Anda di halaman 1dari 16

1

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. HASIL PENELITIAN

4.1.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

Sekolah Dasar Inpres Nasipanaf berdiri tahun 1983 dengan 13 ruangan

kelas, 1 ruangan Guru, ruang Kepala Sekolah, Ruang Perpustakaan, Ruang UKS.

Terletak di pinggiran Kabupaten Kupang dan masuk distrik Kupang kota.

Berdasarkan data yang diperoleh jumlah murid di sekolah dasar Inpres Nasipanaf

Kota Kupang berjumlah 413 anak dengan pembagian murid sebagai berikut :

Tabel 5. Kelompok Murid menurut kelas di Sekolah Dasar Inpres Nasipanaf –


Kota Kupang tahun 2013
Murid Frekuensi (f) Persentase (p)
kelas I 61 14.7
Kelas II 65 15.7
kelas III 81 19.6
Kelas IV 79 19.1
Kelas V 68 16.4
Kelas VI 59 14.2
Total 413 100.0
Sumber : Data primer Mei 2013

Pembagian tiap kelas di Sekolah Dasar Inpres Nasipanaf Kota Kupang terdiri dari

2 macam yaitu A dan B untuk kelas I, II, IV, V, VI, sedangkan untuk kelas III

terdiri dari 3 kelas yaitu A, B, dan C.

Sekolah Dasar Inpres Nasipanaf Kota Kupang memiliki bangunan sekolah

permanen dengan halaman yang cukup luas. Terdapat 13 ruangan kelas dengan I

ruang guru. Sekolah ini ditunjang dengan perpustakaan, lapangan bola kaki dan
2

lapangan voli. Jumlah guru yang mengajar sebanyak 13 guru kelas, 2 guru agama,

2 guru olahraga, 5 orang guru honorer, 3 pegawai Tata Usaha, 1 Tim

Perpustakaan, dan 1 penjaga sekolah. Jam pelajaran dimulai pada pukul 07.15

WITA dan berakhir pada pukul 13.00 WIB, sedangkan untuk kelas I dan II,

pelajaran berakhir pada pukul 10.00 WITA. Terdapat les tambahan untuk setiap

kelas jika siswa mengalami keterlambatan materi pelajaran dan Les tambahan

bahasa inggris untuk kelas 5 dan 6 yang diajar oleh guru bahasa inggris dari

sekolah itu sendiri. Terdapat UKS yang dikelola oleh murid dengan bimbingan

dari guru sekolah.

Sampel penelitian yang diambil di Sekolah Dasar Inpres Nasipanaf Kota

Kupang adalah siswa kelas III yang hadir pada saat penelitian dan mau dijadikan

sampel penelitian serta memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi.

Dan untuk pembagian kelas III dapat dilihat pada Tabel 6 :

Tabel 6. Karakteristik responden berdasarkan kelas (kelas III) di Sekolah dasar


Inpres Nasipanaf Kota Kupang
tahun 2013
Murid Frekuensi Persentase
(f) (p)
KELAS III A 30 37.0
KELAS III B 27 33.3
KELAS III C 24 29.6
Total 81 100.0
Sumber : Data primer Mei 2013

4.1.2. Data Umum sampel Penelitian

a. Umur
3

Tabel 7 : Karakteristik responden berdasarkan umur di Sekolah Dasar Inpres


Nasipanaf Kota Kupang
Tahun 2013

Umur Frekuensi (f) Persentase (p)


8 28 34.6
9 36 44.4
10 13 16.0
11 2 2.5
12 1 1.2
13 1 1.2
Total 81 100.0
Sumber : Data primer mei 2013

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa dari 81 sampel (Total Populasi)

yang diambil terbanyak adalah umur 9 tahun yaitu sebesar 44,4 %, dan

terendah umur umur 12-13 tahun masing – masing sebesar 1,2%.

b. Jenis Kelamin

Tabel 8. Karakteristik responden berdasarkan Jenis Kelamin


Di Sekolah Dasar Inpres Nasipanaf Kota Kupang
Tahun 2013
Jenis Frekuensi Persentase
Kelamin (f) (p)
Laki - laki 42 51.9
Perempan 39 48.1
Total 81 100.0
Sumber : Data primer Mei 2013

Berdasarkan tabel 8 tentang jenis kelamin dari 81 sampel diketahui sebagian

besar sampel penelitian berjenis kelamin Laki – laki yaitu 51,9% dan Perempuan

48 %.
4

c. Pekerjaan Orang Tua

Sampel penelitian yang orang tuanya bekerja sebagai Pegawai Negeri

sebesar 25% dan yang terendah yaitu 13% (Profesi perorangan) yang

bekerja sebagai Sopir dan Tukang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

