TAHUN 2019
Pembimbing:
Disusun Oleh :
JAMBI
2019
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Studi Kasus Manajemen Asuhan Gizi Klinik Tentang “Proses Asuhan Gizi
Terstandar Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Dan Hipertensi Di Ruang Cempaka
RSUD H. Hanafie Muara Bungo Pada Tahun 2019” Ini Telah Mendapatkan Persetujuan
Untuk Dilakukan Seminar Dihadapan Tim Penguji.
Clinical Intructor
Nip. 198606292011012019
Diketahui Oleh
Nip. 198407162009042004
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia,hidayah, serta
inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapangan
Manajemen Asuhan Gizi Klinik (MAGK). Dalam proses pengambilan data dan penyusunan
laporan ini, penulis banyak menemui kendala dan hambatan, namun berkat bimbingan,
arahan, dan bantuan berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan laporan studi kasus dengan
judul “Proses Asuhan Gizi Terstandar Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Dan
Hipertensi Di Ruang Cempaka RSUD H. Hanafie Muara Bungo Pada Tahun 2019”.
Perkenankanlah dengan setulus hati penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Fillius Chandra SEMM, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Baiturrahim Jambi
2. Direktur RSUD H. Hanafie Muara Bungo
3. Ibu Neni Dwi Wulandari, S.Gz selaku Kepala Instalasi Gizi RSUD H. Hanafie Muara
Bungo
4. Ibu Aldomil Yetri S.Gz selaku Kepala Ruangan Instalasi Gizi RSUD H. Hanafie
Muara Bungo
5. Ibu Junia Syafrida S.Gz selaku pembimbing studi kasus Manajemen Asuhan Gizi
Klinik di RSUD H. Hanafie Bungo
6. Ibu Merita S.Gz M.Si selaku Kepala Program Studi Ilmu Gizi Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Baiturrahim
7. Ibu Kasyani S.Gz M.Si selaku Koordinator Studi Kasus Manajemen Asuhan Gizi
Klinik
8. Ibu Dini Junita S.Gz M.Si selaku Pembimbing Lapangan Studi Kasus Manajemen
Asuhan Gizi Klinik
9. Bapak dan Ibu kita yang senantiasa memberikan doa dan dukungan demi kelancaran
penyusunan laporan ini
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Praktik Lapangan
Kerja Lapangan Manajemen asuhan klinik
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
BAB I PENDAHULUAN
iii
5. Bahan makanan yang boleh diberikan dan tidak boleh diberikan
6. Menu sehari
7. Rencana Edukasi
E. Monitoring
F. Evaluasi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Evaluasi Data Assesment
B. Evaluasi Diagnosis Gizi
C. Evaluasi Intervensi
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 2 : Hasil Recall Hari ke-1 Asupan Makan Pasien Tanggal 26 Oktober 2019
Lampiran 4 : Hasil Recall Hari ke-2 Asupan Makan Pasien Tanggal 27 Oktober 2019
Lampiran 6 : Hasil Recall Hari ke-3 Asupan Makan Pasien Tanggal 28 Oktober 2019
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes adalah penyakit kronis serius yang terjadi karena pankreas tidak
menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur glukosa) atau ketika tubuh tidak
dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkannya. Diabetes adalah masalah
kesehatan masyarat yang penting, menjadi salah satu dari empat penyakit tidak menular
prioritas yang menjadi target tindak lanjut oleh para pemimpin dunia. Jumlah kasus dan
prevalensi diabetes terus meningkat selama beberapa decade terakhir (WHO Global
Report, 2016). Menurut konsensus Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)
2011 seseorang didiagnosa menderita Diabetes Melitus jika memiliki kadar gula darah
puasa >126 mg/dl dan kadar gula darah sewaktu >200 mg/dl.
