Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN TB PARU


DI POLIKLINIK ANAK RSUD SAYANG CIANJUR

A. Definisi
Tuberculosis merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TB (mycobacterium tuberculosis). Sebagian kuman TB menyerang paru,
tetapi dapat mengenai organ tubuh lainnya. Tb anak adalah kuman TB yang
terjadi pada anak usia 0-14 tahun.

B. Etiologi
Tuberculosis anak merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
mycobacterium tuberculosis. Kuman ini menyebar dari satu orang ke orang lain
melalui percikan dahak (droplet nuclei) yang dibatukkan (Ngastiyah, 2005)
Faktor Risiko pada anak antara lain:
1. Resiko infeksi TBC pada anak
Anak yang memiliki kontak dengan orang dewasa dengan TBC aktif,
daerah endemis, penggunaan obat-obat intravena, kemiskinan dan
lingkungan yang tidak sehat serta pajanan terhadap orang dewasa yang
infeksius. Resiko timbulnya transmisi kuman dari orang dewasa ke anak
akan lebih tinggi jika pasien dewasa tersebut mempunyai BTA sputum
yang positif, terdapat infiltrat luas pada lobus atas atau kavitaas produksi
sputum banyak dan encar, batuk produktif dan kuat serta terdapat factor
lingkungan yang kurang sehat, terutama sirkulasi udara yang kurang baik.
Pasien TBC anak jarang menularkan kuman pada anak lain atau dewasa
disekitarnya, karena TBC pada anak jarang infeksius, hal ini disebabkan
karena kuman TBC sangat jarang ditemukan pada secret endotracheal, dan
jarang terdapat batuk. Walaupun terdapat batuk tapi jarang menghasilkan
sputum, bahkan jika ada sputum pun kuman TBC jarang ditemukan karena
dalam konsentrasi rendah pada secret endobrokhial anak. (Ngastiyah,
2005).
2. Resiko penyakit TBC pada anak
Anak ≤ 5 tahun mempunyai resiko lebih besar mengalami progresi infeksi
menjadi sakit TBC, mungkin karena imunitas selulernya belum
berkembang sempurna (Imatur). Namun, resiko sakit TBC ini akan
berkurang secara bertahap seiring pertambahan usia. Pada bayi < 1 tahun
yang terinfeksi TBC, 43% nya akan menjadi sakit TBC, sedangkan pada
anak usia 1-5 tahun, yang menjadi sakit hanya 24%, pada usia remaja 15%
dan usia dewasa 5-10%.

Berdasarkan tipe infeksi, TBC pada anak di bagi menjadi 3 macam yaitu:
1. Infeksi Primer
TBC paru primer (infeksi pertama dengan bakteri TBC). Pada anak
yang usianya lebih dewasa, biasanya tidak menimbulkan tanda dan gejala,
dan hasil foto rontgen dada tidak terlihat adanya tanda infeksi. Sangat
jarang terrjadi pembengkakan kelenjar limfe dan kemungkinan sedikit
batuk.
Infeksi primer ini biasanya sembuh dengan sendirinya karena anak
telah membentuk kekebalan tubuh selama periode waktu 6 hingga 10
minggu. Namun pada beberapa kasus, jika tidak ditangani dengan benar,
infeksi ini dapat berkembang menjadi penyakit dan menyebar keseluruh
paru-paru (disebut TBC progresif) (Maryunani Anik, 2010)
2. Infeksi Progresif
Infeksi primer yang berkembang menjadi penyakit dan menyebar
keseluruh paru-paru, atau ke organ tubuh lainnya. Hal ini ditandai dengan
demam, kehilangan berat badan, kelelahan, kehilangan selera makan,
kesulitan bernafas dan batuk (Maryunani Anik, 2010)
3. Infeksi Reaktivasi
Dalam hal ini infeksi primer sudah teratasi, namun bakteri TBC masih
dalam keadaan tidur atau hibernisasi. Ketika kondisi memungkinkan
(kekebalan tubuh menurun), bakteri menjadi aktif. TBC pada anak yang
lebihtua dan orang dewasa mungkin saja termasuk tipe ini. Gejala yang
paling jelas adalah demam terus-menerus, diiringi dengan keringat pada
malam hari. Kelelahan dan kehilangan berat badan yang mungkin terjadi.
jika penyakit bertambah parah dan terbentuk lubang-lubang pada paru-
paru, penderita TBC akan mengalami batuk dan mungkin terdapat darah
pada produksi air liur atau dahak. (Maryunani Anik, 2010)

