Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tantangan pembangunan kesehatan dan permasalahan pembangunan kesehatan makin
bertambah berat, kompleks, dan bahkan terkadang tidak terduga. Pembangunan kesehatan
dilaksanakan dengan memperhatikan dinamika kependudukan, epidemiologi penyakit,
perubahan ekologi dan lingkungan, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta globalisasi
dan demokratisasi dengan semangat kemitraan, kerja sama lintas sektoral serta mendorong peran
serta aktif masyarakat. Demi meningkatkan taraf kehidupan masyarakat maka pembangunan
kesehatan dilakukan oleh semua komponen dunia kesehatan. Pembangunan yang dimaksud
untuk mewujudkan visi yang telah dibuat oleh Kementerian Kesehatan yaitu Masyarakat Sehat
yang Mandiri dan Berkeadilan (Kemenkes, 2010).
Pembangunan di bidang kesehatan pada masa ini tidak bisa terlepas dari adanya
reformasi di bidang kesehatan. Dalam reformasi tersebut, profesionalisme merupakan salah satu
strategi dalam mewujudkan visi Kementerian Kesehatan. Profesionalisme sebagai strategi
tersebut sebelumnya telah dicantumkan untuk mencapai visi Kementerian Kesehatan Kesehatan
yaitu Indonesia Sehat 2010 menurut SK Menteri Kesehatan RI No. 983/Menkes/SK/XI/1992
pasal 29.
Profesionalisme dalam penyelenggaraan pelayanan rumah sakit dilakukan peningkatan
mutu pelayanan umum dan pelayanan medik. Maka, perlu disusun pedoman penyelenggaraan
rumah sakit yang merujuk pada persyaratan minimal di berbagai standar, pedoman dan indikator.
Tujuan pedoman ini adalah sebagai acuan bagi pemilik dan pengelola rumah sakit untuk menata
rumah sakit agar dapat meningktakan kemampuan dan mutu pelayanan yang sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan, perubahan peraturan perundang-
undangan, dan harapan masyarakat. Pedoman ini juga melingkupi pelayanan penunjang
kesehatan medic sebagai salah satu prasyarat pelayanan kesehatan yang bermutu.
Makalah ini dibuat untuk menunjukkan tentang berbagai hal mengenai seluk – beluk
pelayanan penunjang medik terutama di rumah sakit. Pada makalah ini akan dibahas
mengenai teori pelayanan penunjang medik hingga pedoman – pedoman yang telah tertera
pada peraturan – peraturan yang berlaku.
BAB II
Pembahasan
2.1 Pelayanan Penunjang Medik
Pelayanan penunjang medik / pelayanan penunjang klinis ( Clinical Support Services /
CSS ) di rumah sakit menurut John R. Griffith meliputi pelayanan diagnostik, terapeutik dan
kegiatan di masyarakat umum. Pelayanan yang dimaksud juga meliputi tes laboratorium,
pengobatan, prosedur pembedahan, dan terapi fisik. Banyak juga pasien yang memerlukan
pelayanan sosial dan edukasi kesehatan. Pelayanan penunjang medik ini dilakukan oleh unit–unit
atau petugas profesional yang ditunjuk untuk melakukan tugas tersebut di masing– masing center
kesehatan seperti rumah sakit. Kebanyakan pelayanan penunjang medik merupakan rujukan dari
dokter. Dokter memerlukan pelayanan penunjang medik untuk melakukan pencegahan,
diagnosis, terapi, dan rehabilitasi pada pasien baik itu pasien rawat jalan maupun pasien rawat
inap. Pelayanan penunjang medik juga dilakukan pada pasien pasien dalam masa perawatan akut
di rumah sakit, pasien dengan pengobatan jangka panjang dan pasien kunjungan rumah.
Organisasi penyelenggara kesehatan ( Healthcare organizations / HCO ) harus menyediakan
pelayanan penunjang medik secara tepat, cepat dan biaya yang efektif.
Organisasi penyelenggara kesehatan harus mengusahakan jumlah dan jenis pelayanan
penunjang medik untuk pelayanan pada pasien. Pelayanan penunjang medik yang terlalu banyak,
terlalu sedikit, kesalahan atau kualitas yang buruk pada piranti penunjang medik akan
mengurangi kualitas pelayanan kesehatan secara umum dan mengakibatkan peningkatan biaya
yang dikeluarkan. Optimalisasi pelayanan penunjang dilakukan dengan menyediakan kombinasi
dan waktu pemeriksaan yang tepat, dan juga harus mempunyai kualitas yang bermutu dan biaya
yang murah. Pelayanan penunjang medis di organisasi penyelenggara kesehatan meliputi
pelayanan diagnostik, pelayanan terapetik, dan pelayanan komunitas. Adapun pelayanan
penunjang medik, antara lain :
2.1.1 Rekam Medik
Pelayanan rekam medik menjalankan instalasi rekam medik dan informasi sesuai dengan
ketentuan dan prosedur yang telah ditetapkan untuk tersedianya data medis yang dibutuhkan.
Penanggungjawab rekam medik adalah lulusan administrasi rekam medik dengan pegalaman
kerja minimal du tahun dibidangnya.
Tugas Rekam :
Mengkoordinasikan dan bertanggungjawab terhadap :
a Penyelenggaraan dan pemeliharaan daftar para pasien rumah sakit.
b Pengawasan jalannya kartu/rekam medik pasien.
c Pemberian kode penyakit pasien.
d Penyelenggaraan dana memelihara administrasi pemeriksaan kesehatan berkala.
e Membuat visum et repertrum.
f Mengukur dan menyimpan hasil data medik pasien dan menyajikan data statistiknya.
g Membuat laporan secara berkala kepada Direktur.

