Anda di halaman 1dari 22

KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK PRA SEKOLAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Gizi dan Diet


Dosen Pengampu : Ns. Margiyati, M.Kep

Disusun Oleh :

1. Annisa Rahma Devi (20101440120008)


2. Arrus Muflikha (20101440120011)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN KESDAM
IV/DIPONEGORO
SEMARANG 2020/2021
DAFTAR ISI
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha Esa yang telah memberikan kita
kesehatan, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan judul “
Kebutuhan Nutrisi pada Anak Pra sekolah”.
Makalah ini kami buat bertujuan agar pembaca dapat memahami isi materi
yang di sajikan, saya harap pembaca dapat memakluminya untuk isi dari makalah
ini masih jauh dari kata sempurna bagi pembacanya, kritik dan saran sangat kami
harapkan. Kami manusia biasa tidak luput dari salah dan dosa. Karena
kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT.
Terselesaikannya makalah ini, semoga makalah yang kami susun ini dapat
berguna dan bermanfaat untuk kita semua, kami ucapkan terimakasih kepada
dosen pembimbing : Ns. Margiyati, M.Kep sebagai selaku dosen pengampu mata
kuliah Gizi dan Diet yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.

Semarang, 3 Februari 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Anak prasekolah adalah anak berusia dua sampai lima tahun. Rentang usia
tersebut merupakan periode emas seorang anak dalam pertumbuhan dan terutama
fungsi bahasa, kognitif, dan emosi. Untuk menunjang pertumbuhan dan
perkembangan tersebut, asupan nutrisi dari makanan merupakan salah satu faktor
yang berperan penting. Pada usia prasekolah, anak mengalami perkembangan
psikis menjadi balita yang lebih mandiri, dan dapat berinteraksi dengan
lingkungannya, serta dapat mengekspresikan emosinya (Soetjiningsih. 2012).
Gizi kurang masih menjadi salah satu masalah di Indonesia. Di dunia, kasus
anak yang usia prasekolah yang mengalami gizi kurang yakni 15,7% sedangkan
anak dengan kelebihan berat badan sebanyak 6,6% (WHO, 2013). Di Indonesia
pada tahun 2013 didapatkan banyaknya anak yang kurang berat badannya sebesar
19,6%, diantaranya 13,9% gizi kurang, dan 5,7% gizi buruk (Kemenkes,
2013).Riskesdas (2013) diketahui sebanyak 18,4% angka kejadian gizi kurang
pada balita(2007) dan kemudian menjadi 17,9%(2010), serta terjadi peningkatan
pada tahun 2013 menjadi 19,6%.Data tersebut menunjukkan bahwa masalah gizi
kurang, sulit untuk di cegah bahkan dihilangkan. Melalui penerapan gizi seimbang
diharapkan kejadian gizi kurang tidak semakin bertambah.
Maka dari itu nutrisi pada anak pra sekolah sangat dibutuhkan untuk
pemenuhan gizi yang seimbang. Karena pada usia pra sekolah nutrisi yang cukup
sangat berpengaruh terhadap tumbuh dan berkembangnya si anak.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas didalam pembahasan makalah
sebagai berikut:
1. Apakah pengertian dari masa pra sekolah?
2. Apakah pengertian nutrisi?
3. Apa saja kebutuhan gizi anak pra sekolah?
4. Masalah gizi pada anak pra sekolah?
5. Bagaimana penanggulangan masalah gizi kurang pada anak pra sekolah?
6. Apa saja syarat gizi seimbang?
C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian dari masa pra sekolah.
2. Mengetahui pengertian dari nutrisi.
3. Mengetahui apa saja kebutuhan gizi pada anak pra sekolah.
4. Mengetahui masalah gizi pada anak pra sekolah.
5. Mengetahui penanggulangan masalah gizi kurang pada anak pra sekolah.
6. Mengetahui syarat-syarat gizi seimbang.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN MASA PRA SEKOLAH DAN NUTRISI
1. Pengertian Masa Pra Sekolah
Anak usia prasekolah adalah anak yang berusia antara 3 sampai 6 tahun, pada
periode ini pertumbuhan fisik melambat dan perkembangan psikososial serta
kognitif mengalami peningkatan. Anak mulai mengembangkan rasa ingin
tahunya, dan mampu berkomunikasi dengan lebih baik. Permainan merupakan
cara yang digunakan anak untuk belajar dan mengembangkan hubungannya
dengan orang lain (DeLaune & Ladner, 2011).
Usia prasekolah merupakan periode yang optimal bagi anak untuk mulai
menunjukkan minat dalam kesehatan, anak mengalami perkembangan bahasa dan
berinteraksi terhadap lingkungan sosial, mengeksplorasi pemisahan emosional,
bergantian antara keras kepala dan keceriaan, antara eksplorasi berani dan
ketergantungan. Anak usia prasekolah mereka tahu bahwa dapat melakukan
sesuatu yang lebih, tetapi mereka juga sangat menyadari hambatan pada diri
mereka dengan orang dewasa serta kemampuan mereka sendiri yang terbatas
(Kliegman, Behrman, Jenson, & Stanton, 2007).
Pada usia pra-sekolah anak menjadi konsumen aktif. Mereka sudah dapat
memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini anak mulai bergaul dengan
lingkungannya atau bersekolah playgroup sehingga anak mengalami beberapa
perubahan dalam perilaku. Pada masa ini anak akan mencapai fase gemar
memprotes sehingga mereka akan mengatakan “tidak” terhadap setiap ajakan.
Pada masa ini berat badan anak cenderung mengalami penurunan, akibat dari
aktivitas yang mulai banyak dan pemilihan maupun penolakan terhadap makanan.
Diperkirakan pula bahwa anak perempuan relative lebih banyak mengalami
gangguan status gizi bila dibandingkan dengan anak laki-laki.
Pada masa ini anak menjadi “egosentris”, semua perhatian orang dewasa
harus tertuju kepadanya. Khususnya menjelang usia lima tahun, anak akan
semakin tahu akan kondisi lingkungan dan sudah pandai menerapkan norma-
norma, seperti mencuci tangan sebelum makan, membaca salam sebelum masuk
rumah, mencium tangan orang tuanya dan banyak lagi norma yang sudah
dipahami dan diterapkan dalam kesehariannya.
2. Pengertian nutrisi
Nutrisi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan
fungsinya, yaitu energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur
proses-proses kehidupan (Soenarjo, 2000). Menurut Rock CL (2004), nutrisi
adalah proses dimana tubuh manusia menggunakan makanan untuk membentuk
energi, mempertahankan kesehatan, pertumbuhan dan untuk berlangsungnya
fungsi normal setiap organ baik antara asupan nutrisi dengan kebutuhan nutrisi.
Sedangkan menurut Supariasa (2001), nutrisi adalah suatu proses organisme
menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses degesti,
absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang
tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi
normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.
B. KEBUTUHAN GIZI ANAK PRA SEKOLAH
Zat gizi esensial yang kita ketahui selam ini ada enam macam yaitu,
karbohidrat, protein, lemak, air, vitamin dan mineral. Keenam gizi sangat
diperlukan oleh tubuh untuk dapat menjalankan fungsinya secara baik, sehinggga
diharapkan dapat terkandung dalam menu makanan sehari-hari.
Menurut Barker(2002) keenam zat gizi tersebut adalah :
a. Karbohidrat : menghasilkan energi. 1 gram karbohidrat menghasilkan 3.75 kkal.
b. Protein : digunakan untuk pembentukan, pertumbuhan dan perbaikan jaringan
tubuh, dimetabolisme untuk menghasilkan energi. 1 g protein mengasilkan 4.0
kkal.
c. Lemak : merupakan sumber energi, berfungsi sebagai pembawa vitamin larut
dalam air (Vitamin A,D,E,K) mengandung asam lemak esensial yang penting
untuk membran sel dan pemberi rasa sedap pada makanan.
d. Air : sebagai media yang esensial untuk proses metabolisme dan pengeluaran zat
sisa
e. Vitamin : sebagai ko-faktor dalam aktivitas enzim, sebagai antioksidan untuk
mencegah kerusakan jaringan oleh radikal bebeas, dan mencegah penyakit
defisiensi
f. Mineral : pembentuk tulang dan gigi, komponen sistem enzim, untuk fungsi sel
saraf, mempertahakan homeostasis sel
1. Energi
Kebutuhan energi bayi dan anak relaif lebih besar bila dibandingankan dengan
orang dewasa, karena pertumbuhannya yang pesat. Kebutuhan energi sehari anak
pada tahun pertama kurang lebih 100-200 kkl/kg berat badan. Untuk tiap 3 tahun
pertambahan umur kebutuhan energi turun kurang lebih 10 kkal/kg berat bedan
(Almatsier, 2003).Kecukupan energi sehari anak dapat dilihat pada Tabel
Tabel Kecukupan Energi Sehari
untuk Anak Prasekolah Menurut Umur
Kecukupan Gizi (kkal/kg BB)
Golongan Umur
Pria Wanita
(tahun)
1-3 100 100
4-6 90 90
Sumber : Widya Karya Nsional Pangan dan Gizi dalam Almatsier (2003).
a. Karbohidrat
Dianjurkan 60-70% energi total berasal dari karbohidrat. Pada ASI dan
sebagiam besar susu formula bayi, 40-50% kandungan kalori berasal dari
karbohidrat, terutama laktosa. Salah satu keuntungan adanya laktosa dalam
makanan bayi adalah terjadinya pembentukan flora yang bersifat asam dalam usus
besar yang meningkatkan absorpsi kalsium. Konsumsi karbohidrat terutama
sebagai gula murni, yang kemungkinan besar dapat menyebabkan aterosklerosis
di kemudian hari, sehinggga sebaiknya gula hanya diberikan untuk memberi rasa
pada makanan(Almatsier, 2003).
b. Protein
Kebutuhan protein bayi dan anak relatif lebih besar bila dibandingkan dengan
orang dewasa. Angka kebutuhan protein bergantung pula pada mutu protein.
Semakin baik mutu protein, semakin rendah angka kebutuhan protein. Mutu
protein. Mutu protein bergantung pada susunan asam amino yang membentuknya,
terutama asam amino esensial (Almatsier, 2003) Kecukupan protein yang
dianjurkan untuk anak dapat dilihat pada Tabel.
Tabel Kecukupan Protein Sehari Anak Prasekolah Menurut Umur
Golongan Umur (tahun) Kecukupan Protein (g/kg BB)
1-3 2
4-6 1,8
Sumber : Widya Karya Nsional Pangan dan Gizi dalam Almatsier (2003)
Kecepatan pertumbuhan dan kualitas protein yang dimakan memengaruhi
kebutuhan anak akan protein ini. Jika dalam gizi anak kurang kandungan
karbohidrat dan lemak, maka protein akan digunakan untuk energi dari pada untuk
pembentukan jaringan ataupun fungsi lainnya. Berat badan akan berkurang, dan
pertumbuhan akan menurun (Suitor, 1984).
c. Lemak
Kebutuhan lemak tidak dinyatakan dalam angka mutlak. Dianjurkan 15-20%
energi total berasal dari lemak. Disamping itu untuk bayi dan anak dianjurkan 1-
2% energi total berasal dari asam esensial (asam linoleat). Asam lemak esensial
dibutuhukan untuk pertumbuhan dan untuk memelihara kesehatan sulit. Saat ini,
sudah banyak susu formula yang mengandung asam linoleat yang berguna untuk
membatu pertumbuhan otak.
d. Vitamin dan mineral
Kebutuhan akan vitamin dan mineral cukup tinggi sejalan dengan
pertumbuhan dan perkembangan anak. Tabel di bawah ini merupakan perkiraan
kebutuhan beberapa vitamin dan mineral untuk anak usia 1-6 tahun.
Tabel Kebutuhan Vitamin dan Mineral Anak Usia 1-6 Tahun
Perkiraan kebutuhan
Zat Gizi RDA 1- 4-6
Zat Gizi 1-3 4-6 tahun
3 tahun
tahun
Energi (kal) 1300 1800 Biotin (ug) 20 25
Protein (g) 16 24 Klorida (mg) 350 500
Vitamin A (RE) 400 500 Copper(mg) 0.7-1.0 L0-1.5
Vitamin D (ug) 10 10 Mangaan(mg) 1.0-15 15-2.0
Vitamin E (mg) 6 7 Fuoride (mg) 05-15 1.4-2.5
Vitamin K (ug) 15 20 Kromium 20-80 30-120
(ug)
Vitamin C (mg) 90 45 Sodium (mg) 225 300
Thiamin ( mg) 0.7 0.9 Potassium 1000 1400
(mg)
Riboflavin (mg) 0.8 1.1
Niasin (mg 9 12
equiv)
Vitamin B6 (mg) 1.0 1.1
Folat (ug) 50 75
Vitamin B12 (ug) 0.7 1.0
Kalsium (ing) 800 800
Fosfor (mg) 800 800
Magnesium (mg) SO 120
Zat Besi (mg) 10 10
Seng (mg) 10 10
Yodium (ug) 70 90
Sumber : Recommended Dietary Allowances, Foot and Nitrition Board, National
Academy of Sciences Research Council, Washington, D.C. 10th ed. 1989 dalam
Williams (1993)
Sekalipun kebutuhan vitamin dan mineral relatif lebih kecil, tetapi
kekurangan zat gizi tersebut dapat berakibat fatal. Seperti kerdil, kebodohan, dan
kecatatan.
