URAIAN MATERI
PENDAHULUAN
Remaja adalah individu baik pria atau wanita yang berada pada masa/usia antara
anak-anak dan dewasa. Remaja adalah kelompok orang yang berusia 10-19 tahun.
Perubahan fisik karena pertumbuhan yang berusia 10-19 tahun. Perubahan fisik
karena pertumbuhan yang terjadi pada masa remaja akan mempengaruhi status
kesehatan dan gizi remaja tersebut. Salah satu area penting dalam kesehatan remaja
adalah kesehatan reproduksi remaja. Kesehatan reproduksi remaja (adolescent
reproduktif health) adalah upaya kesehatan reproduksi yang dibutuhkan oleh remaja.
Salah satu unsur yang berperan dalam mewujudkan kesehatan reproduksipada remaja
adalah status gizi. Asupan zat-zat gizi yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan
remaja akan membantu remaja mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang
optimal. Ketidak seimbangan antara asupan kebutuhan atau kecukupan akan
menimbulkan masalah gizi baik itu berupa masalah gizi lebih maupun gizi kurang.
Berbagai perubahan terjadi pada diri remaja baik itu perubahan fisik maupun
psikis. Masa remaja merupakan periode pertumbuhan dan proses kematangan
manusia, sehingga terjadi perubahan yang sangat unik dan berkelanjutan.
Pertumbuhan fisik pada remaja terjadi bersamaan dengan prosesmatangnya organ
reproduksi. Masalah gizi pada remaja akan berdampak negatif pada tingkat kesehatan,
misalnya penurunan konsentrasi belajar, risiko melahirkan bayi dengan BBLR,
penurunan kesegaran jasmani, banyak penelitian telah dilakukan menunjukkan
kelompok remaja menderita/mengalami banyak masalah gizi. Masalah gizi tersebut
antara lain anemia dan IMT kurang dari batas normal atau kurus. Prevalensi nemia
berkisar antara 40%-88%, sedangkan pravelensi remaja dengn IMT kurus berkisar
antara 305-40%.
ISI MATERI
Status gizi remaja harus dinilai secara perorangan, berdasarkan data yang diperoleh dari
pemeriksaan klinis, biokimiawi, antropometris, diet, serta psikososial. Secara garis besar,
remaja putra memerlukan lebih banyak energy ketimbang remaja putri. Pada usia 16 tahun
remaja putera membutuhkan sekitar 3.470 kkal per hari, dan menurun menjadi 2.900 pada
usia 16-19 tahun. Kebutuhan remaja putri memuncak pada usai 12 tahun (2.550 kkal),
kemudian menurun menjadi 2.200 kkal pada usia 18 tahun. Perhitungan ini didasarkan
pada stadium perkembangan fisiologis, bukan usia kronologis. Wait dkk. Menganjurkan
penggunaan kkal per cm tinggi badan sebagai penentu kebutuhan akan energy yang lebih
baik. Perkiraan energy untuk remaja putera berusia 11-18 tahun yaitu 13-23 kkal/cm,
sementara remaja putri dengan usia yang sama yaitu 10-19 kkal/cm.
Perhitungan besarnya kebutuhan akan protein berkaitan dengan pola tumbuh, bukan
usia kronologis. Untuk remaja putera, kisaran besarnya kebutuhan ini ialah 0.29-0.32 g/cm
tinggi badan. Sementara remaja putri hanya 0.27-0.29 g/cm. Kebutuhan akan semua jenis
mineral juga meningkat. Penigkatan kebutuhan akan besi dan kalsium paling mencolok
karena kedua mineral ini merupakan komponen penting pembentuk tulang dan otot.
Asupan kalsium yang dianjurkan sebesar 800 mg (praremaja) sampai 1.200 mg remaja.
Peningkatan kebutuhan energy dan zat gizi sekaligus memerlukan tambahan vitamin di
atas kebutuhan semasa bayi dan anak. Asupan thiamin, riboflavin, dan niacin harus
ditambah sejajar dengan pertambahan energy. Vitamin ini diketahui berperan dalam proses
pelepasan energy dari karbohidrat. Percepatan sintesis jaringan mengisyaratkan
pertambahan asupan vitamin B6, B12 dan asam folat. Ketiga jenis vitamin ini berperan
dalam sintesis RNA dan DNA. Untuk menjaga agar sel dan jaringan baru tidak cepat
rusak, asupan vitamin A, C, dan E juga perlu ditingkatkan disamping vitamin D karena
perannya dalam proses pembentukan tulang.
Pemberian aneka menu harian bisa Anda sesuai kembali dengan selera dan makanan
kesukaan anak. Namun tetap pastikan, makanan yang Anda sajikan dapat memenuhi
semua kebutuhan gizi anak remaja.
