(TB PARU)
Oleh:
Rizki Rohman
NPM: 214120090
A. Pengertian
TB paru (Tuberculosis paru) merupakan penyakit infeksi menular pada
sistem pernapasan yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang dapat
mengenai bagian paru (Hidayat, 2008: 79).
Smeltzer dan Bare (2001: 584) mendefinisikan TB paru (Tuberkulosis paru)
adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru, dengan agen
infeksius utama Mycobacterium tuberculosis.
Menurut Price dan Wilson (2005: 852) TB paru adalah penyakit infeksi
menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.
B. Etiologi
Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, kuman batang
aerobik dan tahan asam (BTA) (Price dan Wilson, 2005: 852). Kuman TB cepat mati
dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat
yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat tertidur lama selama
beberapa tahun (Judarwanto, 2009).
C. Patofisiologi
Penularan TBC terjadi karena individu rentan yang menghirup udara yang
mengandung Mycobacterium tuberculosis. Segera setelah menghirup basil
tuberkulosis hidup ke dalam paru-paru, maka terjadi eksudasi dan konsolidasi yang
terbatas disebut fokus primer. Basil tuberkulosis akan menyebar, histosit mulai
mengangkut organisme tersebut ke kelenjar limpe regional melalui saluran getah
bening menuju kelenjar regional sehingga terbentuk komplek primer dan mengadakan
reaksi eksudasi terjadi sekitar 2-10 minggu (6-8 minggu) pasca infeksi.
Bersamaan dengan terbentuknya kompleks primer terjadi pula
hypersensitivitas terhadap tuberkuloprotein yang dapat diketahui melalui uji
tuberkulin. Masa terjadinya infeksi sampai terbentuknya kompleks primer disebut
masa inkubasi.
Pada anak yang mengalami lesi dalam paru dapat terjadi dimanapun terutama
di perifer dekat pleura, tetapi banyak terjadi di lapangan bawah paru dibanding
lapangan atas. Juga terdapat pembesaran kelenjar regional serta penyembuhannya
mengarah ke kalsifikasi dan penyebarannya lebih banyak terjadi melalui hematogen.
Pada reaksi radang dimana lekosit polimorfonuklear tampak pada alveoli dan
memfagosit bakteri namun tidak membunuhnya. Kemudian basil menyebar ke limfe
dan sirkulasi. Dalam beberapa minggu limfosit T menjadi sensitif terhadap organisme
TB dan membebaskan limfokin yang merubah makrofag atau mengaktifkan
makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala
pneumonia akut. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga
tidak ada sisa nekrosis yang tertinggal, atau proses dapat berjalan terus dan bakteri
terus difagosit atau berkembang diak di dalam sel. Makrofag yang mengadakan
infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel
tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit. Nekrosis pada bagian sentral
memberikan gambaran yang relatif padat pada keju, yang disebut nekrosis kaseosa.
Masa keju dapat mencair dan Mycobacterium tuberculosis dapat berkembang
biak ekstra selular sehingga dapat meluas di jaringan paru dan terjadi pneumonia, lesi
endobronkial, pleuritis atau Tb milier. Juga dapat menyebar secara bertahap
menyebabkan lesi di organ-organ lainnya.
D. Manifestasi Klinis
Gejala TB paru menurut Wong (2008: 955) antara lain :
a. Dapat bersifat asimptomatik atau menimbulkan bermacam-macam gejala yaitu :
1. Demam lama/berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria atau
infeksi saluran nafas akut), dapat disertai keringat malam.
2. Nafsu makan tidak ada (anoreksia) dengan gagal tumbuh dan berat badan
tidak naik (failure to thrive) dengan adekuat.
3. Penurunan berat badan atau malnutrisi tanpa sebab yang jelas atau tidak naik
dalam 1 bulan dengan penanganan gizi.
4. Batuk ada atau tidak (berkembang secara perlahan selama bermingu-minggu
sampai berbulan-bulan)
5. Nyeri menusuk dan rasa sesak didada
6. Haemoptisis
b. Sejalan dengan perkembangan
1. Peningkatan frekuensi napas
2. Ekspansi paru buruk pada tempat yang sakit
3. Bunyi napas hilang dan ronki kasar
4. Pekak pada saat perkusi
5. Demam persisten
6. Pucat, anemia, kelemahan dan penurunan berat badan.
E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan serangan akut Obat yang diberikan pada serangan akut antara
lain:
1. Kolkisin, merupakan obat pilihan utama dalam pengobatan maupun
pencegahannya dengan dosis lebih rendah. Efek samping yang sering ditemui
diantaranya sakit perut , diare, mual atau muntah-muntah. Kolkisin bekerja
pada peradangan terhadap Kristal urat dengan menghambat kemotaksis sel
radang. Dosis oral 0,5 – 0,6 mg per jam sampai nyeri, mual atau diare hilang.
