Anda di halaman 1dari 28

BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

2.1.Konsep pola makan

2.1.1. Pengertian pola makan

Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran

mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu

orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu (Sri

Karjati, 1985:73 dalam Sulistyoningsih, H 2011).

Pengertian pola makan menurut Sri Handajani (1996:23 dalam buku

pengarang Sulistyiningsih Hariyani 2011) adalah tingkah laku manusia atau

sekelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan akan makan yang meliputi sikap,

kepercayaan dan pilihan makanan.

Menurut Suhardjo (1989:251 dalam Sulistyoningsih, H. 2011) pola makan

diartikan sebagai cara seseorang atau sekelompok orang untuk memilih makanan

dan mengonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh – pengaruh fisiologis,

psikologis, budaya, dan sosial. Pola makan didefinisikan karakteristik dari kegiatan

yang berulang kali dari individu dalam memenuhi kebutuhannya akan makanan,

sehingga kebutuhan fifiologis, sosial dan emosionalnya dapat terpenuhi (Buletin

Gizi 1988:82).
2.1.2. Faktor – faktor yang mempengaruhi Pola Makan

Pola makan yang terbentuk sangat erat kaitannya dengan kebiasaan makan

seseorang secara umum faktor yang mempengaruhi terbentuknya pola makan

adalah faktor ekonomi, sosial, budaya, agama, pendidikan, dan lingkungan.

1. Faktor ekonomi

Variabel ekonomi yang cukup dominan dalam mempengaruhi konsumsi

pangan adalah pendapatan keluarga dan harga. Membeli pangan dengan

kuantitas dan kualitas yang lebih baik, sebaliknya penurunan pendapatan akan

menyebabkan menurunnya daya beli secara kualitas maupun kuantitas.

Meningkatnya taraf hidup (kesejahteraan) masyarakat, pengaruh promosi

melalui iklan, serta kemudahan informasi, dapat menyebabkan perubahan gaya

hidup dan timbulnya kebutuhan psikogenik baru dikalangan masyarakat

ekonomi menengah ke atas. Tingginya pendapatan dengan tidak diimbangi

pengetahuan gizi yang cukup, akan menyebabkan seseorang menjadi sangat

konsumtif dalam pola makannya sehari – hari, sehingga pemilihan suatu bahan

makanan lebih di dasarkan kepada pertimbangan selera dibandingkan aspek

gizi.

Kecenderungan untuk mengonsumsi makanan impor, terutama jenis siap

santap (fast food) seperti ayam goreng, pizza, hamburger dan lain – lain telah

meningkat tajam terutama di kalangan generasi muda dan kelompok

masyarakat ekonomi menengah ke atas.

2. Faktor sosial budaya


Pantangan dalam mengonsumsi jenis makanan tertentu dapat dipengaruhi oleh

faktor budaya/kepercayaan. Pantangan yang didasari oleh kepercayaan pada

umumnya mengandung perlambangan atau nasihat yang dianggap baik maupun

tidak baik yang lambat laun akan menjadi kebiasaan atau adat. Kebudayaan

suatu masyarakat mempunyai kekuatan yang cukup besar untuk mempengaruhi

seseorang dalam memilih dan mengolah pangan yang akan dikonsumsi.

Kebudayaan menuntun orang dalam cara bertingkah laku dan memenuhi

kebutuhan dasar biologinya, termasuk kebutuhan terhadap pangan. Budaya

mempengaruhi seseorang dalam menentukan apa yang akan dimakan,

bagaimana pengolahan, persiapan, dan penyajiannya, serta untuk siapa, dan

dalam kondisi bagaimana pangan tersebut dikonsumsi. Kebudayaan juga

menentukan kapan seseorang boleh dan tidak boleh mengonsumsi suatu

makanan, meskipun tidak semua hal yang tabu masuk akal dan baik dari sisi

kesehatan. Tidak sedikit hal yang ditabukan merupakan hal yang baik jika

ditinjau dari kesehatan, salah satu contohnya adalah anak balita tabu

mengonsumsi ikan laut karena dikhawatirkan akan menyebabkan kecacingan,

padahal dari sisi kesehatan berlaku sebaliknya, mengonsumsi ikan sangat baik

bagi balita karena memiliki kandungan protein yang sangat dibutuhkan untuk

pertumbuhan. Terdapat 3 kelompok anggota masyarakat yang biasanya

memiliki pantangan terhadap makanan tertentu yaitu balita, ibu hamil, dan ibu

menyusui.

3. Agama

Pantangan yang didasari Agama, khususnya Islam disebut haram dan individu

yang melanggar hukumnya dosa. Adanya pantangan terhadap makanan atau


minuman tertentu dari sisi Agama dikarenakan makanan/minuman tersebut

membahayakan jasmani dan rohani bagi yang mengonsumsinya. Konsep halal

dan haram sangat mempengaruhi pemilihan bahan makanan yang akan

dikonsumsi. Perayaan hari besar Agama juga mempengaruhi pemilihan bahan

makanan yang disajikan. Bagi Agama Kristen, telur merupakan bahan makanan

yang selalu ada pada saat Perayaan Paskah, bagi umat Islam, ketupat adalah

bahan makanan pokok yang selalu tersedia pada saat hari raya Lebaran

4. Pendidikan

Pendidikan dalam hal ini dikaitkan dengan pengetahuan, akan berpengaruh

terhadap pemilihan bahan makanan dan pemenuhan kebutuhan gizi. Salah satu

contoh, prinsip yang dimiliki oleh orang dengan tingkat pendidikan rendah

biasanya adalah ‘yang penting menyenangkan’, sehingga porsi bahan makanan

karbohidrat lebih banyak dibandingkan dengan kelompok bahan makanan lain.

Sebaliknya, kelompok orang dengan pendidikan tinggi memiliki

kecenderungan memilih bahan makanan sumber protein dan akan berusaha

menyeimbangkan dengan kebutuhan gizi lain.

5. Lingkungan

Faktor lingkungan cukup besar pengaruhnya terhadap pembentukan perilaku

makan. Lingkungan yang dimaksud dapat berupa lingkungan keluarga,

Sekolah, serta adanya promosi melalui media elektronik maupun cetak.

Kebiasaan makan dalam keluarga sangat berpengaruh besar terhadap pola

makan seseorang, kesukaan seseorang terhadap makanan terbentuk dari

kebiasaan makan yang terdapat dalam keluarga.


Lingkungan sekolah, termasuk di dalamnya para guru, teman sebaya,

dan keberadaan tempat jajan sangat mempengaruhi terbentuknya pola makan,

khususnya bagi siswa Sekolah Dasar. Anak – anak yang mendapatkan

informasi yang tepat tentang makanan sehat dari para gurunya dan didukung

oleh tersedianya kantin atau tempat jajan yang menjual makanan yang sehat

akan membentuk pola makan yang baik pada anak. Sekolah di luar negeri

menerapkan kegiatan makan siang bersama di Sekolah. Hal ini akan

membentuk pola makan teratur, memenuhi kebutuhan biologis pencernaan

dengan mengonsumsi makanan bergizi, tidak hanya asal kenyang dengan

jajanan.

Keberadaan iklan/promosi makanan ataupun minuman melalui media

elektronik maupun cetak sangat besar pengaruhnya dalam membentuk pola

makan. Tidak sedikit orang tertarik untuk mengonsumsi atau membeli jenis

makanan tertentu setelah mel ohat promosinya melalui iklan televisi. Akan

sangat mendukung jika seruan mengonsumsi makanan seimbang dapat

dipromosikan melalui media massa terutama televisi, sehingga masyarakat

dapat memilih bahan makanan yang diinginkan dengan tetap menerapkan

prinsip gizi seimbang.


2.1.3. Perilaku Makan Balita dan Anak Usia Sekolah

Perilaku dan kebiasaan orang tua dalam hal makanan yang dipengaruhi oleh faktor

budaya akan mempengaruhi sikap suka dan tidak suka seorang anak terhadap

makanan. Orang tua bertanggung jawab terhadap masalah makan di rumah, jenis –

jenis makanan apa yang tersedia dan kapan makanan tersebut disajikan juga harus

memberikan petunjuk mengenai hal – hal penting kepada anak – anak sehingga

anak mampu menentukan makanan yang sehat disaat mereka jauh dari rumah.

Satu keluarga sebaiknya berusaha untuk makan bersama. Makan bersama

dalam satu keluarga dapat dijadikan sebagai salah satu wadah untuk menjalin

komunikasi antar anggota keluarga, ketika di waktu lain masing – masing

disibukkan oleh aktivitas di luar. Sebuah studi yang dilakukan terhadap sekelompok

anak usia 9 – 14 tahun menunjukkan terdapat hubungan yang positif antara kegiatan

makan malam bersama dalam keluarga dengan kualitas diet anak secara

menyeluruh. Persentasi jumlah anak yang makan malam bersama keluarga menurun

dengan bertambahnya umur anak dengan persentase tertinggi pada kelompok anak

umur 9 tahun. Anak yang biasa makan bersama keluarga mempunyai asupan energi,

serat, kalsium, folat, zat besi dan vitamin – vitamin B6, B12, C, dan E yang lebih

tinggi. Anak – anak ini juga mengonsumsi buah dan sayur – sayuran lebih banyak,

dan saat mereka tidak di rumah lebih sedikit makan makanan yang di goreng serta

minum soft drinks lebih sedikit.

Pola makan anak juga dipengaruhi oleh media massa dan lingkungan (guru,

teman sebaya). Anak – anak ingin mencoba makanan – makanan yang diiklankan di

media televisi. Pengaruh teman sebaya juga menjadi lebih besar karena anak usia

sekolah lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman sebayanya dibandingkan


dengan keluarganya. Peningkatan pengaruh teman sebaya berdampak terhadap

perilaku perihal pola dan jenis makanan pilihan mereka. Anak secara tiba – tiba

meminta satu jenis makanan baru atau menolak makanan mereka terdahulu, akibat

rekomendasi dari teman – teman sebayanya. Pengaruh guru juga besar terhadap

sikap seorang anak terhadap jenis dan pola makan. Apa yang dipelajari di dalam

kelas tentang kesehatan dan makanan bergizi harus ditunjang dengan makanan yang

tersedia di kafetaria sekolah.

2.1.4. Porsi makanan per hari untuk anak dan remaja berdasarkan Food Guide

Pyramid

1. Kelompok serealia (beras, sereal, roti, pasta ): Kelompok serealia menjadi

dasar piramida makanan karena kandungan karbohidrat kompleks yang

merupakan sumber energy tubuh. Serealia juga merupakan sumber vitamin B,

besi, serat dan fitonutrien lain yang bermanfaat bagi tubuh. Kebanyakan

serealia diperkaya dengan vitamin B (tiamin, riboflavin, niasin), zat besi dan

difortifikasi dengan asam folat. Kebanyakan serealia rendah lemak dan

kolesterol, kecuali produk olahannya seperti pastry , croissant, craker, dan

muffin yang dibuat dengan penambahan lemak (mentega) dan bahan yang

mengandung kolesterol juga makanan yang digoreng seperti donat, keripik

tortilla, nasi goring.

2. Kelompok sayuran : 1 cangkir sayuran berdaun mentah (bayam, lettuce, kubis),

½ cangkir sayuran matang, ½ cangkir polong-polongan (kacang polong,

buncis), ¾ cangkir jus sayuran


3. Kelompok buah-buahan : buah juga mensuplai sejumlah karotenoid, sert

vitamin C, folat, kalium, serat dan fitonutrien. Rasa manis pada buah berasal

dari kandungan sederhana yaitu fruktosa. Piramida makanan menyarankan

untuk mengkonsumsi sebanyak 4 porsi sehari.

4. Kelompok susu dan produk turunannya : Susu dan produk turunannya seperti

yoghurt dan keju merupakan sumber kalsium dan vitamin B2, serta nutrisi lain

seperti protein, fosfor, kalium, vitamin A dan vitamin D. untuk memenuhi

kebutuhan tubuh disarankan untuk mengkonsumsi 3 porsi sehari.

5. Kelompok daging dan polong-polongan : Kelompok ini meliputi ayam, daging

sapi, kalkun, ikan, kerang, telur, produk kedelai (tempe, tahu), kacang-

kacangan dan kacang tanah. kelompok daging dan polong-polongan merupakan

sumber protein, vitamin (B1 B3, B6 dan B12), zat besi, seng. Untuk mensuplai

kebutuhan protein, disarankan mengkonsumsi daging dan polong-polongan

sebanyak 2-3 porsi sehari (sekitar 5-7 ons).

2.2.Konsep Status Gizi

2.2.1. Pengertian Status Gizi

Status Gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir dari keseimbangan

antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan penggunaannya. Status gizi

seseorang dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu produk pangan (jumlah dan jenis

makanan), pembagian makanan atau pangan, akseptabilitas (daya terima),

menyangkut penerimaan atau penolakan terhadap makanan yang terkait dengan

cara memilih dan menyajikan makanan, kesukaan terhadap jenismakanan tertentu,

keterbatasan ekonomi, kebiasaan makan, selera makan, sanitasi makanan


(penyiapan, penyajian, penyimpanan), pengetahuan gizi. Gizi adalah suatu proses

penggunaan makanan yang dikondisikan secara normal oleh suatu organisme

melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan

pengeluaran zat – zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan,

pertumbuhan dan fungsi normal dari organ – organ, serta menghasilkan energi

(Cakrawati, Dewi dan NH, Mustika. 2014).

Gizi merupakan rangkaian proses secara organic makanan yang dicerna oleh

tubuh untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan fungsi normal organ, serta

mempertahankan kehidupan sesorang, sedangkan zat gizi atau nutriens adalah

ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk menghasilakan energy, membangun dan

memelihari jaringan, serta mengatur proses – proses kehidupan (Mardalena, Ida.

2017).

Status gizi dibagi menjadi tiga kelompok yaitu:

1. Gizi baik

Asupan gizi harus seimbang dengan kebutuhan gizi seseorang yang

bersangkuatan. Kebutuhan gizi ditentukan oleh : kebutuhan gizi basal, aktivitas,

keadaan fisiologis tertentu, misalnya dalam keadaan sakit

2. Gizi kurang

Merupakan keadaan tidak sehat (patologis) yang timbul karena tidak cukup

makan atau konsumsi energy dan protein kurang selama jangka waktu tertentu.

3. Gizi lebih

Keadaan patologis (tidak sehat) yang disebabkan kebanyakan makan.

Kegemukan (Obesitas) merupakan tanda pertama yang dapat dilihat dari

keadaan gizi lebih. Obesitas yang berkelannjutan akan mengakibatkan berbagai


penyakit, antara lain : Diabetes Melitus, Hipertensi, dan lain – lain (Cakrawati,

Dewi & NH, Mustika. 2014).

Status gizi (Nutrition Status) adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam

bentuk variabel tertentu. Contoh : gondok endemik merupakan keadaan tidak

seimbangnya pemasukan dan pengeluaran yodium dalam tubuh (Erna, K. W. 2011).

Gizi salah, malnutrisi (Malnutrition) merupakan keadaan patologis akibat

kekurarangan atau kelebihan secara relative maupun absolut satu atau lebih zat gizi.

Ada empat bentuk malnutrisi :

1. Under Nutrition yaitu kekurangan konsumsi pangan secara relative atau

absolute untuk periode tertentu.