e. Air
Menurut Almatsier (2003) air merupakan zat gizi yang sangat penting,
karena :
1. Sebagaian besar tubuh terdiri atas air
2. Kehilangan air melalui kulit dan ginjal pada bayi dan anak lebih besar dari
pada orang dewasa
3. Bayi dan anak akan lebih mudah terserang penyakit yang menyebabkan
kehilangan air dalam jumlah banyak (dehidrasi, terjadi pada mubtah-
muntah dan diare berat)
Tabel kebutuhan air sehari pada anak – anak
Umur Kebutuhan Sehari
(Tahun) (ml/kg/BB/hari)
2-3 115-125
4-5 100-110

2. Perubahan Pola Makan


Dalam penelitian (Lida Khalimatus Sa’diya, 2015), Pola makan pada anak
usia prasekolah berperan penting dalam proses pertumbuhan pada anak usia
prasekolah, karena dalam makanan banyak mengandung zat gizi. Zat gizi
memiliki keterkaitan yang erat hubungan dengan kesehatan dan kecerdasan dan
juga tumbuh kembang anak. Jika pola makan tidak tercapai dengan baik pada
anak usia prasekolah maka masa pertumbuhan akan terganggu. Sehingga dapat
menyebabkan tubuh kurus, pendek, bahkan bisa terjadi gizi buruk pada anak usia
prasekolah.
Masa prasekolah justru merupakan waktu yang tepat untuk anak memulai
pola makan dan hidup sehat. Orang tua dan orang dewasa di sekitar mereka dapat
menjadi contoh yang baik. Satu aturan yang mungkin bisa diikuti adalah on bite
rule: anak-anak harus mencoba setidaknya satu gigitan makan di hadapan mereka.
Untuk camilan, orang tua harus dapat memilih beberapa pilihan makanan yang
sehat dan membiarkan anak-anak untuk memilih sendiri salah satunya; tanggung
jawab untuk memilih makanan idealnuya dimulai esejak dini(Wardlaw, 2000).
3. Makanan Anak Prasekolah
Almatsier (2003), membagi makanan anak prasekolah ini menjadi dua
golangan umur, yakni anak umur 1-3 tahun dan umur 4-6 tahun yang pada
dasarnya hanya sedikit sekali perbedaan antara keduanya. Pada umur 1-3 tahun
anak bersifat konsumen pasif. Makananya tergantung pada apa yang disediakan
ibu. Gigi-geligi susu telah tumbuh, tetapi belum dapat digunakan untuk
mengunyah makanan yang terlalu keras. Namun anak hendaknya sudah diarahkan
untuk mengikuti pola makanan orang dewasa. Sedangkan pada umur 4-6 tahun
anak bersifat konsumen aktif, yaitu mereka telah dapat memilih makanan yang
disukai. Kebiasaan memakan makanan yang sehat sudah harus ditanamkan kepada
mereka.
Nafsu makan anak pada masa ini menunjukan variasi dari hari ke hari,
menurut selera individu dan umur anak. Seorang anak yang sehat tidak perlu
dipaksa makan kalau ia belum merasa lapar. Makanan manis, biskuit dan camilan
kurang bergizi lainnya jangan diberikan mengikuti kehendak anak semata; selera
makan anak dapat menurun kalau ia terlalu banyak makan-makanan yang manis.
Kuantitas makanan sebaiknya juga disesuaikan dengan selera makan si anak
(Hartono, 2000 dan Barker, 2005).
Perlu diingat bahwa makan juga merupakan suatu kegiatan sosial, anak-
anak meniru orang dewasa dan menikmati duduk dengan anggota keluarga lain
ketika bersantap bersama. Konsumsi susu tidak dianjurkan secara berlebih.
Konsumsi susu sebanyak 500 ml per hari sudah ckup bagi seorang balita untuk
memenuhi kebutuhan akan kalsium, riboflavin, sebagian protein dan seperempat
dari kebutuhan energi (Barker, 2005). Konsumsi susu yang berlebihan cenderung
menghilangkan selera makan anak sehingga anak menolak makanan penting
lainnya. Perlu ditekankan makanan yang beraneka ragam bagi balita, yaitu
susunan makanan yang terdiri atas buah dan sayur, daging, ikan, telur dan lainnya.
Setelah timbul kebiasaan makan pada anak, kesehatan dan kebersihan gigi
kini memerlukan perhatian khusus. Sisa makanan yang mengandung gula dan pati
yang terselip di celah-celah gigi akan menjadi media pertumbuhan bakteri. Bakteri
ini menghasilkan asam yang dapat menimbulkan erosi email gigi. Kue-kue manis,
permen dam coklat sebaiknya tidak diberikan berlebihan sebagaicamilan di luar
jam-jam makan (Hartono, 2000).
C. MASALAH GIZI PADA ANAK PRA SEKOLAH
Wardlaw (2000) menegaskan bahwa indonesia masih menghadapi 4
masalah gizi utama yaitu: Kurang Energi Protein (KEP) dan Kurang Vitamin A
pada balita, Gangguan Akibat Kekurangan lodium dan Anemia.
1. Masalah Gizi Kurang
a. Kurang Kalori Protein (KKP)
Kurang Kalori protein (KKP) masih merupakan masalah utama di
indonesia, mengingat angka prevalensi KKP terutama pada anak balita masih
cukup tinggi. Depkes RI mencatat, tahu 2006 ini sudah ada 43 balita yang
meninggal dunia karena kasus gizi buruk. Total balita kurang gizi mencapai
35.573 dan gizi buruk mencapai 7.193 anak.
Ditinjau dari segi umur, anak prasekolah merupakan anak yang sedang
dalam masa tumbuh kembang merupakan golongan yang paling rawan terhadap
KKP. Kerawanan terhadap kekurangan gizi pada anak disebabkan oleh beberapa
faktor antara lain :
1. Kebutuhan gizi anak lebih besar dibanding orang dewasa, anak
memerlukan zat gizi untuk pemeliharaan juga pertumbuhan mereka
2. Kemampuan saluran cerna anak yang tidak sesuai dengan jumlah volume
makanan yang mepunyai kandungan gizi dibutuhkan anak
3. Segera setelah anak dapat berjalan sendiri tanpa bantuan orang lain,
mereka akan lebih sering kontak dengan orang sekitar, sehingga
memudahkan untuk terkena penyakit infeksi terutama bagi anak yang daya
tahan tubuhnya lemah
4. Dari segi sosial budaya, sebagian besar masyarakat di indonesia masih
mengutamakan jenis pilihan makanan yang terbaik cenderung diberikan
kepada anggota keluarga yang mempunyai nilai produktif, terutama ayah
sebagai kepala anggota keluarga yang mempunyai nilai produktif,
terutama ayah sebagai kepala keluarga dan yang mencari nafkah, sehingga
anak tidak mendapatkan yang terbaik (Hartono, 2000).
Penentuan status gizi pada anak balita dipantau melalui kegiatan
penimbangan di posyandu, atau melalui survey khusus untuk memonitoring status
gizi anak. Cara mengukur status anak adalah mengukur berat badan anak lalu
dibandingkan dengan umur anak, penilaiannya melalui grfik yang ada di KMS
(Kartu Menuju Sehat), adalah merupukan cara pengukuran yang sangat sederhana,
sehingga dapat dilakukan oleh masayarakat sendiri, terutama para kader kesehatan
yang ada di posyandu (Hartono, 2000).
KKP merupakan akibat dari interaksi antara berbagai faktor, tetapi yang
paling utama adalah akibat konsumsi makanan yang kurang memadai, baik
kuantitas maupun kulitas, dan adanya penyakit infeksi yang sering dideritaantara
lain campak, diare, infeksi saluran pernafasan akut, cacingan, dan lain-lain
(Hartono, 2002).
b. Kekurangan Vitamin A
Vitamin A, selain perannya sebagai komponen rhodopsin dalam retina yang
berfungsi untuk melihat, juga berfungsi dalam pemeliharaan sel-sel epitel,
pertumbuhan, metabolisme dan reproduksi (Hartono, 2000).
Kekurangan vitamin A selain bermanifestasi sebagai xerophtalmia (mata
kering) dan kebutaan, erat hubungannya dengan malnutrisi, diare, campak dan
infeksi saluran pernafasan. Kejadian xerophtalmia di indonesia sering bersamaan
dengan Kwashiorkor (anak dengan status gizi buruk). Di indonesia xerophtalmia
paling sering dijumpai pada anak-anak kelompok umur 2-4 tahun, dan jarang
terdapat pada usia di atas 8-9 tahun (Hartono, 2000).
Dari berbagai kajian ilmiah menunjukkan, KVA di kalangan anak balita
akan meningkatkan kesakitan dan kematian yaitu anak mudah terkena penyakit
infeksi seperti diare, radang paru-paru, pneumonia dan akhirnya kematian.