Berdasarkan data dari Riskesdas tahun 2018 menurut diagnosis dokter prevalensi
Diabetes Melitus penduduk usia ≥15 tahun di Indonesia sebesar 2%. Prevalensi
terendah terdapat di Provinsi NTT, yaitu sebesar 0,9%, sedangkan prevalensi tertinggi
di DKI Jakarta sebesar 3,4%. Di Indonesia, prevalensi Diabetes Melitus cenderung
lebih tinggi terjadi pada perempuan (1,8%) daripada laki laki (1,2%), dan lebih tinggi
terjadi pada masyarakat perkotaan (1,9%) daripada masyarakat pedesaan (1,0%).
International Diabetes Ferderation (IDF) tahun 2012 menyebutkan bahwa faktor risiko
untuk Diabetes Melitius tipe 2 adalah kegemukan, diet dan aktifitas fisik, meningkatnya
usia, resistensi insulin, riwayat keluarga diabetes dan etnis.
Hipertensi merupakan keadaan tekanan darah meningkat melebihi batas normal.
Hipertensi menjadi salah satu faktor risiko penyebab penyakit Kardiovaskuler seperti
gagal jantung dan jantung koroner. Menurut WHO, hipertensi sebagai keadaan tekanan
darah sistolik ≥140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg. Data dari
Riskesdas tahun 2018 menyebutkan bahwa 34,1% penduduk Indonesia menderita
Hipertensi. Prevalensi hipertensi cenderung meningkat dengan bertambahnya umur.
Pengendalian hipertensi dapat diilakukan dengan cara meningkatkan aktivitas fisik,
mengkonsumsi makanan tinggi serat dan rendah garam serta menghindari merokok.
Pasien dengan penyakit Diabetes Melitus dengan hipertensi sangat memerlukan
dukungan dari berbagai hal, salah satunya dukungan gizi. Gizi diperlukan untuk
mencapai atau mempertahankan status gizi ideal serta memenuhi kebutuhan nutrisi
1
untuk proses penyembuhan. Oleh karena itu perlu adanya penatalaksanaan diet dengan
NCP (Nutrition Care Process) atau proses asuhan gizi.
Kasus yang diambil untuk studi kasus adalah penatalaksanaan diet pada pasien
Diabetes Melitus dengan Hipertensi. Penatalaksaan diid dengan menggunakan NCP
yang dimulai dari assessment, diagnosis gizi, intervensi gizi, monitoring dan evaluasi.
Penatalaksanaan diet ini diharapkan dapat membantu proses penyembuhan penyakit
pada pasien.
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) pada
pasien Diabetes Melitus dengan hipertensi.
2. Tujuan Khusus
a. Melaksanakan asessment gizi pada pasien Diabetes Melitus dengan hipertensi.
b. Mahasiswa mampu menentukan diagnosis gizi pada pasien diabetes melitus
dengan hipertensi.
c. Mahasiswa mampu melaksanakan intervensi dan implementasi gizi pada pasien
diabetes melitus dengan hipertensi.
d. Mahasiswa mampu melakukan monitoring dan evaluasi pada pasien diabetes
melitus dengan hipertensi.
e. Mahasiswa mampu merencanakan dan menyusun menu sesuai dengan
kebutuhan gizi pasien dan standar menu rumah sakit diabetes mellitus dengan
Hipertensi.
1.3 Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Sebagai bahan pembelajaran untuk memahami penatalaksanaan asuhan gizi bagi
pasien rawat inap di RS H. Hanafie Muara Bungo.
2. Bagi RS H. Hanafie Muara Bungo
Sebagai bahan masukan bagi pihak rumah sakit dalam penyelenggaraan makan
pasien rawat inap.
3. Bagi pasien
Menambah pengetahuan pasien tentang penyakit diabetes melitus dengan hipertensi.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
4. Penyusutan Berat Badan
Penyusutan berat badan pada pasien Diabtes Melitus disebabkan karena
tubuh terpaksa mengambil dan membakar lemak sebagai cadangan energi
(Subekti, 2009).