2. Specific Defisiency yaitu kekurangan zat gizi tertentu, misalnya kekurangan

vitmin A, yodium, Fe, dan lain – lain

3. Over Nutrition yaitu kelebihan konsumsi pangan untuk periode tertentu

4. Imbalance yaitu karena disproporsi zat gizi, misalnya kolesterol terjadi karena

tidak seimbangnya LDL (Low Densiyi Lipoprotein), HDL (High Density

Lipoprotein), dan VLDL (Very Low Density Lipoprotein).

2.2.2. Masalah Gizi

Masalah gizi adalah gangguan kesehatan dan kesejahteraan seseorang, kelompok

orang atau masyarakat sebagai akibat adanya ketidakseimbangan antara asupan atau

kurang intake dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan pengaruh interaksi

penyakit (Infeksi). Ketidakseimbangan ini bias mengakibatkan gizi kurang maupun

gizi lebih. Saat ini, kondisi gizi dunia menunjukakan dua kondisi yang ekstrem.

Mulai dari kelaparan sampai pola makan yang mengikuti gaya hidup yaitu rendah

serat dan tinggi kalori, serta kondisi kurus dan pendek sampai kegemukan.
1) Gizi kurang

Apabila tubuh kekurangan zat gizi, khususnya energy dan protein, pada tahap

awal akan menyebabkan rasa lapar kemudian dalam jangka waktu tertentu Berat

Badan akan menurun disertai dengan menurunnya produktivitas kerja.

Kekurangan zat gizi yang berlanjut akan menyebabkan status gizikurang dan

gizi buruk. Apabila tidak ada perbaikan konsumsi energy dan protein yangn

mencukupi, tubuh akan mudah terserang penyakit infeksi yang dapat

menyebabkan kematian. Kekurangan gizi secara umum baik kurang secara

kualitas dan kuantitas menyebabkan gangguan pada proses – proses tubuh

seperti :

a. Gangguan pertumbuhan

b. Gangguan produksi kerja

c. Gangguan pertahan tubuh

d. Gangguan struktur dan fungsi otak

Giszi kurang dibedakan menjadi gizi kurang makro (makronutrien) dan gizi

kurang mikro (mikronutrien). Dalam memenuhi asupan gizinya, tubuh

membutuhkan makronutrien,yaitu karbohidarat, lemak, protein, dan

mikonutrien, protein, yodium zat besi, seng, asam folat, dan lain sebagainya.

Kekurangan mikonutrien dapat mengakibatkan gangguan kesehatan seperti

kekurangan vitamin A (KVA), gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI)

dan anemia yang mengacu pada berat bayi lahir rendah (BBLR), gangguan

intelektual, gangguan pertumbuhan, penurunan kekebalan bahkan kematian.

Masalah gizi kurang dapat disebabkan oleh :


a. Penyebab langsung : makanan dan penyakit dapat secara langsung

menyebabkan gizi kurang. Timbulnya gizi kurang tidak hanya dikarenakan

asupan makanan yang kurang, tetapi juga penyakit. Anak yang mendapat

cukup makanan tetapi sering menderita sakit, dapat menderita gizi kurang.

Demikian pula pada anak yang tidak memperoleh cukup makan, maka daya

tahan tubuhnya akan melemah dan akan mudah terserang penyakit.

b. Penyebab tidak langsung : ketahanan pangan keluarga kurang memadai,

Setiap keluarga diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan

seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup baik jumlah

maupun mutu gizinya. Pola pengasuh anak kurang memadai, setiap

keluarga dan masyarakat diharapkan dapat menyediakan waktu, perhatian,

dan dukungan terhadap agar anak dapat tumbuh kembang dengan baik

secara fisik, mental maupun sosial. Pelayanan kesehatan dan lingkungan

kurang memadai, system pelayanan kesehatan yang ada diharapkan dapat

menjamin penyediaan air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dan dasar

yang terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan.

Berikut masalah gizi kurang yang dialami sebagian penduduk

Indonesia:

1. KEP (kurang energy protein)/ Protein Energi Malnutrition (PEM)/

Protein Calorie Malnutrition (PCM)

Merupakan suatu penyakit kurang gizi karena tubuh kurang

memperoleh makanan berupa sumber zat tenaga (energi) dan sumber

zat pembangun (protein) dalam waktu yang lama.KEP berat dibedakan

menjadi 3 tipe yaitu :


a) Kwashiorkor

Adalah penyakit yang di sebabkan oleh kekurangn protein dan

sering timbul pada usia 1- 3 tahun karena pada usia ini kebutuhan

protein tinggi. Penyakit ini di sebabkan oleh kekurangan protein

dalam maknan,gangguan penyerapan protein,kehilanagn protein

secara tidak normal,infeksi kronis pda tubuh karena pendarahan.

b) Marasmus

Marasmus adalah kekurangan energy pada makanan yang

menyebabkan cadangan protein tubuh terpakai sehin gga anak

menjadi “kurus” dan “emosional” sering terjadi pada bayi yang

tidak cukup mendapatkan ASI serta tidak di beri makanan

penggantinya, atau terjadi pada bayi yang sering diarehal ini di

sebabkan oleh ketidak seimbangan konsumsi zat besi atau kalori

dalam makanan,kebiasaan makanan yang tidak layakan penyakit-

penyakit infeksi saluran pencernaan.

c) Kwashiorkor – Marasmik

Kwashiorkor–Marasmik memperlihatkan gejala campuran antara

Marasmus dan kwashiorkor.

2) Gizi Lebih

Obesitas adalah penyakit gizi berupa akumulasi jaringan lemak secara

berlebihan di seluruh tubuh. Hal ini di sebabkan oleh perilaku makan yang

berhungan dengan factor keluarga dan lingkingan,aktifitas fisik yang

rendah,gangguan psikologis,laju pertumbuhan yamg sangat cepat,genetic atau

factor keturunan juga gangguan hormone. Obesitas biasanya di sebabkan oleh


masukan energy yang melebihi kebutuhan tubuh an biasanya di sertai

kurangnya aktifitas jasmani.

2.2.3. Gizi Seimbang Bagi Balita dan Anak Usia Sekolah Dasar

1. Prinsip gizi

Balita atau di kenal juga dengan anak prasekolah adalah anak yang berusia

antara 1 – 5 tahun, sedangkan usia sekolah adalah anak yang berusia 6 – 12

tahun. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak dengan

kecepatan pertumbuhan sehebat yang terjadi sebelumnya pada masa bayi dan

pada masa remaja nantinya. Rata – rata pertumbuhan tiap tahun seorang anak

pada usia sekolah adalah berkisar 3 – 5 kg untuk berat dan sekitar 6 cm untuk

ketinggian (behrman, 2004). Ketika memasuki periode pertumbuhan yang lebih

lambat, masukan dan napsu makan seorang anak juga akan berkurang dan

membutuhkan respon dan perhatian dari orang tua.

2. Kebutuhan zat gizi balita dan anak usia sekolah

Asupan makanan ank harus mengandung 1 – 15% kalori, 20 – 25%

lemak dan sisanya karbohidrat. Setiap kg Berat badan anak memerlukan

asupan energy sebanyak 100 kkal. Asupan lemak juga perlu ditingkatkan

karena struktur utama pembentuk otak adalah lemak. Lemak tersebut juga

diperoleh antara lain dari minyak dan margarin (Mardalena, Ida. 2017).

Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup

untuk memelihara kesehatan pada umumnya. Secara garis besar, kebutuhan

gizi ditentukan oleh usia, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, dan tingi badan.

Antara asupan zat gizi dan pengeluarannya harus ada keseimbangan sehingga
diperoleh status gizi yang baik. Kebutuhan masing – masing zat gizi untuk

kelompok balita dan anak dapat di lihat dari Angka Kecukupan Gizi yang

Dianjurkan. Selain zat esensial, kebutuhan cairan harus di perhatikan karena

penting untuk mencegah dehidrasi selama bergerak dan berolahraga

(sulistyoningsih, H 2011).

Di antara anak usia 2 sampai 11 tahun, rata – rata asupan vitamin dan

mineral melebihi RDA ( Recommended Daily Allowance / Anjuran Kebutuhan

Sehari) yaitu kebutuhan minimal sehari agar seseorang tidak menjadi sakit,

pada kondisi yang umum dianggap normal (Prof. DR. Achmad Sediaoetama,

M.Sc 2008). RDA adalah tingkat asupan nutrien esensial yang

dipertimbangkan, dalam penilaian komite dan dasar pengetahuan ilmiah, untuk

mencukupi pemenuhan kebutuhan nutrisi orang sehat.

Tabel 2. Kebutuhan nutrisi anak terhadap protein, vitamin A, zat besi dan zink
(Paath, E. F, dkk 2004)
usia (thn) protein vitamin A zat besi Zink
(g) (µgRE) (mg) (mg)
lahir -0,5 bln 13 375 6 5
0,5 - 1,0 14 375 10 5
1- 3 thn 16 400 10 10
4 - 6 thn 24 500 10 10
7 - 10 thn 28 700 10 10
anak laki – laki
11- 14 thn 45 1000 12 15
15 - 18 thn 59 1000 12 15
anak perempuan
11 - 14 thn 46 800 15 12
15 - 18 thn 44 800 15 12
RE, Retino Equivalen
(Food and Nutritional Board, National Academy of Science – National Research Council. 11989, Recommended
Daily Dietary Allowances).

Anak makan rata – rata lima sampai tujuh kali sehari. Di antara anak

usia 6 – 11 tahun, kudapan memberikan 20% dari total asupan kalori dan 19%
dari total asupan lemak dan lemak jenuh. Kudapan adalah cara terbaik untuk

memberikan protein, kalori, dan nutrisi esensial pada anak yang tidak dapat

makan banyak pada jam makan, tetapi kudapan harus diberikan sediktnya 90

menit sebelum makan untuk menghindari pengaruhnya terhadap napsu makan

(Paath, E. F, dkk 2004).

3. Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS)

Menurut Dewi cakrawati , Mustika NH (2011) pedoman gizi seimbang

adalah pedoman untuk memilih jenis dan jumlah makanan yang sesuai dan

cuckup untuk memenuhi kebutuhan tubuh terhadap zat gizi (karbohidrat,

protein, lemak, vitamin, mineral). Adapun tujuan dari disusunya pedoman

umum gizi seimbang adalah sebagai berikut:

a. Membantu konsumen dalam memilih makanannya sehari-hari dengan baik

dan benar, sehingga meningkatkan kesehatannya dengan meningkatkan

daya tahan tubuh terhadap penyakit.

b. Membantu pemerintah dan masyarakat dalam menentukan kebijakan

pangan daan gizi dalam menanggulangi masalah gizi

c. Meningkatkan evektivitas pendidikan gizi dalam membentuk pola hidup

sehat bagi masyarakat dan perorangan

Pedoman Umum gizi seimbang (PUGS) menggambarkan susunan makanan

sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai

dengan kebutuhan hidup, dengan memperhatikan 4 prinsip yaitu (1) variasi

makanan, (2) pentingnya pola hidup bersih, (3) pentingnya pola hidup aktif dan
olahraga serta (4) memantau berat baddan ideal. Pedoman umum gizi seimbang

(PUGS) berprinsip bahwa tiap golongan usia, jenis kelamin, kesehatan dan

aktifitas fisik memerlukan PUGS yang berbeda sesuai dengan kondisi masing-

masing kelompok tersebut. Disamping itu, PUGS juga menekankan proporsi

yang berbeda untuk kelompok yang di sesuaikan atau diseimbangkan dengan

kebutuhan tubuh. PUGS juga tidak memperlakukan susu sebagai makanan

sempurna, melainkan di tempatkan satu kelompok dengan sumber protein

hewani lainnya. Pedoman gizi seimbang yang perlu dipahami dan diaplikasiakn

dalam pola konsumsi massyarakat diuraikan dalam 13 pesan dasar gizi

seimbang, sebagai berikut:

1. Makanlah beraneka ragam makanan

Setiap orang perlu mengkonsumsi anekaragam makanan kecuali bayi umur

0-6 bulan yang cuckup mengkonsumsi.Air Susu Ibu (ASI) saja.Makan

beraneka ragam makanan sangat bermanfaat bagi kesehatan karena dapat

mencukupi kebutuhan gizi yaitu terpenuhinya kecukupan sumber zat

tenaga, zat pembangun dan zat pengatur. Penerapan prinsip

penganekaraman yang minimal adalah menyediakan hidanagan sehari-hari

yang berasal dari satu jenis makanan sumber zat tenaga (beras, jagung,

gandum), satu jenis makanan zat pembangun (tempe,telur, ikan) dan satu

jenis makanan sumber zat pengatur (sayur, buah).

2. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energy

Kecukupan energi seseorang ditandai dengan berat badan yang

normal.Konsumsi energi yang melebihi kecukupan dapat mengakibatkan

kenaikan berat badan.Energi yang berlebih disimpan sebagai cadangan


didalam tubuh berbentuk lemak atau jaringan lain. Apabila keadaaan ini

berlanjut akan menyebabkan kegemukan, yang biasanya disertai berbagai

gangguan kesehatan. Tetapi apabila konsumsi energi yang kurang, maka

cadangan energy dalam tuubuh yang berada dalam jaringan otot/lemak

akan digunakan untuk menutupi kekurangan tersebut.Apabila hal ini

berlanjut, maka dapat menurunkan daya kerja, prestasi belajar dan

kreativitas.

3. Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energy

Makanan sember karbohidrat kompeks merupakan sumber energi utama

daalam hidangan seperti nasi, ubi atau sagu.Tetapi makanan ini kurang

memberikan zat gizi lain yang diperlukan tubuh.Oleh karena itu, makanan

sumber karbohidrat ini harus dibatasi konsumsinya sekitar 50-60% dari

kebutuhan energi.Dengan demikian, kekurangan zat gizi dapat dipenuhi

dari sumber zat pembangun dan pengatur.Apabila energi yang diperoleh

dari makanan sumber karbohidrat kompleks melebihi 60% maka kebutuhan

protein, vitamin dan mineral sulit dipenuhi.

4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan

energi

Lemak dan minyak yang terdapat didalam makanan berguna untuk

meningkatkan jumlah energi membantu dalam penyerapan vitamin-vitamin

A, D, E, dan K. konsumsi lemak dan minyak dalam makanan sehari-hari

sebaiknya 15-25% dari kebutuhan energi.Potensi lemak daan minyak

sebagai sumber energi terhitung lebih tinggi daripada karbohidrat dan

protein.Tiap gram lemak menghasilkan 9 kalori,sedangkan karbohidrat dan


protein hanya 4 kalori.Kebiasaan mengonsumsi lemak hewani yang

berlebihan dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah arteri dan

penyakit jantung koroner.Namun membiasakan makan ikan dapat

mengurangi resiko penyakit jantung koroner, karena lemak ikan

mengandung asam lemak omega 3 yang berperan mencegah terjadinya

penyumbatan lemak pada dinding pembuluh darah.

5. Gunakan garam beryodium

Sesuai keppres NO. 69 tahun 1994, semua garam yang beredar di Indonesia

harus mengandung yodium. Kebijaksanaan ini berkaitan erat dengan masih

tingginya kejadian gangguan kesehatan akibat kekurangan yodium

(GAKY) di Indonesia. GAKY merupakan masalah gizi yang serius, karena

dapat menyebabkan penyakit gondok dan kretin (kerdil). Kekurangan unsur

yodium dalam makanan sehari-hari juga, dapat menurunkan tingkat

kecerdasan seseorang. Kelebihan konsumsi garam beryodium pun dapat

memicu timbulnya penyakit darah tinggi, karena terkandung natrium

didalamnya.

6. Makanlah makanan sumber zat besi

Zat besi (Fe) merupakan salah satu unsur pembentuk sel darah merah

(eritrosit) yang bertanggung jawab pada transport oksigen dan

karbondioksida.Kekurangan zat besi menimbulkan anemia gizi besi atau

dikenal dengan penyakit kurang darah.

7. Biasakan makan pagi/sarapan


Sarapan/makan pagi sangat penting untuk menunjang aktivitas sehari-

hari,mendukung produktivitas kerja karena meningkatkan daya tahan kerja.

Kebiasaan makan pagi juga membantu seseorang untuk memenuhi cukupan

gizinya sehari-hari. Seseorang yang tidak makan pagi memiliki risiko

menderita gangguan kesehatan berupa menurunnya kadar gula darah

dengan tanda-tanda antara lain: lemah, keluar keringat dingin, kesadaran

menurun bahkan pingsan.

8. Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya

Fungsi air daalam tubuh; mengatur keseimbangan cairan dan garam

mineral daalam tubuh; mengatur suhu tubuh; melancarkan dalam proses

buang air besar dan kecil.

9. Lakukan aktivitas fisik secara teratur

Olahraga teratur juga dapat menjaga kelebihan berat badan serta

meningkatkan fungsi jantung,paru dan otot.

10. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan

Makanan yang aman adalah makanan yang bebas dari kuman dan bahan

kimia berbahaya. Makanan yang aman harus memenuhi syarat

“wholesome”. Artinya,zat-zat gizi tidak banyak yang hilang,dan bentuk

fisiknya masih utuh.

4. Cara Penentuan Status Gizi

Menurut Ida Mardalena (2017) penilaian status gizi di bagi menjadi dua

yaitu secara tidak langsung dan secara langsung, penilaian status gizi secara
langsung terbagi atas empat yaitu antropometri, klinis, biokimia, biofisik.

Sedangkan secara tidak langsung terbagi atas tiga yaitu survei konsumsi

makanan, statistik vital, faktor ekologi. Dalam penelitian ini, untuk

menentukan status gizi digunakan indeks antropometri.

Antropometri berasal dari kata antropos dan metros. Antropos artinya

manusia dan metros artinya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran dari tubuh

manusia. Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi

dari berbagai ketidakseimbangan antara asupan protein dan energi (karbohidrat

dan lemak). Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan

mengukur beberapa parameter. Parameter ini terdiri dari : umur, berat badan,

tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, jaringan lunak.

Kombinasi beberapa parameter disebut dengan indeks Antropometri yang

terdiri dari : Berat Badan menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut

Umur(TB/U), Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB), Lingkar Lengan

Atas menurut Umur (LLA/U), Indeks Masa Tubuh (IMT). Dari masing-masing

indeks Antropometri tersebut mempunyai beberapa kebaikan dan kelemahan

yang dikutip dari Hartini (1983), seperti yang terlihat pada tabel 4.

Tabel 4. Kelebihan dan kelemahan indeks antropometri

Indeks Kebaikan Kelemahan

a. Baik untuk mengukur status gizi a. Umur sulit ditaksir


akut atau kronis b. Dipengaruhi
b. BB dapat berfluktuatisi acites/udema
BB/U
c. Sangat sensitif terhadap perubahan- c. Sering salah dalam
perubahan kecil pengukuran
d. Dapat mendeteksi overweight
a. Baik untuk menilai gizi masa a. Umur harus pasti
lampau b. Pengukuran relatif sulit
b. Ukuran panjang dapat dibuat dilakukan karena anak
sendiri, murah dan mudah dibawa berdiri tegak, sehingga
TB/U
c. Tinggi badan tidak cepat naik diperlukan 2 orang
bahkan tidak mungkin turun untuk melakukannya.
c. Ketepatan umur sulit

a. Tidak memerlukan data umur a. Tidak memberikan


b. Dapat membedakan proporsi badan gambaran tinggi anak
(normal,gemuk, kurus) menurut seumuran
c. Membutuhkan 2 macam alat ukur b. Pengukuran relative
BB/TB
lebih lama
c. Membutuhkan 2 orang
untuk melakukannya

a. Indikator yang baik untuk menilai a. Hanya dapat


KEP berat mengidentifikasi anak
b. Alat ukur murah,sangat ringan dengan KEP berat
dapat dibuat sendiri atau dapat b. Sulit menentukan
diberi kode warna untuk ambang batas
LL/U
menentukan tingkat keadaan gizi, c. Sulit menilai
sehingga dapat digunakan oleh perkembangan anak 2 –
orang yang tak dapat baca tulis. 5 tahun