Dampak lainnya yang sangat serius adalah buta senja dan tanda-tanda lain dari
xeropthalmia termasuk kerusakan kornea (keratomalasia) dan kebutaan. Penyebab
masalah KVA adalah kemiskinan dan kurangnya pengetahuan tentang gizi
(Almastsier, 2002). Dalam upaya penyediaan vitamin A yang cukup untuk tubuh
ditempuh kebijaksanaan sebagai berikut:
1. Peningkatan konsumsi sumber vitamin A alami
2. Fortifikasi vitamin A pada bahan makanan
3. Distribusi vitamin A dosis tinggi secara berkala
c. Anemia Gizi Besi
Anemia gizi merupakan masalah gizi utama indonesia. Hasil penelitian di
indonesia sesudah tahun 1980 menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada anak
prasekolah berkisar antara 30-40%. Anemia gizi dalam hal ini adalah anemia gizi
besi. Fungsi zat besi sebagai pigmen pengangkut oksigen dalam darah. Sementara
oksigen diperlukan untuk fungsi normal seluruh tubuh. Apabila darah kekurangan
oksigen maka fungsi sel-sel di seluruh tubuh bisa terganggu.
Tanda-tanda anemia antara lain kulit pucat, rasa lelah, nafas pendek, kuku
mudah pecah, kurang selera makan, dan sakit kepala sebelah depan. Namun,
terkadang tidak ada keluhan bila pasien mengalami anemia ringan (Depkes RI,
2004). Untuk memastikan diagnosis anemia perlu pemeriksaan laboratorium
untuk mengukur kadar Hb dan Ht. Pada anak prasekolah dikatakan anemia bila
kadar Hb < 11 gram % dan Kadar Ht < 34 %.
Anemia gizi besi ini biasanya dialami oleh anak usia 6 bulan - 2 tahun, yang
menyebabkan menurunnya stamina dan kemampuan untuk belajar, karena suplai
oksigen sel-sel menurun. Efek lain adalah menurunnya kekebalan tubuh terhadap
penyakit. Almastsier (2003) juga menyatakan bahwa anemia gizi besi
menyebabkan penurunan kemampuan fisik, penurunan kemampuan berfikir dan
penurunan antibodi sehingga mudah terserang infeksi. Penanggulangannya
dilakukan melalui pemberian tablet atau sirup besi kepada kelompok sasaran.
Menurut Hartono (2000) dan Almatsier (2000) penyebab terjadinya anemia
gizi antara lain :
1. Menu sehari-hari kurang mengandung zat besi. Hal ini sering terjadi
karena kurangnya daya beli masyarakat untuk mengonsumsi mskanan
sumber zat besi, karena ketersediaannya banyak berasal dari unsur hewani
2. Penyerapan zat besi di dlam usus kurang baik (terganggu)
3. Infeksi parasit atau infeksi lain
4. Kemampuan menampung zat besi menurun, atau kebutuhan zat besi
meningkat
Zat besi bersumber pada makanan bergizi seperti daging merah terutama
hati, kuning telur, ikan, ayam, kacang tanah, daun katuk, bayam, serta roti
gandum. Namun sering kali asupan zat gizi ini berkurang karena adanya makanan
yang bisa menghambat penyerapan zat besi di dalam tubuh, seperti konsumsi teh.
Upaya pencegahan dan penanggulangan anemia gizi (terutama zat besi), dikaitkan
dengan kegiatan UPGK (Usaha Perbaikan Gizi Keluarga) yaitu dalam bentuk
pemberian tablet atau sirup besi kepada kelompok sasaran melalui Puskesmas
ataupun Posyandu. Kegiatan lain berupa penggalangan pengunaan bahan pagan
alami sumber zat besi, yang dilaksakan lewat kegiatan penyuluhan gizi (Hartono,
2000 : Almatsier, 2003).
d. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI)
Kekurangan iodium terutama terjadi di daerah pegunungan, akibat tanah
kurang mengandung iodium. Daerah GAKI merentang sepanjang Bukit Barisan di
Sumatera, daerah pegunungan di Jawa, Bali, NTB, NTT, Kalimatan, Sulawesi,
Maluku, dan Irian endemik. Penanggulangan masalah GAKI secara khusus
dilakukan melalui pemberian kapsul minyak beriodium/iodized oil capsule kepada
wanita usia subur adan anak sekolah dasar di daerah endemik. Secara umum
pencegahan GAKI dilakukan melalui iodisasi garam dapur. GAKI menyebabkan
pembesaran kelenjar gondok (tiroid). Pada anak-anak ini akan berupa keadaan
tubuh yang cebol, dungu, terbelakang atau bodoh.
2. Masalah Gizi Lebih
Masalah ini baru muncul pada awal tahun 1990-an. Pola makan tradisional
yang tadinya tinggi karbohidrat, tinggi serat kasar dan rendah lemak berubah ke
pola makan baru yang rendah karbohidrat, rendah serat kasar dan tinggi lemak
sehingga menggeser mutu makanan ke arah tidak sembang (Almatsier, 2003).
3. Masalah Lain Terkait Gizi
a. Konstipasi
Meskipun konstipasi mungkin saja berhubungan dengan penyakit, kanak-
kanak dapat mengalami konstipasi yang sama sekali tidak berhubungan dengan
kondisi medis (penyakit). Bila berhadapan dengan anak yang mengalami
konstipasi, seorang dokter pertama kali harus menyingkirkan sebab medis, seperti
sumbatan usus. Pengobatan awal biasanya termasuk mengeluarkan sisa makanan
(kotoran) di usu dengan enema, selanjutnya diberikan pencahar sesuai petunjuk
dokter. Diperlukan intervensi suportif yang cukup lama guna efektivitas
pengobatan (Wardlaw, 2000).
Intervensi gizi, dalam hal ini adalah makan makanan yang banyak
mengandung serat da minum banyak air. Jenis makanan yang mengandung
banyak serat adalah buah-buahan, sayuran, roti, gandum, sereal, dan kacang-
kacangan. Minum l5 gelas air per hari sangat dianjurkan untuk toddler dan
sembilan gelas per hari untuk usia di atas (Wardlaw, 2000).
b. Karies Gigi
Satu dari lima anak usia 2-4 tahun mengalami kerusakan pada gigi susu
ataupun gigi tetap. Penyebab dari kerusakan gigi ini adalah kebiasaan memakai
botol gigi tetap. Penyebab utama dari kerusakan gigi ini adalah kebiasaan
memakai botol susu atau jus saat menjelang tidur. Kontak yang lama antara gigi
dengan susu ataupun jus ini menyebabkan baby-bottle decay (kerusakan gigi
karena botol susu). Gigi bagian depanlah yang biasanya terkena, tempat di mana
cairan berkumpul pada saat mereka mulai tertidur sewaktu meminumnuya.
Kanak-kanak dengan bay-bottle tooth decay mempunyai risiko karies pada gigi
tetap mereka kelak.
c. Pika
Pika adalah keadaan yang menyebabkan anak memakan sesuatu yang
sebenarnya tidak boleh dimakan. Penyebabnya belum diketahui, namun sepertinya
hal ini biasa terjadi pada golonga masayarakat dengan sosial-ekonomi rendah.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak dengan pika mengalami anemia
gizi besi. Misalnya ada anak yang lebih suka makan beras dari pada nasi atau yang
lebih tidak masuk akal, ada anak yang bila tidak memakan obat nyamuk bakar, dia
malah menjadi pusing.
D. PENANGGULANGAN GIZI KURANG PADA ANAK PRA SEKOLAH
Almatsier (2003), menegaskan bahwa upaya penanggulangan maslah gizi
kurang yang dilakukan secara terpadu antara lain :
1. Upaya pemenuhan persediaan pangan nasional terutama melalui
peningkatan priduksi beraneka ragam pangan.
2. Peningkatan usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK) yang diarahkan pada
pembedayaan keluarga untuk meningkatkan ketahanan pangan tingkat
rumah tangga
3. Peningkatan upaya pelayanan gizi terpadu dan sistem rujukan dimulai dari
tingkat posyandu, Puskesmas hingga Rumah Sakit
4. Peningkatan upaya keamanan pangan dan gizi melalui Sistem
Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)
5. Peningkatan komunikasi, informasi, dan edukasi di bidang pagan dan gizi
masyarakat
6. Peningkatan teknologi pangan untuk mengembangan berbagai produk
pangan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat luas
7. Intervensi langsung kepada sasaran melalui pemberian makanan
tambahan, distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi, tablet dan sirup besi
serta kaspul minyak beriodium
8. Peningkatan kesehatan lingkungan
9. Upaya fortifikasi bahan pagan dengan vitamin A, iodium dan zat besi
10. Upaya pengawasan makanan dan minuman
11. Upaya penelitian dan pengembangan pangan dan gizi
Menurut Azwar (2000) dalam Almatsier (2003), melalui Inpres No 8 tahun
1999 telah dicanangkan Gerakan Nasional Penanggulangan Masalah Pangan dan
Gizi, yang diarahkan pada pemberdayaan keluarga untuk meningkatkan ketahanan
pangan tingat rumah tangga, yang meliputi :
1. Pembedayaan masayarat untuk meningkatkan cakupan, kualitas
pencegahan dan penanggulangan masalah pangan dan gizi di masyarakat
2. Pemantapan kerja sama lintas sektoral dalam pemantauan dan
penanggulangan masalah gizi melalui SKPG
3. Peningkatan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan
Orang tua yang bijaksana akan secara berkala memerhatikan makanan
anak-anak mereka agar dapat mengoreksi kekurangan gizi yang mungkin timbul,
atau bahkan mampu mengatasi masalah makan pada anak mereka. Walau
terkadang bantuan dari luar tetap diperlukan untuk mengatasi berbagai masalah
yang mungkin terjadi dalam keluarga.
