Anda di halaman 1dari 24

ADAT ISTIADAT,

BUDAYA, PANGAN
DAN GIZI
PRODI GIZI SEMESTER V
STIKBA JAMBI
Sistem Budaya (Koentjaraningrat, 1990)
• Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, konsep-
konsep, nilai-nilai, norma, peraturan dan sebagainya. Ide-ide dan gagasan-
gagasan manusia banyak yang hidup bersama dalam suatu masyarakat,
memberi jiwa kepada masyarakat itu.
• Gagasan-gagasan itu tidak berada lepas satu dari yang lain, melainkan selalu
berkaitan, menjadi suatu sistem, yang disebut sistem budaya.
• Fungsi dari sistem budaya adalah menata dan memantapkan tindakan-
tindakan serta tingkah laku manusia.
Sifat Budaya
Berikut ini adalah beberapa hal yang merupakan sifat kebudayaan.
• Terbentuk akibat perilaku kebiasaan (habit) manusia.
• Dinamis Cenderung berkembang dalam setiap zaman.
Nilai Budaya
• Nilai budaya merupakan konsep-konsep mengenai apa yang hidup dalam
alam pikiran sebagian besar dari warga suatu masyarakat mengenai apa yang
mereka anggap bernilai, berharga dan penting dalam hidup, sehingga dapat
berfungsi sebagai suatu pedoman yang memberi arah dan orientasi kepada
kehidupan para warga masyarakat.
Nilai Budaya terbentuk melalui :
1. Kepercayaan masyarakat : suatu kepercayaan melakukan kegiatan fisik dan
mengurangi tidur, makan dan minum atau berpantang melakukan sesuatu.
Jenis pangan atau makanan tertentu dalam upacara keagamaan.
2. Pengetahuan keluarga terutama ibu
Nilai budaya dapat dipengaruhi oleh:
(1) Media informasi,
(2) Adanya perpindahan penduduk, baik yang bersifat sementara maupun
menetap dari luar daerah, terutama dari kota/desa yang lebih besar (migrasi),
(3) Adanya penduduk yang bekerja keluar desa dan
(4) Adanya kemudahan transportasi,
(5) Serta adanya peran institusi kesehatan setempat
Contoh perubahan nilai yang mempengaruhi
pola asuh gizi :
• Cara menilai balita -> berpengaruh terhadap penyediaan fasilitas atau
kepedulian terhadap balitanya, khususnya yang berkaitan dengan pola asuh
gizi balita, yaitu pada penyediaan makanan dan pelayanan
kesehatan/pengobatan pada balita.
• Pemanfaatan pekarangan untuk beternak dianggap mempunyai nilai yang
lebih tinggi dibandingkan dengan menanam sayuran di pekarangan rumah.
Keadaan ini mangakibatkan lingkungan rumah yang kurang sehat.
• Ibu bekerja -> perawatan balita diserahkan kepada keluarga (nenek atau
saudara), atau membayar orang lain untuk dapat mengganti merawat
balitanya.
Fungsi Sosial Makanan

• Simbol religi : hewan kurban,


akikah, khitanan
• Komunikasi : memberi/ tukar
menukar makanan sebagai bentuk
ucapan terima kasih, persaudaraan
Faktor budaya berperan dalam status gizi
• Budaya memberi peranan dan nilai yang berbeda terhadap pangan dan
makanan. Misalnya tabu makanan yang masih dijumpai di beberapa daerah.
• Tabu makanan yang merupakan bagian dari budaya menganggap makanan
makanan tertentu berbahaya karena alasan-alasan yang tidak logis.
• Hal ini mengindikasikan masih rendahnya pemahaman gizi masyarakat
• Pantangan atau tabu adalah suatu larangan untuk mengonsumsi suatu jenis
makanan tertentu karena terdapat ancaman bahaya atau hukuman terhadap
yang melanggarnya. Dalam ancaman bahaya ini terdapat kesan magis yaitu
adanya kekuatan supernatural yang berbau mistik yang akan menghukum
orang-orang yang melanggar pantangan atau tabu tersebut.
Contoh Tabu Makanan
• Balita tidak boleh makan ikan karna bisa cacingan
• Balita tidak boleh mengonsumsi ketan karena bisa menyebabkan anak
menjadi cadel. Mereka menganggap bahwa tekstur ketan yang lengket
menyebabkan anak tidak bisa menyebutkan aksara ‘r’ dengan benar.
• Anak tidak boleh makan lebih dulu dari orang tua
Kebiasaan makan
• Selain itu unsur-unsur budaya mampu menciptakan suatu kebiasaan makan
penduduk yang kadang bertentangan dengan prinsip-prinsip ilmu gizi.
• Kebiasaan makan adalah tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam
memenuhi kebutuhannya akan makan yang meliputi sikap, kepercayaan dan
pemilihan makanan (Khumaidi, 1989).
• Suhardjo (1989) menyatakan bahwa kebiasaan makan individu atau kelompok
individu adalah memilih pangan dan mengonsumsinya sebagai reaksi
terhadap pengaruh fisiologis, psikologis, sosial dan budaya.
• Lingkungan sosial memberikan gambaran jelas tentang perbedaan
pola makan. Setiap masyarakat atau suku mempunyai kebiasaan
makan berbeda sesuai kebiasaan yang dianut. Masyarakat
mengkonsumsi bahan makanan tertentu yang mempunyai
nilai sosial sesuai dengan tingkat status sosial yang terdapat
pada masyarakat tersebut (Suhardjo, 1989).
• Tiga faktor terpenting yang mempengaruhi kebiasaan makan adalah ketersediaan pangan,
pola sosial budaya dan faktor-faktor pribadi (Harper et al., 1986).
• Hal yang perlu diperhatikan dalam mempelajari kebiasaan makan adalah konsumsi pangan
(kuantitas dan kualitas), kesukaan terhadap makanan tertentu, kepercayaan, pantangan, atau
sikap terhadap makanan tertentu (Wahyuni, 1988).
• Khumaidi (1989) menyatakan bahwa dari segi gizi, kebiasaan makan ada yang baik atau dapat
menunjang terpenuhinya kecukupan gizi dan ada yang buruk (dapat menghambat
terpenuhinya kecukupan gizi), seperti adanya pantangan atau tabu yang berlawanan dengan
konsep-konsep gizi.
• Menurut Williams (1993), masalah yang menyebabkan malnutrisi adalah tidak cukupnya
pengetahuan gizi dan kurangnya pengertian tentang kebiasaan makan yang baik. Kebiasaan
makan dalam rumahtangga penting untuk diperhatikan, karena kebiasaan makan
mempengaruhi pemilihan dan penggunaan pangan dan selanjutnya mempengaruhi tinggi
rendahnya mutu makanan rumahtangga.
Faktor Budaya- Konsumsi pangan - Gizi
• Baik buruknya pola makanan yang diturunkan secara
turun-temurun dalam budaya mempengaruhi perilaku
masyarakat memilih pangan dalam memenuhi
kebutuhan gizi.
• Faktor budaya juga berupa penyesuaian seseorang
terhadap budaya baru/ asing -> diversifikasi pangan
dan modernisasi pangan
What Is Credible Nutrition Research?

• Diet trends change frequently


• Scientific knowledge about nutrition is
more consistent
• Based on a consensus of research
information
Budaya asing terhadap gizi dan pangan
• Jajanan tinggi kalori menjadi trend = obesitas remaja meninggkat
Lunturnya budaya local, dan pemanfaatan pangan local; sebab makanan
asing biasanya menggunakan bahan baku yang juga berasal dari luar,
sehingga meningkat angka import bahan baku untuk mengadakan
makanan-makanan tersebut.
Pangan local - tidak eksis - mulai tidak termanfaatkan – tidak
dibudidayakan- lama kelamaan hilang.
Diskusi Kelompok
Questions research :
1. What are the prevalence, severity, and consequences of childhood obesity across
race/ethnicity in the United States?
2. How might socioeconomic factors influence racial/ethnic differences in childhood
obesity?
3. What are the biological and cultural factors associated with racial/ethnic differences in
childhood obesity?
4. What are the implications of race/ ethnicity on the prevention of childhood obesity?
5. What are the implications of race/ ethnicity on the treatment of childhood obesity?

Anda mungkin juga menyukai