Anda di halaman 1dari 17

Askep TB Paru

A. Konsep Dasar 1. Pengertian Tuberkulosis hal 472) Tuberkulosis adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru. Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian lainnya, termasuk meningens, ginjal, tulang, dan nodus limfe. (Suzanne & Smelzher, 2001, hal 584). Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakterimycobakterium tuberkulosis, yang biasanya ditularkan melalui inhalasi percikan ludah, orang ke orang, dan mengkolonisasi bronkiolus atau alveolus. (Elizabeth, 2000, hal. 414) Tuberkulosis paru merupakan suatu penyakit yang tergolong dalam infeksi yang disebabkan bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Penyakit tuberkulosis dapat menyerang pada siapa saja tak terkecuali pria, wanita, tua, muda,kaya dan miskin serta dimana saja. 2. Etiologi Tuberkulosis paru disebabkan oleh basil tuberkulosis (Mycobacterium tuberkulosis humanis). Bakteriologinya adalah : Mycobacterium tuberculosis familie Nycobakterium yang mempunyai berbagai genus, satu diantaranya adalah Mycobakterium yang salah satu spesiesnya adalah M. Tuberculosis. M. Tuberculosis yang paling berbahaya bagi manusia adalah type humanis. Basil Tuberkulosis mempunayi dinding sel lipid sehingga tahan asam. ( Halim, 1998, hal 97) 3. Patofisiologi Individu rentan yang menghirup basil tuberkulosis dan menjadi terinfeksi. Bakteri dipindahkan melalui jalan napas ke alveoli, tempat dimana mereka terkumpul dan mulai untuk memperbanyak diri. Basil juga dipindahkan melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lainnya (ginjal, tulang, korteks serebri), dan area paru-paru lainnya. Sistem imun tubuh berespons dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit menelan banyak bakteri : limfosit spesifik tuberkulosis melisis (menghancurkan) basil dan jaringan normal. Reaksi paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan olehMycobacterium tuberkulosis dengan gejala yang sangat bervariasi. (Mansyoer, 1999,

jaringan

ini

mengakibatkan

penumpukan

eksudat

dalam

alveoli,

menyebabkan

bronkopneomoni. Infeksi awal biasanya terjadi 2 sampai 10 minggu stelah pemajanan. Masa jaringan baru, yang disebut granulomas, yang merupakan gumpalan basil yang masih hidup dan yang sudah mati, dikelilingi oleh makrofag yang membentuk dinding protektif. Granulomas diubah menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian sentral dari massa fibrosa ini disebut tuberkel Ghon. Bahan menjadi nekrotik, membentuk massa seperti keju. Massa ini dapat mengalami klasifikasi, membentuk skar kolagenosa. Bakteri menjadi dorman, tanpa perkembangan penyakit aktif. (Suzanne & Smeltzer, 2001, hal. 2428) 4. Manifestasi Klinis Gejala utama tuberkulosis paru adalah batuk lebih dari 4 minggu dengan atau tanpa sputum, malaise, gejala flu, demam derajat rendah, nyeri dada, dan batuk darah. Pasien tuberkulosis paru menampakkan gejala klinis, yaitu : a) b) c) d) 1) Tahap asimtomatis. Eksaserbasi yang memburuk. Gejala berulang dan menjadi kronik. Gejala tuberkulosis paru yang khas, kemudian stagnasi dan regresi.

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda-tanda : Tanda-tanda infiltrate (redup, bronkial, ronki basah. Dan lain-lain) 2) 3) 4) Tanda-tanda penarikan paru, diafragma, dan mediastinum. Sekret di seluruh saluran nafas dan ronki.

Suara nafas amforik karena adanya kavitas yang berhubungan langsung dengan bronkus. (Mansyor, 1999, hal.473)

5. Penatalaksanaan a) Obat anti tuberkulosis (OAT) OAT harus diberikan dalam kombinasi sedikitnya dua obat yang bersifat bakterisid dengan atau tanpa obat obat ketiga. Tujuan pemberian OAT, antara lain : Membuat konversi sputum BTA positif menjadi negatif secepat mungkin melalui kegiatan bakterisid. Mencegah kekambuhan dalam tahun pertama setelah pengobatan dengan kegiatan strelisasi.

Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi melalui perbaikan daya tahan imunologis. Maka pengobatan tuberkulosis dilakukan melalui 2 fase :

1) Fase awal intensif, dengan kegiatan bakterisid untuk memusnahkan populasi kuman yang membelah denga cepat. 2) Fase lanjutan, melalui kegiatan strelisasi kuman pada pengobatan jangka pendek atau kegiatan bakteriostatik pada pengobatan konversional. OAT yang biasa digunakan antara lain isoniazid (INH), rifampisin (R), pirazinamid (Z), b) Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS) Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS) adalah nama untuk suatau strategi yang dilaksanakan di pelayanan kesehatan dasar di dunia untuk mendeteksi dan menyembuhkan pasien tuberkulosis. Strategi ini terdiri dari 5 komponen, yaitu : 1. Dukungan politik para pimpinan wilayah dis etiap jenjang sehingga program ini menjadi salah satu prioritas dan pendanaanpun akan tersedia. 2. Mikroskop sebagai komponen utama untuk mendiagnosa tuberkulosis melalui pemeriksaan sputum langsung pasien tersangka dengan penemuan sevara pasif. 3. Pengawas minum obat (PMO) yaitu orang yang dikenal dan dipercayai baik oleh pasien maupun petugas kesehatan yang ikut mengawasi pasien minum seluruh obatnya sehingga dapat dipastikan bahwa pasien betul minum obatnya dan diharakan sembuh pada akhir masa pengobatan. 4. Pencatatan dan pelaporan dengan baik dan benar sebagai bagian dari sistem surveilans penyakit ini sehingga pemamtauan pasien dapat berjalan. 5. Paduan obat anti tuberkulosis jangka pendek yang benar, termasuk dosis dan jangka waktu yang tepat, sangat penting untuk keberhasilan pengobatan. Termasuk terjaminnya kelangsungan persediaan paduan obat ini. (Mansyor, 1999, hal 474) B. Asuhan Keperawatan Menurut Doengoes PPOM (2000), pengkajian, diagnosa keperawatan dan perencanaan pada pasien dengan tuberkulosis paru adalah sebagai berikut Dasar data pengkajian pasien. Data tergangung pada tahap penyakit dan derajat yang terkena. 1. Pengkajian

Aktivitas/Istirahat Gejala : kelelahan umum, dan kelemahan, napas pendek karena kerja, kesulitan tidur pada malam atau demam malam hari, menggigil atau berkeringat, mimpi buruk. Tanda : Takikardia, takipnea/dispnea, pada kerja, kelelahan otot, nyeri, dan sesak (tahap lanjtu). Integritas Ego Gejala : Adanya factor stress lama, masalah keuangan, rumah, perasaan tak berdaya, tak ada harapan, populasi budaya/etnik, Amerika asli atau imigran dari amerika tengah, asia tenggara, Indian anak benua. Tanda : Menyangkal (khususnya selama tahap dini), ansietas, ketakutan, mudah terangsang. Makanan/Cairan Tanda : Kehilangan nafsu makan, tak dapat mencerna, penurunan berat badan.Gejala : Turgor kulit buruk, kering/kulit bersisik, kehilangan otot atau hilang lemak subkutan. Nyeri/Kenyamanan Tanda : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang. Gejala : Pernafasan Tanda : Batuk, produktif atau tak produktif, nafas pendek, riwayat tuberculosis/terpajan pada individu infeksi. Gejala : Peningkatan frekwensi pernapasan (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan pleura), pengembangan pernapasan tak simetris (efusi pleura). Perkusi pekak dan penurunan fremitus ( cairan pleura atau penebalan pleura) bunyi napas menurun/tak ada secara bilateral atau unilateral (efusi pleural/pneumotorak). Bunyi napas tubuler dan atau bisikan pectoral diatas lesi luas. Krekels tercatat di atas apek paru selama inspirasi cepat setelah batuk pendek (krekels postusicc), karakteristik sputum : hijau/purulen, mukoid kuning, atau bercak darah. Deviasi trakeal (penyebaran broncogenik) tak perhatian, mudah terangsang yang nyata, perubahan mental (tahap lanjut ) Keamanan. Tanda : Adanya kondisi imun, contoh AIDS, kanker, tes HIV positif Gejala : Demam rendah atau sakit panas akut. Interaksi Sosial Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, stress.