Semua upaya ini bertujuan untuk memperoleh perbaikan pola konsumsi
pangan masyarakat yang beraneka ragam, dan seimbang dalam mutu gizi
(Hartono, 2000; Almatsier, 2003). Untuk masalah gizi lebih penanggulangan
adalah dengan menyeimbangkan masukan dan keluaran energi memalui
pengurangan makan dan penambahan kegiatan fisik atau olahraga. Di samping itu,
diperlukan peningkatan teknologi pengolahan makanan tradisional Indonesia siap
santap, sehingga makanan tradisonal yang lebih sehat ini disajikan dengan cara-
cara menarik dan kemasaan yang dapat menyyaingi cara penyajian den kemaan
makanan baerat (Almatsier, 2003).
E. SYARAT-SYARAT GIZI SEIMBANG
Gizi Seimbang merupakan keadaan yang menjamin tubuh memperoleh
maknan yang cukup mengandung semua zat gizi dalam jumlah yang dibutuhkan.
Gizi lengkap dan seimbang harus mengandung :
1. Bahan makanan sumber tenaga yang berfungsi untuk beraktifitas. Contoh :
beras, roti, kentang, mie.
2. Bahan makanan sumber zat pembangun, berfungsi untuk pembentukan,
pertumbuhan dan pemeliharaan sel tubuh. Contoh : daging, ikan, telur
(protein hewani) tempe, tahu (protein nabati)
3. Bahan makanan sumber zat pengatur berfungsi untuk mengatur proses
metabolisme. Contoh : sayuran : buncis, bayam, wortel, tomat. buah-
buahan : pisang pepaya, jeruk, apel
4. Kebutuhan kolotinya adalah 85 kkal/kgBB
BAB III
KESIMPULAN

Maka dari itu nutrisi pada anak pra sekolah sangat dibutuhkan untuk
pemenuhan gizi yang seimbang. Karena pada usia pra sekolah nutrisi yang cukup
sangat berpengaruh terhadap tumbuh dan berkembangnya si anak. Adapun
beberapa kebutuhan gizi yang harus terpenuhi pada anak masa pra sekolah
Menurut Barker(2002) :
1. Karbohidrat : menghasilkan energi. 1 gram karbohidrat menghasilkan 3.75
kkal.
2. Protein : digunakan untuk pembentukan, pertumbuhan dan perbaikan
jaringan tubuh, dimetabolisme untuk menghasilkan energi. 1 g protein
mengasilkan 4.0 kkal.
3. Lemak : merupakan sumber energi, berfungsi sebagai pembawa vitamin
larut dalam air (Vitamin A,D,E,K) mengandung asam lemak esensial yang
penting untuk membran sel dan pemberi rasa sedap pada makanan.
4. Air : sebagai media yang esensial untuk proses metabolisme dan
pengeluaran zat sisa
5. Vitamin : sebagai ko-faktor dalam aktivitas enzim, sebagai antioksidan
untuk mencegah kerusakan jaringan oleh radikal bebeas, dan mencegah
penyakit defisiensi
6. Mineral : pembentuk tulang dan gigi, komponen sistem enzim, untuk
fungsi sel saraf, mempertahakan homeostasis sel.
Gizi lengkap dan seimbang harus mengandung :
1. Bahan makanan sumber tenaga yang berfungsi untuk beraktifitas. Contoh :
beras, roti, kentang, mie.
2. Bahan makanan sumber zat pembangun, berfungsi untuk pembentukan,
pertumbuhan dan pemeliharaan sel tubuh. Contoh : daging, ikan, telur
(protein hewani) tempe, tahu (protein nabati)
3. Bahan makanan sumber zat pengatur berfungsi untuk mengatur proses
metabolisme. Contoh : sayuran : buncis, bayam, wortel, tomat. buah-
buahan : pisang pepaya, jeruk, apel
4. Kebutuhan kolotinya adalah 85 kkal/kgBB
DAFTAR PUSTAKA

Putri, Ronasari Mahaji. 2016. Pekerjaan,Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu


Pra Sekolah Tentang Gizi Seimbang. Jurnal Care. 4(3): 78-87.

Sari, Yona Wia Sartika, dkk. 2017. Gizi Pada Anak Usia Pra Sekolah. Makalah.
Dalam: Kesehatan Reproduksi di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia
Maju, 6 Januari.

Mansyur, Arif Rohman. 2019. Tumbuh Kembang Anak Usia Prasekolah. Padang:
Andalas University Press

Anda mungkin juga menyukai