang telah ada sejak dahulu. Namun, dewasa ini
perubahan-perubahan tersebut berjalan dengan sangat cepatnya sehingga membingungkan
manusia yang menghadapinya, yang sering berjalan secara konstan

Perubahan-perubahan pada kehidupan masyarakat tersebut merupakan fenomena social


yang wajar, khusus nya dalam kehidupan sehari-hari yaitu kebiasaan makanan, dimana dengan
seiring berjalannya waktu maka kebiasaan makanan pun mulai berubah juga. Melalui rekayasa
ilmu pengetahuan dan teknologi maka selera terhadap produk teknologi pangan tidak lagi
bersifat lokal, tetapi menjadi global. Dalam waktu relative singkat telah diperkenalkan selera
makanan gaya fast food maupun health food yang popular di Amerika maupun lainnya,
kebiasaan makan ini adalah tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi
kebutuhannya akan makan.

Maka dari itu dari judul makalah kami tentang perubahan kebiasaan makanan sebagai
bentuk dinamika sosial didapati rumusan masalah sebagai berikut.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian kebiasaan makan?


2. Apa saja faktor yang mempengaruhi pemilihan makanan?
3. Bagaimana perubahan kebiasaan makanan zaman dahulu dan zaman sekarang?

C. Tujuan

1. Menjelaskan pengertian kebiasaan makan.


2. Menjelaskan faktor yang mempengaruhi pemilihan makanan.
3. Menjelaskan perubahan kebiasaan makanan zaman dahulu dan zaman sekarang.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KEBIASAAN MAKANAN

Para ahli antropologi memandang kebiasaan makan sebagai suatu komplek kegiatan
masak memasak, masalah kesukaan dan ketidaksukaan, kerja rakyat, kepercayaan-kepercayaan,
pantangan-pantangan dan tahayul-tahayul yang berkaitan dengan produksi, persiapan dan
konsumsi makanan pendeknya, sebagai satu katagori budaya yang penting (Foster, 1989).

Koentjasaningrat (1984) menyatakan bahwa kebiasaan makan individu keluarga dan masyarakat
dipengaruhi oleh:

1. Faktor perilaku termasuk disini adalah cara berpikir berperasaan, perpandangan tentang
makanan, kemudian dinyatakan dalam bentuk tindakan dan memiliki makanan. kejadian
ini berulang kali dilakukan menjadi kebiasaan makan.

2. Faktor lingkungan sosial, segi kependudukan dengan susunan tingkat dan sifat lainnya.

3. Lingkungan ekonomi, kondisi tanah, iklim, lingkungan biologi, sistem usaha tani, sistem
pasar dan sebagainya.

4. Faktor kesediaan bahan pangan, dipengaruhi oleh kondisi-kondisi yang bersifat hasil
karya manusia, seperti sistem pertanian (perdagangan), prasarana dan sarana kehidupan
(jalan raya, dan lain-lain).

Kebiasaan makan seseorang ditentukan oleh apa yang dimakannya, demikian tingkat
potensi yang dicapai sepenuhnya dipengaruhi oleh nutrient yang dimakan. Setiap kebiasaan
makan dan kesadaran gizi berpengaruh besar terhadap pola konsumsi makan dan selanjutnya
menentukan status gizi mereka.

Sudirman dan kawan-kawan (1989) menyebutkan bahwa kebiasaan makan suatu


keluarganya akan terlepas dari kebiasaan makan yang ada didalam masyarakat tempat keluarga
tersebut berinteraksi.

Menurut Soedikaijati (2001) kebiasaan makan adalah berhubungan dengan tindakan


untuk mengkonsumsi pangan dan mempertimbangkan dasar yang lebih terbuka dalam

4
hubungannya dengan apa yang biasanya orang makan, juga berkaitan dengan kemungkinan
kondisi perubahan kebiasaan pola pangan yang timbul dari dalam dan luarnya.