Gejala : Perasaan isolasi/penolakan karena penyakit menular. Perubahan pola biasa dalam tanggung jawab/perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran. Penyuluhan/Pembelajaran Tanda : Riwayat keluarga tuberkulosis. Ketidakmampuan umum/status kesehatan buruk, gagal untuk membaik/kambuhnya tuberkulosis, tidak berpartisipasi dalam terapi. Pertimbangan Rencana pemulangan : Memerlukan bantuan dengan/gangguan dalam terapi obat dan bantuan keperawatan diri dan pemeliharaan/perawatan rumah. Pemeriksaan Diagnostik Kultur sputum : positif unuk mycobacterium tuberculosis pada tahap aktif penyakit. ZiehlNeelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan darah) : positif untuk basil asam-cepat. Tes kulit (PDD, Mantouk, potongan volmer) : reaksi positif (area indurasi 10 mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi intradermal antigen) menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibody tetapi tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang secara klinik sakit berarti bahwa tuberkulosis aktif tidak dapat diturunkan atau infeksi disebabkan oleh micobakterium yang berbeda. Foto thoraks: dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas, simpanan kalsium lesi sembuh primer, atau efusi cairan. Perubahan menunjukkan lebih luas tuberkulosis dapat termasuk rongga, area fibrosa. Pemeriksaan fungsi paru : penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan rasio udara residu dan kapasitas paru total, dan penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru, dan penyakit pleural (Tuberkulosis paru kronis luas ). Prioritas keperawatan 1) Meningkatkan / mempertahankan ventilasi / oksigenasi adekuat. 2) Mencegah penyebaran infeksi 3) Mendukung prilaku/tugas untuk mempertahankan kesehatan. 4) Meningkatkan strategi koping efektif. 5) Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan kebutuhan pengobatan. Tujuan pemulangan a) Fungsi pernapasan adekuat untuk memenuhi kebutuhan individu b) Komplikasi dicegah c) Pola hidup/perilaku berubah diadopsi untuk mencegah penyebaran infeksi.

