Anda di halaman 1dari 4

Pentingnya Memperhatikan Kebutuhan Gizi Anak

Kualitas sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor utama yang


diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Faktor gizi memegang
peranan penting dalam mencapai SDM yang berkualitas. Gizi yang baik akan
menghasilkan SDM yang berkualitas yaitu sehat, cerdas dan memiliki fisik yang
tangguh serta produktif. Perbaikan gizi diperlukan pada seluruh siklus kehidupan,
mulai sejak masa kehamilan, bayi dan anak balita, pra sekolah, anak SD dan MI, remaja
dan dewasa sampai usia lanjut. Anak sebagai aset SDM dan generasi penerus yang perlu
diperhatikan kehidupannya. Kecukupan gizi dan pangan merupakan salah satu
faktor terpenting dalam pengembangan kualitas SDM. Kecukupan gizi sangat
berpengaruh terhadap kesehatan dan produktivitas kerja manusia. Banyak aspek yang
mempengaruhi status gizi antara lain yakni aspek pola pangan, sosial budaya dan pengaruh
konsumsi pangan.

Perkembangan individu dimulai sejak dalam kandungan kemudian dilanjutkan ke 8


tahap yakni bayi (0 – 18 bulan), toddler (1,5 – 3 tahun), anak-anak awal atau pra sekolah
(3–6 tahun), sekolah (6 – 12 tahun), remaja (12-18 tahun), dewasa muda ( 18 – 35 tahun),
dewasa tengah (35-65) tahun, dan tahap terakhir yaitu dewasa akhir ( > 65 tahun). Pada
masa mulai sekolah anak mulai masuk ke dalam dunia baru, anak mulai banyak
berhubungan dengan orang-orang di luar keluarganya dan berkenalan dengan suasana dan
lingkungan baru dalam kehidupannya. Pada masa sekolah, anak lebih banyak beraktivitas,
baik di sekolah maupun di luar sekolah, sehingga anak memerlukan energi yang lebih
banyak. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013, prevalensi
nasional Anak Usia Sekolah (5-12 tahun) kurus adalah 11,2%. Selain masalah anak
kurus terdapat juga masalah anak gemuk yaitu anak usia sekolah (5-12 tahun)
gemuk sebesar 18,8%. Sedangkan untuk prevalensi remaja dengan status gizi kurus pada
tahun 2010 sebesar 7,1% dan pada tahun 2013 sebesar 7,5%, terdapat peningkatan
sebanyak 0,4%. Lalu, prevalensi remaja yang mengalami kelebihan berat badan sebanyak
7,3% yang terdiri dari 5,7% overweight dan 1,6% obesitas, hasil ini jauh lebih meningkat
dibandingkan pada tahun 2010 yang hanya sebesar 1,4% remaja mengalami kelebihan berat
badan. Gizi berlebih dapat disebabkan karena beberapa faktor risiko yaitu faktor genetik,
status sosial ekonomi, aktivitas fisik, lingkungan, kebiasaan makan. Kebiasaan
makan yang tidak baik seperti kelebihan makan makanan jajanan yang tinggi lemak, tinggi
gula, dan tinggi kalori serta kurangnya aktivitas fisik dapat menyebabkan overweight atau
obesitas pada anak.

Penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara kebiasaan jajan dengan berat
badan anak pra sekolah. Anak yang memiliki kebiasaan jajan beresiko 7,012 kali lebih
besar mengalami overweight atau obesitas dibandingkan anak yang tidak memiliki
kebiasaan jajan. Penelitian lain menunjukkan bahwa adanya hubungan antara
frekuensi makan jajanan dengan kejadian overweight atau obesitas pada anak remaja
usia 11 sampai 13 tahun. Pola konsumsi makanan jajanan berhubungan dengan kejadian
overweight/obesitas pada remaja. Dalam penelitian ini menunjukkan prevalensi
overweight/obesitas lebih tinggi pada anak yang mengkonsumsi 20% kalori dari
makanan jajanan dan anak yang konsumsi makanan jajanan > 3 kali per hari.

Gizi Seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi
dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh. Dalam ilmu gizi beracuan
pada “Piramida Gizi” yang dalam piramida gizi tersebut terdapat berbagai kelompok bahan
makanan. Pada baris pertama piramida ada kelompok karbohidrat ( nasi, roti, mie, bihun,
pasta, sereal dan sebagainya) yang merupakan sumber energi utama. Kelompok ini boleh
diasup dengan porsi terbesar 60-70%. Baris kedua adalah kelompok serat yang merupakan
sumber vitamin dan mineral. Kelompok ini masih boleh diasup denagn porsi banyak tetapi
tak sebanayk porsi karbohidrat. Kotak sayur lebih besar dari kotak buah menandakan, sayur
perlu diasup lebih banyak daripada buah. Baris ketiga yang terdiri atas dua kotak
merupakan kelompok sumber protein dan mineral. Kotak kanan adalah makanan sumber
protein hewani dan nabati. Kotak kiri adalah susu dan produknya. Baris ketiga menyempit
dibanding baris sebelumnya, yang berarti kebutuhannya lebih sedikit. Karena kelompok ini
mengandung cukup banyak lemak. Kolom puncak terdiri atas kelompok lemak dan minyak.
Yang termasuk di dalamnya antara lain: minyak goreng, lemak dari daging sapi maupun
ayam, saus salad, minuman bersoda, permen dan coklat. Kelompok ini menghasilkan
banyak kalori namun kandungan gizinya terbilang sedikit. Oleh karena itu, tidak dianjurkan
untu mengonsumsinya terlalu banyak.

Gizi seimbang terdapat dari makan makanan yang beranekaragam, makananan yang
beranekaragam yaitu makanan yang mengandung unsur-unsur zat gizi yang diperlukan
tubuh dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Di dalam ilmu gizi terdapat triguna makanan
yang terdiri makanan yang mengandung sumber tenaga, pembangun dan pengatur.
Makanan yang mengandung sumber zat tenaga ialah beras, jagung, ubi, kentang, sagu, roti
dan mie. Makanan yang mengandung sumber zat tenaga digunakan untuk melakukan
aktivitas sehari-hari. Makanan yang mengandung sumber zat pembangunan ialah tahu,
tempe, telur, ayam, ikan. Makanan yang mengandung sumber zat pembangun sangat
diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Makanan yang mengandung sumber zat
pengatur terdapat pada sayur-sayuran dan buah, makanan ini mengandung berbagai vitamin
dan mineral yang berperan untuk melancarkan fungsinya organ-organ tubuh.

Oleh karena itu, penting halnya untuk memperhatikan kecukupan asupan gizi anak
setiap harinya. Penting juga memperhatikan usia anak karena tiap-tiap usia memiliki kadar
atau takaran keseimbangan gizinya masing-masing. Kualitas gizi yang baik sangat
menentukan kualitas kesehatan di negara tersebut. Mari bersama-sama memperhatikan
keseimbangan gizi anak guna meningkatkan kualitas hidup manusia di dunia.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 2006. Riset Kesehatan Dasar 2006. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.

Departemen Kesehatan. 2013. Ringkasan hasil prevalensi status gizi anak usia 5-12
tahun.Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

Moehji, S. 2003. Ilmu Gizi (2). Jakarta: Penerbit Papas Sinar Sinanti.

Soetjiningsih. 2012. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai