Anda di halaman 1dari 23

Laporan MK Gizi Daur Hidup

MAKALAH GIZI PADA ANAK USIA

SEKOLAH

Sandra Novita
NIM : 1907110013

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH ACEH
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulisan makalah yang berjudul “Gizi Pada Anak Usia

Sekolah” dapat penulis selesaikan. Meskipun ada beberapa hambatan yang kami alami

dalam proses pengerjaannya, tapi penulis berhasil menyelesaikannya dengan baik.

Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih seluruh pihak yang mendukung dan

memberikan motivasi dalam pengerjaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat

memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada

pembaca. Penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari

kesempurnaan. Untuk itu dengan kerendahan hati penulis meminta saran dan

masukannya demi perbaikan pembuatan laporan ini di masa yang akan datang dan

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.

Banda Aceh, November 2021

Penulis
DAFTAR ISI
Halaman

COVER i
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v
BAB I Pendahuluan 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 1
1.3. Tujuan 2

BAB II Tinjauan Pustaka 4


2.1 Definisi Anak Usia Sekolah 4
2.2 Kecukupan Gizi pada Anak Usia Sekolah 6
2.3 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia
Sekolah 10
2.4 Masalah Gizi pada Anak Usia Sekolah 14

BAB III Penutup 22


3.1 Kesimpulan 22
3.2 Saran 22

DAFTAR PUSTAKA 23
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Gizi merupakan salah satu proses organisme menggunakan makanan yang

dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbs, transportasi,

penyimpanan, metabolism dan pengeluaran zat sisa yang tidak digunakan lagi

dalam mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ –

organ tubuh serta menghasilkan energy yang digunakan dalam menjalankan

aktivitas sehari – hari.

Gizi yang terkandung dalam suatu makanan sangatlah beragam dan

memiliki banyak manfaat terutama bagi anak usia sekolah. Makanan merupakan

sumber pertumbuhan dan perkembangan fisik dan kognitif di masa pertengahan

ini. Anak usia 7 – 12 tahun merupakan masa puncak pertumbuhan, dmana

kesehatan yang optimal akan menghasilkan pertumbuhan yang optimal pula.

Asupan gizi diperlukan dalam memenuhi kebutuhan anak baik secara mental

maupun fisik. Makanan yang kaya akan zat gizi sangat mempengaruhi

perkembangan dan pertumbuhan otak dan organ lainnya yang dibutuhkan untuk

mencapai hasil pendidikan yang optimal.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, masalah dalam

makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Apa yang dimaksud dengan anak usia sekolah ?

b. Bagaimana kecukupan gizi pada anak usia sekolah ?


c. Apa saja faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada

anak sekolah?

d. Apa saja masalah giizi yang sering terjadi pada anak usia sekolah ?

1.3. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini

ialah sebagai berikut :

a. Mengetahui defisini anak usia sekolah

b. Mengetahui apasaja kecukupan gizi pada anak usia sekolah

c. Mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan anak usia dini

d. Mengetahui masaah gizi yang sering terjadi pada anak usia dini
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Anak Usia Sekolah

Anak usia sekolah merupakan kelompok anak dengan rentan usia 6 – 12

tahun yang memasuki periode usia pertengahan. Kelompok anak usia sekolah ini

umumnya sudah dapat merespon rangsangan intelektual atau melaksanakan tugas

– tugas belajar yang menuntut kemampuan kognitif seperti membaca, menghitung

dan menulis (Yusuf, 2011).

Anak usia 6 tahun mulai masuk ke dunia pendidikan yaitu sekolah dasar

sehingga mereka mulai berinteraksi dan mengenal dunia baru selain rumah dan

berhubungan dengan orang baru serta lingkungan baru. Anak usia sekolah

memiliki karateristik yang sehat seperti banyak bermain diluar rumah, melakukan

aktivitas fisik yang tinggi yang menyebabkan timbulnya resiko terpapar sumber

penyebab penyakit dan perilaku hidup yang tidak sehat (Supariasa, 2016).

Secara fisik keseharian anak usia sekolah akan hiperaktif seperti bergerak,

berlari, melompat dan sebagainya. Akibatnya jka tidak diimbangi dengan asupan

zat gizi yang seimbang dapat menimbulkan berbagai masalah gizi yaitu seperti

malnutrisi, anemia, kurang vitamin A dan kekurangan yodium yang dapat

menyebabkan sistem imun yang melemah dan mudah terserang penyakit.