2.1.2 Pelayanan Laboratorium


Penanggung jawab laboratorium rumah sakit adalah seorang dokter spesialis patologi
klinik atau apabila tidak memungkinkan, dapat dilaksanakan oleh seorang dokter umum yang
telah mendapat pelatihan mengenai manajemen dan teknis dibidang laboratorium klinik, staf
laboratorium klinik RS terdiri dari tenaga analis, perawat, tenaga administrasi, dan tenaga lain
untuk menunjang pekerjaan laboratorium klinik rumah sakit.
Dalam menyenggarakan pelayanan laboratorium, rumah sakit harus mempunyai
kebijakan, prosedur sesuai Pedoman Praktek Laboratorium yang benar (Goog Laboratory
Practice) yang diterbitkan oleh Depatermen Kesehatan RI untuk melaksanakan dan
mendokementasikannya. Pedoman GLP tersebut mencakup persyaratan saranan, prasaranan,
peralatan, reagenisasi, penanganan dan pemeriksaan specimen, pencatatan dan pelaporan, upaya
menjaminan mutu hasil pemeriksaan laboratorium serta Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) di
laboratorium.
Secara khusus bagian dari laboratorium yang melayani gawat darurat (lab,cito) dan rawat
jalan serta bank darah hendaknya terletak tidak jauh dari unit gawat darurat dan laboratorium
induk jadi merupakan satu kelompok laboratorium.
Tugas Instalasi Laboratorium adalah :
a Menyusun bahan rancangan awal rencana strategis RS di lingkup instalasi laboratorium.
b Menyusun bahan rancangan kebijakan instalasi laboratorium.
c Menyusun bahan usulan program instalasi laboratorium.
d Menyusun rencana kerja/ kegiatan instalasi laboratorium.
e Menyusun rencana pelaksanaan kerja/ kegiatan instalasi laboratorium.
f Melaksanakan monitoring dan evaluasi kinerja instalasi laboratorium.
g Menyusun perencanaan kebutuhan bahan, reagen dan barang-barang yang diperlukan
dalam pemeriksaan laboratorium.
h Pengaturan dan pelayanan permintaan akan jasa laboratorium sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan.
i pencatatan dan pembukaan hasil setiap pemeriksaan laboratorium sesuai prosedur yang
telah ditetapkan.
j penjagaan dan perawatan semua peralatan laboratorium rumah sakit sesuai standar yang
telah ditetapkan, agar laboratorium selalu siap untuk beroperasi.
k Membuat laporan secara berkala kepada Wakil Direktut Bidang Penunjang Medis.
l Melaksanakan tugas-tugas khusus yang diberikan oleh direktur.