C. Masalah gizi yang sering terjadi pada remaja dan penatalaksanaannya
Beberapa masalah yang berkaitan dengan gizi yang ditemukan pada remaja antara lain :
1. Kurus
Menurut Susenas 1999-2003, sebesar 35-40% wanita usia subur (WUS) 15-19 tahun
beresiko Kekurangan Energi Kronis. Kurus merupakan masalah gizi yang umumnya
lebih banyak ditemukan pada remaja perempuan. Seringkali remaja putri memilii motto
bahwa “kurus itu indah” sehingga mereka sering melakukan diet tanpa pengawasan dari
dokter atau ahli gizi sehingga zat-zat gizi penting tidak terpenuhi. Penatalaksanaan dari
masalah ini bias dilakukan dengan terapi gizi atau dengan pengobatan jika menderita
sakit dilanjutkan dengan pemulihan gizi.
2. Obesitas
Obesitas adalah keadaan seseorang jika berat badannya lebih dari 30 standar BBI
(Berat Badan Ideal), atau juga keadaan jika seseorang mempunyai berat badan 12%
lebih besar dari berat badan seharusnya pada usianya. Obesitas biasanya disebabkan
karena remaja tidak dapat mengontrol makanannya, makan dalam jumlah berlebih
sehingga berat badannya melebihi ukuran normal. Penatalaksanaan yang bias dilakukan
untuk penderita obesitas adalah mengembangkan diet yang sehat, olahraga secara
bertahap, dan untuk penderita obeitas yang luar biasa gemuk sehingga bias mengancam
hidupnya dilakukan oprasi untuk mengecilkan lambung yang dinamakan gastroplasti
atau prosedur penjepitan lambung.
3. Anemia
Anemia merupakan kelanjutan dampak dari kurang zat gizi makro (karbohidrat,
protein, lemak) dan zat gizi Mikro (vitamin, mineral). Masalah anemia pada remaja
terutama remaja putri dapat diatasi dengan suplementasi iron/zinc. Makanan sumber zat
besi/zinc yaitu sumber hewani seperti daging, produk laut dan sumber nabati seperti
kacang-kacangan.
4. Anoreksia Nervosa dan Bulimia
Anoreksia dan bulimia merupakan bentuk eating disorder yaitu kelainan pola makan
yang biasanya lebih sering terjadi pada perempuan. Gangguan tersebut dihasilkan oleh
ketakutan tubuh menjadi gemuk setelah makan dan ketakutan mental itu akan terpancar
melalui penyiksaan fisik. Upaya penatalaksanaan anoreksia dan bulimia pada umumnya
terdiri dari 2 tahap yaitu mengembalikan berat badan normal, serta terapi psikis yang
seringkali dibarengi dengan pemberian obat-obatan.
D. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah gizi pada remaja
Peran pemerintah untuk program gizi masyarakat dengan tujuan penanggulangan
masalah gizi sudah banyak yang diluncurkan, antara lain:
1. Program Edukasi Gizi
Upaya-upaya pendidikan gizi pada remaja lebih efektif dilakukan di sekolah,
khususnya Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan Sekolah Lanjutan Tingkat
Atas (SLTA), karena pada masa ini remaja mengalami pertumbuhan cepat (growth
spurt) setelah pertumbuhan pada masa balita.
2. Program Suplementasi Gizi
Suplementasi adalah penambahan satu atau lebih unsur pada keadaan yang biasa
terjadi. Suplementasi gizi adalah satu atau lebih zat gizi yang ditambahkan ke
konsumsi makanan sehari-hari dengan harapan terpenuhi kebutuhan gizinya.
Contoh: melalui pemberian makanan maupun produk zat gizi seperti pil besi
dan
vitamin A.
3. Program Fortifikasi Bahan Makanan
Fortifikasi adalah penambahan zat gizi tertentu ke dalam bahan makanan dengan
tujuan agar masyarakat terhindar dari defisiensi (kekurangan) zat gizi tersebut.
Biasanya, zat gizi yang ditambahkan adalah zat gizi mikro yang masih menjadi
masalah di Negara bersangkutan atau berisiko untuk menjadi masalah jika tidak
dilakukan fortifikasi pada bahan makanan tersebut.
Contoh: Umumnya bahan makanan itu adalah bahan makanan yang biasa
dikonsumsi oleh masyarakat dan iodium pada garam ataupun fortifikasi besi pada
tepung.
DAFTAR PUSTAKA
Sulistyoningsih, Hariyani. 2011. Gizi Untuk Kesehatan Ibu Dan Anak. Yogyakarta: Graha
Ilmu.