BAB IV
kelas, 1 ruangan Guru, ruang Kepala Sekolah, Ruang Perpustakaan, Ruang UKS.
Berdasarkan data yang diperoleh jumlah murid di sekolah dasar Inpres Nasipanaf
Kota Kupang berjumlah 413 anak dengan pembagian murid sebagai berikut :
Pembagian tiap kelas di Sekolah Dasar Inpres Nasipanaf Kota Kupang terdiri dari
2 macam yaitu A dan B untuk kelas I, II, IV, V, VI, sedangkan untuk kelas III
permanen dengan halaman yang cukup luas. Terdapat 13 ruangan kelas dengan I
ruang guru. Sekolah ini ditunjang dengan perpustakaan, lapangan bola kaki dan
2
lapangan voli. Jumlah guru yang mengajar sebanyak 13 guru kelas, 2 guru agama,
Perpustakaan, dan 1 penjaga sekolah. Jam pelajaran dimulai pada pukul 07.15
WITA dan berakhir pada pukul 13.00 WIB, sedangkan untuk kelas I dan II,
pelajaran berakhir pada pukul 10.00 WITA. Terdapat les tambahan untuk setiap
kelas jika siswa mengalami keterlambatan materi pelajaran dan Les tambahan
bahasa inggris untuk kelas 5 dan 6 yang diajar oleh guru bahasa inggris dari
sekolah itu sendiri. Terdapat UKS yang dikelola oleh murid dengan bimbingan
Kupang adalah siswa kelas III yang hadir pada saat penelitian dan mau dijadikan
a. Umur
3
yang diambil terbanyak adalah umur 9 tahun yaitu sebesar 44,4 %, dan
b. Jenis Kelamin
besar sampel penelitian berjenis kelamin Laki – laki yaitu 51,9% dan Perempuan
48 %.
4
sebesar 25% dan yang terendah yaitu 13% (Profesi perorangan) yang
bekerja sebagai Sopir dan Tukang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 9:
d. Agama
dan Katolik 42 %.
5
a. Pola Makan
sebesar 17 anak (21%) dengan Pola makan Cukup dan pola makan
b. Status Gizi
Badan dari WHO NCHS. Hasil penelitian status gizi untuk BB/U di
murid yang status gizinya Kurang dan 29 (35.8%) murid yang status
(21.0%) anak dengan status gizi Kurang (Kurus), dan 44 (54,3%) anak
6
dengan status Gizi Baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel
12 dan 13.
Sampel dengan Status Gizi baik sebesar 43 anak (53,0%), status gizi
dengan pola makan baik dan mempunyai status gizi baik sebesar
53.0%, sampel dengan Pola Makan baik tetapi status gizi kurang
8
sebesar 8.6% dan sampel dengan pola makan baik tetapi status gizi
cukup dan mempunyai status gizi baik sebesar 0%, sampel dengan
pola makan cukup dan mempunyai status gizi kurang sebesar 14,8%
serta sampel yang mempunyai Pola makan cukup tetapi status gizi
buruk sebesar 6,1% dan untuk sampel dengan pola makan kurang,
mempunyai status gizi baik sebesar 0%, sampel dengan pola makan
P=0,000, berarti ada hubungan antara Pola makan dan status gizi
Correlations
Pola Makan Status Gizi
Kendall's tau_b Pola Makan Correlation Coefficient 1.000 .901**
Sig. (2-tailed) . .000
N 81 81
Status Gizi Correlation Coefficient .901** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 81 81
Spearman's rho Pola Makan Correlation Coefficient 1.000 .926**
Sig. (2-tailed) . .000
N 81 81
Status Gizi Correlation Coefficient .926** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 81 81
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Tabel 16. Correlations Pola Makan dengan status Gizi pada murid di Sekolah
4.2. PEMBAHASAN
yang % pola makannya kurang, 21,0% anak yang pola makannya cukup dan
61,7% anak yang pola makannya baik. Pola Makan diperoleh dari lembar
kuesioner yang dibagikan kepada anak. Rata – rata pola makan anak adalah
kudapan 2x/hari dan jenis makanan bervariasi merupakan pola makan yang
baik sebab pada anak usia sekolah dianjurkan makan rata-rata 5-7 kali
malam, kudapan), dalam 1 minggu responden rutin minum susu (atau teh
makan pagi, siang dan malam dan kudapan (susu/yougurt). Responden lebih
buah pisang, air putih) untuk makan siang dan makan malam, jenis makanan
bervariasi setiap harinya, dan responden lebih senang minum susu di pagi
dan sore hari rata – rata 5-7x/minggu hal ini sesuai dengan asupan makanan
11
atau lebih dari kelompok buah dan sayuran (dengan sumber vitamin C
sehari dan sumber vitamin A setiap hari yang lain), tiga hingga empat porsi
dari seluruh padi – padian dan roti yang diperkaya gizinya dengan sereal,
karena pola makan tidak teratur dan jumlah makanan yang dikonsumsi
tidak sesuai kebutuhan. Pada usia sekolah Pola makan yang teratur dengan
memperbaiki status gizi. Anak dengan pola makan baik mempunyai asupan
energi, serat, kalsium, folat, zat besi dan vitamin – vitamin B6, B12, C, dan
(kategori 2) dan kurang (kategori 1) makan tidak teratur, dalam hal ini
sebagian dari mereka jarang makan pagi dan ada juga yang jarang makan
malam bahkan kedua – duanya yaitu tidak makan pagi dan malam dengan
alasan malas dan tidak terbiasa makan pagi karena orang tuanya sibuk,
sehingga tidak sempat memasak untuk makan pagi. Mereka lebih senang
jajan saat disekolah ataupun pulang sekolah, mereka minum susu jika ada
keinginan untuk minum susu, jenis makanan bervariasi tapi mereka malas
makan. Mereka juga menyatakan apa yang mereka konsumsi tergantung apa
yang diolah oleh sang ibu. Yang termasuk sampel dengan kategori Kurang
12
(1) jarang mengkonsumsi ikan dan daging. Hal ini disebabkan karena
Menurut Budiyanto (2002) jumlah konsumsi makanan yang kurang dan juga
mereka yang kurang. Dimana hal ini dapat disebabkan karena ekonomi
keluarga yang kurang, rata – rata yang bekerja sebagai Pegawai hanya 30%,
dijelaskan dari 81 murid yang diteliti dan Hasil penelitian status gizi untuk
(39.5%) anak yang status gizinya Kurang dan 29 (35.8%) anak yang status
gizinya baik. Sedangkan hasil penelitian status gizi untuk BB/TB didapatkan
20 (24.7%) anak dengan status gizi Buruk (Sangat Kurus), 17 (21.0%) anak
dengan status gizi Kurang (Kurus), dan 44 (54,3%) anak dengan status Gizi
Baik. Rata – rata status gizi (BB/U & BB/TB), anak dengan status gizi Baik
sebesar 43 anak (53,0%), status gizi Kurang dan buruk masing – masing
sebesar 19 anak (23,4%). Dari 19% anak dengan status gizi kurang dan
gangguan makan di rumah, sering tidak sarapan pagi karena alasan malas
aktivitasnya baik di rumah maupun di sekolah, pada anak usia sekolah rata–
13
rata pertumbuhan tiap tahun seorang anak pada usia sekolah adalah berkisar 3
rata kebutuhan nutrisi anak usia 7-10 tahun dengan berat 28 kg, tinggi 132
700µgRE, Vit. D 10µg, Vit. E 7 µg α-TE, Vit. K 30µg, zat besi 10µg, zink
10µg.
status gizi buruk disebabkan karena tidak mau makan atau nafsu makannya
rendah karena menu yang disediakan oleh sang ibu tidak disukai. Hal ini
sesuai dengan pendapat Almatsier (2002) status gizi rendah disebabkan oleh
yang dominan meliputi tingkat ekonomi yang kurang, pendidikan umum dan
pendidikan gizi yang kurang. Menurut Suharjo (2003), status gizi adalah
kebutuhan fisik akan energi dan zat – zat lain yang diperoleh dari makanan
gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat – zat gizi yang
status gizi saat ini dengan lebih sensitif dan spesifik. Artinya mereka yang
BB/TB kurang, dikategorikan sebagai kurus atau wasted. Indikator BB/TB ini
diperkenalkan oleh Jellife pada tahun 1996 dan merupakan indikator yang
14
baik untuk menilai status gizi saat ini, terutama bila data umur yang akurat
sulit diperoleh. Oleh karena itu peneliti menggunakan indikator BB/U dan
menggunakan uji Spearman Rho dengan nilai signifikansi 0,05, dari hasil
analisis diketahui ada hubungan yang bermakna antara Pola Makan dan status
gizi berdasarkan BB/U & BB/TB. Pada Tabel 14 dapat dilihat bahwa sampel
penelitian dengan Pola Makan baik mempunyai Status Gizi baik sebesar
53,0%, sampel dengan Pola Makan baik tetapi status gizi kurang sebesar 8.6%
dan sampel dengan pola makan baik tetapi status gizi buruk sebesar 0% anak.
Sedangkan sampel dengan Pola makan cukup dan mempunyai status gizi baik
sebesar 0%, sampel dengan pola makan cukup dan mempunyai status gizi
kurang sebesar 14,8% serta sampel yang mempunyai Pola makan cukup tetapi
status gizi buruk sebesar 6,1% dan untuk sampel dengan pola makan kurang,
mempunyai status gizi baik sebesar 0%, sampel dengan pola makan cukup dan
status gizi kurang sebesar 0% dan sampel yang mempunyai pola makan kurang
dengan status gizi buruk sebesar 17,2%. Bedasarkan lembaran kuesioner yang
kurang dan buruk memiliki pola makan yang cukup dan kurangSetelah
bahwa status gizi tidak baik disebabkan asupan energi maupun protein tidak
baik pula selain itu disebabkan karena faktor ekonomi keluarga yang kurang
15
infeksi turut mempengaruhi asupan makanan dan status gizi dari anak. Pada
sekolah, rasa takut kalau terlambat tiba di sekolah, menyebabkan anak – anak
makanan baik energi, protein mereka rendah. Karena dalam usia ini anak –
anak ini gemar sekali jajan, terkadang mereka sengaja menolak makan pagi dan
sebagai gantinya mereka jajan. Sama halnya dengan ke 81 sampel yang diteliti
38 % menyatakan gemar jajan dan jajanan yang dipilih sudah tentu makanan
yang mereka senangi saja, misalnya es, gula – gula atau makanan lain yang
1. Pada saat pengambilan data dengan kuesioner anak lebih sering bertanya
sehingga hasilnya kuang lebih sama antara jawaban responden yang satu
dengan yang lain tetapi setelah dijelaskan responden mengerti dan mengisi
sendiri.
16