2.1.3 Pelayanan Farmasi


Pelayanan farmasi di rumah sakit bertanggung jawab terhadap semua barang farmasi
yang beredar di rumah sakit tersebut. Pelayanan farmasi meliputi penyediaan dan distribusi
semua perbekalan farmasi , pelayanan farmasi klinik, serta membuat informasi dan menjamin
kualitas pelayanan yang berhubungan dengan pengunaan obat. Instalasi farmasi rumah sakit
dipimpin oleh seorang apoteker penuh waktu yang mempunyai pengalaman 2 tahun di bagian
farmasi rumah sakit, telah terdaftar di Depatermen Kesehatan dan mempunyai izin kerja.
Rasio jumlah apoteker dibanding jumlah TT minimal adalah 1: 50 . rasio apoteker dengan
asisten apoteker minimal 1:2. Harus tersedia ruangan dan fasilitas yang digunakan untuk
penyimpanan barang farmasi yang menjamin semua barang farmasi tetap dalam kondisi baik dan
dapat dipertanggungjawabkan dengan spesifikasi masing-masing barang farmasi sesuai dengan
peraturan. Semua kebijakan dan prosedur yang ada harus tertulis dan dicantumkan tanggal
dikeluarkannya peraturan tersebut. Peraturan dan prosedur yang ada harus mencerminkan standar
pelayanan farmasi mutahir yang sesuai dengan peraturan dan tujuan dalam pelayanan farmasi itu
sendiri kebijakan dan prosedur dibuat oleh Kepala Instalasi dan Komite Farmasi dan Terapi serta
para apoteker .Pelayanan farmasi harus mencerminkan kualitas pelayanan kefarmasian yang
bermutu tinggi, melalui cara pelayanan farmasi rumah sakit yang baik.
Tugas Instalasi Farmasi :
a Menyusun bahan rancangan awal rencana strategis RS di lingkup instalasi farmasi.
b Menyusun bahan rancangan kebijakan instalasi farmasi.
c Menyusun bahan usulan program instalasi farmasi.
d Menyusun rencana kerja/ kegiatan instalasi farmasi.
e Menyusun rencana pelaksanaan kerja/ kegiatan instalasi farmasi.
f Melaksanakan monitoring dan evaluasi kinerja instalasi farmasi

2.1.4 Pelayanan Radiologi


Pimpinan Instalasi Radiologi diutamakan seorang spesialis radiologi yang diangkat oleh
direktur rumah sakit. Penanggung jawab fungsional adalah seorang dokter spesialis radiologi
atau dokter lain yang memiliki kompetensi yang ditetapkan oleh kolegium Dokter Spesialis
radiologi, sedangkan penanggung jawab pengoperasian alat pelayanan radiodiagnostik,
diagnostic imaging selain USG dan radiologi intervensional adalah radiographer dan atau dokter
spesilais radiologi.
Pelayanan radioterapi meliputi :
a Pelayanan radioterapi ekternal adalah pelayanan radioterapi dengan mengunakan sumber
radiasi yang berada di luar tubuh atau ada jarak antara pasien dengan alat penyinaran.
b Pelayanan bakhiterapi adalah pelayanan radioterapi dengan mengunakan sumber radiasi
yang didekatkan pada tumor.
c Pelayanan radioterapi interstisial adalah pelayanan radioterapi dengan mengunakan
sumber yang dimasukkan dalam tumor.
Pelayanan radioterapi yang telah memenuhi persyaratan perijinan dari Menteri Kesehatan
RI sesuai dengan Permenkes No. 780/MENKES/PER/VIII/2008 tentang Penyelenggaraan
Palayanan Radiologi wajib menjamin keamanan pasien, petugas dan lingkungan dengan
melaksanakan kegiatan kendali mutu dan memenuhi persyaratan ruangan, bangunan, peralatan
dan sumber daya manusia serta kemampuan pelayanan sesuai dengan klaasifikasi rumah
sakitnya. Pimpinan instalasi radioterapi adalah seorang dokter spesialis onkologi radiasi/dokter
spesialis Radiologi konsultan onkologi Radiasi.
Tugas Pelayanan Radiologi :
Mengkoordinasi dan bertanggungjawab terhadap :
a Penjagaan dan pemeliharaan semua peralatan radiologi yang ada sesuai standar yang
telah ditetapkan agar selalu siap dioperasikan.
b Membantu dokter dalam pemeriksaan radiologi .
c Membuat laporan secara berkala kepada Direktur.
d Pencatatan data pasien yang mendapat layanan di kamar rotgen.