2.1.3 Klasifikasi
Klasifikasi Diabetes Melitus menurut Smeltzer et al, (2013) ada 3 yaitu :
a. Tipe 1 (Diabetes Melitus Tergantung Insulin)
Sekitar 5%-10% pasien mengalami Diabetes Tipe 1. Diabetes melitus Tipe 1
ditandai dengan destruksi sel-sel beta pancreas akibat faktor genetik,
imunologis, dan juga lingkungan. Diabetes melitus Tipe 1 memerlukan
injeksi insulin untuk mengontrol kadar glukosa darah.
b. Tipe 2 (Diabetes Melitus Tak-tergantung Insulin)
Sekitar 90%-95% pasien mengalami Diabetes tipe 2. Diabetes tipe 2
disebabkan karena adanya penurunan sensitivitas terhadap insulin
(Resistensi Insulin) atau akibat penurunan jumlah insulin yang diproduksi.
c. Diabetes Melitus Gestasional
Diabetes Gestasional ditandai dengan intoleransi glukosa yang muncul
selama kehamilan, biasanya trimester kedua atau ketiga. Risiko Diabetes
Gestasional disebabkan oleh obesitas, riwayat diabetes gestasional,
glikosuria, atau riwayat keluarga yang pernah mengalami diabetes.
2.1.4 Patofisiologi
a. Patofisiologis Diabetes Tipe 1
Pada Diabetes Melitus tipe 1, sistem imunitas menyerang dan
menghancurkan sel yang memproduksi insulin beta pancreas (ADA, 2014).
Kondisi tersebut merupakan penyakit autoimun yang ditandai dengan
ditemukannya antiinsulin dan antibodi sel anti-islet dalam darah (WHO,
2014). National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases
(NIDDK) tahun 2014 menyatakan bahwa autoimun menyebabkan infiltrasi
limpositik dan kehancuran islet pancreas. Kehancuran memakan waktu
tetapi timbulnya penyakit ini cepat dan dapat terjadi selama beberapa hari
sampai minggu. Akhirnya, insulin yang dibutuhkan tubuh tidak dapat
terpenuhi karena adanya kekurangan sel beta pancreas yang berfungsi
4
memproduksi insulin. Oleh Karena itu, diabetes tipe 1 membutuhkan terapi
insulin, dan tidak akan merespon insulin yang mengguankan obat oral.
b. Patofisiologis Diabetes Tipe 2
Kondisi ini disebabkan oleh kekurangan insulin namun tidak mutlak. Ini
berari bahwa tubuh tidak mampu memproduksi insulin yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan yang ditandai dengan kurangnya sel beta atau
defisiensi resistensi insulin perifer (ADA, 2014). Resistensi insulin perifer
berarti terjadi kerusakan pada reseptor-reseptor insulin sehingga
menyebabkan insulin menjadi kurang efektif mengantar pesan-pesan
biokimia menuju sel-sel (CDA,2013). Dalam kebanyakan kasus diabetes tipe
2 ini, ketika obat oral gagal untuk merangsang pelepasan insulin yang
memadai, maka pemberian obat melalui suntikan dapat menjadi alternatif.
c. Patofisiologis diabetes Gestational
Diabetes Gestational terjadi ketika ada hormon antagonis insulin yang
berlebihan saat kehamilan. Hal ini menyababkan keadaan resistensi insulin
dan glukosa tinggi pada ibu yang terkait dengan kemungkinan adanya
reseptor insulin yang rusak (NIDDK, 2014 ada ADA, 2014).
2.1.5 Etiologi
Diabetes Melitus menurut Kowalak, (2011); Wilkins, (2011); dan Andra, (2013)
mempunyai beberapa penyebab, yaitu:
a. Hereditas
Peningkatan kerentanan sel-sel beta pankreas dan perkembangan antibodi
autoimun terhadap penghancuran sel-sel beta.
b. Lingkungan (makanan, infeksi, toksin, stress)
Kekurangan protein kronik dapat mengakibatkan hipofungsi pankreas.
