Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN TB PARU
DI RUANG KRISAN RUMKIT TK. IV 04.07.03 Dr. ASMIR SALATIGA
Di susun untuk memenuhi tugas Praktik Klinik Keperawatan Medikal Bedah I
Dosen pengampu Ns. Endro Haksara, M.Kep, FisQua

OLEH :
ANNISA RAHMA DEVI
201014401120008

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


STIKES KESDAM IV / DIPONEGORO SEMARANG
2022
A. PENGERTIAN
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronis yang disebabkan
oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis dan dapat disembuhkan.
Tuberkulosis dapat menyebar dari satu orang ke orang lain melalui transmisi
udara (droplet dahak pasien tuberkulosis). Pasien yang terinfeksi
Tuberkulosis akan memproduksi droplet yang mengandung sejumlah basil
kuman TB ketika mereka batuk, bersin, atau berbicara. Orang yang
menghirup basil kuman TB tersebut dapat menjadi terinfeksi Tuberkulosis.
Menurut Tabrani (2010) Tuberkulosis Paru adalah penyakit yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yakni kuman aerob yang dapat
hidup terutama di paru atau diberbagai organ tubuh yang lainnya yang
mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi. Kuman ini juga mempunyai
kandungan lemak yang tinggi pada membran selnya sehingga menyebabkan
bakteri ini menjadi tahan terhadap asam dan pertumbuhan dari kumannya
berlangsung dengan lambat. Bakteri ini tidak tahan terhadap ultraviolet,
karena itu penularannya terutama terjadi pada malam hari. Tuberkulosis Paru
atau TB adalah penyakit radang parenkim paru karena infeksi kuman
Mycobacterium Tuberculosis. Tuberkulosis Paru adalah suatu penyakit
menular yang disebabkan oleh basil mikrobacterium tuberculosis masuk ke
dalam jaringan paru melalui airbone infection dan selanjutnya mengalami
proses yang dikenal sebagai focus primer dari ghon. (Andra S.F & Yessie
M.P, 2013).
Penularan tuberkulosis yaitu pasien TB BTA (bakteri tahan asam)
positif melalui percik renik dahak yang dikeluarkan nya. TB dengan BTA
negatif juga masih memiliki kemungkinan menularkan penyakit TB meskipun
dengan tingkat penularan yang kecil (kemenkes RI,2015)

B. ETIOLOGI
Penyebab tuberculosis adalah Mycobacterium tuberculosis. Basil ini
tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari,
dan sinar ultraviolet. Ada dua macam micobakteria tuberculosis yaitu tipe
human dan tipe bovin. Basil tipe bovin berada dalam susu sapi yang
menderita mastitis tuberculosis usus. Basil tipe human bisa berada di bercak
ludah (droplet) di udara yang berasal dari penderita TB terbuka dan orang
yang rentan terinfeksi TB ini bila menghirup bercak ini (Wim de jong et
al.2005 dalam Nurarif. 2014).
Penyebab penyakit tubercolosis adalah bakteri Mycobacterium
tubercolosis dan mycobacterium bovis. Kuman tersebut mempunyai ukuran
0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron dengan bentuk batang tipis, lurus atau agak
bengkok, bergranular atau tidak mempunyai selubung, tetapi tidak
mempunyai selubung, tetapi mempunyai lapisan luar tebal yang terdiri dari
lipoid (terutama asam mikolat) (Widoyono, 2011).

C. PATOFISIOLOGI
Port de entry kuman Mycobacterium tuberculosis adalah saluran
pernafasan, saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan
infeksi terjadi melalui udara, (air bone), yaitu melalui inhalasi droplet yang
mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang terinfeksi. Basil tuberkel
yang mencapai alveolus dan diinhalasi biasanya terdiri atas satu sampai tiga
gumpalan. Basil yang lebih besar cenderung bertahan di saluran hidung dan
cabang besar bronkus, sehingga tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada
dalam ruang alveolus, kuman akan mulai mengakibatkan peradangan.
Leukosit polimorfonuklear tampak memfagosit bakteri di tempat ini, namun
tidak membunuh organisme tersebut. Sesudah hari pertama, maka leukosit
diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi
dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia selular ini dapat sembuh
dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal atau proses dapat
berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel.
Basil juga menyebar melalui getah bening menuju getah bening regional.
Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian
bersatu, sehingga membentuk sel tuberkel epitoloit yang dikelilingi oleh foist.
Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10-20 jam (Ardiansyah, 2012).
D. TANDA DAN GEJALA
Bakteri TBC yang tumbuh di paru-paru dapat menimbulkan beberapa gejala
penyakit, seperti:
- Batuk terus-menerus yang berlangsung lama (lebih dari 2–3 minggu)
- Batuk berdarah
- Nyeri dada saat bernapas atau batuk
- Sesak napas

Selain itu, gejala penyakit TBC juga bisa berupa:


- Penurunan berat badan
- Lemas
- Demam dan menggigil
- Berkeringat di malam hari
- Tidak nafsu makan
E. PATHWAY
F. KOMPLIKASI
Komplikasi pada penderita tuberkulosis stadium lanjut (Depkes RI, 2005) :
1 Hemoptosis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya
jalan nafas.
2 Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.
3 Bronkiektasis ( pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
4 Pneumotorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps
spontan karena kerusakan jaringan paru.
5 Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, ginjal dan
sebagainya.
6 Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency)

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1 Darah : lekosit sedikit meninggi, LED meningkat
2 Sputum : BTA dilakukan untuk memperkuat diagnosa TB aktif dan
memperkirakan tingkat infeksinya, ini dilakukan selama dalam 3 hari
berturut-turut. Pada BTA positif ditemukan sekurang-kurangnya 3 batang
kuman dalam satu sediaan, dengan kata lain 5.000 kuman dalam 1 ml
sputum.
3 Tes tuberculin : tes ini dikatakan positif jika indurasi lebih dari 10 – 15
mm.
4 Rontgent : Foto thorak PA tampak gambaran bercak-bercak seperti awan
dengan batas tidak jelas; pada kavitas berupa cincin; pada kalsifikasi
tampak bercak padat dengan densitas tinggi.
5 Broncografi : pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronkus dan
paru.
6 Pemeriksaan serologi : ELISA, Mycodot, untuk mendeteksi antibody IgG
specific terhadap basil TB.
7 Pemeriksaan PA : pemeriksaan biopsy pada kelenjar getah bening
superficial leher, yang biasanya didapatkan hasil limfadenitis pada klien
TB (Khair. 2015).

H. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
a) Identitas klien: selain nama klien, asal kota dan daerah, jumlah
keluarga. 
b) Identitas penanggung jawab
2. Keluhan utama
a) Keluhan: penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit.
b) Riwayat penyakit sekarang: Tanda dan gejala klinis TB serta terdapat
benjolan/bisul pada tempat- tempat kelenjar seperti: leher, inguinal,
axilla dan sub mandibula.
c) Riwayat penyakit dahulu
d) Riwayat keluarga.
Biasanya keluarga ada yang mempunyai penyakit yang sama.
3. Pola fungsi kesehatan.
a. Pola persepsi sehat dan penatalaksanaan kesehatan.
Kurang menerapkan PHBS yang baik, rumah kumuh, jumlah anggota
keluarga banyak, lingkungan dalam rumah lembab, jendela jarang dib
uka sehinggasinar matahari tidak dapat masuk, ventilasi minim
menybabkan pertukaranudara kurang, sejak kecil anggita keluarga
tidak dibiasakan imunisasi.
b. Pola nutrisi - metabolik.
Anoreksia, mual, tidak enak diperut, BB turun, turgor kulit jelek, kulit
keringdan kehilangan lemak sub kutan, sulit dan sakit menelan.
c. Pola eliminasiPerubahan karakteristik feses dan urine, nyeri tekan
pada kuadran kanan atasdan hepatomegali,
nyeri tekan pada kuadran kiri atas dan splenomegali.
d. Pola aktifitas
 Pola aktivitas pada pasien TB Paru mengalami penurunan karena
sesak nafas,mudah lelah, tachicardia, jika melakukan aktifitas berat
timbul sesak nafas(nafas pendek).
e. Pola tidur dan istirahat
Sulit tidur, frekuensi tidur berkurang dari biasanya, sering berkeringat
pada malam hari.
f. Pola kognitif perceptual
Kadang terdapat nyeri tekan pada nodul limfa, nyeri tulang umum,
sedangkandalam hal daya panca indera (perciuman, perabaan, rasa,
penglihatan dan pendengaran) jarang ditemukan adanya gangguan.
g. Pola persepsi diri
Pasien tidak percaya diri, pasif, kadang pemarah, selain itu Ketakutan
dan kecemasan akan muncul pada penderita TB paru dikarenakan
kurangnya pengetahuan tentang pernyakitnya yang akhirnya membuat
kondisi penderitamenjadi perasaan tak berbedanya dan tak ada
harapan
h. Pola peran- hubungan
Penderita dengan TB paru akan mengalami gangguan dalam halhubun
gan dan peran yang dikarenakan adanya isolasi untuk
menghindari penularan terhadap anggota keluarga yang lain. 
i. Pola reproduksi dan seksual 
Pada penderita TB paru pada pola reproduksi dan seksual akan
berubah karenakelemahan dan nyeri dada.
j. Pola penanggulangan stress
Dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan
mengakibatkanstress pada penderita yang bisa mengkibatkan
penolakan terhadap pengobatan.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Karena sesak napas, nyeri dada dan batuk menyebabkan
terganggunyaaktifitas ibadah klien.h)

4. Pemeriksaan fisik
Berdasarkan sistem –  sistem tubuh
1) Sistem integument
Pada kulit terjadi sianosis, dingin dan lembab, tugor kulit menurun
2) Sistem pernapasan
Pada sistem pernapasan pada saat pemeriksaan fisik dijumpai
inspeksi : adanya tanda–tanda penarikan paru, diafragma, pergerakan
napas yang tertinggal, suara napas melemah.
Palpasi : Fremitus suara meningkat.
Perkusi : Suara ketok redup.
Auskultasi : Suara napas brokial dengan atau tanpa ronki basah, kasar
danyang nyaring.
3) Sistem pengindraan
Pada klien TB paru untuk pengindraan tidak ada kelainan
4) Sistem kordiovaskuler
Adanya takipnea, takikardia, sianosis, bunyi .
5) Sistem gastrointestinal
Adanya nafsu makan menurun, anoreksia, berat badan turun.
6) Sistem musculoskeletal
Adanya keterbatasan aktivitas akibat kelemahan, kurang tidur dan
keadaan sehari –  hari yang kurang meyenangkan.
7) Sistem neurologis
Kesadaran penderita yaitu komposments dengan GCS : 4569)
8) Sistem genetalia
Biasanya klien tidak mengalami kelainan pada genitalia

DIAGNOSA KEPERAWATAN 

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret kental
atau sekret darah 
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran alveoler-
kapiler
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengananoreksiad.
d. Nyeri Akut berhubungan dengan nyeri dada pleuritise.
e. Hipertemia berhubungan dengan proses inflamasi

INTERVENSI

DAFTAR PUSTAKA

Andra F.S & Yessie M.P. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta. Nuha
Medika.

Ardiansyah, M. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Jogjakarta: Diva Press.

Depkes RI. 2011. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta :


Gerdunas TB.

Kementerian Kesehatan RI. Kesehatan dalam Kerangka Sistainable Development


Goals (SDG'S). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2015.
Tabrani Rab. 2010. Ilmu penyakit paru. Jakarta: Trans Info Media. Hal.396-412.

Widoyono. Penyakit Tropis : Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan


Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga; 2011.

Anda mungkin juga menyukai