2.1.5 Pelayanan Gizi


Pelayanan gizi menjalankan kegiatan instansi gizi sesuai dengan kententuan dan prosedur
yang telah ditetapkan untuk pelayanan gizi yang akan diberikan di rumah sakit.
Tugas pelayanan gizi :
a Memberikan pelayanan gizi bagi penderita yang dirawat.
b Memberikan pelayanan gizi bagi penderita yang berobat jalan.
c Memberi gizi bagi karyawan.

2.1.6 Pelayanan Rehabilitas Medik


Berdasarkan Kemenkes RI tentang Pedoman Pelayanan Rehabilitas Medik di Rumah
Sakit, Rehabilitas medik adalah pelayanan kesehatan terhadap gangguan fisik dan fungsi yang
diakibatkan oleh keadaan/kondisi sakit, penyakit atau cedera melalui paduan intervensi medik,
keterapian fisik dan atau rehabilitatif untuk mencapai kemampuan fungsi yang optimal. Upaya
pelayanan rehabiltasi medik di rumah sakit dikembangkan kearah peningkatan mutu (pelayanan
spesialis/subspesialis), jangkauan pelayanan serta sistem rujukan dengan tujuan pasien
memperoleh pelayanan secara terpadu dan paripurna.
Tujuan Pelayanan Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit :
a Mengatasi keadaan/kondisi sakit melalui paduan intervensi medik, keterpian fisik,
keteknisian medik dan tenaga lain yang terkait.
b Mencegah komplikasi akibat tirah baring dan atau penyakinya yang mungkin membawa
dampak kecacatan.
c Memaksimalkan kemampuan fungsi, meningkatkan aktivitas dan partisipasi pada difabel.
d Mempertahankan kualitas hidup atau mengupayakan kehidupan yang berkualitas.
BAB III
Penutup
3.1. Kesimpulan
Pelayan penunjang medik di rumah sakit merupakan organ penting yang mendukung
terciptanya pelayanan yang prima dan paripurna. Berdasarkan SK Menteri Kesehatan RI No.
983/Menkes/SK/XI/1992 tentang pedoman organisasi rumah sakit, maka rumah sakit harus
menjalankan beberapa fungsi, satu diantaranya adalah fungsi menyelenggrakan pelayanan
penunjang medik dan penunjang non medik. Fungsi pelayanan penunjang medik di rumah sakit
yaitu, fungsi klinik dan fungsi manajerial.
Pelayanan rekam medik menjalankan instalasi rekam medik dan informasi sesuai dengan
ketentuan dan prosedur yang telah ditetapkan untuk tersedianya data medis yang dibutuhkan.
Dalam menyenggarakan pelayanan laboratorium, rumah sakit harus mempunyai kebijakan,
prosedur sesuai Pedoman Praktek Laboratorium yang benar (Goog Laboratory Practice) yang
diterbitkan oleh Depatermen Kesehatan RI untuk melaksanakan dan mendokementasikannya.
Pelayanan farmasi di rumah sakit bertanggung jawab terhadap semua barang farmasi yang
beredar di rumah sakit tersebut. Pelayanan farmasi meliputi penyediaan dan distribusi semua
perbekalan farmasi , pelayanan farmasi klinik, serta membuat informasi dan menjamin kualitas
pelayanan yang berhubungan dengan pengunaan obat. Rehabilitas medik adalah pelayanan
kesehatan terhadap gangguan fisik dan fungsi yang diakibatkan oleh keadaan/kondisi sakit,
penyakit atau cedera melalui paduan intervensi medik, keterapian fisik dan atau rehabilitatif
untuk mencapai kemampuan fungsi yang optimal. Upaya pelayanan rehabiltasi medik di rumah
sakit dikembangkan kearah peningkatan mutu (pelayanan spesialis/subspesialis), jangkauan
pelayanan serta sistem rujukan dengan tujuan pasien memperoleh pelayanan secara terpadu dan
paripurna.

Anda mungkin juga menyukai