2.2 Kecukupan Gizi Pada Anak Usia Sekolah

Kecukupan gizi dibutuhkan oleh anak usia sekolah selain untuk proses

kehidupan, namun juga dalam proses tumbuh kembang anak yang bersifat fisik

dan kogitif. Kecukupan gizi yang diperlukan anak usia sekolah meliputi zat gizi
makro yaitu karbohidrat, protein, lemak dan zat gizi mikro seperti vitamin dan

mineral. Kebutuhan energy anak usia sekolah umumnya lebih besar dibandingkan

rentan usia lainnya karena mereka lebih banyak melakukan aktivitas fisik

(Hardiansyah dan Supariasa, 2016).

Kebutuhan anak usia sekolah umumnya berbeda dan sesuai dengan rentan

usia serta proses pertumbuhannya. Anak usia 10 – 12 tahun relative membutuhkan

energy yang lebih besar dibandingkan usia 7 – 9 tahun karena mereka sedang

mengalami masa puncak pertumbuhan. Selain itu kebutuhan anak laki – laki

berbeda dengan anak perempuan. Hal tersebut dikarenakan anak laki – laki lebih

banyak melakukan aktivitas fisik, sedangkan anak perempuan membutuhkan zat

besi dan protein ketika mengalami haid. Umumnya anak usia sekolah akan

melupakan jadwal makan, hal ini dikarenakan mereka sibuk dengan aktivitas

diluar rumah seperti bermain. Kebiasaan ini akan mempengaruhi asupan makan

anak yang dapat menyebabkan timbulnya masalah gizi (Persagi, 2003).

Kebutuhan gizi anak usia sekolah dapat diukur dengan Angka Kecukupan

Gizi (AKG) yang nantinya dianalisis secara individu dan kelompok. AKG ini

dipengaruhi oleh jenis kelamin, usia dan faktor infeksi. Beberapa zat gizi yang

dibutuhkan oleh anak usia sekolah yaitu :

Tabel 1
Kebutuhan Gizi Anak Usia Sekolah

Usia 10 – 12 tahun
Zat Gizi Usia 7 – 9 tahun L P
Energi (kkal) 1600-1850 2100 2000
Protein (gram) 25-49 56 60
Karbohidrat (gram) 220-254 289 275
Lemak (gram) 62-72 70 67
Vitamin A (mcg) 450-500 600 600
Vitamin C (mcg) 45 50 50
Vitamin B1 (mcg) 0,8-0,9 1,1 1,0
Zar besi (mg) 8-9 13 20
Zink (mg) 5-11 14 13
Yodium (mcg) 120 120 120
Sumber : AKG, 2013

Anjuran jumlah makanan bagi anak usia sekolah yaitu :

1. Untuk anak usia 7 – 9 tahun sebanyak 1900 kalori per hari yang meliputi :

a. Nasi 4 porsi penukar atau 150 gram

b. Sayuran 3 porsi penukar atau 100 gram

c. Buah 3 porsi penukar atau 100 gram

d. Tempe 3 porsi penukar atau 50 gram

e. Daging 2 porsi penukar atau 50 gram

f. Susu 1 porsi penukar atau 200 ml / 1 gelas

g. Minyak 5 porsi penukar atau 5 gram

h. Gula 2 porsi penukar atau 10 gram

2. Untuk usia 10 – 12 tahun anak laki – laki sebanyak 2000 kalori per hari

yang meliputi :

a. Nasi 5 porsi penukar atau 150 gram

b. Sayuran 3 porsi penukar atau 100 gram

c. Buah 4 porsi penukar atau 100 gram

d. Tempe 3 porsi penukar atau 50 gram

e. Daging 2 ½ porsi penukar atau 50 gram

f. Susu 1 porsi penukar atau 200 ml/ 1 gelas

g. Minyak 5 porsi penukar atau 5 gram

h. Gula 2 porsi penukar atau 10 gram


3. Untuk usia 10 – 12 tahun anak perempuan sebanyak 2000 kalori per hari

meliputi :

a. Nasi 4 porsi penukar atau 150 gram

b. Sayuran 3 porsi penukar atau 100 gram

c. Buah 4 porsi penukar atau 100 gram

d. Tempe 3 porsi penukar atau 50 gram

e. Daging 2 porsi penukar atau 50 gram

f. Susu 1 porsi penukar atau 200 ml/ 1 gelas

g. Minyak 5 porsi penukar atau 5 gram

h. Gula 2 porsi penukar atau 10 gram

Makanan yang dikonsumsi sehari – hari dan dipilih dengan baik akan

memenuhi semua zat gizi yang diperlukan oleh tubuh. Jika makanna yang

dikonsumsi tidak dipilih dengan benar maka dapat menyebabkan kekurangan zat

gizi esensial tertentu. Zat gizi esensial adalah zat gizi yang didatangkan dari

makanan yang dikonsumsi. Ada tiga fungsi zat gizi dalam tubuh diantaranya

ialah:

a. Sebagai sumber energy

Zat gizi yang dapat memberikan enerbi umumnya merupakan

karbohidrat, lemak dan protein. Oksidari zat – zat gizi tersebut

menghasilkan energy yang dibutuhkan tubuh dalam beraktivitas.


b. Pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh

Zat gizi berupa protein, mineral dan air adalah bagian dari jaringan

tubuh. Oleh karena itu, diperlukan untuk membentuk sel – sel baru,

memelihara dan menggantikan sel – sel yang rusak. Zat gizi ini umumnya

disebut dengan zat gizi pembangun.

c. Mengatur proses tubuh

Zat gizi yang berperan dalam proses tubuh ialah protein, mineral,

air dan vitamin. Mineral dan vitamin diperlukan sebagai zat pengatur

dalam proses oksidasi, fungsi normal saraf dan otot serta dalam proses

penuaan.

2.3 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan

Perkembangan Anak

Tumbuh kembang anak dapat dibagi menjadi beberapa aspek diantaranya

ialah :

2.3.1. Aspek Fisik

Secara fisik anak usia sekolah akan mengalami pertumbuhan pada

organ tubuh dan perubahan sistem hormonal. Remaja pria mengalami

pertumbuhan pada organ testis, penis pembuluh mani, dan kelenjar prostat.

Matangnya organ-organ ini memungkinkan remaja pria mengalami mimpi

basah. Sementara remaja wanita ditandai dengan tumbuhnya rahim, vagina

dan ovarium. Ovarium menghasilkan ova (telur) dan mengeluarkan hormon-

hormon yang diperlukan untuk kehamilan, dan perkembangan seks sekunder.


Matangnya organ-organ seksual memungkinkan wanita remaja untuk

mengalami menstruasi. Fase remaja ini merupakan masa terjadinya banjir

hormon, yaitu zat-zat kimia yang sangat kuat, yang disekresikan oleh

kelenjar-kelenjar endoktrin dan dibawa keseluruh tubuh oleh aliran darah.

Konsentrasi hormon-hormon tertentu meningkat secara dramatis selama

masa remaja, seperti hormon testosteron dan estradiol.

Pertumbuhan fisik erat hubungannya dengan kondisi remaja. Kondisi

yang baik berdampak baik pada pertumbuhan fisik remaja, demikian pula

sebaliknya. Adapun faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan anak usia sekolah pada aspek fisik ialah :

1. Pengaruh Keluarga

Pengaruh keluarga meliputi faktor keturunan dan faktor

lingkungan. Keluarga yang memiliki garis keturunan dengan pertumbuhan

tubung tinggi akan meningkatkan potensi anak mengalami pertumbuhan

yang sama dengan keluarganya terdahulu. Begitu pula dengan faktor

lingkungan, dimana faktor ini akan membantu menentukan tercapai

tidaknya perwujudan potensi keturunan yang dibawa dari keluarganya.

2. Pengaruh Gizi

Anak yang mendapatkan asupan gizi yang cukup umumnya akan

tumbuh lebih tinggi dan mengalami perkembangan kognitif yang lebih cepat

dibandingkan dengan anak yang mengalami kekurangan gizi.


3. Gangguan Emosional

Anak yang sering mengalami gangguan emosional akan

menyebabkan terbentunya steroid adrenal yang berlebihan dan ini akan

membawa akibat berkurangnya pembentukan hormone pertumbuhan di

kelenjar pituitary. Bila terjadi hal demikian pertumbuhan anak akan

terhambat dan tidak mencapai berat badan yang seharusya.

4. Jenis Kelamin

Anak laki – laki cenderung lebih tinggi dan lebih berat dari pada anak

perempuan, kecuali pada usia 12 – 15 tahun. Anak perempuan baisanya akan

sedikit lebih tinggi dan lebih berat dari pada laki – laki. Hal ini terjadi karena

bentuk tulang dan otot pada anak laki – laki berbeda dengan perempuan.

Anak perempuan lebih cepat kematangannya dari pada laki – laki.

5. Status sosial ekonomi

Anak yang berasal dari keluarga dengan status sosial ekonomi

rendah, cenderung lebih kecil dari pada anak yang bersal dari keluarga

dengan tingkat ekonomi tinggi.

6. Kesehatan

Kesehatan amat berpengaruh terhadap pertumbuhan fisik remaja.

Remaja yang berbadan sehat dan jarang sakit, biasanya memiliki tubuh yang

lebih tinggi dan berat dibanding yang sering sakit.


7. Pengaruh bentuk tubuh

Perubahan psikologis muncul antara lain disebabkan oleh perubahan-

perubahan fisik. Diantara perubahan fisik yang sangat berpengaruh adalah ;

pertumbuhan tubuh (badan makin panjang dan tinggi), mulai berfungsinya

alat-alat reproduksi (ditandai dengan haid pada perempuan dan”mimpi

pertama” pada anak laki – laki), dan tanda-tanda kelamin kedua yang

tumbuh.

2.3.2. Aspek Kognitif

Perkembangan kognitif pada hakekatnya adalah perkembangan

kemampuan penalaran logis. Baginya, berpikir dalam proses kognitif tersebut

lebih penting daripada sekedar mengerti. Pada masa sekolah, peserta didik mulai

mengembangkan cara berpikirnya. Faktor yang mempengaruhi aspek kognitif

anak ialah bertambahnya informasi yang disimpan dalam otak seseorang sehingga

ia mampu berpikir reflektif dan banyak pengalaman dan latihan-latihan

memecahkan masalah sehingga seseorang dapat berfikir proporsional.

2.3.3. Aspek Bahasa

Bahasa anak usia sekolah adalah bahasa yang telah berkembang ia telah

banyak belajar dari lingkungan, dan dengan demikian bahasa remaja terbentuk

dari kondisi lingkungan. Lingkungan anak mencakup lingkungan keluarga,

masyarakat dan khususnya pergaulan teman sebaya, dan lingkungan sekolah. Pola

bahasa yang dimiliki adalah bahasa yang berkembang di dalam keluarga atau

bahasa  itu. Faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa pada anak :


a. Umur anak

Bahasa remaja adalah bahasa yang telah berkembang ia telah

banyak belajar dari lingkungan, dan dengan demikian bahasa remaja

terbentuk dari kondisi lingkungan. Lingkungan remaja mencakup

lingkungan keluarga, masyarakat dan khususnya pergaulan teman sebaya,

dan lingkungan sekolah. Pola bahasa yang dimiliki adalah bahasa yang

berkembang di dalam keluarga atau bahasa  itu.

b. Kondisi lingkungan

Lingkungan tempat anak tumbuh dan berkembang memberi andil

untuk cukup besar dalam berbahasa. Perkembangan bahasa dilingkungan

perkotaan akan berbeda dengan dilingkungan pedesaan. Begitu pula

perkembangan bahasa di daerah pantai, pegunungan dan daerah-daerah

terpencil menunjukkan perbedaan. Pada dasarnya bahasa  dipelajari dari

lingkungan. Lingkungan yang dimaksud termasuk lingkungan pergaulan

dalam kelompok, seperti kelompok bermain, kelompok kerja, dan

kelompok sosial lainnya.

c. Kecerdasan anak

Untuk meniru bunyi atau suara, gerakan dan mengenal tanda-tanda,

memerlukan kemampuan motorik yang baik. Kemampuan intelektual atau

tingkat berpikir. Ketepatan meniru, memproduksi perbendaharaan kata-

kata yang diingat, kemampuan menyusun kalimat dengan baik dan

memahami atau menangkap maksud suatu pernyataan fisik lain, amat

dipengaruhi oleh kerja pikir atau kecerdasan seseorang anak.


d. Status sosial ekonomi keluarga

Keluarga yang berstatus sosial ekonomi baik, akan mampu

menyediakan situasi yang baik bagi perkembangan bahasa anak-anak

dengan  anggota keluarganya. Rangsangan untuk dapat ditiru oleh anak-

anak dari anggota keluarga yang berstatus sosial tinggi berbeda dengan

keluarga yang berstatus sosial rendah. Hal ini akan tampak perbedaan

perkembangan bahasa bagi anak yang hidup di dalam keluarga terdidik

dan tidak terdidik. Dengan kata lain pendidikan keluarga berpengaruh

terhadap perkembangan bahasa.

e. Kondisi fisik

Kondisi fisik di sini kesehatan anak. Seseorang yang cacat yang

terganggu kemampuannya  untuk berkomunikasi, seperti bisu, tuli, gagap,

dan organ suara tidak sempurna akan mengganggu perkembangan alam

berbahasa.

2.4 Masalah Gizi Pada Kelompok Anak Usia Sekolah

Anak usia sekolah umumnya sangat sulit untuk dipenuhi kebutuhan

gizinya. Dimana mereka biasanya suka mencoba mempelajari hal – hal baru dan

menghabiskan waktu di luar rumah. Kondisi ini menyebabkan anak lupa dengan

jadwal makan dan mulai memilih jenis makanan yang mereka inginkan meskipun

makanan yang mereka pilih tidak sehat dan tidak memenuhi kebutuhan gizi tubuh

mereka. Kebiasaan ini tentunya akan menimbulkan berbagai masalah kesehatatn

terutama yang berkaitan dengan masalah gizi diantaranya ialah :


1. Kurang gizi

Masalah gizi merupakan permasalah yang terjadi karena kurang

mengonsumsi makanan yang mengandung energy, protein yang bermutu

tinggi seperti ikan, telur dan daging serta mineral yang mudah diserap oleh

tubuh. Selain itu, kurang gizi dapat disebabkan karena anak mengalami

penyakit cacingan. Umumnya anak yang mengalami kurang gizi akan

mengalami gangguan pertumbuhan, pertahanan tubuh, struktur dan fungsi

otak serta pembentukan perilaku.

Untuk membantu anak dalam memilih makanan yang sesuai

dengan asupan gizi yang dibutuhhkan oleh tubuhnya dapat menggunakan

bentuk tumpeng gizi seimbang (TGS) yang terdiri dari bagian – bagian

makanan bergizi. TGS ini dialasi dengan air putih yang memiliki arti

bahwa air putih merupakan zat gizi esensial yang paling dibutuhkan oleh

tubuh dalam proses kehidupan untuk hidup sehat dan produktif.

Pada bagian bawah tumpeng terdapat prinsip gizi seimbangan yang

lain yaitu seperti menjalankan hidup bersih, aktivitas fisik dan olahraga

teratur serta senantiasa menjaga dan memantau berat badan.


Gambar 1
Tumpeng Gizi Seimbang

2. Gizi Lebih

Gizi lebih adalah kondisi dimana konsumsi makanan yang

mengandung energy, protein dan lemak yang melebihi kebutuhan tubuh.

Gizi lebih menyebabkan timbulnya penyakit obesitas dan memicu diabetes

mellitus. Mengatasi persoalan kelebihan gizi ini dapat dilakukan dengan

memahami dan mempraktekan pola makan bergizi seimbang. Dengan cara

konsumsi maanan dalam jumlah yang sesuai usia, kebutuhan tubuh, jenis

kelamin, aktivitas fisik dan kondisi biologis. Selain itu, memperhatikan

variasi makanan juga penting serta meneapkan gaya hidup sehat seperti

rutin berolahrag, mengontrol berat badan dan menjaga kebersihan diri.


3. Anemia Zat Gizi Besi

Anak yang mengalami anemia menunjukkan beberapa gejala

umum seperti pucat, lemah, mudah terserang penyakit, menurunkan

kemampuan belajar. Penyebab anemia ini adalah makanan yang

dikonsumsi oleh anak kurang mengandung zat besi.

Untuk mencegah anemia dapat dilakukan dengan mengonsumsi

makanan sumber zat besi baik bersumber dari sumber hewani maupun

nabati. Disamping itu anemia juga dapat dicegah dengan mengonsumsi

suplemen zat besi, olah raga dengan teratur, tidur yang cukup dan

mengurangi makanan yang dapat menghambat penyerapan zat besi seperti

teh.

Gambar 2
Jenis Makanan yang Mengandung Zat Besi

4. Kurang Vitamin A

Kurang vitamin A pada anak dapat menyebabkan kebutaan,

mengurangi daya tahan tubuh sehingga mudah terserang penyakit infeksi

hingga menyebabkan kematian. Penyebab kurang vitamin A di Indonesia


ialah karena kondisi ekonomi masyararakat yang rendah dan kurangnya

pengetahuan. Beberapa jenis makanan yang dapat meningkatkan konsumsi

vitamin A diantaranya ialah :

a. Buah naga

Buah naga merupakan salah satu jenis makanan yang kaya

akan vitamin A dan serat beta yang baik untuk memelihara daya

lihat mata.

b. Buah anggur

Buah manis dengan banyak varian warna ini banyak

mengandung vitamin A yang dibutukan oleh mata agar terhindar

dari penyakit katarak dan degenarasi macula.

c. Wortel

Buah ini dapat menjaga mata agar tetap sehat dan lebih

jernih sehingga banyak dikonsumsi oleh masyarakat secara umum.

Gambar 3 Makanan yang Mengandung Vitamin A


5. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)

Gejala kekurangan yodium biasanya berupa malas dan lamban

dalam menjalankan suatu pekerjaan atau aktivitas. Pada anak usia sekolah
masalah gizi ini dapat menimbulkan penurunan kecerdasan dan penyakit

gondok.

Penanggulangan masalah kekurangan yodium umumnya dilakukan

dengan mengonsumsi garam beryodium. Namun penggunaan garam jenis

ini kurang berhasil dan kurang efektif dalam meniadakan penyakit gondok,

kekerdilan dan keterbelakangan mental pada anak.

Dalam upaya menaggulangi kekurangan zat yodium ada beberapa

hal yang perlu diperhatikan dan dilaksanakan. Garam yodium sebaiknya

digunakan sebagai garam meja bukan garam dapur. Karena garam yodium

akan menguap pada kondisi panas sehingga tidak akan memberikan

manfaat bagi yang mengonsumsinya.

Gambar 4
Produk Garam Beryodium

6. Karies gigi

Karies gigi pada anak tidak selalu berupa lubang atau kavitas,

namun dapat berupa proses pengkapran gigi yang lebih putih


dibandingkan gigi lainnya. Keadaan ini disebut white spot lesion dimana

mulai terjadi karies namun gigi tidak berlubang dana tau kavitas. Biasanya

white spot lesion ini terlihat di bagian gigi yang dekat dengan gusi.

Pada keadaan ini telah terjadi gigi kehilangan mineral – mineral

yang didiamkan akan menjadi lubang, namun proses ini dapat dihentikan

dengan pembersihan yang tepat dan penghenian faktor penyebabnya.

Keadaan white spot lesion ini dapat terjadi karena anak gemar

mengonsumsi makanan manis dan tidak menggosok gigi sehingga

menyebabkan merubah gula menjadi asam.

Gambar 5
Kondisi Gigi Anak Yang Mengalami White Spot Lesion
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Rendahnya asupan gizi pada anak usia sekolah dipengaruhi oleh banyak

faktor seperti lingkungan dan pengaruh temannya. Asupan gizi yang buruk dapat

berakibat pada defisiensi kalori yang dihasilkan protein akan menyebabkan

berbagai penyakit seperti marasmus dan kwashiorkor serta defisiensi zat gizi

akan mengganggu kerja hemoglobin dalam transportasi O2 ke seluruh tubuh.

Perbaikan status gizi dengan asupan gizi yang baik akan memberikan

banyak perubahan. Orang tua yang membiarkan anaknya mengonsumsi jajanan

yang ada disekolah akan menyebabkan perubahan pola makan yang dapat

berdampak pada kesehatan anak dimasa yang akan datang.

3.2 Saran

Diharapkan orang tua dapat mengajarkan dan membiasakan anaknya

untuk dapat mengonsumsi dan memilih makanan yang bergizi bukan hanya

memikirkan selera saja. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menyajikan

makanan bergizi yag diolah dengan semenarik mungkin tanpa mengurangi

asupan gizi yang terkandung didalam makanan tersebut.

Bagi pihak sekolah diharapkan dapat memberikan pendiidkan dasar dan

pengawasan secara akttif mengenai makanan atau jajanan yang baik dikonsumsi

dan tidak baik untuk dikonsumsi serta meningkatkan pengawasan kepada peserta

didik dalam mengonsumsi makanan bergizi di sekolah.


DAFTAR PUSTAKA

Hardinsyah dan Supariasa, 2016. Ilmu Gizi Teori dan Aplikasi. EGC : Jakarta

Supariasa. 2016. Pendidikan dan Konsultasi Gizi. Jakarta: EGC

Yusuf, Syamsu. 2011. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya

Persagi, 2003. Penuntun Diit Anak. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 

Anda mungkin juga menyukai