2. Obat anti inflamasi nonsteroid Semua jenis Obat anti inflamasi nonsteroid
dapat diberikan yang paling sering digunakan adalah indometasin. Dosisi awal
indometasin 25-50 mg setiap 8 jam. Kontraindikasinya jika gangguan fungsi
ginjal, dan riwayat alergi terhadap Obat anti inflamasi nonsteroid.
3. Kortikosteroid untuk pasien yang tidak dapat memakai Obat anti inflamasi
nonsteroid oral, jika sendi yang terserang.
4. Analgesic diberikan bila rasa nyeri sangat berat. Jangan diberikan aspirin
karena dalam dosis rendah akan menghambat ekskresi asam urat dari ginjal.
5. Tirah baring merupakan suatu keharusan dan diteruskan sampai 24 jam
setelah serangan menghilang.
F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk TB menurut Sulaifi (2010) adalah sebagai berikut :
a. Reaksi cepat BCG (Bacillus calmette Guerin vaksin untuk melindungi terhadap
TB)
Bila dalam penyuntikan BCG terjadi reaksi cepat (dalam 3-7 hari) berupa
kemerahan lebih dari 5 mm, maka anak dicurigai terinfeksi Mycobaterium tbc.
b. Laju Endap Darah
Pada TB, terdapat kenaikan Laju Endap Darah (LED).
c. Pemeriksaan mikrobiologis
Pemeriksaan BTA (Bakteri tahan asam) pada anak dilakukan dari bilasan
lambung karena sulitnya menggunakan hasil dahak.
d. Pemeriksaan radiologis
Gambaram x-foto dada pada TB paru tidak khas
Paling mungkin kalau ditemukan pembesaran kelenjar hilus dan kelenjar
paratrakeal.
Foto lain : milier, atelektasis, infiltrat, bronkiektasis, efusi pleura,
konsolidasi, destroyed lung dan lain-lain.
.
Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Merupakan dasar utama dari proses keperawatan. Melalui pengkajian ini,
semua data pasien dapat dikumpulkan untuk menentukan masalah–masalah
keperawatan yang mungkin timbul pada setiap kasus penyakit Tuberkulosis Paru.
Pengkajian menurut Doenges (1999) meliputi :
- Identitas Pasien.
Pengkajian ini mencakup nama klien, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
agama, suku/bangsa, status perkawinan, alamat, tanggal masuk RS, diagnosa
medis, ruang dan nomor register.
- Identitas Penanggung Jawab.
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pelajaran, agama, alamat,
hubungan dengan klien.
- Aktifitas/istirahat.
o Gejala: Kelelahan umum dan kelemahan. Napas pendek karena kerja.
Kesulitan tidur pada malam hari atau demam malam hari, menggigil dan atau
berkeringat.
o Tanda: Takikardia, takipnea/dispnea pada kerja. Kelelahan otot, nyeri, dan
sesak (tahap lanjut).
- Integritas Ego
o Gejala: Adanya/faktor stres lama. Masalah keuangan, rumah. Perasaan tak
berdaya.
o Tanda: Menyangkal (khususnya selama tahap dini). Ansietas, ketakutan,
mudah terangsang.
- Makanan/cairan
o Gejala: Kehilangan nafsu makan. Tak dapat mencerna.
Penurunan berat badan.
o Tanda: Turgor kulit buruk, kering/kulit bersisik.
Kehilangan otot/hilang lemak subkutan.
- Nyeri/Kenyamanan
o Gejala : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
o Tanda : Berhati–hati pada area yang sakit. perilaku distraksi, gelisah.
- Pernapasan
o Gejala : Batuk, produktif atau tak produktif. Napas pendek.
Riwayat tuberkulosis/terpajan pada individu terinfeksi.
o Tanda : Peningkatan frekuensi pernapasan. Pengembangan pernapasan tak
simetris. Perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural atau penebalan
pleural). Karakteristik sputum : Hijau/purulen, mukoid kuning, atau bercak
darah. Deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik). Tak perhatian, mudah
terangsang yang nyata, perubahan mental (tahap lanjut)
- Keamanan
o Gejala : Adanya kondisi penekanan imun, contoh AIDS, Kanker. Tes HIV
positif.
o Tanda : Demam rendah atau panas akut.
- Interaksi Sosial.
o Gejala : Perasaan isolasi/penolakan karena penyakit menular. Perubahan pola
biasa dalam tanggung jawab/perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan
peran.
3. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tak efektif B.d adanya secret Kelemahan , upaya batuk
,burukEdema tracheal.
2. Defisiensi pengetahuan b.d kurang informasi
3. Kesiapan meningkatkan menajemen kesehatan
Intervensi Keperawatan Keluaraga
N Diagnosa
NOC NIC
o Keperawatan
Keterangan:
Level 1 : No knowledge