Anda di halaman 1dari 18

EVALUASI IMPLEMENTASI PROGRAM PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS

DENGAN STRATEGI DIRECTLY OBSERVED TREATMENT SHORTCOURCE

CHEMOTHERAPY ( DOTS)

DI PUSKESMAS TEGAL SARI

TAHUN 2018

Putri, Sartika, Fitri, Ajeng


Mahasiswa Program Studi Administrasi Kebijakan Kesehatan, UIN Sumatera Utara

ABSTRAK

Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis,


yang dapat menyerang paru dan organ lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana implementasi program penanggulangan TB paru dengan strategi DOTS Puskesmas
Tegal sari. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif, dengan desain penelitian
yang digunakan adalah deskriptif. Pemilihan informan pada penelitian ini dilakukan secara
purposive sampling. Hasil wawancara menunjukkan bahwa implementasi yang dilakukan di
Puskesmas Tegal Sari sudah cukup baik dalam pengimplementasian program TB. Dari hasil
pengumpulan data dan analisis data didapatkan simpulan dari kuisioner bahwa masih banyak
masyarakat yang tidak mengetahui apa itu Program penanggulangan dan pemberantasan TB
yaitu DOTS (P8) dan Apakah Anda mengetahui tentang Program Kebijakan DOTS ? (P9)
sekitar 63% dan 93%. Ada baiknya pihak puskesmas memberikan pengenalan kepada
masyarakat tentang Program DOTS di lingkungan Puskesmas guna meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.

Keyword : Implementasi, Kebijakan, Penanggulangan Tuberkulosis

Indonesia adalah negara yang termasuk sebagaimanayang diamanatkan oleh

dalam high burden countries (negara Undang-Undang No. 36 Tahun 2009

dengan masalah TB terbesar), dimana tentang kesehatan. Kemenkes RI (2011),

sekitar 75% penderita TB adalah kelompok memperkirakan bahwa rata-rata kelompok

usia paling produktif secara ekonomi yaitu masyarakat penderita TB dewasa

umur 15-50 tahun. Keadaan ini membuat kehilangan waktu kerjanya mencapai 3-4

penyakit TB merupakan hambatan utama bulan, sehingga menyebabkan kehilangan

untuk mencapai masyarakat sehat yang pendapatan rumah tangga sekitar 20-30%.

produktif secara sosial maupun ekonomi Indonesia juga dihadapkan pada tantangan
utama yaitu banyaknya kasus TB tidak penderita TB BTA positif sampai dengan

ditemukan dan atau tidak dilaporkan. tahun 2019 sebesar 245/100.000 penduduk.

Menurut Kemenkes RI (2014), angka kasus Lebih dari 95% kematian akibat TB

TB yang tidak ditemukan dan atau tidak terjadi di negara berpenghasilan rendah dan

dilaporkan (TB hilang) mencapai 130.000 menengah enam negara menyumbang 60%

kasus. Hal ini diakibatkan oleh masalah dari total, dengan India memimpin

internal pada Kabupaten/Kota diantaranya penghitungan, diikuti oleh Indonesia,

yaitu fasilitas pelayanan kesehatan China, Nigeria, Pakistan dan Afrika

terutama Puskesmas yang belum maksimal Selatan. Di seluruh dunia, tingkat

menjalankan strategi pengendalian TB penurunan insiden TB hanya 1,5% dari

dengan strategi DOTS, terutama dalam hal tahun 2014 sampai 2015. Ini perlu

penemuan sedini mungkin kasus TB dipercepat ke penurunan tahunan 4-5%

dimasyarakat dan pengobatan sesuai pada tahun 2020 untuk mencapai target

standar dan masalah ketenagaan di pertama Strategi End-TB (Anonim, 2016a).