C. Tanda dan gejala, klasifikasi


Gejala klinis TB tergantung faktor (usia, status imun, kerentanan) dan
faktor agen (jumlah, virulensi). Gejala TB pada anak yang umum terjadi adalah
demam yang tidak tinggi (subfebris), berkisar 38 derajad Celcius, biasanya timbul
sore hari, 2-3 kali seminggu dan belangsung 1-2 minggu dengan atau tanpa batuk
dan pilek. Gejala lain adalah penurunan nafsu makan, dan gangguan tumbuh
kembang. Batuk kronik yang merupakan gejala tersering pada TB paru dewasa,
tidak terlalu mencolok pada anak. Mengapa? Sebab lesi primer TB paru pada anak
umumnya terdapat di daerah parenkim yang tidak mempunyai reseptor batuk.
Kalaupun terjadi, berarti limfadenitis regional sudah menekan bronkus dimana
terdapat reseptor batuk. Batuk kronik pada anak lebih sering dikarenakan oleh
asma. Gejala-gejala yang tersebut di atas dikategorikan sebagai gejala
nonspesifik. Perlu dicatat bahwa gejala nonspesifik dapat juga ditemukan pada
kasus infeksi lain. Maka dari itu, keberadaan infeksi lain perlu dipikirkan agar
anak tidak overtreated. Selanjutnya, gejala spesifik tergantung dari organ yang
terkena seperti kulit (skrofuloderma), tulang, otak, mata, usus, dan organ lain.Atau
secara singkat tanda dan gejala umum/nonspesifik tuberkulosis pada anak dapat
disebutkan sebagai berikut :
1. Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau tidak naik dalam 1 bulan dengan
penanganan gizi
2. Anoreksia dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak naik secara adekuat
(failure to thrive)
3. Demam lama dan berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria, atau
infeksi saluran napas akut), dapat disertai keringat malam
4. Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit dan biasanya multiple
5. Batuk lama lebih dari 30 hari
6. Diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan diare.

Gejala spesifik sesuai organ terkena: TB kulit/skrofuloderma; TB tulang


dan sendi (gibbus, pincang); TB otak dan saraf/meningitis dengan gejala iritabel,
kuduk kaku, muntah, dan kesadaran menurun; TB mata (konjungtivitis
fliktenularis, tuberkel koroid), dll. Oleh karena gejala TB pada anak sangat
bervariasi dan tidak saja melibatkan organ pernafasan melainkan banyak organ
tubuh lain, maka ada yang menyebut TB sebagai the great immitator. Perhatikan
bila gerak anak kurang aktif jika dibandingkan dengan anak sebayanya.

D. Pathofisiologi (pathway/bagan/alur)
Penyakit tuberculosis anak terdiri atas:
1. Infeksi Primer
Infeksi primer terjadi saat pertama kali dengan kuman TBC. Droplet
yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati system
pertahanan mukosilier bronkus, dan terus berjalan sehingga sampai di
alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TBC berhasil
berkembang biak dengan cara pembelahan diri di paru, yang mengakibatkan
peradangan di dalam paru. Saluran limfe akan membawa kuman TBC ke
kelenjar limfe di sekitar hilus paru, dan ini disebut sebagai kompleks primer
predileksinya disemua lobus, 70% terletak subpleura. Fokus primer dapat
mengalami penyembuhan sempurna, kalsifikasi atau penyebaran lebuh lanjut.
Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah
sekitar 4-6 minggu. Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya
perubahan reaksi tuberculin dari negative menjadi positif.
Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman
yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada
umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan
perkembangan kuman TBC, meskipun demikian, ada beberapa kuman akan
menetap sebagai kuman persister atau dormant (tidur). Kadang-kadang daya
tahan tubuh tudak mampu menghentikan perkembangan kuman, akibatnya
dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi penderita TBC. Masa
inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi sampai menjadi sakit,
diperkirakan sekitar 6 bulan (Maryunanai Anik, 2010)
2. TBC Pasca Primer
TBC Pasca Primer biasanya terjadi beberapa bulan atau tahun sesudah infeksi
primer misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat infeksi HIV atau
status gizi yang buruk. Ciri khas TBC pasca primer adalah kerusakan paru
yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura (Maryunani Anik, 2010)

E. Pemerksaan Penunjang
Permulaan tuberkulosis sukar diketahui karena gejalanya tidak jelas dan tidak
khas, tetapi kalau terdapat panas yang naik turun dan lama dengan atau tanpa
batuk dan pilek, anoreksia, penurunan berat badan dan anak lesu, harus dipikirkan
kemungkinan tuberkulosis. Petunjuk lain umtuk diagnosis tuberkulosis ialah
adanya kontak dengan penderita tuberkulosis orang dewasa. Diagnosis
tuberkulosis paru berdasarkan gambaran klinis, uji tuberkulin positif dan kelainan
radiologis paru. Basil tuberkulosis tidak selalu dapat ditemukan pada anak
1. Uji Tuberkulin
Pemeriksaan ini merupakan alat diagnosis yang penting dalam
menegakkan diagnosis tuberkulosis.uji tuberkulin lebih penting lagi
artinya pada anak kecil bila diketahui adanya komversi dari negatif
(recent tuberculin converter). pada anak dibawah umur lima tahun dengan
uji tuberkulin positif, proses tuberkulosis biasanya masih aktif meskipun
tidak menunjukkan kelainan klinis dan radiologis, demikian pula halnya
jika terdapat konfersi uji tuberkulin.
Uji tuberkulin akan menjadi negatif untuk sementara pada penderita
tuberkulosis (anergi) dengan: Malnutrisi energi protein, Tuberkulosis
berat, Morbili, varisela, Pertusis, difteria, tifus abdominalis, Pemberian
kortikosteroid yang lama, Vaksin virus misalnya poliomyelitis serta
Penyakit ganas, misalnya penyakit Hodgkin
2. Pemeriksaan Radiologis
Pada anak dengan uji tuberkulin positif dilakukan pemeriksaan
radiologis. Secara rutin dilakukan fotorontgen paru dan atas indikasi juga
dibuat fotorontgen alat tubuh lain, misalnya foto tulang punggung pada
spondilitis. Gambaran radiologis paru yang biasanya dijumpai pada
tuberkulosis paru adalah:
a. Kompleks primer dengan atau tanpa perkapuran
b. Pembesaran kelenjar paratrakeal
c. Penyebaran milier
d. Atelektasis
e. Pleuritis dengan efusi.
3. Pemeriksaan Bakteriologis
Penemuan basil tuberkulosis memastikan diagnosis tuberkulosis, tetapi
tidak ditemukannya basil tuberkulosis bukan berarti tidak menderita
tuberkulosis. Bahan-bahan yang digunakan untuk pemeriksaan
bakteriologis adalah:
a. Bilasan lambung
b. Sekret bronkus
c. Sputum pada anak besar
d. Cairan pleura
e. Likuor serebrospinalis
f. Cairan asites
g. Bahan-bahan lainnya
4. Uji Laboratorium
LED meninggi, sering tinggi sekali. Mungkin liositosis,
monositosis, anemia, leukositosis ringan, bila ditemui hasil demikian (bila
tidak ada faktor lain) akan menyokong diagnosis. Gambaran darah normal
tidak menyingkirkan TBC. Gambaran darah tepi dan laju endap darah
hanya mempunyai korelasi dengan aktivitas penyakit. Pemeriksaan cairan
spinal dilakukan atas indikasi kecurigaan meningitis dan pada setiap TBC
milier.
5. Uji BCG
Di Indonesia BCG diberikan secara langsung tanpa didahului uji
tuberkulin (BCG langsung). Bila pada anak yang mendapat BCG
langsung terdapat reaksi lokal yang besar dalam waktu kurang dari 7 hari
setelah penyuntikan, maka harus dicurigai adanya tuberkulosis dan
diperiksa lebih lanjut kearah tuberkulosis. Pada anak dengan tuberkulosis,
BCG akan menimbulkan reaksi lokal yang lebih cepat dan besar. Karena
itu reaksi BCG ini dapat dipakai sebagai alat diagnostik.

Petunjuk Who Untuk Diagnosis Tuberkulosis Anak


1. Dicurigai tuberculosis
a. Anak sakit dengan riwayat kontak penderita tuberkulosis
dengan diagnosis pasti (BTA positif)
b.  Anak dengan :
Ø Keadaan klinik tidak membaik setelah menderita campak atau
batuk rejan
Ø Berat badan menurun, batuk dan mengi yang tidak membaik
dengan pengobatan antibiotik untuk penyakit pernapasan
Ø  Pembesaran kelenjar superfisialis yang tidak sakit
2.   Mungkin tuberkulosis
a.       Uji tuberkulin positif (10 mm/lebih)
b.      Foto Rontgen paru sugestif tuberkulosis
c.       Pemeriksaan histologis biopsi sugestif tuberkulosis
d.      Respon yang baik pada pengobatan dengan OAT
3.   Pasti tuberkulosis (confirmed TB)
Ditemukan basil tuberculosis pada pemeriksaan langsung atau
biakan. Identifikasi Mycobacterium tuberculosis pada
karakteristik biakan

F. Penatalaksanaan
Pengobatan TBC terutama berupa pemberian obat antimikroba dalam
jangka waktu lama. Obat-obat ini juga dapat digunakan untuk mencegah
timbulnya penyakit klinis. ATS (1994) menekankan tiga prinsip dalam
pengobatan tuberculosis yang berdasarkan pada:

1. Regimen harus termasuk obat-obat multiple yang sensitif terhadap


mikroorganisme.
2. Obat-obatan harus diminum secara teratur.
3. Terapi obat harus dilakukan terus menerus dalam waktu yang cukup
untuk menghasilkan terapi yang paling efektif dan paling aman pada
waktu yang paling singkat.
Obat anti tuberculosis (OAT) harus diberikan dalam kombinasi
sedikitnya dua obat yang bersifat bakterisid dengan atau tanpa obat
ketiga. Tujuan dari pengobatan ini adalah:
a. Membuat konversi sputum BTA positif menjadi negatif secepat
mungkin melalui kegiatan bakterisid.
b. Mencegah kekambuhan dalam tahun pertama estela pengobatan
dengan kegiatan sterilisasi.
c. Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi melalui perbaikan
daya tahan imunologis.

Perawatan anak dengan tuberculosis dapat dilakukan dengan


melakukan:

a. Pemantauan tanda-tanda infeksi sekunder


b. Pemberian oksigen yang adekuat
c. Latihan batuk efektif
d. Fisioterapi dada
e. Pemberian nutrisi yang adekuat
f. Kolaburasi pemberian obat antutuberkulosis (seperti: isoniazid,
streptomisin, etambutol, rifamfisin, pirazinamid dan lain-lain)
g. Intervensi yang dapat dilakukan untuk menstimulasi pertumbuhan
perkembangan anak yang menderita tuberculosis dengan membantu
memenuhi kebutuhan aktivitas sesuai dengan usia dan tugas
perkembangan, yaitu:
1) Memberikan aktivitas ringan yang sesuai dengan usia anak
(permainan, ketrampilan tangan, vidio game, televisi)
2) Memberikan makanan yang menarik untuk memberikan stimulus
yang bervariasi bagi anak
3) Melibatkan anak dalam mengatur jadual harian dan memilih
aktivitas yang diinginkan
4) Mengijinkan anak untuk mengerjakan tugas sekolah selama di
rumah sakit, menganjurkan anak untuk berhubungan dengan
teman melalui telepon jika memungkinkan.

G. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan melalui kegiatan
pengumpulan data yang akurat dari klien dan keluarga guna mengetahui
berbagai permasalahan yang ada.
Adapun pengkajian yang dilakukan pada klien dengan masalah TB paru
yaitu : Identitas Data Umum (selain identitas klien, juga identitas
orangtua; asal kota dan daerah, jumlah keluarga)
a. Riwayat kesehatan
1) Keluhan Utama (penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit)
2) Riwayat kesehatan sekarang (tanda dan gejala klinis TB serta
terdapat benjolan/bisul pada tempat-tempat kelenjar seperti leher,
inguinal, aksila dan sub mandibula)
3) Riwayat kesehatan masa lalu
4) Riwayat Keluarga (adakah yang menderita TB atau penyakit
infeksi lainnya, biasanya keluarga ada yang mempunyai penyakit
yang sama)
b. Keadaan umum
Terdiri dari (KU dan tingkat kesadaran GCS), alergi, kebiasaan,
imunisasi
c. Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola Nutrisi-Metabolik: anoreksia, mual, tidak enak diperut, BB
turun, turgor kulit jelek, kulit kering dan kehilangan lemak sub
kutan, sulit dan sakit menelan, turgor kulit jelek
2) Pola aktivitas-latihan: sesak nafas, fatique, takhikardia, aktivitas
berat, timbul sesak nafas (nafas pendek)
3) Pola kognitif perseptual. Kadang terdapt nyeri tekan pada nodul
limfa, nyeri tulang umum, takut masalah finansial, umumnya dari
keluarga tidak mampu
4) Pola persepsi diri: anak tidak percaya diri, pasif kadang pemarah
5) Pola peran hubungan: anak menjadi ketergantungan terhadap orang
lain (ibu/ayah)/tidak mandiri
d. Pemeriksaan Fisik
1) Demam: sub fibril, fibril (40-410C)
2) Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini
membuang/mengeluarkan produksi radang, dimulai batuk kering
sampai batuk purulent (menghasilkan sputum)
3) Sesak nafas: terjadi bila sudah lanjut, dimana infiltrasi radang
sampai setengah paru
4) Nyeri dada: ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang
sampai ke pleura
5) Malaise: ditemukan bila anoreksia, BB menurun, sakit kepala, nyerri
otot dan kering diwaktu malam hari.
6) Pada tahap dini sulit diketahui. Ronchi basah, kasar dan nyaring.
Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada
auskultasi memberi suara limforik. Atrofi dan retraksi intercostal
pada keadaan lanjut dan fibrosis. Bila mengenai pleura terjadi efusi
pleura (perkusi memberikan suara pekak).
a. Masalah Keperawatan dan data pendukung

N0 Data Senjang Etiologi Masalah


1. Ds: Proses Infeksi Bersihan Jalan
Mayor Nafas Tidak
- Bakteri yang besar bertahan di bronkus efektif
Minor
- Dispneu
Peradangan pada bronkus
Do:
Mayor
- Batuk tidak efektif Penumpukan Sekret
- Tidak mampu batuk
- Sputum berlebih Nafas tidak efektif
- Mengi, Wheezing
dan/ atau ronckhi Secret tidak keluar saat batuk
kering
Minor
Bersihan jalan nafas tidak efektif
- Gelisah
- Sianosis
- Bunyi Nafas
menurun
- Frekuensi nafas
berubah
- Pola Nafas berubah
2. Ds: Mycobacterium tuberkulosi Gangguan
Mayor Pertukaran gas
- Dispneu Droplet/airborne
Minor
- Pusing Sistem pernafasan bawah (paru-paru)
- Penglihatan kabur
Do: Alveoli
Mayor
- PCO2 meningkat Perubahan membrane alveoli
- O2 menurun
- Takhikardia Alveolus mengalami konsolidasi dan
- pH arteri eksudasi
meningkat/menurun
- Bunyi nafas Gangguan pertukaran gas
tambahan
Minor
- Sianosis
- Diaphoresis
- Gelisah
- Cuping napas hidung
- Pola nafas abnormal
3. Ds: Ketidakmampuan mencerna makanan Defisit Nutrisi
Mayor
-
Adanya anoreksia, malaesia, mual dan
Minor
muntah
- Cepat kenyang
setelah makan
- Kram/nyeri abdomen Defisit Nutrisi
- Nafsu makan
menurun
Do:
Mayor
- BB menurun
minimal 10%
Minor
- Bising usus
hiperaktif
- Otot pengunyah
lemah
- Membrane mukosa
pucat
- Sariawan
- Serum albumin turun
- Rambut rontok
berlebihan
- Diare
4. Ds: Kelemahan Intoleransi
Mayor Aktivitas
- Mengeluh lelah
Ketidak seimbangan asupan nutrisi
Minor
- Dispneu saat/setelah
Intoleransi aktivitas
aktivitas
- Merasa lemah
Do:
Mayor
- Frekuensi jantung
meningkat >20% dari
kondisi istirahat
Minor
- Tekanan darah
berubah >20% dari
kondisi istirahat
- sianosis
5. Ds: Kurang kontrol tidur karena batuk yang Gangguan Pola
Mayor terus menerus Tidur
- Mengeluh sulit tidur
- Mengeluh sering
Istirahat dan tidur terganggu
terjaga
- Mengeluh tidak puas
Gangguan pola tidur
tidur
- Mengeluh pola tidur
berubah
Minor
- Mengeluh
kemampuan
beraktivitas menurun
Do:
Mayor
-
Minor
-
6. Ds: Proses Penyakit Hipertemi
Mayor ↓
- Penyebaran infeksi secara limfe
Minor hematogen
- ↓
Do: Demam
Mayor ↓
- Suhu tubuh sub febril Peningkatan suhu tubuh
=37.5-38OC ↓
- Suhu tubuh febril 40- Hipertermi
41oC
Minor
- Kulit merah
- Adnya kejang
- Takhikardia
- Takipneu
- Kulit terasa hangat

