Anda di halaman 1dari 22

UNIVERSITAS FALETEHAN

LAPORAN PENDAHULUAN TB PARU


DI RUANG ANGGREK 2 RSUD dr. DRAJAT PRAWINEGARA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)

NABILA MARDIYANA
5022031078

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FALETEHAN SERANG
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
Jl. Raya Cilegon KM 06 Pelamunan Kramatwatu Serang Banten
tlp/Fax.0254.232729

FORMAT LAPORAN PENDAHULUAN


PRAKTIK PROFESI NERS
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

1. Definisi TB Paru
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang terutama menyerang
parenkim paru. Itu juga dapat ditularkan ke bagian lain dari tubuh, termasuk
meningen, ginjal, tulang, dan limfa node. Agen infeksi utama, Mycobacterium
tuberculosis adalah batang aerobik tahan asam yang tumbuh lambat dan sensitif
terhadap panas dan sinar ultraviolet. Mycobacterium bovis dan Mycobacter
terium avium jarang dikaitkan dengan perkembangan dari infeksi TB
(Brunner & Suddarth, 2017).
2. Etiologi
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang paling sering menyerang
parenkim paru, biasanya disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. TBC
dapat menyebar ke bagian tubuh manapun, termasuk meningen, ginjal, tulang,
dan kelenjar getah bening. Infeksi awal biasanya terjadi dalam 2 sampai 10
minggu setelah terpapar. Pasien kemudian dapat mengembangkan penyakit aktif
karena respon sistem kekebalan menurun atau tidak memadai. Proses aktifnya
dapat berlangsung lama dan ditandai dengan masa remisi yang lama ketika
penyakit dihentikan, baru dilanjutkan dengan masa aktivitas yang dilakukan.
TBC ditularkan ketika seseorang dengan penyakit paru-paru mengeluarkan
organisme. Individu rentan terhadap tetesan dan menjadi terinfeksi. Bakteri
ditransmisikan ke alveoli dan berkembangbiak. Reaksi inflamasi menghasilkan
eksudat di alveoli dan bronkopneumonia, granuloma, dan jaringan fibrosa
(Brunner & Suddarth, 2017).
3. Klasifikasi
Data dari anamnesis, pemeriksaan fisik, tes TB, rontgen dada, dan pemeriksaan
mikrobiologi digunakan untuk mengklasifikasikan TB ke dalam satu dari lima
kelas. Skema klasifikasi menyediakan cara sistematis bagi pejabat kesehatan
masyarakat untuk memantau epidemiologi dan pengobatan penyakit (Brunner &
Suddarth, 2017).
- Kelas 0: tidak ada paparan; tidak ada infeksi
- Kelas 1: paparan; tidak ada bukti infeksi
- Kelas 2: infeksi laten; tidak ada penyakit (misalnya, reaksi PPD positif tetapi
tidak ada bukti klinis TB aktif)
- Kelas 3: penyakit; aktif secara klinis
- Kelas 4: penyakit; tidak aktif secara klinis
- Kelas 5: penyakit yang dicurigai; diagnosis tertunda
4. Manifestasi Klinis
Keluhan atau tanda gejala pada TBC menurut Brunner & Suddarth (2017)
sebagai berikut:
 Demam ringan
 Batuk selama berminggu-minggu hingga berbulan-bulan
 Keringat malam
 Kelelahan, dan penurunan berat badan.
 Batuk mungkin tidak produktif, atau mukopurulen dahak dapat dikeluarkan.
 Hemoptisis juga dapat terjadi.
 Gejala mungkin termasuk perilaku yang tidak biasa dan perubahan status
mental, demam, anoreksia, dan penurunan berat badan. Banyak pasien lanjut
usia mungkin tidak memiliki reaksi (kehilangan memori imunologis) atau
reaktivitas tertunda hingga seminggu (fenomena ingat).

5. Patofisiologi
TB dimulai ketika orang yang rentan menghirup mikobakteri dan menjadi
terinfeksi. Bakteri ditransmisikan melalui saluran udara ke alveoli, di mana
mereka disimpan dan mulai berkembangbiak. Basil juga diangkut melalui sistem
getah bening dan aliran darah ke bagian lain dari tubuh (ginjal, tulang, korteks
serebral) dan area lain dari paru-paru (lobus atas). Sistem kekebalan merespon
dengan memulai reaksi inflamasi. Fagosit (neutrofil dan makrofag) menelan
banyak bakteri, dan limfosit spesifik TB melisiskan (menghancurkan) basil dan
jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan penimbunan eksudat di
alveolus sehingga menyebabkan bronkopneumonia. Infeksi awal biasanya terjadi
2 sampai 10 minggu setelah terpapar.
Setelah paparan awal dan infeksi, penyakit aktif dapat berkembang karena
respons sistem kekebalan yang terganggu atau tidak memadai. Penyakit aktif
juga dapat terjadi dengan infeksi ulang dan aktivasi bakteri yang tidak aktif.
Dalam hal ini, tuberkel Ghon mengalami ulserasi, melepaskan bahan keju ke
dalam bronkus. Bakteri kemudian menjadi udara, mengakibatkan penyebaran
penyakit lebih lanjut. Kemudian tuberkel yang mengalami ulserasi sembuh dan
membentuk jaringan parut. Hal ini menyebabkan paru-paru yang terinfeksi
menjadi lebih meradang, mengakibatkan perkembangan lebih lanjut dari
bronkopneumonia dan pembentukan tuberkel.
Kecuali jika proses ini dihentikan, lalu menyebar perlahan ke hilus paru-paru
dan kemudian meluas ke lobus yang berdekatan. Prosesnya dapat diperpanjang
dan ditandai dengan remisi yang berkepanjangan ketika penyakit dihentikan,
diikuti oleh periode aktivitas baru (Brunner & Suddarth, 2017).
6. Penatalaksanaan Medis
a. Pengobatan/Terapi
Pengobatan menurut Brunner & Suddarth (2017)
 INH, rifampisin, pirazinamid, dan strep tomisin atau etambutol.
 Obat kombinasi, seperti INH dan rifampisin (Rifa mate) atau INH,
pirazinamid dan rifampisin dan obat-obatan yang diberikan dua kali
seminggu (misalnya, rifapentin) tersedia untuk membantu meningkatkan
kepatuhan pasien.
 Capreomycin, ethionamide, para aminosalicylate sodium, dan
cycloserine adalah obat kedua.
 Obat tambahan yang berpotensi efektif termasuk obat lain
aminoglikosida, kuinolon, rifabutin, klofazimin, dan kombinasi obat-
obatan.
7. Pengkajian Keperawatan Fokus
1) Wawancara
a. Identitas
Identitas pasien meliputi: nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama,
pendidikan, status perkawinan, dll.
 Umur
Pada penderita TB paru ditemukan pada usia produktif sekitar 15- 50
tahun. Usia lebih dari 55 tahun sistem imunologis menurun sehingga
membuat rentan terhadap berbagai penyakit termasuk TB paru.
 Jenis kelamin
Penyakit TB paru cenderung lebih tinggi pada laki-laki daripada
perempuan, karena pada laki-laki cenderung merokok dan minum
alkohol sehingga menurunkan sistem pertahanan tubuh.
 Faktor sosial ekonomi
Faktor sosial ekonomi berkaitan dengan tempat tinggal, lingkungan
rumah dan sanitasi tempat kerja yang buruk memudahkan penularan TB
paru.
 Suku bangsa
Penderita TB paru sering diderita di daerah beriklim tropis
b. Keluhan Utama
TB paru dijuluki sebagai the great iminator yaitu suatu penyakit yang
memiliki kemiripan gejala dengan penyakit lain seperti lemah dan demam.
keluhan pada penderita TB paru yaitu:
 Batuk
Keluhan batuk timbul pada awal dan merupakan gangguan yang sering
dikeluhkan oleh klien.
 Batuk darah
Keluhan batuk darah pada klien TB paru selalu menjadi alasan utama
untuk meminta pertolongan kesehatan.
 Sesak nafas
Keluhan sesak nafas ditemukan apabila kerusakan parenkim sudah luas
atau ada hal-hal lainnya seperti efusi pleura, pneumothoraks dan lain-
lain.
 Nyeri dada
Nyeri dada pada klien dengan TB paru termasuk nyeri pleuritik ringan.
 Demam
Demam biasanya timbul pada sore atau malam hari mirip demam atau
influenza yang hilang timbul.
 Keluhan sistemis lainnya
Keluhan yang muncul biasanya keringat malam, anoreksia, malaise,
penurunan berat badan.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian ini dilakukan untuk mendukung keluhan utama. Jika keluhan
pada pasien adalah batuk maka perawat harus menanyakan berapa lama
batuk muncul. Jika yang menjadi alasan pasien meminta pertolongan
kesehatan adalah sesak nafas maka perawat harus mengkaji dengan
menggunakan PQRST agar memudahkan perawat dalam pengkajian.
a) Provoking incident: apakah ada peristiwa penyebab sesak nafas, apakah
sesak nafas berkurang saat istirahat?
b) Quality of pain: seperti apa rasa sesak nafas yang dirasakan pasien
apakah rasanya seperti tercekik atau sulit dalam melakukan inspirasi?
c) Region: dimana rasa berat dalam melakukan pernafasan? Harus
ditunjukan oleh pasien.
d) Severity (scala) of pain: seberapa jauh sesak nafas yang dirasakan klien,
seberapa jauh sesak nafas mempengaruhi aktivitas klien.
e) Time: berapa lama rasa nyeri berlangsung, kapan dan apakah bertambah
buruk pada malam hari atau pada siang hari. Apakah sesak nafas timbul
mendadak atau perlahan-lahan. Tanyakan pada pasien apakah gejala
terus menerus atau hilang timbul (intermiten).
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
1) Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh
2) Pernah berobat tetapi tidak sembuh
3) Pernah berobat tetapi tidak teratur
4) Riwayat kontak dengan penderita TB paru
5) Daya tahan tubuh yang menurun
6) Riwayat vaksinasi yang tidak teratur
7) Riwayat putus OAT.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya pada keluarga pasien ditemukan ada yang menderita TB paru.Biasanya
ada keluarga yang menderita penyakit keturunan seperti Hipertensi, Diabetes
Melitus, jantung dan lainnya
f. Riwayat Pengobatan Sebelumnya
1) Kapan pasien mendapatkan pengobatan sehubungan dengan sakitnya
2) Jenis, warna, dan dosis obat yang diminum.
3) Berapa lama pasien menjalani pengobatan sehubungan dengan penyakitnya
4) Kapan pasien mendapatkan pengobatan terakhir.
g. Riwayat Sosial Ekonomi
1) Riwayat pekerjaan. Jenis pekerjaan, waktu, dan tempat bekerja, jumlah
penghasilan.
2) Aspek psikososial. Merasa dikucilkan, tidak dapat berkomunikasi dengan
bebas, menarik diri, biasanya pada keluarga yang kurang mampu, masalah
berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang lama
dan biaya yang banyak, masalah tentang masa depan/pekerjaan pasien, tidak
bersemangat dan putus harapan.
3) Faktor Pendukung:
a) Riwayat lingkungan.
b) Pola hidup: nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola istirahat
dan tidur, kebersihan diri.
c) Tingkat pengetahuan/pendidikan pasien dan keluarga tentang penyakit,
pencegahan, pengobatan dan perawatannya.

2) Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum : Biasanya KU sedang atau buruk
 TD : Normal (kadang rendah karena kurang istirahat)
 Nadi : Pada umumnya nadi pasien meningkat
 Pernafasan : Biasanya nafas pasien meningkat (normal: 16-
20x/menit)
 Suhu : Biasanya kenaikan suhu ringan pada malam hari.
Suhu mungkin tinggi atau tidak teratur. Seiring kali tidak ada demam.
1) Kepala
Inspeksi: Biasanya wajah tampak pucat, wajah tampak meringis,
konjungtiva anemis, skelra tidak ikterik, hidung tidak sianosis,
mukosa bibir kering, biasanya adanya pergeseran trakea.
2) Thorak
Inspeksi: Kadang terlihat retraksi interkosta dan tarikan dinding dada,
biasanya pasien kesulitan saat inspirasi. Palpasi: Fremitus paru yang
terinfeksi biasanya lemah. Perkusi: Biasanya saat diperkusi terdapat
suara pekak. Auskultasi: Biasanya terdapat bronki.
3) Abdomen
Inspeksi: biasanya tampak simetris Palpasi: biasanya tidak ada
pembesaran hepar. Perkusi: biasanya terdapat suara tympani.
Auskultasi: biasanya bising usus pasien tidak terdengar
4) Ekremitas atas
Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat, tidak ada
edema
5) Ekremitas bawah
Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat, tidakada
edema
 Pemeriksaan Diagnostik
1) Kultur sputum: Mikobakterium TB positif pada tahap akhir penyakit. 2)
Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm
terjadi 48-72 jam).
2) Poto torak: Infiltnasi lesi awal pada area paru atas; pada tahap dini
tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas;
pada kavitas bayangan, berupa cincin; pada klasifikasi tampak bayangan
bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.
3) Bronchografi: untuk melihat kerusakan bronkus atatu kerusakan paru
karena TB paru.
4) Darah: peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED).
5) Spirometri: penurunan fungsi paru dengan kapasitas vital menurun.
 Pola Kebiasaan Sehari-hari
1) Pola aktivitas dan istirahat Subyektif: rasa lemah cepat lelah, aktivitas
berat timbul. Sesak (nafas pendek), sulit tidur, demam, menggigil,
berkeringat pada malam hari. Obyektif: Takikardia, takipnea/dispnea saat
kerja, irritable, sesak (tahap, lanjut; infiltrasi radang sampai setengah
paru), demam subfebris (40-41celsius) hilang timbul.
2) Pola Nutrisi Subyektif: anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan
berat badan. Obyektif: turgor kulit jelek, kulit kering/berisik, kehilangan
lemak subkutan.
 Respirasi Subyektif: batuk produktif/non produktif sesak nafas, sakit
dada.
 Obyektif: mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum
hijau/purulent, mukoid kuning atau bercak darah, pembengkakan
kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi basah, kasar didaerah apeks
paru, takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan
pleural), sesak nafas, pengembangan pernafasan tidak simetris (effusi
pleura), perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural),
deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik).
 Rasa nyaman/nyeri Subyektif: nyeri dada meningkat karena batuk
berulang Obyektif: berhati-hati pada area yang sakit, prilaku
distraksi, gelisah, nyeri bisa timbul bila infiltrasi radang sampai ke
pleura sehingga timbul pleuritis.
 Integritas Ego Subyektif: faktor stress lama, masalah keuangan,
perasaan tak berdaya/tak ada harapan. Obyektif: menyangkal (selama
tahap dini), ansietas, ketakutan, mudah.
8. Analisa Data

No Data Analisa Data & Patoflow Diagnosa Keperawatan

1. Gejala dan Tanda Mayor Mikrobacterium Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
Subjektif: - ↓
Objektif: Alveolus
 Batuk tidak efektif ↓
 Tidak mampu batuk Respon inflamasi

 Sputum berlebih ↓

 Mengi, wheezing, dan/atau ronchi kering Jaringan granulomas

Gejala dan Tanda Minor ↓

Subjektif: Masa fibrosa



 Dyspnea
TBC aktif
 Sulit bicara

 Orthopnea
Pembentukan sputum
Objektif: ↓
 Gelisah Batuk
 Sianosis ↓
 Bunyi nafas menurun Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif

 Frekuensi nafas berubah


 Pola nafas berubah

2. Gejala dan Tanda Mayor Mikrobacterium Gangguan Petukaran Gas


Subjektif: ↓
 Dyspnea Alveolus
Objektif: ↓
 Hiperkapnia/hiperkarbia Respon inflamasi

 Hipoksemia ↓

 Takikardia Jaringan granulomas



 Kadar karbondioksida abnormal
Masa fibrosa
 pH arteri abnormal

 Bunyi nafas tambahan
TBC aktif
Gejala dan Tanda Minor

Subjektif:
Pembentukan sputum
 Pusing ↓
 Penglihatan kabur Gangguan Petukaran Gas

Objektif:
 Sianosis
 Gelisah
 Pernafasan cuping hidung
 Pola nafas abnormal (cepat/lambat, irama
ireguler, dalam/dangkal)
 Warna kulit abnormal (pucat/kebiruan)
 Kesadaran menurun
3. Gejala dan Tanda Mayor Mikrobacterium Defisit Nutrisi
Subjektif: - ↓
Objektif: Alveolus
 Berat badan menurun minimal 10% dibawah ↓
rentang ideal Respon inflamasi

Gejala dan Tanda Minor
Jaringan granulomas
Subjektif:

 Cepat kenyang setelah makan
Masa fibrosa
 Kram/nyeri abdomen ↓
 Nafsu makan menurun TBC aktif

Objektif:
Efek GI trak
 Bising usus hiperaktif

 Otot kunyah lemah Anoreksia
 Otot menelan lemah ↓
 Membrane mukosa pucat Asupan nutrisi tidak adekuat
 Sariawan ↓
 Serum albumin turun Penurunan BB
 Rambut rontik berlebihan ↓
 diare Defisit Nutrisi

4. Gejala dan Tanda Mayor Mikrobacterium Intoleransi Aktivitas


Subjektif: ↓
 Mengeluh lelah Alveolus
Objektif: ↓
 Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi Respon inflamasi
istirahat ↓
Gejala dan Tanda Minor Jaringan granulomas
Subjektif: ↓
 Dyspnea setelah aktivitas Masa fibrosa
 Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas ↓

 Merasa lemah TBC aktif



Objektif:
Efek GI trak
 Tekanan darah berubah >20% dari kondisi ↓
istirahat Anoreksia
 Sianosis ↓
Asupan nutrisi tidak adekuat

Cadangan energi menurun

Kelemahan

Intoleransi Aktifitas

Gejala dan Tanda Mayor Mikrobacterium Defisit pengetahuan


Subjektif: ↓
 Menanyakan masalah yang dihadapi Alveolus
Objektif: ↓
 Menunjukan preilaku tidak sesuai anjuran Respon inflamasi

 Menunjukan persepsi yang keliru terhadap ↓

masalah Jaringan granulomas



Gejala dan Tanda Minor
Masa fibrosa
Subjektif: -

Objektif:
TBC aktif
 Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat

 Menunjukan perilaku berlebihan (apatis, Pembentukan sputum
bermusuhan, agitasi, histeria) ↓
Batuk

Risiko penularan

Defisit pengetahuan
9. Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


keperawatan
Bersihan jalan Setelah dilakukan intervensi Manajemen jalan nafas
nafas tidak efektif keperawatan selama 1x24 jam maka Tindakan
b.d hipersekresi bersihan jalan nafas meningkat dengan Observasi
jalan nafas kriteria hasil: - Monitor pola nafas
- Batuk efektif meningkat - Monitor bunyi nafas tambahan
- Produksi sputum menurun - Monitor sputum
- Mengi menurun Terapeutik
- Wheezing menurun - Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan head-thilt dan
- Dipsnea menurun chin-lift
- Ortopnea menurun - Posisikan semi fowler atau fowler
- Gelisah menurun - Berikan minum hangat
- Frekuensi nafas membaik - Lakukan fisioterapi dada
- Pola nafas membaik - Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik.
- Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari sesuai toleransi jantung
- Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
- Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik,
jika perlu
Gangguan Setelah dilakukan intervensi selama Pemantauan Respirasi
petukaran gas b.d 1x24 jam maka pertukaran gas Tindakan
perubahan meningkat dengan kriteria hasil: Observasi
membran alveolus- - Dispnea menurun - Monitor frekuensi, irama, kedalam dan upaya nafas
kapiler - Bunyi nafas tambahan menurun - Monitor pola nafas (bradypnea, takipnea, hiperventilasi,
- PCO2 menbaik kussmaul, Cheyne-stokes, biot, ataksik)
- PO2 membaik - Monitor kemampuan batuk efektif
- Takikardi membaik - Monitor adanya produksi sputum
- Pola napas membaik - Monitor adanya sumbatan jalan nafas
- Warna kulit membaik - Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
- Auskultasi bunyi nafas
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik
- Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien.
- Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan intervensi selama Manajemen Nutrisi
peningkatan 2x24 jam maka status nutrisi Tindakan
kebutuhan meningkat dengan kriteria hasil : Observasi
metabolisme - Porsi makanan yang dihabiskan - Identifikasi status nutrisi
meningkat - Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
- Berat badan membaik - Monitor asupan makanan
- Indeks massa tubuh (IMT) - Monitor berat badan
membaik - Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
- Frekuensi makan membaik Terapeutik
- Nafsu makan membaik - Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
- Membran mukosa membaik - Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
- Berikan suplemen makanan
Edukasi
- Ajarkan diet yang di programkan

Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrien yang dibutuhkan
Intoleransi Setelah dilakukan intervensi selama Manajemen Energi
aktivitas b.d 1x24 jam maka toleransi aktivitas Tindakan
ketidakseimbangan meningkat dengan kriteria hasil: Observasi
antara suplai dan - Saturasi oksigen meningkat - Monitor kelelahan fisik dan emosional
kebutuhan oksigen - Keluhan lelah menurun - Monitor pola dan jam tidur
- Dispnea saat aktivitas menurun Terpeutik
- Dispnea setelah aktivitas menurun - Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
- Perasaan lemah menurun - Gunakan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
- Frekuensi napas membaik - Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
- Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
- Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
Edukasi
- Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
asupan makan
Defisit Setelah dilakukan intervensi selama Bimbingan Sistem Kesehatan
pengetahuan b.d 3x24 jam maka tingkat pengetahuan Tindakan
kurang terpapar meningkat dengan kriteria hasil : Observasi
informasi - Perilaku sesuai anjuran meningkat - Identifikasi masalah kesehatan individu, keluarga, dan
- Verbalisasi minat dalam belajar masyarakat.
meningkat - Identifikasi inisiatif individu, keluarga, dan masyarakat.
- Kemampuan dalam menjelaskan Terpeutik
pengetahuan tentang suatu topik - Fasilitasi pemenuhan kebutuhan kesehatan.
meningkat - Fasilitasi pemenuhan kebutuhan kesehatan mandiri.
- Kemampuan menggambarkan - Libatkan kolegan/teman untuk membimbing pemenuhan
pengalaman sebelumnya yang kebutuhan kesehatan.
sesuai dengan topik meningkat - Siapkan pasien untuk mampu berkolaborasi dan bekerjasama
- Perilaku sesuai dengan dalam pemenuhan kebutuhan kesehatan.
pengetahuan meningkat Edukasi
- Pertanyaan tentang masalah yang - Bimbing untuk bertanggung jawab mengidentifikasi dan
dihadapi menurun mengembangkan kemampuan memecahkan masalah
- Persepsi yang keliru terhadap kesehatan secara mendiri.
masalah menurun

Referensi

Brunner, & Suddarth. (2017). Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 12. Jakarta: EGC.

Ross, & Wilson. (2010). Dasar-Dasar Anatomi dan Fisiologi. Jakarta: Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai