Anda di halaman 1dari 5

Definisi antropologi dengan gizi masyarakat

Antropologi adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia baik secara budaya, perilaku,
keanekaragaman, dan lain sebagainya. Sedangkan ilmu giziadalah ilmu yang mempelajari segala
sesuatu tentang makanan dalamhubungannya dengan kesehatan. Manusia dalam menjalani
kehidupan tentulahsangat perlu makanan, demi keberlangsungan hidup. Dari sesuatu yang
dimakan,kita bisa mengetahui pola makan, cara makan dan budaya dalam
bermasyarakat.Seseorang atau sekelompok orang yang mengalami penyakit yang
berkaitandengan gizi atau makanan biasanya bukan hanya karena keterbatasan ekonominamun
bisa karena budaya dan kepercayaan seperti suatu makanan yang tidak bisa mereka makan
namun memiliki kandungan gizi yang baik dan mereka tetap berpegang teguh pada budaya dan
kepercayaannya.

Dilihat dari pengertian antara antropologi dan gizi dapat disimpulkan mengenai
antropologi gizi masyarakat yang mana pengertian antropologi sendiri itu adalah salah satu
cabang ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu
kaum/daerah tertentu, sedangkan gizi adalah zat-zat yang terkandung dalam bahan makanan
yang apabila dikonsumsi dapat memberi manfaat bagi tubuh terdiri dari karboohidrat, protein,
lemak, vitamin, serat dan mineral sebagai zat gizi makro. Almatsier (2004 : 3) menyatakan ilmu
gizi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang makanan dalam hubungannya dengan
kesehatan optimal.

Ada pula tentang kebiasaanmakan pada suatu daerah seperti halnya daerah tertentu yang
mempunyaikebiasaan atau pola makan tertentu yaitu Papua, Aceh, Jawa serta Sumatra, dll.Jika
dihubungkan keduanya memiliki kaitan yaitu dimana antropologi berperan penting untuk
membantu mengetahui manusia itu sendiri dalammelakukan penyuluhan, konseling dll.
Mempelajari ilmu antropologi bisamengetahui bagaimana menangani masalah kesehatan yang
ada kaitannyadengan ilmu gizi tersebut.

Masalah dan metode serta objek sasaran antropologi


masalah gizi terjadi di banyak tempat di berbagai daerah di Indonesia, hanya sebagian
pihak yang memandangnya sebagai fenomena sosial. Sebagian lain masih menganggap hal ini
sebagai fenomena kesehatan semata. Tidak banyak yang menyadari luasnya dimensi masalah
gizi dapat meliputi masalah lingkungan dan ketersediaan pangan, pola asuh dan pendidikan,
kondisi ekonomi dan budaya.

banyak dari masalah juga tergantung pada kepercayaan-kepercayaan yang keliru, yang
terdapat dimana-mana, mengenai hubungan antara makanan dan kesehatan, dan juga tergantung
pada kepercayaan-kepercayaan, pantangan-pantangan dan upacara-upacara yang mencegah
orang memanfaatkan sebaik-baiknya makanan yang tersedia bagi mereka

Kebiasaan gizi disebabkan oleh kebiasaan-kebiasaan yang buruk. Hal ini tidak terbatas
pada negara-negara di Dunia Ketiga saja, tetapi ditemukan juga dalam jumlah yang berlimpah di
negara-nagara Berkembang termasuk Amerika.Karena masalah gizi di seluruh dunia didasarkan
atas bentuk-bentuk budaya, maupun karena kurang berhasilnya pertanian, maka semua
organisasi-organisasi pengembangan internasional maupun nasional, menaruh perhatian tidak
semata-mata pada pertambahan peroduksi makanan melainkan juga pada kebiasaan-kebiasaan
makanan tradisional yang berubah, untuk mencapai keuntungan maksimal dari gizi yang
diperoleh dari makan yang tersedia

Faktor budaya memengaruhi siapa yang mendapat asupan makanan, jenis makanan yang
didapat dan banyaknya. Sangat mungkin karena kondisi budaya dan kebiasaan ini seseorang
mendapatkan asupan makanan lebih sedikit dari yang sebenarnya ia butuhkan.  Di Indonesia,
sebagian besar masyarakat menganut sistem patriarki. 

ilmu-ilmu kesehatan menawarkan kepada ilmu antropologi berbagai bidang yang khusus,
yang langsung dapat dibandingkan dengan subjek-subjek tradisional seperti masyarakat rumpun
dan desa-desa. Dalam mempelajari ilmu antropologi kita dapat membandingkan budaya di
daerah-daerah dengan kesehatan dan apa yang dikonsumsi masyarakat tersebut. Tentunya hal itu
sangat berpengaruh dengan kepercayaan yang ada. Ilmu antropologi memandang secara
keseluruhan maupun per individual secara sistem dan melihat bagaimana sistem itu bekerja
sehingga dapat diuraikan proses yang terjadi. Dengan demikian, ilmu antropologi dapat berperan
untuk memecahkan masalah gizi yang terjadi sehingga meningkatkan derjat kesehatan
masyarakat

Pemikiran di atas melahirkan ANTROPOLOGI GIZI: meliputi disiplin ilmu tentang gizi
dan antopologi yang memperhatikan gejala-gejala antropologi yang mengganggu status gizi
manusia. Dengan demikian, evolusi manusia, sejarah dan kebudayaan, dan adaptasinya kepada
variabel gizi yang berubah-ubah dalam kondisi lingkungan yang beraneka ragam,
menggambarkan bahan-bahan yang merupakan titik perhatian dalam antropologi gizi.