Indeks Antropometri Gizi membutuhkan ambang batas dan disepakati para

Ahli gizi yaitu :

a. Persen terhadap median

Median adalah nilai tengah dari suatu populasi. Dalam antropometri

median sama dengan persentil 50. Nilai median ini dinyatakan = 100%

(Untuk standar)
Tabel 5. Status Gizi berdassarkan indeks Antropometri yang disajikan
dalam persen terhadap median

Indeks
Status Gizi
BB/U TB/U BB/TB
Gizi Baik > 80 % > 90 % > 90 %
Gizi Sedang 71 - 80 % 81 - 90 % 81 - 90 %
Gizi Kurang 61 - 70 % 71 - 80 % 71 - 80 %
Gizi Buruk ≤ 60 % ≤ 70 % ≤ 70

b. Persentil

Persentil 50 merupakan median/ nilai tengah dari jumlah populasi berada di

atasnya dan setengahnya berada di bawahnya. National Center for Health

Statistics (NCHS) merekomendasikan persentil ke 5 sebagai batas Gizi

Baik dan Kurang serta persentil 95 sebagai batas Gizi Lebih dan Gizi

Buruk.

Tabel 6. Status Gizi berdasarkan Indeks Antropometri yang disajikan


dalam persentil
Status Gizi Persentil
Gizi Llebih (Gemuk > P 97
Gizi Baik P 3 - P 97
Gizi Kurang < P3

c. Standar Deviasi Unit (Z – Skor)

Standar Deviasi disebut juga Z – Skor. WHO menyarankan menggunakan

cara ini untuk meneliti dan memantau pertumbuhan. Selain itu Waterlow

merekomendasikan penggunaan Standar Deviasi untuk pengukuran

pertumbuhan atau Growth Monitoring.


Rumus perhitungan Z – Skor adalah :

Z – Skor = BB Obs – BB Baku


SD BB baku

Keterangan :

BB Obs : Berat Badan Hasil Penimbangan pada umur X

Median BB Baku : BB baku padaumur X

SD BB Baku : Standar Deviasi BB pada umur X

Tabel 7. Klasifikasi Status Gizi berdasarkan indkator BB/U dan BB/TBB

yang disajikan dalam Z - Skor

Status Gizi
Indeks
BB/U BB/TB
> + 2 SD Gizi Lebih Gemuk
≥ - 2 SD s/d + 2 SD Gizi Baik Normal
≥ - 3 SD s/d + < - 2 SD Gizi Kurang Kurus
< - 3 SD Gizi Buruk Sangat Kurus
(Cut – off : Berdasar Hasil Kesepakatan Pakar Gizi, Januari 2000)

Tabel 8. Klasifikasi Status Gizi berdasarkan indikator TB/ U yang disajikan

dalam Z - Skor

Status Gizi
Indeks
BB/U
≥ - 2 SD Normal
< - 2 SD Pendek
Cut – off : Berdasar Hasil Kesepakatan Pakar Gizi, Januari 2000)
Tabel 5. Penggolongan keadaan Gizi menurut Indeks Antropometri
Ambang batas baku untukkeadaan gizi berdasarkan indeks
Status Gizi
BB/U TB/U BB/TB LLA/U LLA/TB
Gizi Baik > 80 % > 85 % > 90 % > 85 % > 85 %
Gizi Kurang 61 - 8 0 % 71 - 85 % 81 - 90 % 71 - 85 % 76 - 85 %
Gizi Buruk ≤ 60 % ≤ 70 % ≤ 80 % ≤ 70 % ≤ 75 %

Tabel 6. Klasifikasi status gizi berdasarkan rujukan Baku WHO-NCHS

Berat Badan menurut Berat Badan menurut


Umur (BB/U) Tinggi Badan (BB/TB)
Gizi lebih > 2 SD Gemuk > 2 SD
Gizi Baik ≤ 2 SD sampai 2 SD Normal ≥ - 2 SD sampai 2 SD
Gizi > - 2 SD sampai ≥ - 3
Kurang SD Kurus < - 2 SD sampai ≥ - 3 SD
Gizi Kurus
Buruk < - 3 SD sekali < - 3 SD
2.3.Kerangka Teori

Pola makan Kebutuhan gizi


seimbang

Status gizi

Prestasi belajar
meningkat

Gambar 1. Kerangka Teori penelitian Hubungan antara Pola Makan dengan Status
Gizi pada Anak usia Sekolah di Sekolah Dasar Negeri 2 Oebobo – Kota
Kupang.
2.4.Kerangka Konsep

Faktor – faktor yang mempengaruhi pola


makan anak :
1. Faktor ekonomi
2. Faktor sosial budaya
3. Faktor agama
4. Pengetahuan Orang tua tentang gizi
seimbang pada anak
5. Lingkungan anak tumbuh - kembang

Pola makan anak teratur :


a. Frekuensi makan teratur Anak makan dengan teratur sesuai
b. Waktu : makan pagi, siang, dengan Angka Kecukupan Gizi
malam.
c. Jenis : Roti, nasi, sayur, buah,
daging, telur ( disesuaikan
dengan Menu makan yang Status gizi baik
dianjurkan)

Prestasi belajar
meningkat

Gambar 2. Kerangka Konsep Hubungan antara Pola Makan dengan Status Gizi anak

Keterangan :

Variabel yang diteliti

Variabel yang tidak diteliti

Anda mungkin juga menyukai