Puskesmas. Menurut laporan World Health

Penemuan dan penyembuhan Organization (WHO), pada tahun 2015,

penderita TB menjadi fokus utama strategi diperkirakan ada 580.000 kasus baru

DOTS, (Kemenkes RI, 2011). Melalui surat Tuberkulosis Resisten Obat (TB RO) yang

keputusan Menteri Kesehatan RI terdiri dari: 480.000 Tuberkulosis Resisten

No.HK.02.02/Menkes/52/2015 tentang Obat Ganda (TB MDR) dan tambahan

Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 100.000 orang dengan Tuberkulosis

Tahun 2015-2019 yang di dalamnya Resisten Rifampisin (TB RR) yang juga

termuat Rencana Pembangunan Jangka baru memenuhi syarat untuk pengobatan

Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, TB-MDR. Data surveilans resistan terhadap

telah pula menetapkan target penemuan obat menunjukkan bahwa 3,9% adalah
kasus baru dan 21% dari kasus TB yang masih menjadi negara ke-5 dengan kasus

diobati sebelumnya diperkirakan memiliki TB terbesar setelah India, China, Nigeria,

TB MDR/RR. TB MDR/RR menyebabkan dan Pakistan (WHO, 2014). Pelaksanaan

250.000 kematian pada tahun 2015 program pengendalian TB nasional masih

(Anonim, 2016a). menggambarkan kesenjangan antar daerah,

Ada beberapa faktor penyebab pada tahun 2009 sebanyak 28 provinsi di

kasus TB RO terus meningkat, antara lain Indonesia belum dapat mencapai angka

fasilitas pelayanan pengobatan TB belum penemuan kasus Case Detection Rate

merata di 34 provinsi, belum tersedianya (CDR) 70% dan hanya 5 provinsi

dan belum meratanya rumah sakit (RS) menunjukkan pencapaian 70% CDR dan

rujukan TB RO dan RS Satelit yang 85% angka kesembuhan Cure Rate (CR),

melayani rujukan kasus TB RO serta belum (Kemenkes, 2011).

semua RS punya program Directly Penyebab kegagalan program TB

Observed Treatment, Short-course (DOTS) adalah kurangnya komitmen politis dan

yang bagus (Anonim, 2016c). Hal lain yang pendanaan, kurang memadainya organisasi

perlu diperhatikan dalam pengendalian TB pelayanan TB dan tata laksana kasus, dan

RO adalah soal pembiayaan yang lebih buruknya infrastuktur kesehatan

mahal dibanding TB regular (Hwang & (Kemenkes, 2014). Data WHO juga

Kwshavjee, 2014). menunjukkan bahwa diabetes melitus akan

Di Indonesia strategi DOTS untuk meningkatkan risiko infeksi TB tiga kali

menanggulangi TB telah dijalankan secara lebih besar dari populasi normal (WHO,

bertahap di puskesmas semenjak tahun 2013).Keberhasilan program pengendalian

1995. Meskipun Indonesia telah TB menitik beratkan manajemen program

menunjukan kemajuan bermakna dalam dan ketersedian sumber daya sebagai upaya

upaya pengendalian TB, namun Indonesia pencapaian tujuan yang efektif dan efisien
(Kemenkes, 2014). Puskesmas sebagai DOTS (Directly Observed Treatment

penyedia layanan kesehatan dasar dituntut Short-course) di Puskesmas Tegal Sari

memberikan pelayanan menuju akses Kota Medan.

universal terhadap layanan TB yang

berkualitas dengan meningkatkan cakupan

dan kualitas pelayanan DOTS. Upaya

pencapaian tujuan program TB perlu METODE

mendapatkan dukungan melalui penerapan Jenis Penelitian

sistem, baik dari pengambil kebijakan Penelitian ini menggunakan metode

termasuk kepala puskesmas maupun para pendekatan kualitatif, yaitu proses

petugas dalam program TB, sehingga pengumpulan data atau informasi yang

diharapkan dapat mencapai target indikator bersifat sewajarnya dengan tidak merubah

lain yang telah ditetapkan. pada obyeknya serta informasi dapat digali

Berdasarkan uraian tersebut sebanyak mungkin dari suatu fenomena

rumusan masalah dalam penelitian ini dengan lebih mendalam dan terperinci.

adalah “Bagaimana Analisis Implementasi Kemudian desain penelitian yang

Kebijakan Penanggulangan TBC dengan digunakan adalah deskriptif dengan

strategi DOTS (Directly Observed pendekatan kualitataif research yaitu

Treatment Short-course) di Puskesmas penelitian survey menggunakan wawancara

Tegal Sari Kota Medan” dan kuesioner sebagai alat pengambilan

Hasil penelitian ini diharapkan data.

dapat memberikan informasi dan bahan Lokasi dan Waktu Penelitian

masukan dalam evaluasi Lokasi yang dijadikan penelitian ini

mengenaiImplementasi Kebijakan adalah UPT Puskesmas Tegal Sari Kota

Penanggulangan TBC dengan strategi Medan yang beralamat di Jl. Srikandi,


Tegal Sari Mandala III, Kec. Medan Denai, observasi mendalam kepada informan

Kota Medan, Sumatera Utara 20371. dengan menggunakan pedoman

Penelitian ini dilaksanakan selama dua wawancara (lampiran pertanyaan).

bulan yakni mulai bulan Juni sampai Selanjutnya data sekunder merupakan data

dengan Juli 2019. pendukung yang diperoleh dari obyek

penelitian, buku, jurnal, internet serta

dokumen-dokumen yang berisi tentang

Informan Penelitian penelitian. Pada penelitian ini data

Subjek dan informan dalam penelitian ini sekunder diperoleh dari pengumpulan data

adalah masyarakat yang ada di lingkungan sekunder diperoleh dari puskesmas Tegal

puskesmas, pemegang program TB paru di Sari kota medan.

puskesmas dan pemegang program TB paru Defenisi Operasional Konsep

Dinas Kesehatan Kota Medan. Informan Penelitian ini memfokuskan pada

ditentukan dengan teknik Purposive variabel mandiri yaitu analisis

sampling yaitu penentuan informan yang implementasi penanggulangan program TB

dilakukan berdasarkan tujuan tertentu paru dengan strategi DOTS di Puskesmas

sehingga informan yang dipilih sesuai Tegal Sari Medan. Dengan indikator :

dengan tujuan penelitiaan. Selain itu 1. Komunikasi yang dimaksudkan

informan tersebut memiliki pengetahuan dalam penelitian ini adalah

yang sesuai dan dapat menggambarkan pelaksanaan koordinasi, upaya

seluruh keadaan yang berkaitan dengan sosialisasi program pengendalian

topik penelitian. tuberkulosis serta konsistensi dalam

Jenis dan Sumber Data melaksanakan pengendalian

Data primer didapatkan dari penyakit tuberkulosis di Puskesmas

dilakukannya metode wawancara dan Tegal Sari Medan


2. Sumber daya yang dimaksudkan HASIL

dalam penelitian ini adalah Hasil analisis data ini menggambarkan

ketersediaan sumberdaya manusia, tentang keseluruhan dariinformasi yang

komptensi, sarana, dan prasarana diperoleh selama proses penelitian

serta pembiayaan pelaksanaan dilakukan, hasil yang terbentukdisusun

penanggulangan penyakit berdasarkan tujuan penelitian ditambah

tuberkulosis di Puskesmas Tegal dengan informasi-informasi yangmenjadi

Sari Medan temuan penelitian selama penelitian

3. Disposisi yang dimaksudkan dalam berlangsung. Kegiatan yangdilaksanakan

penelitian ini adalah adanya dalam upaya pananggulangan kejadian

dukungan dan sikap atau komitmen tuberculosis dengan strategiDOTS di

pelaksana (implementor) dalam Puskesmas Tegal Sari merupakan upaya

melaksanakan penanggulangan manajemen menyeluruh yang dilaksanakan

penyakit tuberkulosis di Puskesmas oleh dinas kesehatan kabupaten Polewali

Tegal Sari Medan Mandar, Puskesmas pemerintah setempat,

4. Struktur birokrasinya yang serta masyarakat. Adapun hasil analisis

dimaksudkan dalam penelitian ini data yang diperoleh selama penelitian yaitu

adalah adanya mekanisme termasuk sebagai berikut :

Standart Operational Procedure a. Komitmen politik

(SOP) dan pembagian tugas yang Dalam kasus tuberculosis

jelas dalam melaksanakan paru di perlukan adanya komitmen

penanggulangan penyakit politik dari petugas kesehatan

tuberkulosis di Puskesmas Tegal terutama pengambil kebijakan di

Sari Medan. bidang kesehatan. Tidak hanya itu

perlu adanya kolaborasi dari lintas


sektor yang terkait guna tercapainya Dalam penemuan kasus TB

pengobatan yang optimal. diperlukan upaya dari semua pihak,

Berikut kutipan wawancara di Kabupaten Polewali Mandar itu

dengan informan yakni PMK Dinas sendiri penemuan kasus TB paru di

Kesehatan Kota Medan sebagai mulai dengan memberikan

berikut: pelatihan kepada petugas kesehatan

“Untuk sumber pendanaan yang secara khusus menaungi

itu kita menerima dari (NGO). Tapi masalah TB paru kemudian

untuk beberapa tahun belakangan dilanjutkan dengan pelatihan kader

ini menurun, karena Indonesia itu guna penemuan suspect TB paru di

sudah dianggap mampu membiayai lingkungan masyarakat atau sampai

daerah sendiri.” (Informan 1, 47 dengan penyuluhan kesehatan guna

Tahun, 27/06/2019) meningkatkan partisipasi

Sementara hasil wawancara masyarakat. Seperti pada kutipan

yang dilakukan dengan informan wawancara berikut.

lain yakni Pemegang Program Berikut kutipan wawancara

Puskesmas Tegal Sari menyatakan dengan informan yakni kepala PMK

bahwa : Dinas Kesehatan Kota Medan :

“Ada, makanya dibentuk “ Ya, pelatihan ada

satu kader per lingkungan kader diberikan kepada petugas

TB, satu lingkungan itu ada satu kesehatan sebelum diturunkan

kader cuman tidak semuanya aktif.” menjadi petugas TB.” (Informan 1,

(Informan 2, 39 Tahun, 28/06/2019) 47 Tahun, 27/06/2019)

b. Deteksi kasus Sementara hasil wawancara

yang dilakukan dengan informan


lain yakni Pemegang Program Hasil kutipan wawancara

Puskesmas Tegal Sari menyatakan dengan informan yakni Pemegang

bahwa : Program Puskesmas Tegal Sari

“Ada, hmm,,, pelatihan,,, ya menyatakan bahwa :

pemegang program DOTS lah, tau “Tersedia, gratis dari

dia pelatihan, pasti dilatih dulu pemerintah, dari program.”

baru dikerjakan.” (Informan 2, 39 (Informan 2, 39 Tahun, 28/06/2019.

Tahun, 28/06/2019). d. Pencatatan dan pelaporan

c. Distribusi Obat Pencatatan dan pelaporan

Ketersediaan dan digunakan untuk melihat sejauh

Pendistribusian obat OAT PMK mana hasil yang dicapai dalam

Dinas Kesehatan Kota Medan tidak penanganan kasus TB paru.

pernah mengalami kekurangan dan Pencatatan dilakukan secara berkala

kendala karna pendistribusian mulai dari penemuan kasus,

sudah sangat tersistematis dan pengobatan dan pemulihan. seperti

terarah, dimulai dari dinas pada kutipan wawancara berikut :

kesehatan Kabupaten kemudian Hasil wawancara informan

dilanjutkan pendistribusian ke yakni PMK Dinas Kesehatan

puskesmas-puskesmas di Medan sebagai berikut :

puskesmas obat langsung di ambil “kalau untuk sistem

alih oleh petugas P2TB dan di pencatatan dan pelaporan yang

berikan langsung kepada pasien dilakukan sejauh ini dengan cara

atau PMO secara bertahap dan setiap Faskes yang mengobati kasus

berkalah. TBC baik yang swasta (klinik,

rumah sakit) ataupun pemerintah


dikota Medan harus melaporkan ke program tersebut untuk mengurangi

Dinkes dengan cara pelaporan jumlah penderita TB.

secara online dan offline.” Pengimplementasian sangat

(Informan 1, 47 Tahun, diperlukan agar masyarakat

27/06/2019). mengetahui adanya program

Hal yang sama pun tersebut untuk membantu mencegah

diungkapkan oleh informan lain, persebaran penyakit TB dengan

yakni Pemegang Program mensosialisasikannya kepada

Puskesmas Tegal Sari menyatakan masyarakat.

bahwa : Hasil kutipan wawancara

“Ya, ada buku pasiennya, informan yakni PMK Dinas

ada buku penderita, namanya TB Kesehatan Medan sebagai berikut :

01, ada buku obat untuk punya “sampaisaatiniyamasiditera

penderita itu 02, jadi banyak pkan DOTS nyatetepkitamonitoring

pencatatan pelaporan, ada namnya danevaluasi, danuntukberjalannya

sistem informasi tuberculosis program iniyabaik, fakes-fakes

terpadu, tuberkulosis panjang itu di semuaterlibatdanharus

komputer itu online ada offline mengimplementaikannya.”

ada.” (Informan 2, 39 Tahun, (Informan 1, 47 Tahun, 27/06/19).

28/06/2019). Hal yang sama pun diungkapkan

e. Pengimplementasian Program TB oleh informan lain, yakni

Pengimplementasian PemegangProgram Puskesmas Tegal Sari

program TB dengan strategi DOTS menyatakan bahwa :

sangat diperlukan untuk “Ya seruluh masyarakatlah

menyukseskan serta menggerakkan makanya tadi tuh semua sudah di latih itu
yang petugas kesehatan disini sudah etahu

dilatih, mana tau dia jumpa dengan i

masyarakat mensosialisasikan TB ini, ini Pengetah 28 93.3% 2 6%

kan lagi gencar-gencarnya ini jejaring TB uan

ini sama pencarian pasien TB karena tentang

ditahun 2030, e... zero TB harus tuntas” penyakit

(Informan 2, 39 Tahun, 28/06/2019). TB

Penyebab 23 76,6% 7 23,

Berikut merupakan tabel frekuensi penyakit 3%

tentang pengetahuan masyarakat akan TB

adanya strategi program penanggulangan Tanda 26 86.6% 4 13,

TB yaitu DOTS (Directly Observed seorang 3%

Treathment shortcourse) yang bersumber terkena

dari hasil pengumpulan data menggunakan TB

kuesioner sebagai bahan untuk Cara 26 86,6% 4 13,

membuktikan kebenaran dan keabsahan penularan 3%

data dari pengimplementasian program Penyakit

tersebut TB

Tabel 4.2.4.2. Distribusi Kegagala 20 66, 10 13,

Frekuensi berdasarkan pengetahuan n Minum 6% 3%

masyarakat tentang strategi Obat TB

penanggulangan TB DOTS Kebiasaa 26 86,4% 4 13,

Kategori Men % Tidak % n yg 3%

pernyata geta Meng memperb

an hui uruk TB
Penyuluh 22 73,3% 8 26, an tentang

an tentang 6% penyakit

TB di TB

wilayah Pernahka 8 26, 22 73,

puskesma h 6% 3%

s puskesma

Pengetah 11 36,6% 19 63, s

uan 3% melakuka

tentang n

strategi penyuluh

DOTS an/sosiali

Pernah 2 6,6% 28 93, sasi

mengikuti 3% DOTS/T

penyuluh OSS

an Partisipas 4 13, 26 86,

Tentang i 3% 6%

TB dan mengikuti

Gerakan penyuluh

TOSS an tentang

Salah satu 2 66,6% 28 93, TB

penderita 3%

TB Adapun Kategori tingkat

Pentingny 25 83,3% 5 16, pengetahuan masyarakat/responden tentang

a 6% TB dan Program DOTS berdasarkan

penyuluh pertanyaan dari Kuisioner yaitu dengan


frekuensi terbanyak mengetahui ada pada cara yang paling cost effective dalam

P1(pengetahuan tentang TB) sebanyak 28 menemukan kasus tuberkulosis. Dalam hal

orang dengan nilai frekuensi sebesar 93,3 ini, pada keadaan tertentu dapat dilakukan

%, yaitu dengan pertanyaan berupa pemeriksaan foto toraks, dengan kriteria-

pengetahuan tentang TB. Namun frekuensi kriteria yang jelas yang dapat diterapkan di

terbanyak tidak mengetahui sebanyak masyarakat.

93,3% yaitu pada P9, P10, P14 sebanyak 28 Hasil wawancara yang dilakukan

0rang, yaitu dengan pertanyaaan berupa; menunjukkan pendeteksisan kasus TB paru

Apakah anda salah satu dari penderita TBC, di wilayah kerja Puskesmas Tegal Sari

Apakah Penyuluhan TBC itu penting?, dan Kecamatan Medan Denai dilakukan oleh

Apakah Bapak/Ibu ada mengalami suatu kader yang umumnya sudah diberikan

kendala dalam menjalani pengobatan. pelatihan dalam pengenalan gejalah

TBparu serta di bantu oleh petugas


PEMBAHASAN
kesehatan. Proses penemuan dan deteksi
1. Strategi DOTS dengan deteksi
dinisuspect TB ketika sudah ditemukan
kasus baru
biasanya langsung di antar ke Puskesmas,
Pemeriksaan mikroskopis sputum
pada tahap awalakan dilakukan
adalah metode yang paling efektif untuk
pemeriksaan dahak dan foto thoraks setelah
penyaringan terhadap tersangka
hasil pemeriksaansudah ada baru biasanya
tuberkulosis paru. WHO
diberikan OAT sesuai dengan hasil dari
merekomendasikan strategi pengawasan
pemeriksaan, kemudian setelah penderita
tuberkulosis, dilengkapi dengan
menjalani pengobatan tiap bulannya
laboratorium yang berfungsi baik untuk
penderita diharapkan datang ke Puskesmas
mendeteksi dari mulai awal, tindak lanjutan
untuk pemeriksaan lanjutan.
dan menetapkan pengobatannya. Secara

umum pemeriksaan mikroskop merupakan


Penelitian ini sejalan dengan dari angka penemuan kasus TB). Jumlah

penelitian yang dilakukan oleh Muhammad penderita TB paru BTA positif yang diobati

Mansyur Dkk, 2015 yang menyimpulkan di Puskesmas Desa Lalang pada tahun 2014

bahwa penemuan kasus TB paru yang sebanyak 42 penderita dan jumlah penderita

dilakukan oleh petugas TB di Puskesmas yang dinyatakan sembuh sebanyak 25

Desa Lalang kebanyakan hanya menunggu penderita (59,52%).

pasien yang datang berobat ke puskesmas 2. Pencatatan dan Pelaporan

sehingga tidak pernah melakukan Sistem pencatatan dan pelaporan

penjaringan suspek secara aktif ke digunakan untuk sistematika evaluasi

masyarakat Pemeriksaan dahak dilakukan kemajuan pasien dan hasil pengobatan.

dengan menampung dahak sesuai dengan Sistem ini terdiri dari daftar laboratorium

pedoman SPS (sewaktu-pagi-sewaktu), yang berisi catatan dari semua pasien yang

namun masih ada hambatan dari pasien diperiksa sputumnya, kartu pengobatan

yaitu kurangnya pengetahuan pasien dalam pasien yang merinci penggunaan obat dan

menampung dahak yang benar sehingga pemeriksaan sputum lanjutan.

ketika dahak di periksa secara mikroskopis Setiap pasien tuberkulosis yang

maka hasil yang didapat seharusnya BTA diobati harus mempunyai kartu identitas

positif menjadi BTA negatif. Angka penderita yang telah tercatat di catatan

penemuan kasus di Puskesmas Desa Lalang tuberkulosis yang ada dikabupaten.

pada tahun 2014 tergolong sangat rendah Kemanapun pasien ini pergi, dia harus

yaitu sebesar 92 kasus (17%) tidak sesuai menggunakan kartu yang sama sehingga

target yang ditetapkan oleh pihak dapat melanjutkan pengobatannya dan

puskesmas yaitu angka penemuan kasus tidak sampai tercatat dua kali.

sebanyak 540 kasus dengan penderita TB Hasil wawancara menunjukkan

paru BTA positif sebanyak 54 orang (10% sistem pencatatan dan pelaporan yang
dilakukan di Puskesmas Tegal Sari Kota Noveyani yang menyatakan bahwa

Medan sudah baik. Ini terlihat data suspect Pencatatan dan pelaporan di menggunakan

dan penderita sudah sangat lengkap dan di sistem pelaporan tuberkulosis dengan

perbaharui setiap tahun. sistem elektronik dan puskesmas Tanah

Pada umumnya penderita yang Kalikedinding cukup lengkap karena telah

dinyatakan suspect TB paru di wilayah dilaporkan secaraonline bernama SITT

kerja Puskesmas akan secara langsung di (Sistem Informasi Terpadu Tuberkulosis).

data dari awal memulai pengobatan sampai Hal ini juga sejalan dengan penelitian

dengan memasuki tahap pemulihan dan yang dilakukan oleh Nurmadiyah 2011

secara terus-menerus akan di pantau dan di yang meyatakan pada umumnya responden

catatat perkembangannya. Sistem yang menyatakan bahwa pencatatan dan

digunakan pada saat ini dalam pencatatan pelaporan penderita TB paru di Puskesmas

dan pelaporan berupa SITT (Sistem Padang Pasir sudah baik yaitu

Informasi Tuberculosis Terpadu) dengan 88,6%.Penelitian yang sama dilakukan oleh

cara online maupun offline. Pencatatan dan Ichlas pada tahun 2010 juga mendapatkan

pelaporan yang dilakukan di Puskesmas hasil yang hampir sama yaitu 80%

Tegal Sari tersebut telah sesuai dengan pencatatan dan pelaporan terlaksana baik

standard operasiona prosedur (SOP) yang dan 20% tidak terlaksana dengan baik.