Tabel 9:

Tabel 9 : karakteristik responden berdasarkan Pekerjaan Orang Tua di


Sekolah dasar Inpres Nasipanaf Kota Kupang
Tahun 2013
Pekerjaan Orang
Tua Frekuensi (f) Persentase (p)
Pegawai Negeri 25 30.9
Wiraswasta 19 23.5
Petani 24 29.6
Profesi perorangan 13 16.0
Total 81 100.0
Sumber : Data primer Mei 2013

d. Agama

Tabel 10. Karakteristik responden berdasarkan Agama di Sekolah Dasar


Inpres Nasipanaf Kota Kupang
Tahun 2013

Agama Frekuensi (f) Persentase (p)


KATOLIK 34 41.9
PROTESTAN 47 58.0
Total 81 100.0
Sumber : Data primer Mei 2013

Berdasarkan tabel 10 tentang Agama dari 81 sampel diketahui

sebagian besar sampel penelitian beragama Kristen Protestan yaitu 58 %

dan Katolik 42 %.
5

4.1.3. Data Khusus

a. Pola Makan

Pola makan diukur dengan lembar Kuesioner. Dari 81 sampel yang

diteliti di dapatkan sebesar 50 anak (62%) dengan Pola Makan Baik,

sebesar 17 anak (21%) dengan Pola makan Cukup dan pola makan

kurang sebesar 14 anak (17%).

Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 11 :

Tabel 11.Karakteristik responden berdasarkan pola makandi Sekola dasar


Inpres Nasipanaf Kota Kupang
Tahun 2013

Pola Makan Frekuensi Persentase


(f) (p)
Baik 50 61.7
Cukup 17 21.0
Kurang 14 17.3
Total 81 100.0
Sumber : Data primer Mei 2013

b. Status Gizi

Status gizi diukur menurut berat Badan/Umur dan Berat Badan/Tinggi

Badan dari WHO NCHS. Hasil penelitian status gizi untuk BB/U di

dapatkan 20 (24.7 %) anak yang mengalami status gizi buruk, 32 (39.5%)

murid yang status gizinya Kurang dan 29 (35.8%) murid yang status

gizinya baik. Sedangkan hasil penelitian status gizi untuk BB/TB

didapatkan 20 (24.7%) anak dengan status gizi Buruk (Sangat Kurus), 17

(21.0%) anak dengan status gizi Kurang (Kurus), dan 44 (54,3%) anak
6

dengan status Gizi Baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel

12 dan 13.

a) Status Gizi (BB/U)

Tabel 12. Karakteristik responden berdasarkan status gizi (BB/U)


di Sekolah Dasar Inpes nasipanaf Kota Kupang
Tahun 2013

BB/U Frekuensi Persentase


(f) (p)
Buruk 20 24.7
Kurang 32 39.5
Baik 29 35.8
Total 81 100.0
Sumber : Data primer Mei 2013

b) Status Gizi (BB/TB)

Tabel 13. Karakteristik responden berdasarkan status gizi


di sekolah Dasar Inpres Nasipanaf Kota Kupang
Tahun 2013

BB/TB Frekuensi Persentase


(f) (p)
Sangat 20 24.7
Kurus
Kurus 17 21.0
Normal 44 54.3
Total 81 100.0
Sumber : Data primer Mei 2013

c) Status Gizi (BB/U & BB/TB)

Sampel dengan Status Gizi baik sebesar 43 anak (53,0%), status gizi

Kurang dan buruk masing – masing sebesar 19 anak (23,4%). Untuk

lebih jelas dapat dilihat pada tabel 13.


7

Tabel 14. Karakteristik responden berdasarkan Status gizi (BB/U &


BB/TB) di Sekolah Dasar Inpres Nasipanaf Kota Kupang
Tahun 2013

Kategori Frekuensi Persentase


status Gizi (f) (p)
Buruk 19 23.4
Kurang 19 23.4
Baik 43 53.0
Total 81 100.0
Sumber : Data primer Mei 2013

4.1.4. Analisis Bivariat

a. Hubungan antara Pola makan dengan status gizi

Tabel 15. Kelompok sampel menurut hubungan antara pola makan


dengan status gizi (BB/U dan BB/TB) murid kelas III di
Sekolah Dasar Inpres Nasipanaf Kota Kupang tahun 2013