Infeksi virus coxsakie pada seseorang yang peka secara genetic. Stress
fisiologis dan emosional meningkatkan kadar hormon stress (kortisol,
efinefrin, glukagon, dan hormon pertumbuhan), sehingga meningkatkan
kadar glukosa darah.
c. Perubahan gaya hidup
Pada orang secara genetik rentan terkena Diabetes Melitus karena perubahan
gaya hidup, menjadikan seseorang kurang aktif sehingga menimbulkan
kegemukan dan berisiko tinggi terkena diabetes mellitus.
5
d. Kehamilan
Kenaikan kadar estrogen dan hormon plasental yang berkaitan dengan
kehamilan, yang mengantagoniskan insulin.
e. Usia
Usia diatas 65 ke atas cenderung menderita Diabetes Melitus
f. Obesitas
Obesitas dapat menurunkan jumlah reseptor insulin di dalam tubuh. Insulin
yang tersedia tidak efektif dalam meningkatkan efek metabolik.
g. Antagonisasi efek insulin yang disebabkan oleh beberapa medikasi, antara
lain diuretic thiazide, kortikostreoid adrenal dan kontraseptis hormonal.
6
f. Pasien Diabetes Melitus dengan tekanan darah tinggi harus mengurangi
asupan natrium.
g. Cukup vitamin dan mineral (Almatsier, 2010).
2.2 Hipertensi
2.2.1 Definisi
Hipertensi adalah kelainan sistem sirkulasi darah yang mengakibatkn tekanan
darah di atas nilai normal atau tekanan darah ≥ 140/90 mmHg (Kemenkes RI,
2014). Hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang
abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya risiko terhadap
stroke, aneurisma, gagal jantung dan kerusakan ( Aisyiyah Nur Farida, 2012).
2.2.2 Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu:
1. Hipertensi esensial
Hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), walaupun
dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang bergerak
(inaktivitas) dan pola makan. Terjadi sekitar 90% penderita hipertensi
(Kemenkes RI, 2014).
2. Hipertensi Sekunder
Prevalensi hipertensi sekunder sekitar 5-8% dari seluruh penderita
hipertensi. Penyebab hipertensi sekunder yaitu ginjal (hipertensi renal),
penyakit endokrin dan obat.
2.2.3 Patofisiologi
Dimulai dengan arterosklerosis, gangguan struktur anatomi pembuluh darah
perifer yang berlanjut dengan kekakuan pembuluh darah. Kekakuan pembuluh
darah disertai dengan penyempitan dan kemungkinan pembesaran plaque yang
menghambat gangguan peredaran darah perifer. Kekakuan dan kelambanan
aliran darah menyebabkan beban jantung bertambah berat yang akhirnya
dikompensasi dengan peningkatan upaya pemompaan jantung yang memberikan
gambaran peningkatan darah dalam system sirkulasi (Bustan, 2007).
7
2.2.4 Manajemen Terapi Gizi
Tujuan dari manajemen terapi gizi Hipertensi atau Diet Garam Rendah adalah
membantu menghilangkan retensi garam atau air dalam jaringan tubuh dan
menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.
Adapun syarat-syarat diet Garam Rendah adalah sebagai berikut :
a. Cukup Energi, Protein, Mineral dan Vitamin
b. Bentuk makanan sesuai keadaan penyakit.
c. Jumlah natrium dibatasi yaitu 600 -800 mg/hari (almatsier, 2010).
8
BAB III
3.2 Assessment
3.2.1 Riwayat Terkait Gizi dan Makanan
a. Riwayat Konsumsi Makanan Sebelum Masuk Rumah Sakit
Tn.S biasa makan 2-3 kali/hari dengan porsi besar, lauk 1 potong sedang/hari
seperti ikan telur, daging, tahu, dan tempe. Tn.S tidak menyukai ayam broiler
dan ikan tongkol, tetapi Tn.S tidak memiliki alergi makanan. Teknik pemasakan
dengan cara digoreng dan semenjak sakit ±2 bulan ini sering direbus. Sayuran
rutin tiap kali makan ± 4 sdm/hari. Jarang mengonsumsi buah, hanya 1-2
kali/minggu. Suka mengkonsumsi makanan yang asin (ikan asin 2-3
kali/minggu), suka mengkonsumsi minuman manis (minuman kemasan 4
kali/minggu), sering mengkonsumsi makanan bersantan dan Semenjak sakit ± 2
bulan terakir pasien rutin mengkonsumsi susu diabetasol tiap pagi dan malam.