Dalam survey pemantauan status gizi orang yang dilakukan oleh Depkes RI tahun 2000.
Kebiasaan makan diukur melalui kebiasaan makan yang mencukupi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan, ialah sebagai berikut:

1. Konsumsi pangan

Konsumsi pangan merupakan susunan beragamnya pangan yang biasa dikonsumsi oleh suatu
negara atau daerah tertentu meliputi jumlah yang dimakan, jenis bahan pangan dan waktu
makan. Sebagian besar penduduk miskin didaerah pedesaan hanya mengkonsumsi satu kali
makan sehari. Hal ini disebabkan kondisi ekonomi masyarakat sangat lemah serta adanya
kekurangan bahan pangan dan bahan bakar sebagai pcmenuhan kebutuhan pokok sehari-hari.
Kebiasaan makan yang salah ini sangat berpengaruh terhadap kecukupan gizi-gizi yang
dibutuhkan oleh tubuh.

2. Preferensi pangan

Kesukaan atau pilihan terhadap makanan akan menentukan jumlah konsumsi pangan seseorang.
Faktor dalam pemilihan pangan meliputi aroma, suhu, warna, dan bentuk. Pemilihan bentuk dan
tekstur makanan untuk anak-anak, remaja dan orang dewasa, harus dibedakan agar memperoleh
kesan yang menyenangkan pada waktu mengunyah dan memakannya. Pengaruh reaksi panca
indera, terhadap pangan, kesukaan pangan pribadi serta pendekatan melalui media massa (seperti
radio, televisi, pamplet dan iklan) dapat merubah kebiasaan makan seseorang.

3. Ideologi Pangan

Pengetahuan tentang pangan dan gizi penting dimiliki oleh seseorang ibu, karena mempunyai
peran besar dalam penyediaan pangan keluarga. Konsumsi pangan yang cukup akan sumber zat
gizi adalah mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk energi, pertumbuhan dan
pemeliharaan tubuh. Pengetahuan ibu tentang gizi sangat berperan penting didalam memilih,
menyusun, mengolah dan menyajikan makanan yang sehat dan kaya akan sumber gizi.

4. Frekuensi makan

Frekuensi makan adalah berapa kali makan dalam sehari meliputi makan pagi, makan siang,
makan malam dan makan selingan (Depkes, 1994). Menurut Willy (1991) bahwa bagi penduduk

5
dunia kebiasaan makan tiga kali sehari adalah kebiasaan umum, sedangkan menurut Suhardjo
(1990) frekuensi makan dikatakan baik apabila frekuensi makan tiap harinya tiga kali makan
utama atau dua kali makanan utama dengan satu kali makanan selingan dan dinilai kurang
apabila frekuensi makan setiap harinya dua kali makan atau kurang.

5. Sosial budaya pangan

Kegiatan budaya suatu keluarga, kelompok masyarakat, negara atau bangsa mempunyai
pengaruh yang kuat dan kekal terhadap apa, kapan dan bagaimana penduduk makan.

Pengaruh sosial budaya pada pangan adalah:

a. Bagaimana, kapan dan dalam kombinasi yang bagaimana pangan tertentu disajikan

b. Siapa yang menyiapkan makanan, siapa yang menyajikan dan prioritas anggota keluarga
tertentu dalam pola pembagian pola makanan

c. Hubungan atara besarnya keluarga, umur anggota keluarga dengan pola pangan dan
status gizi

d. Larangan keagamaan yang berhubungan dengan konsumsi pangan

e. Bagaimana pola pangan dikembangkan dan mengapa pangan tertentu diterima sedangkan
lainnya ditolak atau hanya dimakan, jika pangan yang boleh dimakan tidak dapat
diperoleh lagi.1

B. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN MAKANAN

Terdapat penelitian oleh Rahman, Khattak, Mansor, (2013) tentang pemilihan makanan.
Dalam penelitiannya, terdapat berbagai faktor yang mendorong dalam pemilihan makanan,
antara lain:

