akan berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan dan pemenuhan kebutuhan
gizi. Rendahnya pengetahuan gizi dapat menyebabkan timbulnya masalah gizi
dengan berbagai manifestasinya dalam masyarakat. 5. Lingkungan Faktor lingkungan cukup besar pengaruhnya terhadap pembentukan perilaku makan. Lingkungan yang dimaksud dapat berupa lingkungan keluarga, sekolah, serta adanya promosi melalui media elektronik maupun cetak. Kebiasaan makan dalam keluarga. 6. Gaya Hidup Perubahan gaya hidup telah membuktikan dapat mempengaruhi pola makan dan kesehatan. Gaya hidup modern yang dicirikan dengan gaya serba cepat, serba instan, efisien dan sangat ketat dalam mengatur waktu ikut mempengaruhi pola makan dan jenis makanan yang dikonsumsi. 7. Ketersediaan Pangan Penyediaan pangan merupakan kegiatan pertama menuju kearah konsumsi pangan. Tidak mungkin kita mengkonsumsi makanan yang tidak terseedia. 8. Jumlah Anggota Keluarga Dalam masyarakat terdapat variasi jumlah anggota keluarga. Dengan perbedaan jumlah anggota keluarga tetapi dengan jumlah makanan yang sama akan sangat mempengaruhi pola konsumsi seseorang. 2.3 Pola Makan sebagai Produk Budaya Budaya merupakan hasil pengungkapan diri manusia ke dalam materi sejauh diterima dan dimiliki oleh suatu masyarakat dan menjadi warisannya (Veeger, 1992). Berbicara tentang konsep makanan, maka makanan dapat berasal dari laut, tanaman yang tumbuh di pertanian, yang dijual di pasar tradisional maupun supermarket. Makanan tidaklah semata-mata sebagai produk organik hidup dengan kualitas biokimia, tetapi makanan dapat dilihat sebagai gejala budaya. Gejala budaya terhadap makanan dibentuk karena berbagai pandangan hidup masyarakatnya. Suatu kelompok masyarakat melalui pemuka ataupun mitos-mitos (yang beredar di masyarakat) akan mengijinkan warganya memakan 10 makanan yang boleh disantap dan makanan yang tidak boleh disantap. “Ijin” tersebut menjadi semacam pengesahan atau legitimasi yang muncul dalam berbagai peraturan yang sifatnya normatif. Masyarakat akan patuh terhadap hal itu. Munculnya pandangan tentang makanan yang boleh dan tidak boleh disantap menimbulkan kategori “bukan makanan” bagi makanan yang tidak boleh disantap. Hal itu juga memunculkan pandangan yang membedakan antara nutrimen (nutriment) dengan makanan (food). Nutrimen adalah konsep biokimia yaitu zat yang mampu untuk memelihara dan menjaga kesehatan organisme yang memakannya. Sedang makanan (food) adalah konsep budaya, suatu pernyataan yang berada pada masyarakat tentang makanan yang dianggap boleh dimakan dan yang dianggap tidak boleh dimakan dan itu bukan sebagai makanan (Foster & Anderson, 1986).