9
Tabel 1. Hasil Recall Makanan Pasien 1 x 24 Jam Terakhir
Zat Gizi
3.2.2 Antropometri
BB : 71 kg
TB : 168 cm
BBI : TB(m)2 x 22,5
= (1.68)2 x 22,5
= 2,8224 x 22,5
= 63,5 kg
IMT =
= 25.2 kg (overweight)
10
3.2.3 Data Biokimia
Hasil pemeriksaan laboratorium Tn.S
Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Biokimia
11
b. Pemeriksaan Fisik
1. Badan terasa lemas dan pucat
2. Mual muntah
3. Kembung pada perut
4. Nafsu makan menurun
5. Bengkak dari perut, kaki kiri dan juga kaki kanan
12
3.4 Intervensi Gizi
3.4.1 Tujuan Diet
1. Menurunkan kadar glukosa darah supaya mendekati normal.
2. Memberikan cukup energi untuk mencapai berat badan normal.
3. Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang
optimal.
4. Membantu menghilangkan retensi cairan dalam jaringan tubuh.
5. Menurunkan tekanan darah.
= (1,68)2 x 22,5
= 2,8224 x 22,5
= 63,5 kg
= 63,5 x 30
= 1905 kkal
13
TEE = EB + FA + FS – KU
= 2096 kkal
= 15% x 2096
= 78,6 gr
= 20% x 2096
= 46,6 gr
Karbohidrat = TEE – (P + L)
= 2096 -733,6
= 340,6 gr
14
3.4.4 preskripsi diet
Implementasi Diet
a. Jenis Diet : DM 2100 kkal dan RG 2
b. Bentuk Makanan : NB (Nasi Biasa)
c. Cara pemberian : Oral
d. Frekuensi Makan : 3 x Makanan Utama dan 2 x Makanan selingan
15
3.4.5 Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan
Tabel 5. Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan
Bahan Makanan Dianjurkan Tidak Dianjurkan
Sumber Beras, ubui, singkong, Sumber karbohidrat tinggi
Karbohidrat kentang, roti tawar, natrium, seperti: cake, biscuit,
tepung terigu, sagu, dan dan kreakers.
tepung singkong.
Sumber protein Daging sapi, ayam, Daging dan ikan yang
hewani ikan, telur, susu, dan diawetkan, seperti ikan asin,
hasil olahannya. dendeng, sarden, dan corned
beef.
Sumber protein - Semua jenis kacang-kacangan
nabati dan hasilnya yang merupakan
sumber protein bernilai
biologic rendah.
16
3.4.6 Perencanaan Menu
Tabel 6. Perencanaan Menu Selama 3 hari pengamatan
Menu 1 Menu 2 Menu 3
Sarapan Pagi
Nasi Nasi Nasi
Soto padang (daging Kari ikan (ikan + Sop daging (daging sapi
sapi + touge) kentang) + wortel + buncis)
Selingan
Buah semangka Buah papaya Agar-agar
Makan Siang
Nasi Nasi Nasi
Pangek ikan Ikan bb sarden Ikan bb kuning
Kering tempe Tahu goreng Tempe bb tomat
Bening bayam Sayur lodeh (labu siam, Bobor bayam + jagung
+jagung manis jagung manis, kacang manis
Buah papaya panjang) Buah pisang
Selingan sore
Buah papaya Buah papaya Buah papaya
Makan Malam
Nasi Nasi Nasi
Ayam bumbu kuning Telor balado Ikan presto
Gulai labu Tumis labu siam+ wortel Gulai putih toge +
Buah jeruk Buah pisang wortel
Buah semangka
17
3.5 Rencana Monitoring dan Evaluasi
Rencana monitoring dan evaluasi untuk pasien terdapat pada tabel berikut :
Tabel 7. Rencana Monitoring dan Evaluasi
Parameter Target Pelaksanaan
Asupan makan 80 – 100% Setiap hari (3 hari
pengamatan)
Antropometri Mencapai berat badan Akhir pengamatan
normal
Biokimia GDS Setiap hari
Fisik Klinis Tekanan darah normal, Setiap hari
lemah, mual muntah,
kembung dan sesak
berkurang, nafsu makan
membaik, oedema
berkurang
Sikap dan Prilaku Mengubah prilaku pasien Setiap hari
untuk menghabiskan diet
RS yang diberikan (Sisa
makanan ≤20%) dan
mematuhi anjuran makan
penyakit DM
18
BAB IV
Berdasarkan hasil pemeriksaan klinis yang dimulai dari tanggal 26 oktober 2019
menunjukkan bahwa tekanan darah pasien tinggi (150/90 mmhg), nadi cepat
/Takikardia (122x/menit), respirasi cepat/Takipnea (25x/menit) dan suhu normal.
Kemudian untuk hasil pemeriksaan tanggal 27-28 oktober 2019, menunjukkan bahwa
tekanan darah pasien normal. Penurunan tekanan darah pada pasien ini dapat
disebabkan karena diet RG2 yang diberikan oleh RS. Tetapi nadi dan respirasi masih
cepat sedangkan untuk suhu normal.
19
Tabel 9. Monitoring Data Fisik selama 3 Hari Pengamatan
Pada awal pengamatan pasien mengeluhkan mual diikuti muntah, badan terasa
lemas, nafas sesak, perut kembung, dan kaki membengkak (oedema) serta nafsu makan
menurun. Pada pengamatan hari ke-2 masalah masih terjadi, namun nafsu makan mulai
meningkat. Pada akhir pengamatan masalah sudah mulai berkurang seperti sesak nafas
dan perut kembung berkurang, oedema pada kaki mulai mengecil, serta nafsu makan
yang membaik.
20
4.2 Monitoring Data Antropometri
Tabel 10. Hasil Pengukuran TB dan BB
BBI = (TB – 100) – 10%
= (168 – 100) – 10%
= 68 – 10%
= 61,8 kg
TB = 168 cm
Rumus estimasi BB berdasarkan LILA
LILA = 30,5 cm
BB = x (TB – 100)
= x (168 – 100)
= 1,05 x 68
= 71 kg
Hasil pengukuran pada saat awal pengambilan kasus dan akhir monitoring
adalah sama. Pasien tidak ditimbang karena kondisi pasien yang tidak memungkinkan,
sehingga pengukuran berat badan dilakukan menggunakan LILA (Lingkar Lengan
Atas). Status gizi pasien berdasarkan persen LILA adalah gizi baik, yaitu 98%. Menurut
NHANES I (1971 – 1974) dan NHANES II (1974 – 1976) dalam Anggraeni (2012),
kategori berdasarkan % LILA yaitu :
a. Gizi baik : >85%
b. Gizi kurang : 70,1 -84,9%
c. Gizi buruk : <70%
21
4.3 Monitoring Data Loboratorium Biokimia
pengamatan perkembangan data biokimia pasien berdasarkan hasil pemeriksaan
laboratorium. Perkembangan data pasien dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 11. Monitoring Data Fisik selama 3 Hari Pengamatan
Jenis Pemeriksaan Hasil pemeriksaan Nilai Rujukan
26/10/2019 27/10/2019 28/10/2019
GDS 426 mg/dl 145 mg/dl <200 mg/dl
282 mg/dl
HB 14,8 gr/dl - 13-18 gr/dl
-
Leukosit 9.200 - 5000-10.000
-
sel/mm
Hematokrit 46% - 40-48%
-
Trombosit 207.000 - 150.000-
-
sel/mm 400.000Sel/m
m
SGOT 61 U/L - <38 U/L
-
SGPT 154 U/L - <41 U/L
-
Ureum 49 mg/dl - 10-50 mg/dl
-
Kreatinin 1,5 mg/dl - 0,6 – 1,1
-
22
4.4 Monitoring Intake Zat Gizi Pasien
Pemberian makanan pasien tetap diberikan makanan biasa pada saat intervensi.
Frekuensi makan diberikan 3x makanan utama dan 2x makanan selingan. Makanan
untuk intervensi disesuaikan dengan siklus menu dan standar porsi yang ada unit
Instalasi Gizi RSUD H. Hanafie Muara Bungo. Pengamatan perkembangan diet pasien
dari awal intervensi sampai akhir intervensi dapat dilihat dari tabel dibawah ini :
23
Tabel 13. Data Asupan Makan Tanggal 26 0ktober 2019
Energi (kkal) Protein (gr) Lemak (gr) Karbohidrat
(gr)
220 6,6 3,5 40,5
Asupan
1905 69,75 41 320,5
Standar RS
10,5% 9,5% 8,5% 12,6%
% Asupan
DB DB DB DB
Keterangan
24
(Sumber: Data Primer Terolah, 2019)
Keterangan :
N : Normal (90-120%)
Monitoring asupan dilakukan untuk melihat daya terima pasien selama menjalani
perawatan di rumah sakit yang dilakukan selama 3 hari, yaitu pada tanggal 26 Oktober
2019 sampai 28 Oktober 2019. Monitoring asupan makanan dilakukan dengan cara
food weighing, artinya melakukan monitoring asupan melalui penimbangan sisa
makanan.
Asupan zat gizi pasien selama 3 hari pengamatan hanya didapatkan dari makanan
yang diberikan oleh rumah sakit dan tambahan susu komersial (Diabetasol) yang dibeli
sendiri. Berdasarkan data yang diperoleh selama pengamatan dapat disimpulkan bahwa
rata-rata asupan energi, protein, lemak, karbohidrat mengalami defisit berat. Asupan
makanan yang rendah dikarenakan pasien mengalami mual dan muntah disertai dengan
menurunnya nafsu makan
25
Hari ke-1 : Pada saat monitoring pertama tanggal 26 Oktober 2019 pasien mengeluh
sesak nafas, perut terasa kembung, lemas dan pucat, mual muntah, bengkak pada kedua
kaki serta nafsu makan menurun.
Hari ke-2 : monitoring hari ke-2 pasien masih mengeluhkan sesak, disertai mual,
bengkak pada kedua kaki, namun nafsu makan sudah mulai membaik.
Hari ke-3 : monitoring hari ke-3 kondisi pasien mulai membaik seperti sesak nafas,
perut kembung, dan bengkak pada kedua kaki mulai berkurang, serta nafsu makan yang
membaik.
26
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari laporan studi kasus ini adalah :
1. Pasien didiagnosa DM tipe 2 dengan Hipertensi, diagnosa ditegakkan berdasarkan
hasil laboratorium yang menunjukkan tingginya kadar gula darah sewaktu, dan
tingginya tekanan darah.
2. Terapi diet yang diberikan yaitu diet DM 2100 kkal dan RG 2
3. Diagnosa gizi yang ditetapkan adalah asupan makanan dan minuman oral
inadekuat (NI - 2.1), perubahan nilai laboratorium terkait zat gizi khusus (NC -
2.2), berat badan lebih (NC – 3.3 ), dan belum siap melakukan perubahan (NB –
1.3).
4. Pengukuran antropometri selama 3 hari tidak mengalami perubahan, karena
pengukuran status gizi tidak dapat berubah dalam waktu yang cepat.
5. Pemeriksaan biokimia mengalami perubahan, terlihat dari hasil laboratorium
menunjukkan bahwa GDS pada awal pengamatan sampai akhir pengamatan
mengalami penurunan.