Metode Antropologi
Antropologi menggunakan beberapa metode tertentu dalam melakukan penelitian.
Metode tersebut digunakan untuk mengembangkan konsep aturan, teori dan generalisasi namun
hanya beberapa yang memiliki konsep dan aturan yang baku sedangkan yang lain masih bersifat
tradisi.

Metode-metode tersebut dapat digunakan bersama atau salah satu metode dapat juga lebih
dominan dari metode lain. Berikut ini merupakan metode dalam antropologi:
1. Kelangkaan metode yang baku

Antropologi dapat digolongkan sebagai keilmuan yang masih baru sehingga belum
mengembangkan metode penelitian yang sistematis dan jelas. Hal ini dapat dilihat dari tulisan
etnografis masa lalu yang menunjukkan sedikitnya perhatian pada metode penelitian.

2. Observasi Partisipan

Observasi merupakan salah satu metode penelitian dengan melakukan pengamatan


terhadap obyek yang diteliti. Observasi partisipan dapat digunakan oleh ahli antropologi dengan
cara hidup bersama dalam suatu kebudayaan yang tengah diteliti. Ahli antropologi bukan hanya
berinteraksi dengan orang didalam budaya tersebut namun juga mempelajari bahasa dan aktif
dalam kegiatan masyarakat tersebut.

3. Indepth Interview

Wawancara merupakan salah satu metode penelitian yang sering digunakan dalam
penelitian ilmu sosial. Indepth interview biasanya dikombinasi dengan observasi untuk
mendapatkan hasil secara lengkap. Wawancara dapat dilakukan dengan non sistematik dan
informal. Ahli antropologi biasanya memilih narasumber yang telah dikenal dan
mempercayainya atau memilih narasumber yang dipandang bisa memberi informasi secara rinci
dan akurat mengenai berbagai aspek budaya yang sedang diteliti.

4. Memperkecil Kesalahan

Seringkali dalam suatu penelitian, peneliti akan menemukan perbedaan informasi yang
didapatkan. Informasi yang diberikan dari subyek yang berbeda dapat bertentangan sehingga
perlu dilakukan upaya untuk memperkecil kesalahan tersebut. Mengulang observasi atau
wawancara dan melakukan cross-check dengan informan lain akan sangat berguna dalam
memperkecil kesalahan.

5. Kecenderungan Menggunakan Metode Tradisional

Peneliti antropologi jarang menggunakan kuisioner atau angket tertulis. Hal ini dilakukan
untuk menjembatani subyek yang sebagian buta aksara. Peneliti antropologi cenderung
menggunakan metode antropologi tradisional meski saat ini mereka banyak mempelajari
kelompok masyarakat modern.

WOI BANTU AKU CARI OBJEK SASARANNYA YALETAKIN


DI SINI YA
TUJUAN ANTROPOLOGI DALAM ILMU GIZI
Kaitan antara antropologi dengan gizi masyarakat sangat erat. Dilihat dari pengertian
antara antropologi dan gizi dapat disimpulkan mengenai antropologi gizi masyarakat yang mana
pengertian antropologi sendiri itu adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial yang
mempelajari tentang budaya masyarakat suatu kaum/daerah tertentu, sedangkan gizi adalah zat-
zat yang terkandung dalam bahan makanan yang apabila dikonsumsi dapat memberi manfaat
bagi tubuh terdiri dari karboohidrat, protein, lemak, vitamin, serat dan mineral sebagai zat gizi
makro. Almatsier (2004 : 3) menyatakan ilmu gizi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu
tentang makanan dalam hubungannya dengan kesehatan optimal.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Antropologi Gizi Masyarakat adalah suatu
ilmu yang mempelajari faktor-faktor Antropologi yang dapat mempengaruhi gizi masyarakat
atau suatu Ilmu yang mempelajari budaya - budaya makan atau konsumsi suatu kaum atau
daerah tertentu dalam memenuhi gizinya sehari-hari. Sehingga dapat diketahui dengan jelas
tingkah laku yang mempengaruhi kesehatannya dikarenakan budayanya. Banyak masalah gizi di
masyarakat yang dipengaruhi oleh kepercayaan dan kebiasaan masyarakat itu sendiri. Maka dari
itu ilmu antropologi dapat membantu memecahkan masalah gizi yang terjadi akibat kepercayaan-
kepercayaan dan budaya sehingga dapat meingkatkan derajat kesehatan masyarakat

dapat diketahui bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi gizi dalam masyarakat.
Yang menjadi faktor utama yaitu faktor ekonomi. Faktor ekonomi berkaitan dengan daya beli
seseorang, misalnya dalam keluarga. Pendapatan suatu keluarga menjadi indikator yang
Mempengaruhi status gizi

Pentingnya Antropologi dalam mempelajari Gizi Masyarakat,

Menurut Anderson (2006 : 244) ilmu-ilmu kesehatan menawarkan kepada ilmu


antropologi berbagai bidang yang khusus, yang langsung dapat dibandingkan dengan subjek-
subjek tradisional seperti masyarakat rumpun dan desa-desa. Dalam mempelajari ilmu
antropologi kita dapat membandingkan budaya di daerah-daerah dengan kesehatan dan apa yang
dikonsumsi masyarakat tersebut. Tentunya hal itu sangat berpengaruh dengan kepercayaan yang
ada. Ilmu antropologi memandang secara keseluruhan maupun per individual secara sistem dan
melihat bagaimana sistem itu bekerja sehingga dapat diuraikan proses yang terjadi. Dengan
demikian, ilmu antropologi dapat berperan untuk memecahkan masalah gizi yang terjadi
sehingga meningkatkan derjat kesehatan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai