Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

GIZI PADA REMAJA

DISUSUN OLEH :

NAMA : NIDARMAN GULO (230208015)


MATA KULIAH : GIZI DALAM KESEHATAN REPRODUKSI

DOSEN PENGAMPUH : JULIA SIAHAAN,S.ST.,MKM.

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEBIDANAN


FAKULTAS PENDIDIKAN VOKASI
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

2024
KATA PEGANTAR

Segala puji syukur kepada Tuhan YME, atas rahmat-Nya akhirnya kami dapat
menyelesaikan sebuah makalah dengan judul GIZI PADA REMAJA.
Terima kasih kepada semua pihak telah turut memberikan kontribusi dalam
menyusun makalah ini.
Mengingat penulisan makalah ini kami rasakan masih jauh dari kesempurnaan,
maka kami selalu membuka diri untuk menerima berbagai masukan dan kritik
sehingga makalah ini kelak menjadi lebih sempurna dan bermanfaat.

Medan, Maret 2024

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Remaja merupakan aset bangsa untuk terciptanya generasi yang baik di masa
mendatang. Masa remaja atau adolescent adalah waktu terjadinya perubahan-
perubahan yang berlangsungnya cepat dalam hal pertumbuhan fisik, kognitif, dan
psikososial atau tingkah laku (Adriani dan Wirjatmadi, 2013). Remaja dapat
dikategorikan rentan terhadap masalah gizi sehingga berisiko terhadap kesehatan.
Pertama, usia remaja percepatan pertumbuhan dan perkembangan tubuh memerlukan
energi lebih banyak. Kedua, pada remaja terjadi perubahan gaya hidup dan kebiasaan
suka mencoba-coba makanan (Marmi, 2013). Masalah gizi remaja antara lain gizi
kurang, gizi lebih, obesitas, anemia serta masalah yang berhubungan dengan gangguan
perilaku makan berupa anoreksia nervosa dan bulimia (Sulistyoningsih, 2012).
Masalah gizi yang terjadi pada remaja umumnya disebabkan oleh satu sumber
utama yaitu pola makan yang kurang tepat. Pola makan yang kurang tepat pada remaja,
secara garis besar dipengaruhi dua hal, yaitu faktor lingkungan dan faktor personal
atau individu dari remaja itu sendiri.Perilaku makan yang kurang tepat dapat membawa
dampak negatif terhadap kesehatan atau status gizi remaja. Masalah gizi pada remaja
dapat menyebabkan kelebihan berat badan atau obesitas, kekurangan berat badan,
anemia zat besi atau kurang darah, hiperlipidemia, hipertensi, anorexia dan bulimia
nervosa, diabetes mellitus dan gangguan kesehatan reproduksi (Story et.al, 2006).
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) status gizi remaja usia
16-18 pada tahun 2010 menunjukkan remaja dengan prevalensi sangat kurus sebanyak
1,8%, kurus 7,1% dan gemuk 1,4% pada tahun 2013 mengalami peningkatan sangat
kurus 1,9%, Kurus 7,5% dan gemuk 7,3%.Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2013
menunjukkan prevalensi remaja sangat kurus sebanyak 1,9%, Kurus 7,2%, gemuk
5,4% dan obesitas 1,7.Pada
Kabupaten Sragen pada tahun 2013 prevalensi gizi rema sangat kurus 2,1%, kurus
11,8%, gemuk 4,0% dan obesitas 1,0%. Status gizi remaja usia 16-18 tahun
berdasarkan jeniskelamin menunjukkan remaja dengan jenis kelamin laki-laki dengan
prevalensi sangat kurus sebanyak 1,9%, kurus 7,9%, gemuk 4,1% dan obesitas
sebanyak1,0%.Sedangkan untuk remaja perempuan menunjukkan prevalensi sangat
kurus sebanyak 3,0%, kurus 8,4%, gemuk 6,6% dan obesitas sebanyak 3,4%
(Riskesdas, 2013). Berdasarkan data tersebut remaja perempuan lebih banyak
mengalami masalah gizi dibandingkan dengan laki-laki.
Masalah gizi pada remaja dapat dicegah dengan menggunakan Pedoman Umum
Gizi Seimbang (PUGS).PUGS merupakan pedoman tentang susunan makanan sehari–
hari yang mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan tubuh, dengan memerhatikan prinsip keanekaragaman atau variasi makanan,
aktivitas fisik, kebersihan, dan berat badan (BB) ideal, dengan pemilihan dan
mengkonsumsi makanan yang baik, bergizi dan seimbang dapat mempengaruhi status
gizi.

1.2. RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja kebutuhan gizi yang dibutuhkan ibu pada masa anak usia remaja ?
2. Bagaimana cara memberikan asuhan gizi kepada anak usia remaja?

1.3. TUJUAN PENULISAN

1. Memberikan pengetahuan bagi remaja tentang pentingnya mejaga kesehatan tubuh


degan pemenuhan gizi.
2. Menurunkan angka kurang gizi pada anak usia remaja.
3. Mempersiapkan remaja untuk menjadi pasangan usia subur sejak dini.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. KEBUTUHAN GIZI PADA REMAJA

Gizi pada remaja merupakan asupan nutrisi yang dibutuhkan individu yang berada
pada masa atau usia antara anak-anak dan dewasa. Masalah gizi remaja antara lain gizi
kurang, gizi lebih, obesitas, dan anemia. Kebutuhan zat gizi makro, seperti energi,
protein, dan lemak, yang dibutuhkan remaja berbeda dengan anak-anak dan dewasa,
dan perubahan fisik dan kebutuhan energi yang lebih tinggi diperlukan untuk
mendukung pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Kesehatan dan pemahaman gizi
remaja sangat penting, karena berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam memilih
makanan disekolah maupun dirumah. Penyuluhan gizi sangat penting untuk menambah
pengetahuan gizi remaja sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
sebagai kebiasaan hidup sehat.
Kebutuhan gizi pada usia remaja adalah penting untuk menjamin perkembangan
fisik, mental, dan kesehatan yang optimal. Remaja merupakan masa transisi antara
anak-anak dan dewasa, dan membutuhkan asupan nutrisi yang cukup untuk
membantu proses perkembangan dan pemeliharaan kesehatan. Kebutuhan gizi remaja
berbeda antara laki-laki dan perempuan, dan juga berkaitan dengan usia, jenis
kelamin, aktivitas, berat badan, dan tinggi badan. Untuk memenuhi kebutuhan gizi
remaja, ada beberapa panduan yang bisa diikuti:

 Kebutuhan protein: Remaja laki-laki usian 10-12 tahun membutuhkan 56 gram


protein, usia 13-15 tahun 72 gram, dan usia 16-18 tahun 66 gram. Remaja
perempuan berdasarkan usia adalah 60 gram protein usia 10-12 tahun, 72 gram
protein usia 13-15 tahun, dan 60 gram protein usia 16-18 tahun.
 Kebutuhan energi: Remaja putra membutuhkan sekitar 3.470 kkal per hari pada
usia 16 tahun, dan menurun menjadi 2.900 pada usia 16-19 tahun. Remaja putri
mempunukan 2.500 kkal pada usia 12 tahun, dan menurun menjadi 2.200 kkal
pada usia 18 tahun.
Untuk memenuhi kebutuhan gizi remaja, perlu diperhatikan pemberian makanan yang
seimbang dan beragam, mengeluarkan produk makanan yang tidak sehat, dan
meningkatkan pemahaman mengenai gizi remaja.

2.2. ASUPAN NUTRISI PADA REMAJA

Sumber makanan yang bergizi dan baik untuk dikonsumsi oleh remaja antara lain:

1. Daging merah, daging unggas, ikan, dan telur: Sumber protein yang penting
untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh remaja, serta vitamin B dan asam
folat.
2. Susu: Sumber karbohidrat, protein, dan kalsium yang penting untuk pertumbuhan
tubuh remaja.
3. Karbohidrat: Sebagai sumber energi utama, remaja membutuhkan karbohidrat
yang baik, seperti nasi, beras, dan kentang.
4. Serat: Remaja membutuhkan asupan serat dalam makanan, seperti jagung, sayur,
dan buah-buahan.
5. Vitamin C: Sumber vitamin C yang penting untuk pembentukan sel dan
metabolisme, ditemukan dalam buah-buahan dan sayur-sayuran.
6. Lemak: Remaja perlu mendapatkan asupan lemak dari sumber makanan yang
tepat, seperti kacang, kacangan, dan buah-buahan.

