TRANSCULTURAL BUDAYA
DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 6
1. YASNI NURIA RAIKHATUL JANAH
2. ZULFA ALKHOIRIAH
3. WARSINI
4. NIMAS DWI SAFITRI
5. SYAFIQ LIANO MARTIN
6. GITA ANGGELINA PUTRI
7. NURMALA
8. SUGIRI
Dalam pembahasan ini kami akan membahas masalah kebudayaan atau adat istiadat yang
banyak dilakukan oleh masyarakat, khususnya warga Tegal. Dalam pembahasan ini kami
mengambil salah satu contoh dari sekian banyak contoh yang telah di jelaskan diatas yaitu
“Kebiasaaan Pemakaian Gurita Yang Terus Menerus Pada Bayi Baru Lahir”.
Khususnya pada masyarakat Tegal, untuk bayi baru lahir sang Ibu di tuntut secara tersirat
harus memakaikan bayinya pakaian khusus atau yang biasa dikenal dengan gurita, dengan tujuan
menurut masyarakat adalah untuk memcegah perut atau dada bayi membesar atau terjadi
kelainan bentuk perut atau dada, jika hal ini tidak dikerjakan oleh sang Ibu maka secara sosial
dia akan mendapatkan sebuah stigma atau penialaian negatif dari keluarga dekat atau masyarakat
sekitar, kemungkinan terburuk jika bayi terjadi masalah pada bentuk perut atau bentuk dada
maka sang Ibu akan di jadikan kambing hitam atau penyebab masalah pada bayi tersebut. Untuk
menghindari “hukuman” dari masyarakat tersebut terkadang ibu bayi terlalu berlebihan dalam
hal pemakaian gurita khusunya dalam mengikat tali gurita. Pada beberapa kasus yang ditemukan
beberapa ibu bayi memakaikan gurita terlalu kencang, sampai membekas pada kulit bayi atau
dalam kasus lain, bayi kembung tetapi tidak diketahui oleh ibu bayi karena tertutup gurita atau
infeksi pada tali pusat karena penggunaan gurita yang lembab dan tidak segera diganti.
Dari tinjauan medis, pemakaian gurita pada bayi pada dasarnya tidak terlarang selama
penggunaannya bisa disesuaikan dengan kebutuhan bayi, dan tentunya itu bukan suatu hal yang
wajib dan harus dikerjakan secara terus menerus. Hal pertama yang harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan khususnya perawat adalah memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu atau nenek
bayi baru lahir tentang pemakaian gurita dari tinjauan medis secara ilmiah. Hal kedua yang bisa
dilakukan adalah di jelaskannya tentang cara pemakaian gurita agar tidak terlalu kencang, sering
di longgarkan dalam jangka waktu tertentu, yang ketiga adalah diberikan pendidikan kesehatan
jika bayi kembung atau sesak maka pemakaian gurita sebaiknya dihindari karena akan
memperburuk kondisi bayi.
Setelah dijelaskan kepada ibu bayi tersebut maka perawat harus melakukan observasi secara
berkala untuk memantau perubahan perilaku ibu bayi, sehingga perubahan perilaku oleh ibu bayi
dan keluarga bisa tercapai.
BAB III KESIMPULAN
Kebudayaan merupakan identitas suatu daerah maka dengan keunikan dan keragamannya
menjadi hal yang perlu dijaga akan tetapi kebudayaan yang berkembang di masyarakat sering
kali bertentangan dengan ilmu kesehatan, maka diperlikan pemecahan khusus untuk mengatasi
kesehatannya tanpa menghilangkan budaya tersebut.
5
DAFTAR PUSTAKA
Edi Setiyawati, Prof,DR.,2012 warisan budaya tak benda masalahnya kini di indonesia.
Jakarta; lembaga penelitian UI.
http://prenagen.com/pantanngan-pascamelahirkan.html
http://m.kompasiana.com/post/read/469174/2/ritual-dan-mitos-pada-masa-kehamilan-ala-orang-
jawa.html
http://www.muliabookmark.com/penyakit-yang-disebabkan-kondisi-air-kotor.html