7. Ds Peningkatan paparan organisme Risiko Penyebaran


- pathogen lingkungan infeksi
Do ↓
- Batuk yang terus menerus

Terhirup orang sehat

Risiko Penyebaran infeksi

8. Ds: Kurang terpapar informasi Defisit


Mayor ↓ pengetahuan
- Menanyakan masalah Ketidakmampuan orang tua merawat tentang cara
yang dihadapi pasien TB paru di rumah perawatan Tb paru
Minor ↓ pada anak di
- Defisit pengetahuan rumah
Do:
Mayor
- Menunjukan perilaku
tidak sesuai anjuran
- Menunjukan persepsi
yang keliru terhadap
masalah
Minor
- Menjalani
Pemeriksaan yang
tidak tepat
- Pengobatan yang
tidak tuntas
Do
9. Ds: Kurang Terpapar informasi Ansietas
Mayor ↓
- Sulit berkonsentrasi Defisit Pengetahuan
Minor ↓
- Mengeluh pusing Ansietas
- Anorexia
- Palpitasi
- Pasien tidak berdaya
Do
Mayor
- Tampak gelisah
- Tampak tegang
- Sulit tidur
Minor
- Frekuensi nafas
≥20x/m
- Frekuensi nadi
≥100x/m
- Diaphoresis
- Tremor
- Muka tampak pucat

b. Diagnosa Keperawatan
 Bersihan Jalan Nafas Tidak efektif berhubungan dengan proses
infeksi mikobakterium tuberculosis
 Gangguan Pertukaran gas berhubungan dengan adanya perubahan
membrane alveolus
 Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna
makanan
 Hipertemi berhubungan dengan proses penyakit
 Risiko penyebaran infeksi dibuktikan dengan peningkatan paparan
organisme pathogen lingkungan
 Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan adanya kelemahan tubuh
 Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur
diakibatkan adanya batuk yang terus menerus
 Defisit pengetahuan tentang cara perawatan Tb paru pada anak di
rumah berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi
 Ansietas berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi tentang
proses penyakit TB Paru akibat defisit pengetahuan orang tua
1. Rencana Keperawatan

HARI/ DX.KEP/NO PERENCANAAN


TGL DX KEP
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
06/01/2 Bersihan Jalan TUPAN
020 Nafas Tidak efektif Setelah dilakukan  Identifikasi - Batuk adalah
berhubungan tindakan keperawatan kemampuan batuk mekanisme
dengan proses selama 3x24 jam, pembersihan
infeksi bersihan jalan napas jalan napas alami,
mikobakterium efektif. membantu silia untuk
tuberculosis TUPEN mempertahankan
Setelah dilakukan jalan napas paten.
tindakan keperawatan Pengeluaran sulit
selama 1x24 jam, menandakan sekret
hipersekresi dijalan kental.
napas membaik  Monitor adanya - Untuk mengetahui
dengan kriteria: retensi Sputum tindakan selanjutnya
• Dispnea menurun  Monitor tanda dan - Untuk mengetahui
• Produksi sputum gejala infeksi saluran tindakan selanjutnya
menurun pernapasan yang lebih efektif
• Ronkhi kering Atur posisi semi - Posisi membantu
menurun fowler. memaksimalkan
• Frekuensi dan pola ekspansi paru dan
napas membaik menurunkan upaya
pernapasan.
 Pasang perlak dan - Agar sputum tidak
bengkok di pangkuan kena ke pakaian
pasien Pasien.
 Buang sekret pada - Untuk mencegah
tempat sputum terjadi nya HAIS
- Agen mukolitik
 Kolaborasi pemberian
menurunkan
mukolitik atau
kekentalan dan
ekspektoran, jika perlu
perlengketan sekret
paru.
Ekspektoran
meningkatkan
produksi mukosa
untuk mengencerkan
dan menurunkan
viskositas sekret

06-01-
2020 Gangguan TUPAN  Kaji tingkat - Peningkatan laju
Pertukaran gas Setelah dilakukan pernapasan, pernapasan,
berhubungan tindakan keperawatan kedalaman, dan penggunaan otot
dengan adanya selama x24 jam, usaha, termasuk aksesori, sengatan
perubahan status ventilasi penggunaan otot hidung, pernapasan
membrane membaik. aksesori, sengatan perut, dan tampilan
alveolus TUPEN hidung, dan pola panik di mata pasien
Setelah dilakukan pernapasan dapat dilihat dengan
tindakan keperawatan abnormal hipoksia.
selama x24 jam,  Kaji paru-paru untuk - setiap iregularitas
status pertukaran gas area ventilasi yang suara nafas dapat
teratasi dengan baik menurun dan mengungkapkan
dengan kriteria: auskultasi adanya penyebab gangguan
- Mendemonstrasika suara adventif pertukaran gas
n peningkatan  Pantau saturasi - Oksimetri pulsa
ventilasi dan oksigen terus adalah alat yang
oksigenasi yang menerus, dengan berguna untuk
adekuat menggunakan pulse mendeteksi
- Memelihara oximeter. perubahan oksigenasi
kebersihan paru  Catatan gas darah
paru dan bebas (ABG) hasilnya - Peningkatan PaCO2
dari tanda tanda tersedia dan dan penurunan PaO2
distress pernafasan perubahan catatan adalah tanda asidosis
- Mendemonstrasika respiratorik dan
n batuk efektif dan  Posisi pasien dengan hipoksemia.
suara nafas yang kepala tempat tidur - Posisi tegak atau
bersih, tidak ada ditinggikan, dalam posisi semi-Fowler
sianosis dan posisi semi-Fowler memungkinkan
dyspnea (mampu (kepala tempat tidur peningkatan kapasitas
mengeluarkan pada 45 derajat saat toraks, penurunan
sputum, mampu terlentang) seperti penuh diafragma, dan
bernafas dengan yang ditoleransi. peningkatan ekspansi
mudah, tidak ada paru-paru yang
pursed lips) mencegah isi perut
- Tanda tanda vital dari keramaian.
dalam rentang  Dorong atau bantu - Ambulasi
normal ambulasi sesuai memfasilitasi ekspansi
- AGD dalam batas urutan dokter paru-paru,
normal pembersihan sekresi,
- Status neurologis dan merangsang
dalam batas normal pernapasan dalam

06/01/2 Defisit NutrisiTUPAN: - Identifikasi status - Untuk mengetahui ada


020 berhubungan Setelah dilakukan nutrisi tidaknya malnutrisi
dengan tindakan keperawatan sehingga intervensi
ketidakmampuan nutrisi membaik yang dilakukan tepat
mencerna TUPEN: - Identifikasi makanan
makanan Setelah dilakukan yang disukai - Pertimbangan
tindakan keperawatan keinginan individu
kemampuan dapat memperbaiki
mencerna masukan diit
makanan/status nutrisi - Identifikasi kebutuhan
membaik dengan kalori dan jenis nutrient - Agar kebutuhan nutrisi
kriteria hasil: dan kalori pasien
• Perasaan cepat terpenuhi
kenyang menurun - Monitor asupan
• Nyeri abdomen makanan - Agar kebutuhan nutrisi
menurun pasien terpenuhi
• Nafsu makan - Monitor berat badan
membaik - Berguna dalam
• Berat badan mengukur keefektifan
membaik nutrisi
• Bising usus - Monitor hasil
membaik pemeriksaan - Nilai rendah
• Kekuatan otot laboratorium (albumin) menunjukkan
pengunyah malnutrisi dan
meningkat menunjukkan
• Kekuatan otot kebutuhan
menelan meningkat intervensi/prubahan
• Membran mukosa  Terapeutik: program terapi
membaik - Lakukan oral hygine
sebelum makan - Menurunkan rasa tak
enak di mulut
- Sajikan makanan
secara menarik dan - Untuk meningkatkan
suhu yang sesuai selera makan
- Berikan makanan
tinggi kalori dan protein - Tinggi karbohidrat,
kalori, protein untuk
 Edukasi peningkatan energi
- Ajarkan diet yang
diprogramkan pada - Untuk meningkatkan
keluarga BB pasien

 Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian - Untuk mengurangi
medikasi sebelum rasa mual dan muntah
makan (misal pereda
nyeri, antiemetik) jika
perlu
- Kolaborasi dengan ahli - Berguna dalam
gizi untuk menentukan identifikasi kebutuhan
jumlah kalori dan jenis nutrisi individu untuk
nutrien yang meningkatkan
dibutuhkan, jika perlu penyembuhan dan
regenerasi jaringan.
Sehingga pasien
mengetahui rencana
makanan di rumah.
06-01- Hipertemi TUPAN:  Monitor temperatur suhu - Perubahan temperatur
2020 berhubungan Setelah dilakukan tubuh dapat terjadi pada
dengan proses tindakan keperawatan proses infeksi akut
penyakit suhu tubuh dalam  Observasi tanda – tanda - Tanda – tanda vital
batas normal vital (suhu, tensi, nadi, merupakan acuan
TUPEN: pernafasan, dan untuk mengetahui
Setelah dilakukan perubahan warna kulit) keadaan umum pasien
tindakan keperawatan  Anjurkan pasien untuk - Peningkatan suhu
suhu tubuh menurun minum banyak 1,5 – 2 tubuh mengakibatkan
Kriteria Hasil: liter dalam 24 jam penguapan tubuh
- Suhu tubuh dalam meningkat sehingga
rentang normal perlu diimbangi
- Nadi dan RR dalam dengan asupan yang
rentang normal banyak
- Tidak ada  Berikan kompres pada - Menurunkan panas
perubahan warna lipatan axila dan paha lewat konduksi
kulit dan tidak ada  Berikan antipiretik - Menurunkan panas
pusing sesuai program tim pada pusat
medis hipotalamus
06-01- Risiko penyebaran TUPAN:  Monitor tanda dan gejala
- Untuk mengetahui
2020 infeksi dibuktikan Setelah dilakukan infeksi lokal dan sistemik
tanda dan gejala
dengan tindakan keperawatan infeksi pada pasien
peningkatan Risiko penyebaran sehingga intervensi
paparan infeksi tidak terjadi yang dilakukan akan
organisme TUPEN: lebih tepat
pathogen Setelah dilakukan  Batasi - Menurunkan risiko
jumlah
lingkungan tindakan keperawatan pengunjung terpajan
risiko infeksi dapat pada/menambah
terkontrol. infeksi sekunder pada
Kriteria Hasil: pasien yang
Klien bebas dari tanda mengalami tekanan
dan gejala infeksi imun
- Mendeskripsikan  Cuci tangan sebelum - Menurunkan risiko
proses penularan dan sesudah kontak terpajan
penyakit, factor dengan pasien pada/menambah
dan
yang lingkungan pasien infeksi sekunder
mempengaruhi  Pertahankan - Mencegah meluas dan
teknik
penularan serta aseptik pada pasien membatasi
penatalaksanaanny berisiko tinggi penyebaran
a organisme
- Menunjukkan infektif/kontaminasi
kemampuan untuk silang
mencegah  Jelaskan tanda dan - Meningkatkan
timbulnya infeksi gejala infeksi pengetahuan tentang
- Jumlah leukosit tanda dan gejala
dalam batas normal infeksi sehingga
- Menunjukkan mengetahui tindakan
perilaku hidup apa yang harus
sehat dilakukan
 Ajarkan cara mencuci Agar dapat melakukan
-
tangan yang benar cuci tangan yang
benar sehingga dapat
mencegah
penyebaran bakteri,
kontaminasi silang
- Untuk mencegah
 Ajarkan etika batuk terjadinya infeksi
sekunder
- Karena pada pasien
 Anjurkan meningkatkan yang mengalami
asupan nutrisi pembedahan
kebutuhan nutrisinya
meningkat. Nutrisi
yang adekuat dapat
mempercepat proses
penyembuhan luka
- Karena apabila
 Anjurkan meningkatkan asupan cairan kurang
asupan cairan akan menyebabkan
hipovolemia
06-01- Intoleransi TUPAN:  Kaji tingkat aktivitas fisik - Menyediakan
2020 Aktivitas Setelah dilakukan dan mobilitas pasien. informasi dasar untuk
berhubungan tindakan keperawatan merumuskan tujuan
dengan adanya dapat meningkatkan keperawatan selama
kelemahan tubuh aktivitas secara penetapan tujuan
optimal  Kaji status gizi pasien - Cadangan energi yang
TUPEN:  Amati dan pantau pola cukup dibutuhkan
Setelah dilakukan tidur pasien dan jumlah selama aktivitas
tindakan keperawatan tidur yang dicapai berlangsung
aktivitas sehari-hari selama beberapa hari - Alat bantu
tercapai. terakhir. meningkatkan
Kriteria Hasil  Kaji kebutuhan alat mobilitas pasien
- Pasien akan bantu ambulasi (mis., dengan membantunya
menunjukkan Tongkat, alat bantu mengatasi
toleransi selama jalan) untuk ADLs keterbatasan.
aktivitas fisik  Gunakan oximetry pulsa - Dapat menentukan
sebagaimana portabel untuk menilai penggunaan oksigen
dibuktikan oleh desaturasi oksigen tambahan untuk
fluktuasi tanda vital selama aktivitas membantu
yang normal mengkompensasi
selama aktivitas meningkatnya
fisik. kebutuhan oksigen
- Pasien akan  Amati dan selama aktivitas fisik.
mengidentifikasi dokumentasikan respon - Pemantauan yang
faktor-faktor yang terhadap aktivitas. ketat akan menjadi
memperparah panduan untuk
aktivitas intoleransi. perkembangan
- Pasien akan aktivitas yang optimal.
melaporkan
kemampuan untuk
melakukan aktivitas
sehari-hari yang
dibutuhkan.
06-01- Gangguan Pola TUPAN:  Pola aktivitas dan tidur - Mengetahu pola
2020 Tidur Setelah dilakukan aktivitas dan tidur
berhubungan tindakan keperawatan pasien
dengan kurang pola tidur membaik  Identifikasi faktor - Mengetahui faktor
kontrol tidur TUPEN: pengganggu tidur pengganggu tidur
diakibatkan Setelah dilakukan pasien, sehingga hal
adanya batuk tindakan keperawatan tersebut bisa dihindari
yang terus kontrol tidur membaik  Identifikasi makanan - Mengetahui makanan
menerus dengan kriteria hasil: dan minuman yang dan minuman yang
 Keluhan sulit tidur mengganggu tidur (mis. dapat mengganggu
menurun Minum banyak air tidur pasien
 Keluhan sering sebelum tidur)
terjaga menurun  Modifikasi lingkungan - Untuk meningkatkan
 Keluhan tidak puas kenyamanan yang
tidur menurun optimal sehingga
 Keluhan pola tidur pasien menjadi
berubah menurun relaksasi dan
 Keluhan istirahat membantu pasien
tidak cukup santai
menurun  Batasi waktu tidur siang - Meningkatkan
 Kemampuan keinginan tidur di
beraktivitasi malam hari
meningkat  Lakukan prosedur untuk - Kenyamanan dapat
meningkatkan membuat pasien
kenyamanan (mis. relaksasi
Pengaturan posisi)
 Sesuaikan jadwal - Agar jadwal
pemberian obat dan/ pemberian obat tidak
atau tindakan mengganggu pola
menunjang siklus tidur tidur pasien
 Jelaskan pentingnya
tidur selama sakit - Meningkatkan
pengetahuan pasien
tentang pentingnya
tidur selama sakit
- Agar pasien
 Anjurkan menepati mempunyai kebiasaan
kebiasaan waktu tidur waktu tidur yang tepat
- Agar tidur pasien tidak
terganggu
 Anjurkan menghindari
makanan dan minuman
- Relaksasi otot
yang mengganggu tidur
autogenik merupakan
 Ajarkan relaksasi otot
salah satu contoh dari
autogenik atau cara
teknik relaksasi yang
nonfarmakologi lainnya
berdasarkan pada
penggunaan persepsi
tubuh
06-01- Defisit Tupan:  Identifikasi kesiapan dan Mengkaji kesediaan
-
2020 pengetahuan Setelah diberikan kemampuan menerima pasien atau anggota
tentang cara tindakan asuhan informasi keluarga menerima
perawatan Tb keperawatan tingkat informasi
paru pada anak di pengetahuan keluarga  Sediakan materi dan - Memudahkan untuk
rumah meningkat media penkes menyampaikan
berhubungan Tupen: informasi.
dengan kurangnya Setelah diberikan  Jadwalkan penkes - Penyampaian
terpapar informasi edukasi tentang sesuai kesepakatan Informasi tepat sesuai
keperawatan. kesepakatan.
Diharapkan informasi  Berikan kesempatan Feed back
-
tentang penyakit untuk bertanya
terpenuhi
Kriteria Hasil:  Jelaskan pengertian dan - Keluarga dapat
- Memori meningkat faktor risiko tentang memahami isi dari
- Adanya motivasi penyakit materi
- Proses informasi  Jelaskan tentang tanda
terserap dengan dan gejala penyakit
baik  Jelaskan tentang cara
- Tingkat kecemasan perawatan dirumah
berkurang  Jelasakan cara
- Tingkat kepatuhan pencegahan di rumah
tinggi 