Vitamin yang dibutuhkan oleh remaja antara lain:

a. Vitamin A: Memiliki peran penting dalam berbagai fungsi pada tubuh, seperti
memelihara fungsi penglihatan, pemeliharaan kesehatan tulang dan jantung, dan
pemeliharaan sistem kekebalan tubuh.Sumber makanan yang mengandung
vitamin A antara lain sayuran berwarna oranye, produk olahan susu, dan kacang-
kacangan
b. Vitamin B dan asam folat: Berperan dalam pembentukan sel dan metabolisme,
ditemukan dalam daging merah, daging unggas, ikan, telur, dan susu.
c. Vitamin C: Memiliki peran dalam pembentukan kolagen yang membantu
pertumbuhan tulang dan gigi, penyembuhan luka, dan meningkatkan sistem
kekebalan tubuh. Sumber makanan yang mengandung vitamin C antara lain
jeruk, tomat, kentang, brokoli, kembang kol, bayam, dan kacang-kacangan.
d. Vitamin D: Memiliki peran dalam pembentukan tulang dan menjaga kadar
kalsium. Sumber makanan yang mengandung vitamin D antara lain minyak ikan,
kuning telur, dan sinar matahari.
e. Vitamin E: Berperan sebagai antioksidan. Sumber makanan yang mengandung
vitamin E antara lain gandum, kedelai, tauge, alpukat, bayam, mangga, tomat,
dan kuning telur.
f. Vitamin K: Memiliki peran dalam pembentukan serta pemeliharaan sel epitel
dan membran mukosa, mendukung proses pertumbuhan, serta berperan dalam
pembentukan dan kesehatan tulang serta gigi, serta memelihara sistem kekebalan
tubuh. Sumber makanan yang mengandung vitamin K antara lain sayuran
berdaun hijau dan jenis sayuran tertentu.

Untuk memenuhi kebutuhan vitamin, remaja harus makan aneka ragam makanan
yang mengandung vitamin-vitamin tersebut.

2.3. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN GIZI REMAJA

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi remaja yaitu usia dan jenis
kelamin, selain itu ada bebarapa faktor lainnya,yaitu:

1. Aktivitas fisik: Kebutuhan gizi remaja yang aktif fisik lebih tinggi
dibandingkan dengan remaja yang tidak aktif fisik.
2. Kondisi kesehatan: Remaja yang sedang mengalami masalah kesehatan,
seperti obesitas, asma, atau gagal ginjal, akan membutuhkan kebutuhan gizi
yang berbeda.
3. Kondisi pangan: Kondisi pangan, seperti ketersediaan makanan yang
seimbang dan kualitas makanan, dapat mempengaruhi kebutuhan gizi remaja.
4. Keadaan ekonomi: Remaja yang mengalami keadaan ekonomi yang buruk
akan mempunyai kebutuhan gizi yang lebih rendah.
5. Kebiasaan makan: Kebiasaan makan, seperti makanan yang disukai,
kebiasaan makan bersama rakan, dan kebiasaan makan ketika sedang
beraktivitas, dapat mempengaruhi kebutuhan gizi remaja.
6. Kualitas tidur: Kualitas tidur, seperti jumlah tidur yang cukup, kualitas ruang
tidur, dan kualitas tidur yang nyaman, dapat mempengaruhi kebutuhan gizi
remaja.

Semua faktor ini harus diperhatikan untuk menghitung kebutuhan gizi remaja
yang sesuai dengan kebutuhan individu.

2.4. CARA MENGHITUNG KEBUTUHAN KALORI PADA USIA REMAJA

Cara menghitung kebutuhan gizi remaja tergantung pada faktor-faktor seperti


usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, dan tingkat aktivitas fisik. Berikut
adalah langkah-langkah untuk menghitung kebutuhan gizi remaja:

1. Menghitung kalori harian: Gunakan rumus Harris Benedict untuk menghitung


kalori harian yang dibutuhkan. Rumus untuk laki-laki: 66 + (13,7 x berat badan)
+ (5 x tinggi badan) – (6,8 x usia). Rumus untuk wanita: 655 + (9,6 x berat
badan) + (1,8 x tinggi badan).
2. Menghitung kebutuhan protein: Untuk remaja putra, kebutuhan protein adalah
56 gram pada usia 10-12 tahun, 72 gram pada usia 13-15 tahun, dan 66 gram
pada usia 16-18 tahun. Untuk remaja putri, kebutuhan protein adalah 60 gram
pada usia 10-12 tahun, 72 gram pada usia 13-15 tahun, dan 60 gram pada usia 16-
18 tahun
3. Menghitung kebutuhan karbohidrat: Kebutuhan karbohidrat remaja adalah
150 gram per hari.
4. Menghitung kebutuhan lemak: Kebutuhan lemak remaja adalah 20-30 gram per
hari.
BAB III

MANAJEMEN ASUHAN TERHADAP MANFAAT GIZI PADA


MASA REMAJA

3.1. DAMPAK KEKURANGAN GIZI PADA REMAJA

Bila remaja kekurangan gizi, terjadi dampak yang berpengaruh pada kesehatan
dan daya tahan tubuh. Beberapa dampak yang mungkin terjadi antara lain:

1. Tumbuh kembang yang lemah: Kekurangan gizi dapat menyebabkan tumbuh


kembang yang lemah, yang mungkin menyebabkan gangguan fisik dan kognitif.
2. Kurangnya tingkat kecerdasan dan prestasi akademik: Remaja yang
kekurangan gizi dapat mengalami kurangnya tingkat kecerdasan dan prestasi
akademik, yang mungkin menyebabkan gangguan dalam pembelajaran.
3. Gangguan sistem metabolik: Kekurangan gizi dapat menyebabkan gangguan
sistem metabolik, yang mungkin menyebabkan penyakit tidak menular seperti
diabetes.
4. Kurangnya ketahanan tubuh: Tubuh yang kekurangan gizi dapat menjadi lebih
lemah, yang mungkin meningkatkan risiko terjadinya penyakit.
5. Risiko kematian saat melahirkan: Anemia, yang dapat disebabkan kekurangan
gizi, dapat meningkatkan risiko kematian saat melahirkan.

Untuk menangani dampak kekurangan dizi, penting untuk memenuhi asupan


nutrisi dengan baik dan menggunakan pola makan sehat. Jika terdeteksi dan ditangani
lebih awal, dampak kekurangan dizi dapat dapat dikurangi.
Penyakit yang mungkin terjadi pada remaja bila kekurangan gizi antara lain:

a. Anemia: Kekurangan zat besi yang dapat disebabkan kekurangan gizi, yang
dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit infeksi dan gangguan hormonal.
b. Kurang Energi Kronis (KEK): Kekurangan energi yang dapat meningkatkan
risiko berbagai penyakit infeksi dan gangguan hormonal.
c. Tekanan Darah Tinggi: Kekurangan gizi pada remaja berisiko menyebabkan
penyakit kronis saat dewasa, seperti tekanan darah tinggi.
d. Penyakit Kencing Manis: Kekurangan gizi pada remaja berisiko menyebabkan
penyakit kronis saat dewasa, seperti penyakit kencing manis.
e. Gangguan Pubertas: Kekurangan gizi pada remaja mungkin menyebabkan
gangguan pubertas, yang pada perempuan ditandai dengan lambatnya menarke
(menstruasi pertama).
f. Gangguan Pertumbuhan Fisik dan Kognitif: Kekurangan gizi pada remaja
dapat mempengaruhi pertumbuhan fisik dan kognitif mereka.

3.2. MANAJEMEN ASUHAN KEPADA REMAJA

3.2.1. INVESTIGASI/ PENGUMPULAN DATA


Pada usia remaja dapat dilakukan pengumpulan data dengan mengguakan
pendektan kepada klien secara auto anamesis, yaitu menanyakan langsung kepada
sasaran mengenai intensitas makan, jumlah porsi setiap kali makan, apa saja lauk pauk
yang dikonsumsi apakah sesuai dengan kebutuhan harian atau belum tercukupi.
Bidan juga dapat melakukan pendekatan dengan melakukan alloanamesis yaitu
dengan menanyakan kepada keluarga atau orang terdekat mengenai apa saja yang
dikonsumsi remaja dalam pemenenuhan kebutuhan nutrisi tubuh.

3.2.2. IDENTIFIKASI
Indikator gizi yang diidentifikasi pada remaja meliputi:

1. Indeks Massa Tubuh (IMT): IMT adalah indeks antropometri yang


membandingkan berat badan dan tinggi badan yang dirumuskan sebagai berat
badan dalam kilogram dibagi dengan tinggi badan dalam meter kuadrat. IMT
dapat digunakan sebagai alat skreening untuk mengidentifikasi kemungkinan
masalah berat badan pada anak-anak dan remaja muda.
2. Berat Badan Menurut Umur (BB/U): Indikator BB/U memberikan indikasi
masalah gizi secara umum, tidak memberikan indikasi tentang masalah gizi yang
sifatnya kronis atau pun berat badan berkorelasi positif dengan umur dan tinggi
badan.
3. Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U): Indikator TB/U memberikan indikasi
masalah gizi yang sifatnya kronis sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung
lama, misalnya kemiskinan, perilaku hidup sehat dan pola asuh atau kebiasaan
makan.
4. Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB): Perbedaan pengunaan indikator
tersebut akan memberikan gambaran prevalensi status gizi yang beda.
5. Konsumsi Buah dan Sayur: Konsumsi buah dan sayur adalah bagian tanaman
dimana strukturnya mengelilingi biji, yang dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan individu baik secara biologik, psikologik maupun sosial.
6. Konsumsi buah dan sayur sejumlah 400 gram per orang per hari, yang terdiri
dari 250 gram sayur (setara dengan 2 porsi atau 2 gelas sayur setelah dimasak dan
ditiriskan) dan 150 gram buah.
7. Konsumsi Zat Gizi Mikro: Konsumsi zat gizi mikro seperti protein dan zat besi
yang adekuat untuk mencapai status gizi yang optimal.
8. Status Gizi Kurang, Normal, Lebih, dan Obesitas: Pada penelitian yang
menerapkan perhitungan IMT untuk penilaian status gizi pada remaja, didapatkan
238 responden (57%) dengan status gizi kurang, 141 responden (34%) dengan
status gizi normal, 15 responden (4%) dengan status gizi lebih, dan 23 responden
(5%) dengan status gizi obesitas.
9. Konsumsi Makanan Pokok, Lauk, dan Buah Serta Sayur: Konsumsi makanan
pokok, lauk, dan buah serta sayur dapat memberikan gambaran tentang konsumsi
berbagai zat gizi yang dikonsumsi oleh remaja.
10. Kebutuhan Gizi: Remaja perlu memenuhi kebutuhan asupan energi, zat gizi
mikro seperti protein dan zat besi untuk dapat mencapai status gizi yang optimal.
11. Konsumsi Makanan Kurang dan Konsumsi Makanan Tercukupi: Apabila
konsumsi makanan kurang dari kebutuhan, dapat menyebabkan status gizi
kurang, dan sebaliknya, apabila konsumsi makanan tercukupi, status gizi baik.
12. Infeksi: Infeksi dapat mempengaruhi status gizi, dimana infeksi dapat
menyebabkan nafsu makan seseorang menurun, yang dapat menyebabkan zat gizi
yang masuk kedalam tubuh juga berkurang dan akan mempengaruhi keadaan gizi
jika keadaan gizi menjadi buruk, maka reaksi kekebalan tubuh akan menurun
sehingga kemampuan tubuh mempertahankan diri terhadap infeksi menjadi
menurun.

3.2.3. ANTISIPASI MASALAH/ DIAGNOSIS POTENSI LAIN


Antisipasi masalah gizi pada remaja dapat dilakukan dengan menggunakan hasil
identifikasi, megenai diagnosa yang dialami remaja karena kekurangan gizi, beberapa
langkah yang dapat dilakukan adalah:
Melakukan pemeriksaan kompleks terdahap penyakit yang di derita, melakuka
asuhan baik berupa edukasi maupun pemgobatan dan preventif kepada remaja, agar
remaja mengetahui apa-apa saja kebutuhan harian tubuh.

3.2.4. EVALUASI KEBUTUHAN


Bila hasil diagnosa menyatakan bahwa terjadi patologis terhadap remaja karena
kurang gizi, dapat dilakukan konsultasi, kolaborasi dengan petugas layanan lainnya,
dan bila sudah tidak dapat ditangani oleh bidan dapat segera melakukan rujukan.

3.2.5. PERENCANAAN ASUHAN


Perencanaan asuhan kepada remaja yang kekurangan gizi dapat dilakukan melalui
berbagai cara, seperti:

1. Periksa kondisi fisik dan gizi: Sebelum membuat rencana asuhan, perlu dilakukan
periksa kondisi fisik dan gizi remaja, yang termasuk berat badan, tinggi badan,
kondisi kulit, dan kondisi gigi.
2. Berikan informasi tentang gizi: Berikan informasi tentang gizi dan nutrisi yang
diperlukan remaja, seperti makanan yang mengandung protein, vitamin, dan
mineral.
3. Membuat rencana makan: Membuat rencana makan yang sesuai dengan
kebutuhan gizi remaja, yang termasuk jenis makanan, jumlah, dan waktu makan.
4. Mengatur pola makan: Mengatur pola makan yang baik, seperti makan setiap 3-4
jam, mengkonsumsi buah dan sayur setiap hari, dan mengurangi pemakaian
minuman ringan.
5. Mengatur konsumsi air: Mengatur konsumsi air secukupnya, yang termasuk 8-10
gelas air setiap hari.
6. Mengatur konsumsi vitamin dan mineral: Mengatur konsumsi vitamin dan
mineral yang diperlukan remaja, yang termasuk vitamin A, C, D, E, dan K, serta
mineral seperti zat besi, kalsium, dan potassium.
7. Mengurangi konsumsi makanan yang tidak seimbang: Mengurangi konsumsi
makanan yang tidak seimbang, seperti makanan yang mengandung banyak gula,
garam, dan minyak.
8. Mengatur aktivitas fisik: Mengatur aktivitas fisik yang baik, seperti berjalan,
bermain olahraga, dan berlibur di luar ruangan.
9. Mengatur waktu tidur: Mengatur waktu tidur yang baik, yang termasuk 8-10 jam
setiap hari.

3.2.6. PENATA LAKSANAAN


Penata laksanaan asuhan pada remaja terhadap pemenuhan gizi dilakukan dengan
cara komprehensif, dengan menentuka diagnosa penyakit dilakukan tindakan untuk
melakukan asuhan pelayanan kebidanan.

3.2.7. EVALUASI
Hasil evaluasi akhir terhadap manajemen gizi pada remaja dapat dikumpulkan
melalui berbagai cara, seperti:

1. Pendekatan sistem: Pendekatan sistem dapat dilakukan untuk suatu program


kesehatan dimana penilaian secara komprehensif dapat dilakukan dengan menilai
input, process, dan output.
2. Evaluasi formatif: Untuk melihat dan meneliti pelaksanaan suatu program,
mencari umpan balik untuk memperbaiki pelaksanaan program.
3. Evaluasi sumatif: Dilaksanakan pada akhir program untuk mengukur apakah
tujuan program tersebut tercapai.
BAB IV

PENUTUP

2.1. KESIMPULAN

Gizi pada masa remaja merupakan asupan nutrisi yang dibutuhkan individu yang
berada pada masa atau usia antara anak-anak dan dewasa. Masalah gizi remaja antara
lain gizi kurang, gizi lebih, obesitas, dan anemia. Tingkat pengetahuan gizi remaja
akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam memilih makanan disekolah
maupun dirumah. Penyuluhan gizi sangat penting untuk menambah pengetahuan gizi
remaja sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai kebiasaan
hidup sehat.

Perubahan fisik dan kebutuhan energi yang lebih tinggi diperlukan untuk
mendukung pertumbuhan dan perkembangan tubuh remaja. Kebutuhan zat gizi
makro, seperti energi, protein, dan lemak, yang dibutuhkan remaja berbeda dengan
anak-anak dan dewasa, dan perubahan gaya hidup, dan kebiasaan mencoba-coba
makanan disekolah maupun dirumah.

2.2. SARAN
Diusia remaja disarankan untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi tinggi untuk
menjaga imunitas tubuh dan terhindar dari penyakit, selain baik dalam pembentukan
sel, gizi yang terpenuhi juga baik dalam menaja organ dan kerja organ di dalam tubuh.
DAFTAR PUSTAKA

Suhartini,A.(2018)ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


STATUS GIZI REMAJA PUTRI PADA SISWI KELAS VII SMPN 2 DESA
TAMBAK BAYA KECAMATAN CIBADAK KABUPATEN LEBAK TAHUN
2017. Jurnal Medikes,volume 5, edisi 1, halaman 128.

Fajar,D.(2018).ASUPAN ZAT GIZI DAN STATUS GIZI PADA REMAJA PUTRI


YANG SUDAH DAN BELUM MENSTRUASI.Jurnal Gizi dan Pangan,volume
7,nomor 3:halaman 138—140.

Muchtar,A.(2022).Pengukuran status gizi remaja putri sebagai upaya pencegahan


masalah gizi di Desa Mekar Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe.Jurnal Abdi
Masyarakat,Vol. 4. No. 1,halaman, 43.

Marchella.(2022).Edukasi Tentang Gizi Seimbang Pada Remaja di Kabupaten


Minahasa.Jurnal Perempuan dan Anak Indonesia, volueme 4, nomor 1, halam 39.

Anda mungkin juga menyukai