DISUSUN OLEH :
JURUSAN KEPERAWATAN
T. A 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah Gizi Usia Dewasa. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas mahasiswa dari mata kuliah. Makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan
informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan
peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah ini terus berlanjut dengan tingginya masalah gizi krang pada
balita,bremaja, dewasa dan usia lanjut. Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah
kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan pendekatan
medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah
multifaktor, oleh karena itu pendekatan penanggulangannya harus melibatkan berbagai
sektor yang terkait.
B. Rumusan Masalah
5. Mahasiswa dapat memperluas wawasan tentang gizi yang seimbang dalam makanan
sehari-hari.
D. Manfaat
PEMBAHASAN
Usia dewasa di bago dalam tiga fase yaitu disebut 19-29 tahun 30-49 tahun dewasa
muda, sedangkan usia 60-64 tahun disebut dewasa setengah tua. Kebutuhan gizi ada usia
dewasa berubah sesuai kelompok usia tersebut peranan gizi pada usia dewasa berubah
sesuai kelompok usia tersebut. Peranan gizi pada usia dewasa terutama adalah untuk
mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan. Makan merupakan salah satu
kesenangan dalam hidup. Memilih makanan secara bijak selama usia dewasa, dapat
menunjang kemampuan seseorang dalam menjaga kesehatan fisik, emosional, mental dan
mencegah penyakit.
Pada usia dewasa pola pertumbuhan berhenti dan beralih ke tingkat homeostasis
(tidak berubah/stabil). Dalam keadaan isi secara fisik tubuh Orang dewasa telah
berkembang dan mencapai tingkat yang stabil. Ketidakseimbangan dinamis antara bagian
tubuh dan fungsi terjadi terus-menerus sepanjang hidup.
a. Komposisi tubuh
Komposisi tubuh orang dewasa bervariasi tergantung jenis kelamin, berat badan, umur
jaringan yang paling efektif secara metabolik adalah kompartemen masa tubuh tanpa
lemak (lean body mass). Jaringan tersebut memerlukan jumlah energi yang paling besar
untuk berfungsi dengan baik.
b. Pematangan fisiologis
Pematangan fisiologis dicapai pada usia dewasa muda. Pertumbuhan jaringan tubuh
selanjutnya terjadi pada tingkat pemeliharaan. Fungsi tubuh telah berkembang secara
sempurna, termasuk kematangan seksual dan kemampuan reproduksi. Kemampuan
reproduksi pada laki-laki berlanjut sampai beberapa tahun pada usia setengah tua,
sedangkan pada usia kurang dari 50 tahun. Pada usia setengah tua, terjadilah kehilangan
sel-sel secara bertahap yang disertai dengan berkurangnya metabolisme sel. Hal ini
disertai penurunan kemampuan sebagian besar sistem organ tubuh secara bertahap.
Kecepatan dan urut-urutan terjadi perubahan pada organ tubuh ini berbeda-beda antara
individu. Pada umumnya kecepatan penurunan massa tanpa lemak meningkat dengan
bertambahnya umur.
C. Pematangan psikososial
Perkembangan psikososial pada seseorang dan polanya berubah selama usia dewasa
dengan kemampuan dan pemenuhannya yang unik. Dalam seluruh siklus kehidupan
manusia, makanan tidak hanya diperlukan untuk memenuhi kebutuhan gizi demi
pertumbuhan fisik dan pemeliharaan jaringan saja, tetapi juga berkaitan erat dengan
perkembangan psikososial seseorang.
a. Energi
Kebutuhan energi pada usia dewasa menurunkan sesuai dengan bertambahnya usia, yang
disebabkan oleh menurunnya metabolisme basal dan berkurang aktivitas fisik. Usia
dewasa muda yang berkisaran 19-49 tahun merupakan usia produktif banyak kegiatan
fisik yang ilakukan sehingga kebutuhan energi kelompok ini lebih tinggi dibandingkan
kelompok usia 50-64 tahun. AKG energi pada laki-laki adalah 2550 kkal pada usia 19-29
tahun.
b. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan, selain juga sebagai sumber
serat makanan. Jumlah yang dianjurkan adalah 50% atau lebih dari energi total serta tidak
lebih dari 10-25% berasal dari karbohidrat sederhana seperti sukrosa atau fruktosa. Di
Amerika Serikat, konsumsi minuman ringan (soft drinks) memasok lebih dari 12% kalori
yang berasal dari karbohidrat dan konsumsinya meningkat 3 kali lipat pada dua dekade
terakhir ini. Penelitian Josep di Jakarta (2010) pada remaja siswa SMP didapatkan bahwa
siswa yang mengonsumsi minuman bersoda 3-4 kali per minggu berisiko untuk terjadi
gizi lebih.
C. Protein
Kebutuhan protein pada remaja ditentukan oleh jumlah protein untuk rumatan masa tubuh
tanpa lemak dan jumlah protein yang dibutuhkan untuk peningkatan massa tubuh tanpa
lemak selama percepatan tumbuh. Kebutuhan protein tertinggi pada saat puncak
percepatan tinggi terjadi (perempuan 11-14 tahun, lelaki 15-18 tahun) dan kekurangan
asupan protein secara konsisten pada masa ini dapat berakibat pertumbuhan linear
berkurang, keterlambatan maturasi seksual serta berkurangnya akumulasi massa tubuh
tanpa lemak.
d. Lemak
Tubuh manusia memerlukan lemak dan asam lemak esensial untuk pertumbuhan dan
perkembangan normal. Pedoman makanan di berbagai negara termasuk Indonesia (gizi
seimbang), menganjurkan konsumsi lemak tidak lebih dari 30% dari energi total dan
tidak lebih dari 10% berasal dari lemak jenuh. Sumber utama lemak dan lemak jenuh
adalah susu, daging (berlemak), keju, mentega / margarin, dan makanan seperti cake,
donat, kue sejenis dan es krim, dan lain-lain.
e. Mineral
Angka kecukupan mineral pada usia dewasa umumnya dapat dipenuhi apabila makanan
sehari-hari sesuai dengan pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). Ada beberapa
mineral yang perlu diperhatikan asupan yaitu garam natrium, besi dan kalsium. Garam
natrium terdapat dalam garam dapur NaCl) monosodium gutamat (MSG). anjuran
membatasi konsumsi garam dapur hingga 6 g/hari (2400 mg Na) dapat mencegah tekanan
darah tinggi pada orang sensitive dan tidak akan menyebabkan kekurangan natrium pada
umumnya
f. Zat besi
Zat besi (Fe). Seperti halnya kalsium, kebutuhan zat besi pada remaja baik perempuan
maupun lelaki meningkat sejalan dengan cepatnya pertumbuhan dan bertambahnya massa
otot dan volume darah. Pada remaja perempuan kebutuhan lebih banyak dengan adanya
menstruasi. Kebutuhan pada remaja lelaki 10-12 mg/hari dan perempuan 15 mg/hari. Besi
dalam bentuk 'heme' yangterdapat pada sumber hewani lebih mudah diserap dibanding
besi non-heme yang terdapat pada biji-bijian atau sayuran. Seng (Zn).
g. Kalsium
Kalsium (Ca). Kebutuhan kalsium pada masa remaja merupakan yang tertinggi dalam
kurun waktu kehidupan karena remaja mengalami pertumbuhan skeletal yang dramatis.
Sekitar 45% dari puncak pembentukan massa tulang berlangsung pada masa remaja,
sehingga kecukupan asupan kalsium menjadi sangat penting untuk kepadatan masa tulang
serta mencegah risiko fraktur dan osteoporosis. Pada usia 17 tahun, remaja telah
mencapai hampir 90% dari masa tulang dewasa, sehingga masa remaja merupakan
peluang (window of opportunity) untuk perkembangan optimal tulang dan kesehatan
masa depan. Angka kecukupan asupan kalsium yang dianjurkan untuk kelompok remaja
adalah 1.300 mg per hari.
h. Vitamin
Vitamin A. Selain penting untuk fungsi penglihatan, vitamin A juga diperlukan untuk
pertumbuhan, reproduksi dan fungsi imunologik. Kekurangan vitamin A awal ditandai
dengan adanya buta senja. Sumber vitamin A utama serealia siap saji, susu, wortel,
margarin dan keju. Sumber p- karoten sebagai pro-vitamin A yang sering dikonsumsi
remaja berupa wortel, tomat, bayam dan sayuran hijau lain, ubi jalar merah dan susu.
Vitamin E. Vitamin E dikenal sebagai antioksidan yang penting pada remaja karena
pesatnya pertumbuhan. Meningkatnya konsumsi makanan yang mengandung vitamin E
merupakan tantangan karena makanan sumber vitanmin E umumnya mengandung lemak
tinggi. Vitamin C. Keterlibatannya dalam pembentukan kolagen dan jaringan ikat
menyebabkan vitamin ini menjadi penting pada masa percepatan pertumbuhan dan
perkembangan. Status vitamin C pada remaja perokok lebih rendah walaupun telah
mengonsumsinya dalam jumlah cukup dikarenakan stres oksidatif sehingga mereka
memerlukan tambahan vitamin C hingga 35 mg per hari. Folat berperan pada sintesis
DNA, RNA dan protein sehingga kebutuhan folat meningkat pada masa remaja.
Masalah gizi, baik kekurangan maupun kelebihan gizi dapat terjadi pada semua kelompok
usia. Kekurangan gizi secara perlahan dapat berdampak terhadap kemampuan belajar,
produktivitas kerja, dan kematian ibu sewaktu melahirkan. Salah satu cara untuk
mengetahui apakah seseorang kekurangan atau kelebihan gizi adalah melalui penilaian
antropometri. Standar antropometri untuk menilai status gizi orang dewasa adalah Indeks
Massa Tubuh (IMT), Berat Badan menu- rut Tinggi Badan, dan Lingkar Lengan Atas
(LILA). Masalah gizi pada usia dewasa di Indonesia antara lain adalah Ke- kurangan
Energi Kronis (KEK) dan Anemia Gizi Besi (AGB) khususnya pada Wanita Usia Subur
(WUS) Dengan terjadinya transisi demografi, epidemiologi, dan perubahan gaya hidup
terjadilah peningkatan gtzi-lebih dan penyakit degeneratif. Penilaian KEK pada WUS
dilakukan dengan menggunakan indikator LILA < 23,5 cm. Hasil survei Badan Pusat
Statistik (BPS) tahun 2000-2003 menunjukkan gambaran risiko KEK paling tinggi pada
WUS usia 20-24 tahun, yaitu antara 21,5-27,5% dan paling rendah pada WUS usia 35-39
tahun, yaitu antara 8,6-14,0%. Hasil Survei Kesehatan Rurnah Tangga (SKRT) tahun
2004 menunjukkan 19,7% WUS mempunyai risiko KEK (Protil Kesehatan Indonesia,
2004). Menurut Riskesdas 2007 (Depkes, 2008) angka nasional prevalensi risiko KEK
pada WUS adalah 13,6%, dengan angka tertinggi sebesar 24,6% di propinsi Nusa
Tenggara Timur sementarn yang terendah sebesar 5,8% di propinsi Sulawesi Utara.
Prevalensi risiko KEK pada WUS sedikit lebih tinggi di daerah pedesaan dibandingkan
dengan perkotaan, masing-masing sebesar 14,1% dan 13,0%. WUS dengan risiko KEK
cenderung melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), yang dapat
menghambat pertumbuhan selanjutnya, khususnya pada masa balita. Tingginya risiko
KEK pada WUS di Indonesia antara lain disebab- k rendahnya ketahanan pangan di
tingkat rumah tangga karena kemiskinan. Kemiskinan dan gizi-kurang meupakan
fenomena yang saling terkait. Hasil kajian pemantauan konsumsi makanan pada
Riskesdas 2007 (Depkes RI, 2008) menunjukkan bahwa Rurnah Tangga (RT) dengan
asupan energi rendah adalah sebanyak 59%, sedangkan RT dengan asupan protein rendah
sebanyak}8,5%. RT dikategorikan ke dalam asupan energi dan protein rendah bila asupan
energi dan protein RT berada di bawah rata-rata nasional, yaitu masing-masing sebanyak
1735,5 kkal dan 55,5 g per kapita per hari. Anemia Gizi Besi merupakan masalah gizi
paling banyak pada WOUS yang berlanjut pada masa kehamilan. Prevalensi Anemia Gizi
Besi tahun 2001 pada WUS adalah sebesar 27,9% sedangkan pada WUS.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara
normal melalui proses digesti, absobsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan
pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi. Zat gizi
adalah bahan kimia yang terdapat dalam bahan pangan yang dibutuhkan tubuh untuk
menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses
kehidupan. Zat-zat makanan yang diperlukan itu dapat dikelompokkan menjadi 6 macam,
yaitu: air, protein, mineral, lemak, vitamin, dan karbohidrat.
B. Saran