1. Kepedulian Terhadap Kesehatan (Health)

Ada berbagai alasan mengapa orang termotivasi dalam masalah kesehatan dalam pemilihan
makanan. Alasan seorang dalam mepertimbangkan kesehatan dalam pemilihan makanan dapat
berasal dari status kesehatan saat ini, kesadaran terhadap perilaku kesehatan, dan dampaknya di

1
https://karyatulisilmiah.com/kebiasaan-makan/

6
masa yang akan datang. Hal ini dibuktikan dengan adanya motivasi dalam mengkonsumsi
makanan sehat adalah pengontrolan berat badan dan menjaga tubuh tetap ramping khusunya bagi
kalangan wanita (Wardle, et al, 2004).

2. Kemudahan/ Kenyamanan (Convenience)

Menurut Asma, Nawalyah, Rokiah, dan Mohd Nasir (2010), kenyamanan merupakan faktor yang
paling utama dalam pemilihan makanan dan pada saat yang sama, kenyamanan bagi seorang
juga dapat berarti kemudahan dalam mempersiapkan makanan.

3. Keakraban (Familiarity)

Keakraban adalah kecenderungan sesorang untuk memilih makanan yang sudah biasa dimakan
dibandingkan mencoba makanan baru.

4. Perasaan (Mood)

Faktor suasana hati merupakan mekanisme dan bagaimana seorang individu dapat merasa baik
atau santai. Stress dan jadwal yang padat karena kondisi kerja dapat menjadi alasan mengapa
makanan yang dipilih berdasarkan apakah makanan tersebut menenangkan dan menghibur.
(Rahman, Khattak, dan Mansor, 2013).

5. Daya Tarik Sensorik (Sensory Appeal)

Aroma makanan yang menggugah selera dan disukai dapat memberi rangsangan pada indra
penciuman seseorang sehingga akan mempengaruhinya untuk mengonsumsi makanan tersebut,
dalam memilih makanan mempertimbangkan rasa, warna, porsi, aroma, tekstur, dan harga
makanan (Azrimaidaliza, 2011).

6. Harga (Price)

Harga memiliki pengaruh yang kuat dalam pemilihan makanan. Harga makanan merupakan
elemen yang paling penting bagi masyarakat dengan pendapatan rendah dibanding faktor yang
lain. Harga yang insentif dapat menjadi strategi intervensi yang efektif untuk mempengaruhi
pembelian makanan individu. Penurunan harga memiliki pengaruh yang kuat terhadap pola
pembelian makanan yang di targetkan di tempat kerja dan kafe di sekolah bagi kalangan remaja
(French, 2003).

7. Pengontrolan Berat Badan (Weight Control)

7
Dalam penelitian yang dilakukan pada mahasiswa di Taiwan, menunjukkan perhatian terhadap
berat badan memiliki hubungan dengan perhatian terhadap kesehatan (Sun, 2007). Selain itu,
Ogden, et al (2006) menunjukkan bahwa obesitas memberikan kontribusi 30 persen lebih besar
untuk anak-anak dan angka kematian remaja dibandingkan dengan angka kematian orang dewasa
(Biro dan Wein, 2010).

8. Keprihatinan Etis (Ethical Concern)

Pengertian etika merupakan keyakinan mengenai tindakan yang benar dan yang salah, atau
tindakan yang baik dan yang buruk, yang mempengaruhi hal – hal lainnya. Dalam penelitian
dilakukan oleh Gaskell, et al (2004), temuan dalam penelitian ini juga setuju dengan pendapat
bahwa masyarakat saat ini memperhatikan etika modifikasi genetik, label makanan dan efek
kesehatan dalam pemilihan dan konsumsi makanan.

9. Komposisi Makanan (Natural Content)

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mohd-Any, Mahdzan, dan Cher (2013) di Malaysia,
menunjukan bahwa sebagian besar masyarakat foodies maupun nonfoodies dalam pemilihan
makanan lebih memperhatikan terhadap komposisi makanan untuk menjalankan diet yang
seimbang dan cenderung menerapkan konsumsi makan yang sehat.