6. Pemeriksaan fisik klinis, kondisi pasien mulai membaik dilihat dari sesak nafas
berkurang, perut kembung dan oedema mulai membaik. Tekanan darah sudah
kembali normal.
7. Asupan makanan pasien selama pengamatan masih defisit.
5.2 Saran
1. Pasien sebaiknya mematuhi diet dan meningkatkan asupan makannya
2. Pasien sebaiknya mematuhi anjuran makanan yang diperbolehkan,
makanan yang dibatasi dan makanan yang tidak diperbolehkan.
3. Pasien sebaiknya tidak mengkonsumsi alkohol.
27
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier S., 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Aisyiyah Nur Farida. 2012. Faktor Risiko Hipertensi pada empat Kabupaten/Kota
dengan Prevalensi Hipertensi Tertinggi
Andra, S. N. (2013). KMB 2: Keperawatan medikal bedah, keperawatan dewasa teori
dan contoh askep. Yogyakarta: Nuha Medika.
Canadian Diabetes Association. (2013). Definition, Classification and diagnosis of
Diabetes, Prediabetes and metabolic syndrome, Canadian Journal of
Diabetes, Vol 37: S8-S11
Henderina. (2010). DM Pada Lansia, Kasus Besar Interna. Diakses 3 November 2011.
http//www.scribd.com/doc/72458847/dm-pada-lansia.
IDF (International Diabetes Federation).. (2012). Global guideline for type 2 diabetes.
Brussels, Belgium:
TheAuthor.Retrievedfromhttp://www.idf.org/sites/default/files/IDF-Guideline-
forType-2- Diabetes.pdf
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI). (2014). Pusat Data dan
Informasi. Jakarta selatan.
Kowalak, J.P. (2011). Buku ajar patofisiologi / editor, Jennifer P. Kowalak, William
Welsh, Brenna Mayer ; alih bahasa, Andry Hartono ; editor edisi bahasa
Indonesia, Renata Komalasari, Anastasi Onny Tampubolon, Monica
ester.Jakarta; EGS
National Institute for Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (NIDDK). (2014).
Cause of diabetes. NIH Publication.
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI). (2011). Konsensus pengendalian
Dan pencegahan diabetes mellitus Tipe2 di Indonesia. Jakarta: PB Perkeni.
Subekti, I. (2009). Neuropati Diabetik. In A. W. Sudoyo, B. Setiyohadi, I. Alwi, M. S.
K & S. Setiati. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta: Penerbit FK UI.
Smeltzer, S.C,.& Bare, B.G.2013. Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah. (Vol2).
Jakarta: EGC.
World Health Organization. (2014). Prevention of Blindness from Diabetes Mellitus:
Report of a WHO consultation in Geneva, Switzerlan 9-11 November 2005.
28
Jenewa: WHO.
Wilkins, L.W. (2011). Nursing : Memahami berbagai macam penyakit, penerjemah:
Paramita. Jakarta: PT Indeks.
29
Lampiran 1
Kering Tempe 50 80 6 3 8
tempe
Bening
bayam + Bayam 50 25 1,5 - 5
jagung Jagung 50 25 1,5 - 5
manis manis
Minyak Minyak 50 45 - 5 -
30
Lampiran 2
Hasil Recall Hari ke-1 Asupan Makan Pasien Tanggal 26 Oktober 2019
31
Lampiran 3
Minyak Minyak 5 45 - 5 -
Buah Jeruk 100 40 - - 10
Total 1859 64 39,5 303,9
32
Lampiran 4
33
Lampiran 5
Tempe bb Tempe 50 80 6 3 8
tomat
Bobor Bayam 50 25 1,5 - 5
bayam + Jagung mns 50 25 1,5 - 5
jagung mns Santan 5 45 - 5 -
Minyak Minyak 50 45 - 5 -
34
Lampiran 6
35
Lampiran 7
Habis
36
kan Siang Makan Siang Makan siang
Habis Habis
37
Lampiran 8
38
Lampiran 9
39