Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN TB PARU
DI RUANG UNIT RAJAWALI VI A RSDK SEMARANG

DISUSUN OLEH:
ROSIANA KURNIA SHABELLA
P. 17420113028
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERWATAN SEMARANG
POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG
KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG
2014
A. DEFINISI

TB merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium


tuberculosis. Kuman batang tanhan asam ini dapat merupakan organisme
patogen maupun saprofit. Ada beberapa mikrobakteria patogen , tettapi hanya
strain bovin dan human yang patogenik terhadap manusia. Basil tuberkel ini
berukuran 0,3 x 2 sampai 4 m, ukuran ini lebih kecil dari satu sel darah merah
(Sylvia A. Price & Wilson,2006). Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius,
yang terutama menyerang parenkim paru. (Smelzer & Bare, 2002)
B. ETIOLOGI
Tuberkulosis disebabkan oleh kuman yaitu mycobacterium tuberculosis.
Kuman ini berbentuk batang dan tahan asam, serta banyak mengandung lemak
yang tinggi pada membran selnya sehingga menyebabkan kuman ini tahan asam
dan pertumbuhannya sangat lambat, kuman ini tidak tahan terhadap sinar
ultraviolet karena itu penularannya terutama terjadi pada malam hari. Ukuran
dari kuman tuberkulosis ini kurang lebih 0,3 x 2 sampai 4 mm, ukuran ini lebih
kecil dari pada ukuran sel darah merah (Sumantri, 2008).
C. MANIFESTASI KLINIS
- Demam 40-410
- Batuk/batuk darah
- Sesak nafas
- Nyeri dada
- Malaise
- Keringat malam
- Suara khas pada perkusi dada
- Peningkatan sel darah putih dengan dominasi limfosit
- Pada anak :
Berkurangnya BB 2 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas atau

gagal tumbuh.
Demam tanpa sebab yang jelas terutama jika berlanjut sampai 2

minggu.
Batuk kronik > 3 minggu dengan atau tanpa wheezing.
Riwayat kontak dengan pasien TB paru dewasa.

D. PATOFISIOLOGI

Individu rentan yang menghirup basil tuberculosis dan terinfeksi. Bakteri


dipindahkan melalui jalan nafas ke alveoli untuk memperbanyak diri, basil juga
dipindahkan melalui system limfe dan pembuluh darah ke area paru lain dan
bagian tubuh lainnya.
System imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi.
Fagosit menelan banyak bakteri, limfosit specific tuberculosis melisis basil dan
jaringan normal, sehingga mengakibatkan penumpukkan eksudat dalam alveoli
dan menyebabkan bronkopnemonia.
Massa jaringan paru/granuloma (gumpalan basil yang masih hidup dan
yang sudah mati) dikelilingi makrofag membentuk dinding protektif. Granuloma
diubah menjadi massa jaringan fibrosa, yang bagian sentralnya disebut komplek
Ghon. Bahan (bakteri dan makrofag) menjadi nekrotik, membentuk massa
Kurang pengetahuan
seperti keju. Massa ini dapat mengalami kalsifikasi, memebentuk skar
kolagenosa. Bakteri menjadi dorman, tanpa perkembangan penyakit aktif.
Individu dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan atau respon inadekuat
system imun, maupun karena infeksi ulang dan aktivasi bakteri dorman.
Dalam
Hipertermia
kasus ini tuberkel ghon memecah, melepaskan bahan seperti keju ke bronki.
Bakteri kemudian menyebar di udara, mengakibatkan penyebaran lebih lanjut.
Paru

yang

terinfeksi

menjadi

lebih

membengkak

mengakibatkan

bronkopnemonia lebih lanjut. (Smeltzer & Bare,2001)

E. PATHWAY
Udara tercemar

Tidak efektif pembersihan jalan nafas


dihirup individu rentan
kurang informasi

Mycobacterium
tuberculosis

Resti penyebaran infeksi pada orang lain


masuk paru

menempelgas
alveoli
Kerusakan pertukaran
reaksi inflamasi/peradangan
Resti penyebaran infeksi pada diri sendiri

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

penumpukkan eksudat dalam alveoli


tuberkel
meluas

mengalami perkejuan

penyebaran

produksi secret berlebih


secret sukar dikeluarkan

kalsifikasi

dibatukkan/bersin
terhirup orang lain

hematogen
limfogen

mengganggu perfusi
& difusi O2

peritoneum
asam lambung
mual, anoreksia

F. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Identitas klien meliputi : nama, jenis kelamin, umur, pekerjaan, pendidikan,
status perkawinan, agama, kebangsaan, suku, alamat, tanggal dan jam masuk RS,
No. Reg, ruangan, serta identitas yang bertanggung jawab.
b. Keluhan Utama
Biasanya klien TB Paru ditandai dengan sesak nafas, batuk dan berat badan
menurun.

c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang.
Pada umumnya klien TB sering mengalami panas lebih dari 2 minggu
sering terjadi bentuk berulang-ulang, anorexia, lemah, berkeringat banyak pada
malam hari dan hemaptoe
2) Riwayat kesehatan lalu.
Klien mempunyai riwayat tertentu seperti diare kronik, investasi cacing,
malaria kronik, campak dan infeksi HIV
3) Riwayat kesehtan keluarga.
Keluarga klien memiliki penyakit yang diturunkan atau tidak.
4) Riwayat psikososial.
Riwayat psikososial sangat berpengaruh dalam psikologis klien dengan
timbul gejala-gejala yang dialami dalam proses penerimaan terhadap
penyakitnya, meliputi :
- Perumahan yang padat
- Lingkungan yang kumuh dan kotor
- Keluarga yang belum mengerti tentang kesehatan
d. Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Meliputi : kebiasaan merokok, banyaknya rokok yang dihabiskan,
penggunaan alkohol, tembakau dan kebiasaan olah raga.
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Meliputi : nafsu makan, diit khusus/suplemen, fluktuasi berat badan 6 bulan
terakhir, kesukaran menelan.
3) Pola eliminasi
Meliputi : kebiasaan eliminasi urine/defekasi, warna, konsistensi dan bau
sebelum sakit dan setelah masuk rumah sakit.
4) Pola istirahat dan tidur
Meliputi : Lama tidur klien sebelum masuk rumah sakit dan setelah masuk
rumah sakit, gangguan waktu tidur, merasa tenang setelah tidur.
5) Pola aktifitas dan latihan
Meliputi : kegiatan klien di rumah dan di rumah sakit, serta lamanya
aktivitas.
6) Pola persepsi dan konsep diri
Meliputi : body image, self sistem, kekacauan identitas, depersonalisasi.
7) Pola sensori dan kognitif

Meliputi : daya penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan kognitif


klien baik atau tidak.
8) Pola reproduksi sexual
Meliputi : penyakit yang diderita pasien dapat mempengaruhi pola seksual
klien, pemeriksaan payudara setiap bulan sekali/2 bulan pada klien wanita,
masalah seksual yang berhubungan dengan penyakit.
9) Pola hubungan peran
Meliputi : hubungan dengan keluarga, rekan kerja dan teman atau
masyarakat.
10) Pola penanggulangan stres
Meliputi : penyebab stres, koping terhadap stres, adaptasi terhadap stres,
pertahanan diri terhadap dan pemecahan masalah.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Meliputi : agama, keyakinan dan ritualitas.
e. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Keadaan penyakit, kesadaran, suhu, nadi, pernafasan, BB, TB.
2) Kepala dan leher
Bentuk, kelainan, tanda-tanda trauma, warna rambut dan kebersihan rambut.
- Mata
- Hidung

: Sklera, konjungtiva dan kornea.


: Batuk, bersih atau tidak ada polip atau tidak, daya

- Mulut

penciuman normal atau tidak.


: Bentuk, kebersihan, ada perdarahan atau tidak,

- Telinga
- Leher

mukosa bibir.
: Bentuk, kebersihan, daya pendengaran.
: Ada pembesaran kelenjar tynoid atau tidak ada
pembengkakan atau tidak.

3) Thorax
Bentuk thorax klien TB paru biasanya tidak normal (Barrel chest)
4) Paru
Bentuk dada tidak simetris, pergerakan paru tertinggal, adanya whezing atau
ronkhi, ada suara nafas bronchial.
5) Jantung
Didapatkan suara jantung 1 dan suara jantung 2.
6) Abdomen
Biasanya pada klien TB terdapat pembesaran limpha dan hati
7) Ekstrimititas

Akral hangat dan dingin, ada edema dikaki atau tidak, nyeri waktu berjalan
f. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan penunjang
- LED meningkat.
- Leukosit meningkat.
- Hb menurun.
2) Ro thorax
- Di dapatkan pembesaran kelenjar para tracheal atau hiler dengan atau
-

tanpa adanya infiltrat.


Gambaran milier atau bercak kalsifikasi.

3) Pemeriksaan sputum / Bakteriologis


- Pemeriksaan sputum BTA memastikan diagnosis TB Paru, namun
pemeriksaan ini tidak sensitif karena hanya 30-70 % Px TB yang
-

dapat di diagnoisis berdasarkan pemeriksaan ini.


Pemeriksaan sputum dilakukan dengan cara pengambilan cairan di
lambung dan dilakukan setiap pagi 3 hari berturut-turut yaitu sewaktu

pagi sewaktu (SPS).


4) Pemeriksaan mantoox test / uji tuberculin
- Indurasi 10 mm atau lebih : reaksi positif.
- Indurasi 5 mm 9 mm : reaksi meragukan.
- Indurasi 0-5 mm : reaksi negatif.
- Tes Tuberkulin dapat negatif pada Penyakit HIV / AIDS, malnutrisi
berat, TB milier, morbili meskipun orang tersebut menderita
tuberkulosis.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret
kental atau sekret darah

b.

Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran

alveoler-kapiler
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan ,
pertahanan primer tidak adekuat, menurunya kerja sillia
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia.
e. Hipertemia berhubungan dengan proses inflamasi
3. Perencanaan Keperawatan (NCP)
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret
kental atau sekret darah
Tujuan: Mempertahankan jalan nafas adekuat
Rencana:
- Kaji fungsi pernafasan, bunyi nafas, kecepatan irama, kedalaman,
penggunaan otot aksesori
- Kaji kemempuan klien untuk mengeluarkan sputum/batuk efektif
- Berikan posissi semi atau fowler tinggi
- Bantu klien untuk latihan nafas dalam dan batuk efektif
- Bersihkan secret dari mulut/trachea, lakukan penghisapan jika perlu
- Pertahankan asupan cairan 2500 ml per hari
- Kolaborasi pemberian obat agen mukolitik, bronkodilator
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran
alveoler-kapiler
Tujuan: Klien tidak menunjukkan gejala distress pernafasan
Rencana:
- Kaji dispnea, takipnea, peningkatan upaya bernafas, terbatasnya
-

ekspansi dada dan kelemahan


Evaluasi perubahan tingkat kesadaran, catat sianosis, perubahan

warna kulit
- Tingkatkan tirah baring/batasi aktifitas, bantu ADL
- Kolaborasi pemberian oksigen dan pengawasan AGD
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan,
pertahanan primer tidak adekuat, menurunya kerja sillia
Tujuan: klien dapat mengidentifikasi tindakan untuk
mencegah/menurunkan resiko infeksi.
Rencana:
- Kaji patologi penyakit dan potensial penyebaran infekasi melalui
-

droplet
Identifikasi orag lain yang beresiko (anggota keluarga/teman)

Anjurkan klien untuk batuk / bersin pada tisu dan menghindari

meludah
Lakukan tindakan isolasi sebagai pencegahan
Pertahankan teknik aseptic saat melakukan tindakan perawatan
Kaji adanya tanda-tanda klinis proses infeksi
Identifikasi adanya factor resiko terjadinya infeksi ulang
Beritahu klien dan keluarga tentang pentingnya pengobatan yang

tuntas
- Kolaborasi pemberian obat anti tuberculosis
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia.
Tujuan: Klien bebas dari tanda malnutrisi
Rencana:
- Kaji status nutrisi, turgor kulit, integritas mukosa oral, berat badan
dan kekurangan BB, kemampuan menelan, riwayat mual, muntah,
-

diare
Pastikan pola diet yang disukai atau tidak disukai klien
Berikan diit tinggi protein dan karbohidrat dalam porsi kecil tetapi

sering
Awasi masukan/pengeluaran dan perubahan BB secara periodic
Berikan perawatan mulut setiap hari
Dorong orang terdekat untuk membawa makanan kesukaan klien,

kecuali kontraindikasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan komposisi diet
e. Hipertemia berhubungan dengan proses inflamasi
Tujuan: Mempertahankan suhu tubuh normal
Rencana:
- Pantau suhu tubuh klien, perhatikan menggigil/diaphoresis
- Pantau suhu lingkungan dan ventilasi
- Batasi penggunan pakaian atau linen tebal
- Berikan kompres hangat, hindari penggunaan alcohol
- Anjurkan untuk mempertahankan masukan cairan adekuat untuk
mencegah dehidrasi
- Kolaborasi pemberian antipiretik
4. Evaluasi Keperawatan
a. Klien dapat mempertahankan jalan nafas dan mengeluarkan secret
tanpa bantuan
b. Klien menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenisasi jaringan dan
penurunan dispnea.

c. Klien akan mengidentifikasi tindakan untuk mencegah/menurunkan


resiko penyebaran infeksi. Menunjukkan teknik/melakukan
perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang aman.
d. Berat badan klien meningkat dan klien bebas dari tanda malnutrisi.
Klien melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau
mempertahankan berat yang tepat.
e. Suhu tubuh klien dalam rentang normal ( 36,50-370)
G. REFRENSI
a. Doengoes, M.E. 2006. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawat Pasien. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
b. Brunner & Suddart. 2004. Keperawatan Medikal-Bedah Vol 2. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
c. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Ed.8.Vol.2. Jakarta : EGC ,
2001.

d. Price, S., & Wilson. (2006). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses


Proses Penyakit, Edisi.2. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC.
e. Diagnosa NANDA (NIC & NOC). 2013.

Anda mungkin juga menyukai