Status Gizi (BB/U & BB/TB) Total


Baik Kurang Buruk N %
N % n % N %
Pola
Makan Baik 43 53.0 7 8.6 0 0 50 61,6
Cukup 0 0 12 14.8 5 6.1 17 20.9
Kurang 0 0 0 0 14 17.2 14 17.2
43 53.0 19 23.4 19 23.3 81 100
Sumber : Data primer Mei 2013

Pada tabel 15 dapat dilihat bahwa sampel penelitian

dengan pola makan baik dan mempunyai status gizi baik sebesar

53.0%, sampel dengan Pola Makan baik tetapi status gizi kurang
8

sebesar 8.6% dan sampel dengan pola makan baik tetapi status gizi

buruk sebesar 0% anak. Sedangkan sampel dengan Pola makan

cukup dan mempunyai status gizi baik sebesar 0%, sampel dengan

pola makan cukup dan mempunyai status gizi kurang sebesar 14,8%

serta sampel yang mempunyai Pola makan cukup tetapi status gizi

buruk sebesar 6,1% dan untuk sampel dengan pola makan kurang,

mempunyai status gizi baik sebesar 0%, sampel dengan pola makan

cukup dan status gizi kurang sebesar 0% dan sampel yang

mempunyai pola makan kurang dengan status gizi buruk sebesar

17,2%. Dengan melakukan uji Spearman Rho dengan tingkat

signifikansi (α) = 0,05 maka diperoleh hasil r hitung=0.901 atau

P=0,000, berarti ada hubungan antara Pola makan dan status gizi

(Indikator BB/U & TB/BB) di Sekolah Dasar Inpres Nasipanaf Kota

Kupang. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 16.


9

Correlations
Pola Makan Status Gizi
Kendall's tau_b Pola Makan Correlation Coefficient 1.000 .901**
Sig. (2-tailed) . .000
N 81 81
Status Gizi Correlation Coefficient .901** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 81 81
Spearman's rho Pola Makan Correlation Coefficient 1.000 .926**
Sig. (2-tailed) . .000
N 81 81
Status Gizi Correlation Coefficient .926** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 81 81
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Tabel 16. Correlations Pola Makan dengan status Gizi pada murid di Sekolah

Dasar Inpres Nasipanaf Kota Kupang tahun 2013


10

4.2. PEMBAHASAN

4.2.1. Pola Makan

Pada gambar 9 dari 81 sampel yang diteliti terdapat 17,3 % anak

yang % pola makannya kurang, 21,0% anak yang pola makannya cukup dan

61,7% anak yang pola makannya baik. Pola Makan diperoleh dari lembar

kuesioner yang dibagikan kepada anak. Rata – rata pola makan anak adalah

3x + kudapan 2x/hari, jenis makanan bervariasi serta waktu makan teratur

(pagi, siang + kudapan, dan malam + kudapan. Pola makan teratur, 3x +

kudapan 2x/hari dan jenis makanan bervariasi merupakan pola makan yang

baik sebab pada anak usia sekolah dianjurkan makan rata-rata 5-7 kali

sehari, makan pagi, siang + kudapan, makan malam + kudapan dengan

memperhatikan variasi jenis makanan akan memperbaiki status gizi anak.

Jenis makanan yang dIkonsumsi responden berdasarkan lembar kuesioner

yang dibagikan di dapatkan bahwa Sampel dengan pola makan baik

(kategori 3), rata-rata makan 3x/hari + kudapan (pagi, siang, kudapan,

malam, kudapan), dalam 1 minggu responden rutin minum susu (atau teh

sebagai pengganti susu), jenis makanan yang dikonsumsi bervariasi antara

makan pagi, siang dan malam dan kudapan (susu/yougurt). Responden lebih

banyak mengonsumsi jenis menu (Nasi/bubur, telur/tempe/tahu, buah) untuk

makan pagi, jenis menu (Nasi, daging/ikan, sayur-sayuran hijau (buncis),

buah pisang, air putih) untuk makan siang dan makan malam, jenis makanan

bervariasi setiap harinya, dan responden lebih senang minum susu di pagi

dan sore hari rata – rata 5-7x/minggu hal ini sesuai dengan asupan makanan
11

yang direkomendasikan untuk memenuhi kebutuhan gizi anak yaitu dua

porsi dari kelompok susu, 60 – 90 g kelompok makanan daging, empat porsi

atau lebih dari kelompok buah dan sayuran (dengan sumber vitamin C

sehari dan sumber vitamin A setiap hari yang lain), tiga hingga empat porsi

dari seluruh padi – padian dan roti yang diperkaya gizinya dengan sereal,

dan hingga dua sendok teh margarin atau mentega.