06-01- Ansietas TUPAN:  Identifikasi saat tingkat - Untuk mengetahui
2020 berhubungan Setelah dilakukan ansietas berubah (mis. tingkat ansietas
dengan kurangnya tindakan keperawatan Kondisi, waktu, stresor) pasien
terpapar informasi ansietas menurun
tentang proses TUPEN:  Identifikasi kemampuan - Untuk mengetahui
penyakit TB Paru Setelah dilakukan mengambil keputusan kemampuan pasien
akibat defisit tindakan keperawatan dalam mengambil
pengetahuan informasi terpapar keputusan
orang tua membaik dengan  Monitor tanda-tanda - Untuk mengetahui
kriteria hasil: ansietas (verbal dan secara dini ansietas
• Konsentrasi nonverbal) pasien sehingga
membaik intervensi yang
• Perilaku gelisah dilakukan lebih cepat
menurun  Ciptakan suasana - Agar pasien dapat
• Perilaku tegang terapeutik untuk mengungkapkan
menurun menumbuhkan ansietas yang
• Pola tidur membaik kepercayaan dialaminya
• Keluhan pusing  Pahami situasi yang - Agar intervensi yang
menurun membuat ansietas dilakukan tepat
• Anoreksia menurun  Dengarkan dengan - Agar pasien merasa di
• Palpitasi menurun penuh perhatian perhatikan sehingga
• Perasaan dapat menumbuhkan
keberdayaan rasa pecaya pasien
membaik kepada perawat
• Frekuensi - Membuat pasien
 Gunakan pendekatan
pernapasan merasa rileks dan
yang tenang dan
menurun yakin bahwa perawat
meyakinkan
• Frekuensi nadi dapat dipercaya
menurun - Meningkatkan
 Informasikan secara
• Diaforesis menurun pengetahuan pasien
faktual mengenai
• Pucat menurun sehinga pasien
diagnosis, pengobatan
• Kontak mata mengetahui apa yang
dan prognosis
membaik diharapkan dan dapat
• Pola berkemih menurunkan ansietas
membaik pasien
 Anjurkan keluarga untuk - Agar pasien merasa
tetap bersama pasien, tenang dan
jika perlu diperhatikan
 Anjurkan - Agar semua perasaan
mengungkapkan dapat terungkapkan
perasaan dan persepsi sehingga pasien
merasa rileks
Daftar Pustaka

Maryunani, Anik.2010, Ilmu Kesehatan Anak, Jakarta : CV. Trans Info. Media. 
Nanda. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10
editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC.
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit, Jakarta : EGC.
Nurarif, A.H. & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA/NIC-NOC. Yogyakarta : Media action Publishing.
Ns. Harwina Widya Astuti, S.Kep & Ns. Angga Saeful Rahmat, S.Kep
(2010). Asuhan Keperawatan Anak & Dengan gangguan sistem
pernapasan. Jakarta: Trnas Info Media.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta. PPNI. 2017.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI). Jakarta. 2017
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SIKI). Jakarta. 2017
Smeltzer and Barel. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta/ Buku
Kedokteran EGC
Sri Sukmawati, S.Kep, Am.Keb & Ns. Retno Puji Hastuti, S.Kep dkk
(2009). Keterampilan Dasar Asuhan Kebidanan & Pemeriksaan Fisik Pada
Bayi dan Anak, Jakarta : Trans Info Media

Anda mungkin juga menyukai