menjelaskan bahwa bukti kegiatan berupa Penelitian ini sejalan dengan penelitian

format laporan tuberculosis, evaluasi yang yang dilakukan oleh Muhammad Mansyur

dilakukan setiap 3 bulan dengan laporan Dkk, 2015 Berdasarkan hasil penelitian

bulanan dengan menggunakan program yang telah dilakukan bahwa Puskesmas

SITT. Desa Lalang telah melakukan pencatatan

Penelitian ini sejalan dengan dan pelaporan. Formulir yang tersedia di

penelitian yang dilakukan oleh Adistha Eka puskesmas dicatat sesuai jumlah pasien
yang berobat, dengan format laporan yang berbagai aktor sehingga pada akhirnya akan

ada, selanjutnya petugas TB puskesmas mendapatkan suatu hasil yang sesuai

harus sudah selesai mengisi laporannya dengan tujuan-tujuan atau sasaran-sasaran

sebelum tanggal 2 setiap bulan kebijakan itu sendiri.sumber-sumber yang

yangkemudian akan dilaporkan ke Dinas penting meliputi, staff yang memadai

Kesehatan sebelum tanggal 5 untuk sertakeahlian-keahlian yang baik untuk

diperiksa ulang oleh petugas dinas. Apabila melaksanakan tugas-tugas mereka,

laporan dari puskesmas terlambat, maka wewenang dan fasilitas-fasilitas yang

petugas Dinas Kesehatan akan diperlukan untuk menerjemahkan usul-usul

mengingatkan kepada petugas TB untuk di atas kertas guna melaksanakan

mengantarkan laporan ke Dinas Kesehatan pelayanan-pelayanan publik.

Kota Medan. Petugas dinas melakukan Hasil wawancara menunjukkan

suvervisi ke puskesmas sekaligus bahwa implementasi yang dilakukan di

melakukan pemantauan dan evaluasi Puskesmas Tegal Sari sudah cukup baik

terhadap program TB paru. Pemantauan dalam pengimplementasian program TB ini

dan evaluasi harus dilakukan untuk dengan pihak Dinkes yang selalu memantau

meninjau langsung pencatatan dan program-programnya sampai pada tahap

pelaporan yang dilakukan oleh puskesmas, evaluasi dan sertiap puskesmas serta

Pencatatan dan pelaporan formulir TB paru fasilitas kesehatan lainnya wajib

di Puskesmas Desa Lalang sudah baik dan menerapkan Program TB dengan strategi

tepatwaktu. DOTS tersebut. Begitu pula dengan

3. Implementasi Penanggulangan puskesmas Tegal Sari yang melakukan

Program TB sosialisasi dengan menurunkan beberapa

Implementasi merupakan suatu kader untuk menggalakkan strategi DOTS

proses kegiatan yang dilakukan oleh agar tercapai zero TB pada tahun 2030.
Hal ini sejalan dengan teori Edwards III DOTS ? (P9) sekitar 63% dan 93%. Ini

yang menyatakan bahwa 1. Komunikasi, sangat tidak sinkron dengan pengakuan

merupakan keberhasilan implementasi pihak puskesmas yang mengatakan bahwa

kebijakan yangmensyaratkan agar puskesmas sudah melakukan

implementor mengetahui apa yang harus pengimplementasian Program TB dengan

dilakukan, dimana yang menjadi tujuan dan strategi DOTS.

sasaran kebijakan, 2. Sumberdaya, dimana Masyarakat lingkungan Puskesmas

kebijakan telah dikomunikasikan secara Tegal sari banyak yang sudah mengetahui

jelas dan konsisten, 3. Disposisi, yaitu apa itu penyakit TB baik penularan maupun

watak dan karakteristik yang dimiliki oleh gejala yg dialami penderita TB. Namun,

implementor, seperti komitmen, kejujuran, ternyata masyarakat masih banyak yang

sifat demokratis. 4. Struktur belum mengetahui program

Birokrasi,Struktur organisasi yang bertugas penanggulangan dan Pemberantasan TB

mengimplementasikan kebijakan memiliki DOTS dan gerakan TOSS (Temukan Obati

pengaruh yang signifikan terhadap Sampai Sehat). Hal ini dapat menjadi

implementasi kebijakan pertanyaan maupun penelitian selanjutnya,

4. Pembahasan Pengolahan Data mengapa hal tersebut dapat terjadi dan apa

Responden faktor penyebabnya.

Dari hasil pengumpulan data dan KESIMPULAN

analisis data didapatkan simpulan dari Komitmen politik yang

kuisioner bahwa masih banyak masyarakat berkesinambungan sangat penting untuk

yang tidak mengetahui apa itu Program menerapkan dan mempertahankan

penanggulangan dan pemberantasan TB komponen DOTS lainya. Dibutuhkan

yaitu DOTS (P8) dan Apakah Anda investasi dan komitmen yang

mengetahui tentang Program Kebijakan berkesinambungan untuk menjamin


kondisi yang mendukung terintegrasinya Program DOTS. Masyarakat lingkungan

manajemen kasus TB nasional, kondisi Puskesmas Tegal sari banyak yang sudah

yang mendukung tersebut diantaranya mengetahui apa itu penyakit TB baik

adalah pengembangan infrastruktur, penularan maupun gejala yg dialami

pengembangan sumber daya manusia dan penderita TB. Namun, ternyata masyarakat

pelatihan, kerjasama lintas program dan masih banyak yang belum mengetahui

lintas sektor, dukungan dari kebijakan program penanggulangan dan

pengendalian TB untuk pelaksanaan Pemberantasan TB DOTS dan gerakan

program tersedianya OAT (obat anti TOSS (Temukan Obati Sampai Sehat ). Hal

tuberculosis) ini kedua dan sarana ini dapat menjadi pertanyaan maupun

pendungkung lainya. Selain itu, program penelitian selanjutnya, mengapa hal

pengendalian TB Nasional harus di perkuat tersebut dapat terjadi dan apa faktor

untuk mencegah meningkatnya kejadian penyebabnya.

TB di masyarakat. SARAN

Dari hasil pengumpulan data dan 1. Hal ini dapat menjadi pertanyaan

analisis data didapatkan simpulan dari maupun penelitian selanjutnya,

kuisioner bahwa masih banyak masyarakat mengapa hal tersebut dapat terjadi

yang tidak mengetahui apa itu Program dan apa faktor penyebabnya.

penanggulangan dan pemberantasan TB 2. Ada baiknya pihak puskesmas

yaitu DOTS (P8) dan Apakah Anda memberikan pengenalan kepada

mengetahui tentang Program Kebijakan masyarakat tentang Program

DOTS ? (P9) sekitar 63% dan 93%. Ini DOTS di lingkungan Puskesmas

sangat tidak singkron dengan pengakuan guna meningkatkan derajat

pihak puskesmas yang mengatakan bahwa kesehatan masyarakat

puskesmas sudah melaksanakan kegiatan


3. Bagi peneliti selanjutnya, Tuberculosis Paru Puskesmas

diharapkan agar dapat mencari tahu Padang Pasir Kota Padang 2011-2013.

mengenai mengapa masyarakat Jurnal Kesehatan Andalas.

banyak yang belum mengetahui


Permenkes RI. Penanggulangan
mengenai strategi DOTS dengan
Tuberkulosis.Peraturan Menteri Kesehatan
pernyataan pihak puskesmas yang
Republik Indonesia 2016.
menyatakan bahwa telah dilakukan

sosialisasi kepada masyarakat. Van Meter, Donald S. Dan Carl E. Van

DAFTAR PUSTAKA Horn, 1975. The Policy Implementation

Aditama TY. 2002. Tuberculosis, Process; A Conceptual Framework.

Diagnosa, Terapi dan Masalahnya. Departement of Political Science Ohio

Yayasan Penerbitan Ikatan Dokter State Univercity. Dalam Seminar

Indonesia, Edisi IV. Jakara. Nasional, 2016.

Hudoyo, A., 2013. Tuberculosis Mudah Wibawa, Samodra, Dkk.1994. Evaluasi

Diobati, Jakarta: UI Press Kebijakan Publik. Raja Grafindo Persada,

Jakarta.
Kemenkes RI. Strategi Nasional

Pengendalian TB di Indonesia. Jakarta;

Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia. 2014.

Naihasya, Syahrir, 2006. Kebijakan Publik

Menggapai Masyarakat Madani. Mida

Pustaka. Jogjakarta

Nurmadya, 2015. Hubungan Pelaksanaan

Strategi DOTS Dengan HasilPengobatan

Anda mungkin juga menyukai