10. Persepsi Resiko (Risk Perception)

Menurut penelitian yang di lakukan Knox, (2000), Persepsi resiko terhadap makanan sangatlah
penting bagi konsumen dalam pemilihan makanan. Terlebih lagi sejak tersebarnya berita
mengenai makanan yang berbahaya (Seperti: residu alar dalam apel, salmonella dalam telur, dan
Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE) dalam daging sapi yang membuat manusia semakin
kritis dalam memilih makanan yang akan dikonsumsi. Oleh karena itu persepsi muncul untuk
berinteraksi satu sama lain dalam mempengaruhi pilihan makanan sehari-hari. Beberapa asosiasi
menunjukkan bahwa persepsi risiko mendominasi penentu dalam pilihan makanan dan isu yang
terkait dengan efek buruk pada kesehatan yang harus diamati oleh pemasok dalam sistem pangan
(Gaskell, et al, 2004).

11. Agama (Religion)

Dalam penelitian yang dilakukan pada orang dewasa di Malaysia, faktor agama merupakan
faktor yang paling penting dalam pemilihan makanan (Rahman, Khattak, dan Mansor,2013).

8
Agama menjadi faktor yang lebih berpengaruh dalam mengarahkan jalan spiritual dan jalan
orang hidup termasuk motivasi seorang dalam pemilihan makanan.2

C. PERUBAHAN KEBIASAAN MAKANAN ZAMAN DAHULU DAN ZAMAN


SEKARANG

Cara dan kebiasaan makan setiap orang ternyata berbeda-beda. Bukan lantaran terjadi
perubahan tren makanan atau perubahan selera pribadi seseorang.
Kenyataannya konsumen sekarang ini memiliki perbedaan budaya dan pola makan berdasarkan
generasi mereka. Artinya, kebiasaan makan Generasi X akan sangat berbeda dengan kebiasaan
makan Generasi Y atau bahkan Generasi Baby Boomers.
Konsumen dari beragam etnis saat ini, tak dimungkiri memang lebih banyak mengenal dan
terpapar berbagai jenis makanan masa kini. Generasi masa kini juga dianggap lebih banyak
bergantung pada makanan dibanding generasi lainnya.

Mengutip Foodbiz, Technomic Inc. melakukan sebuah penelitian terhadap Generasi


Z, millennial, Generasi X, dan Baby Boomers untuk memahami tentang lanskap jasa makanan
yang akan berkembang di Kanada bagi generasi muda.
Penelitian dilakukan terhadap 1.150 konsumen yang berusia 13-70 tahun. Penelitian ini
merupakan bagian dari 2016 Canadian Generational Consumer Trend Report.
Laporan tren ini berfungsi sebagai panduan bagi operator jasa makanan dan pemasok bahan
baku untuk memahami persamaan dan perbedaan kebiasaan makanan di berbagai generasi.
Karena bagaimanapun kesuksesan bisnis di bidang makanan tergantung pada seberapa besar
Anda mengetahui tren dan kebiasaan makan konsumen.

Berdasar penelitian, Generasi Z (usia 13-23 tahun saat ini) akan lebih tertantang untuk
bisa mencicipi beragam rasa makanan baru. Kebiasaan ini terjadi karena mereka mendapat
kebebasan untuk mencicipi dan mendapatkan beragam variasi makanan dari berbagai etnis di
dunia. Sedangkan generasi millennial (usia 24-39) dan Generasi X (usia 40-50) saat ini lebih
tertaik pada aneka rasa tardisional. Beberapa kalangan dari generasi Baby Boomers (usia 51-70)
masih berada di puncak keberhasilan mereka, sementara beberapa sudah pensiun dan memiliki

2
http://publication.petra.ac.id/index.php/manajemen-perhotelan/article/download/6399/5818

9
pendapatan tetap. Namun mereka sama-sama memiliki satu selera makanan. Bagi mereka yang
terpenting dalam urusan makanan adalah harganya.3

3
https://m.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20160907170405-262-156793/beda-generasi-beda-kebiasaan-dan-
budaya-makan

10
Status kesehatan terutama gizi dalam masyarakat tidak hanya dirasakan oleh anak-anak
saja, tetapi juga mencakup semua pihak termasuk orang dewasa dan balita. Masalah gizi karena
perilaku yang salah yaitu karena adanya ketidakseimbangan antara asupan makanan atau
konsumsi makanan yang kurang maupun berlebih dengan kandungan gizi yang ada dalam
makanan tersebut. Hal semacam ini yang paling banyak terjadi terutama pada usia anak-anak.
Kebanyakan dari mereka mengonsumsi makanan siap saji, junk food, serta makanan ringan
lainnya yang kandungan gizinya kurang. Inilah salah satu penyebab utama kekurangan gizi yang
ada di Negara kita.

Tak jauh berbeda dengan zaman dahulu, status kesehatan utamanya gizi pada masyarakat
juga mengalami banyak masalah seperti saat ini. Yang membedakan ialah, dulu orang-orang atau
nenek moyang kita yang kekurangan gizi disebabkan bukan karena banyaknya makanan siap
saji, junk food dan lain-lain, melainkan karena memang pada zaman dahulu makanan yang kaya
akan gizi atau makanan yang mengandung gizi tidak mudah untuk ditemukan begitu saja.
Sekarang zaman sudah semakin canggih, segala sesuatu yang dibutuhkan pasti dapat terpenuhi
jika ada usaha untuk mencapainya. Begitu juga dengan kesehatan. Ilmu pengetahuan dan
teknologi zaman ini sudah banyak menciptakan alat yang memilliki fungsi baik, khususnya
dalam pengolahan makanan bergizi. Namun, seiring dengan perkembangan zaman yang sudah
semakin modern ini, sebagian dari masyarakat juga salah dalam mempergunakannya. Misalnya
melakukan hal yang tidak wajar seperti menambahkan pengawet pada makanan agar dapat
bertahan lama demi mendapatkan keuntungan.

Jika kita melihat masalah kesehatan saat ini, yang paling banyak terjadi di masyarakat
ialah masalah gizi kurang (underweight). Salah satu faktor yang memicu terjadinya gizi kurang
adalah kebiasaan mengonsumsi makanan yang kurang megandung gizi. Kita pasti sering melihat
anak-anak maupun orang dewasa yang berada di pinggir jalan maupun daerah-daerah tertentu
yang termasuk dalam golongan orang tidak mampu. Rata-rata dari mereka merupakan penderita
gizi kurang (underweight), mengapa ? itu karena kemungkinan besar makanan yang mereka
konsumsi adalah makanan kurang atau sama sekali tidak mengandung protein, lemak,
karbohidrat dan lain-lain yang merupakan gizi untuk kebutuhan energy tubuh. Contoh kecil
makanan yang mudah untuk ditemukan namun banyak orang yang tidak mempunyai kesempatan
untuk mengonsumsinya adalah ikan. Ikan termasuk makanan yang paling baik untuk dikonsumsi
karena ikan mengandung nutrisi yang baik untuk tubuh. Ikan mengandung omega-3 dimana zat
ini sangat baik untuk kecerdasan otak.

11
Faktor lain yang memicu kekurangan gizi saat ini adalah kebiasaan makan yang kurang
baik bagi remaja dan ingin terlihat langsing. Faktor ini yang paling banyak terjadi dikalangan
remaja. Mereka ingin memiliki berat badan yang ideal, namun cara yang mereka lakukan kurang
efektif karena dapat mengganggu pola makan dan juga menyebabkan gizi kurang (underweight).

Tidak sampai disitu saja, masalah kesehatan utamanya status gizi dalam masyarakat yang
kedua ialah obesitas (over weight). Masalah yang satu ini sering dialami para kaum remaja
namun juga banyak terjadi pada anak-anak yang makanannya tidak terkontrol dengan baik atau
tidak memenuhi 4 sehat 5 sempurna. Obesitas ini cukup berbahaya bagi siapapun yang
mengalaminya. Misalnya dapat menyebabkan penyakit jantung, hal ini disebabkan karena
adanya lemak yang tertimbun di dalam tubuh.

Jadi, untuk mengatasi segala hal yang dapat mengganggu kesehatan tubuh kita, utamanya
malnutrisi, gizi kurang serta gizi berlebih pada seseorang banyak yang dapat kita lakukan. Salah
satunya ialah dengan menjaga pola makan. Banyak orang yang mengesampingkan hal ini karena
mereka merasa ‘yang penting makan’ saja kita bisa hidup sehat. Oleh karena itu, mulai dari
sekarang marilah kita bersama-sama untuk menjaga kesehatan diri sendiri, karena dengan
memulai itu juga akan mempengaruhi orang-orang disekitar kita. Sehat itu mahal, jadi jagalah
kesehatan diri sendiri.4

4
https://www.kompasiana.com/nurainiah/54f92f78a3331178178b46e5/status-gizi-dulu-kini-dan-nanti

12
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Para ahli antropologi memandang kebiasaan makan sebagai suatu komplek kegiatan
masak memasak, masalah kesukaan dan ketidaksukaan, kerja rakyat, kepercayaan-kepercayaan,
pantangan-pantangan dan tahayul-tahayul yang berkaitan dengan produksi, persiapan dan
konsumsi makanan pendeknya, sebagai satu katagori budaya yang penting (Foster, 1989).Faktor-
faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan, ialah sebagai berikut: Konsumsi pangan,
Preferensi pangan,Ideologi Pangan,Frekuensi makan,Sosial budaya pangan. Faktor yang
mempengaruhi pemilihan makanan.

1. Kepedulian Terhadap Kesehatan (Health)


2. Kemudahan/ Kenyamanan (Convenience)
3. Keakraban (Familiarity)
4. Perasaan (Mood)
5. Daya Tarik Sensorik (Sensory Appeal)
6. Harga (Price)
7. Pengontrolan Berat Badan (Weight Control)
8. Keprihatinan Etis (Ethical Concern)
9. Komposisi Makanan (Natural Content)
10. Persepsi Resiko (Risk Perception)
11. Agama (Religion)

Perubahan kebiasaan makan pada zaman dahulu dan zaman sekarang dapat dilihat
berdasar penelitian, Generasi Z (usia 13-23 tahun saat ini) akan lebih tertantang untuk bisa
mencicipi beragam rasa makanan baru. Kebiasaan ini terjadi karena mereka mendapat kebebasan
untuk mencicipi dan mendapatkan beragam variasi makanan dari berbagai etnis di
dunia. Sedangkan generasi millennial (usia 24-39) dan Generasi X (usia 40-50) saat ini lebih
tertaik pada aneka rasa tardisional. Beberapa kalangan dari generasi Baby Boomers (usia 51-70)
masih berada di puncak keberhasilan mereka, sementara beberapa sudah pensiun dan memiliki
pendapatan tetap. Namun mereka sama-sama memiliki satu selera makanan. Bagi mereka yang
terpenting dalam urusan makanan adalah harganya.

13
Saran

14
DAFTAR PUSTAKA

https://karyatulisilmiah.com/kebiasaan-makan/

http://publication.petra.ac.id/index.php/manajemen-perhotelan/article/download/6399/5818

https://m.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20160907170405-262-156793/beda-generasi-beda-
kebiasaan-dan-budaya-makan

https://www.kompasiana.com/nurainiah/54f92f78a3331178178b46e5/status-gizi-dulu-kini-dan-
nanti

15

Anda mungkin juga menyukai