Sampel yang termasuk kategori cukup dan kurang disebabkan

karena pola makan tidak teratur dan jumlah makanan yang dikonsumsi

tidak sesuai kebutuhan. Pada usia sekolah Pola makan yang teratur dengan

memperhatikan jenis makanan yang dikonsumsi setiap hari akan

memperbaiki status gizi. Anak dengan pola makan baik mempunyai asupan

energi, serat, kalsium, folat, zat besi dan vitamin – vitamin B6, B12, C, dan

E yang lebih tinggi. Dari lembaran kuesioner yang dibagikan kepada

responden didapatkan sebagian sampel yaitu yang Pola Makan cukup

(kategori 2) dan kurang (kategori 1) makan tidak teratur, dalam hal ini

sebagian dari mereka jarang makan pagi dan ada juga yang jarang makan

malam bahkan kedua – duanya yaitu tidak makan pagi dan malam dengan

alasan malas dan tidak terbiasa makan pagi karena orang tuanya sibuk,

sehingga tidak sempat memasak untuk makan pagi. Mereka lebih senang

jajan saat disekolah ataupun pulang sekolah, mereka minum susu jika ada

keinginan untuk minum susu, jenis makanan bervariasi tapi mereka malas

makan. Mereka juga menyatakan apa yang mereka konsumsi tergantung apa

yang diolah oleh sang ibu. Yang termasuk sampel dengan kategori Kurang
12

(1) jarang mengkonsumsi ikan dan daging. Hal ini disebabkan karena

ketidakmampuan ekonomi orang tua dalam menyediakan makanan.

Menurut Budiyanto (2002) jumlah konsumsi makanan yang kurang dan juga

pola konsumsi yang salah inilah yang menyebabkan konsumsi makanan

mereka yang kurang. Dimana hal ini dapat disebabkan karena ekonomi

keluarga yang kurang, rata – rata yang bekerja sebagai Pegawai hanya 30%,

sisanya bekerja sebagai petani, swasta, sopir dan tukang.

4.2.2. Status Gizi

Dari gambar 10 (indikator BB/U) dan gambar 11 (indikator BB/TB)

dijelaskan dari 81 murid yang diteliti dan Hasil penelitian status gizi untuk

BB/U di dapatkan 20 (24.7 %) anak yang mengalami status gizi buruk, 32

(39.5%) anak yang status gizinya Kurang dan 29 (35.8%) anak yang status

gizinya baik. Sedangkan hasil penelitian status gizi untuk BB/TB didapatkan

20 (24.7%) anak dengan status gizi Buruk (Sangat Kurus), 17 (21.0%) anak

dengan status gizi Kurang (Kurus), dan 44 (54,3%) anak dengan status Gizi

Baik. Rata – rata status gizi (BB/U & BB/TB), anak dengan status gizi Baik

sebesar 43 anak (53,0%), status gizi Kurang dan buruk masing – masing

sebesar 19 anak (23,4%). Dari 19% anak dengan status gizi kurang dan

Buruk setelah dilakukan pengkajian lebih lanjut ternyata anak mengalami

gangguan makan di rumah, sering tidak sarapan pagi karena alasan malas

makan dan anak berasal dari keluarga yang tidak mampu.

Anak usia sekolah membutuhkan energi yang cukup untuk seluruh

aktivitasnya baik di rumah maupun di sekolah, pada anak usia sekolah rata–
13

rata pertumbuhan tiap tahun seorang anak pada usia sekolah adalah berkisar 3

– 5 kg untuk berat dan sekitar 6 cm untuk ketinggian (behrman, 2004). Rata-

rata kebutuhan nutrisi anak usia 7-10 tahun dengan berat 28 kg, tinggi 132

cm adalah 2000 kkal/hari dimana kebutuhan akan protein 28g, Vit. A

700µgRE, Vit. D 10µg, Vit. E 7 µg α-TE, Vit. K 30µg, zat besi 10µg, zink

10µg.

Dari lembaran kuesioner yang dibagikan kepada responden yang memiliki

status gizi buruk disebabkan karena tidak mau makan atau nafsu makannya

rendah karena menu yang disediakan oleh sang ibu tidak disukai. Hal ini

sesuai dengan pendapat Almatsier (2002) status gizi rendah disebabkan oleh

penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung salah satunya

adalah konsumsi makanan yang kurang. Sedangkan penyebab tidak langsung

yang dominan meliputi tingkat ekonomi yang kurang, pendidikan umum dan

pendidikan gizi yang kurang. Menurut Suharjo (2003), status gizi adalah

keadaan kesehatan individu atau kelompok yang ditentukan oleh derajat

kebutuhan fisik akan energi dan zat – zat lain yang diperoleh dari makanan

yang dampak fisiknya diukur antropometri. Menurut Almatsier (2002), status

gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat – zat gizi yang

digunakan secara efisien. Pengukuran antropometri terbaik adalah

menggunakan indikator BB/U dan BB/TB. Ukuran ini dapat menggambarkan

status gizi saat ini dengan lebih sensitif dan spesifik. Artinya mereka yang

BB/TB kurang, dikategorikan sebagai kurus atau wasted. Indikator BB/TB ini

diperkenalkan oleh Jellife pada tahun 1996 dan merupakan indikator yang
14

baik untuk menilai status gizi saat ini, terutama bila data umur yang akurat

sulit diperoleh. Oleh karena itu peneliti menggunakan indikator BB/U dan

BB/TB untuk mengukur status gizi (Almatsier, 2002).

4.2.3. Hubungan antara Pola makan dengan status gizi

Hubungan antara asupan energi dengan status gizi diteliti dengan

menggunakan uji Spearman Rho dengan nilai signifikansi 0,05, dari hasil

analisis diketahui ada hubungan yang bermakna antara Pola Makan dan status

gizi berdasarkan BB/U & BB/TB. Pada Tabel 14 dapat dilihat bahwa sampel

penelitian dengan Pola Makan baik mempunyai Status Gizi baik sebesar

53,0%, sampel dengan Pola Makan baik tetapi status gizi kurang sebesar 8.6%

dan sampel dengan pola makan baik tetapi status gizi buruk sebesar 0% anak.

Sedangkan sampel dengan Pola makan cukup dan mempunyai status gizi baik

sebesar 0%, sampel dengan pola makan cukup dan mempunyai status gizi

kurang sebesar 14,8% serta sampel yang mempunyai Pola makan cukup tetapi

status gizi buruk sebesar 6,1% dan untuk sampel dengan pola makan kurang,

mempunyai status gizi baik sebesar 0%, sampel dengan pola makan cukup dan

status gizi kurang sebesar 0% dan sampel yang mempunyai pola makan kurang

dengan status gizi buruk sebesar 17,2%. Bedasarkan lembaran kuesioner yang

dibagikan kepada responden menunjukkan bahwa sampel dengan status giz

kurang dan buruk memiliki pola makan yang cukup dan kurangSetelah

dilakukan wawancara. Hal ini sesuai dengan pendapat (Soekirman, 2000)

bahwa status gizi tidak baik disebabkan asupan energi maupun protein tidak

baik pula selain itu disebabkan karena faktor ekonomi keluarga yang kurang
15

sehingga menyebabkan terbatasnya daya beli terhadap bahan makanan

sehingga mempengaruhi variasi menu yang disajikan. Selain itu penyakit

infeksi turut mempengaruhi asupan makanan dan status gizi dari anak. Pada

usia 6 – 12 tahun ( anak usia sekolah ) banyak hal yang mempengaruhi

kebiasaan makan mereka. Pengalaman – pengalaman baru, kegembiraan di

sekolah, rasa takut kalau terlambat tiba di sekolah, menyebabkan anak – anak

sering menyimpang dari kebiasaan makan pagi. Soekirman (2000) mengatakan

bahwa kebiasaan jajan merupakan salah satu yang menyebabkan konsumsi

makanan baik energi, protein mereka rendah. Karena dalam usia ini anak –

anak ini gemar sekali jajan, terkadang mereka sengaja menolak makan pagi dan

sebagai gantinya mereka jajan. Sama halnya dengan ke 81 sampel yang diteliti

38 % menyatakan gemar jajan dan jajanan yang dipilih sudah tentu makanan

yang mereka senangi saja, misalnya es, gula – gula atau makanan lain yang

kurang nilai gizinya.

4.2.4 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini, beberapa keterbatasan yang dihadapi peneliti

dalam pelaksanaan penelitian antara lain sebagai berikut:

1. Pada saat pengambilan data dengan kuesioner anak lebih sering bertanya

kepada teman sebangkunya untuk mengisi lembar kuesioner yang dibagikan

sehingga hasilnya kuang lebih sama antara jawaban responden yang satu

dengan yang lain tetapi setelah dijelaskan responden mengerti dan mengisi

sendiri.
16

2. Dalam melakukan pengukuran BB & TB, peneliti mengalami sedikit

kesulitan karena beberapa anak menolak untuk dilakukan pengukuran tapi

setelah dijelaskan anak mau untuk dilakukan pengukuran BB/TB.

Anda mungkin juga menyukai