d) Proses penyakit/prognosis dan program pengobatan dipahami. 2. Diagnosa dan Perencanaan keperawatan Diagnosa dan perencanaan dilakukan sesuai dengan diagnosa yang telah ditentukan, adapun diagnosa dan perencanaan tersebut : a. Resiko tinggi penyebaran/aktivitas ulang infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tak adekuat, penurunan kerja silia/stasis sekret, kerusakan jaringan/tambahan infeksi, penurunan pertahanan/ penekanan proses imflamasi, malnutrisi, terpajan lingkungan, kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan pathogen. Tujuan : Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan risiko penyebaran infeksi. Kriterial Hasil : Menunjukkan teknik/melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang aman. Intervensi/Rasional Intervensi : Anjurkan pasien untuk batuk/bersin dan mengeluarkan pada tisu dan menghindar meludah. Rasional : perilaku yang diperlukan untuk mencegah penyebaran infeksi. Intervensi : Kaji tindakan kontrol infeksi sementara, contoh masker atau isolasi pernapasan. Rasional : dapat membantu membantu rasa terisolasi pasien dan membuang stigma sosial sehubungan dengan penyakit menular. Intervensi : Awasi suhu sesuai indikasi. Rasional : reaksi demam indikator adanya infeksi lanjut. Intervensi : Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat. Rasional : periode singkat berakhir 2-3 hari setelah kemoterapi awal, tetapi pada adanya rongga atau penyakit luas sedang, resiko penyebaran infeksi dapat berlanjut sampai 3 bulan. Intervensi : Kaji pentingnya mengikuti dan kultur ulang secara periodik terhadap sputum untuk lamanya terapi. Rasional : alat dalam pengawasan efek dan keefektifan obat dan respons pasien terhadap terapi. Intervensi : Dorong memilih/mencerna makanan seimbang. Rasional : adanya anoreksia/malnutrisi sebelumnya merendahkan tahanan terhadap proses infeksi dan mengganggu penyembuhan. Kolaborasi Berikan anti infeksi sesuai indikasi, contoh : obat utama : isontazid (INH)etambutal (myambutol): rifampin (RMP/Rifadin). Rasional : kombinasi anti infeksi digunakan, contoh 2 obat primer atau satu primer tambah 1 dan obat sekunder, INH biasanya obat pilihan untuk pasien infeksi dan pada resiko terjadi TB. Pirazinamida (PZA / Aldinamide):

Para amino salisik ( PAS ): slikoserin (Ceromicine): streptomisin (strycin). Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh hasil usap sputum. Rasional : ini obat sekunder diperlukan bila infeksi resisten terhadap atau tidak toleran obat primer. Pasien yang mengalami 3 usapan negative (memerlukan 3 5 bulan), perlu mentaati program obat. a. Takefektif jalan nafas berhubungan dengan secret kental, atau secret darah, kelemahan, edema trakea/faringeal. Ditandai dengan frekwensi pernapasan, irama, kedalaman tidak normal, bunyi napas tak normal, (ronki, mengi ), stridor, dispnea. Tujuan : Mempertahankan jalan nafas pasien. Mengeluarkan secret tanpa bantuan. Kriterial Hasil : Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki /mempertahankan bersihan jalan nafas. Berpartisipasi dalam program pengobatan, dalam tingkat kemampuan /situasi. Mengidentifikasi potensial komplikasi dan melakukan tindakan tepat. Intervensi/Rasional Intervensi : Kaji fungsi pernapasan, contoh bunyi napas, kecepatan, irama dan kedalaman dan penggunaan otot aksesori. Rasional : penurunan bunyi napas dapat menunjukkan atelectasis. Ronki, mengi menunjukkan akumulasi secret / ketidakmampuan untuk membersihkan jalan nafas yang dapat menimbulkan penggunaan otot aksesori pernapasan dan peningkatan kerja pernapasan.Intervensi : Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa/batuk efektif : catat karakter, jumlah sputum, adanya hemoptisis. Rasional : pengeluaran sulit bila secret sangat tebal(mis, efek infeksi dan/atau tidak adekuat hidrasi).Intervensi : Sputum berdarah kental atau darah cerah diakibatkan oleh kerusakan (kavitasi) paru atau luka bronchial dan dapat memerlukan evaluasi/intervensi lanjut. Berikan pasien posisi semi fowler atau fowler tinggi. Bantu pasien untuk batuk dan latihan napas dalam. Rasional : posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernapasan. Intervensi : Ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan meningkatkan area secret kedalam jalan nafas besar untuk dikeluarkan. Bersihan secret dari mulut dan trakea: penghisapan sesuai keperluan. Rasional : mencegah obstruksi/aspirasi. Penghisapan dapat diperlukan bila pasien tak mampu mengeluarkan secret.Intervensi : Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali kontraindikasi. Rasional : pemasukan tinggi cairan membantu untuk mengencerkan secret, membuatnya mudah dikeluarkan. Kolaborasi

Lembabkan udara/oksigen inspirasi. Rasional mencegah pengeringan membran mukosa: membantu pengenceran secret. Beri obat-obatan sesuai indikasi: agen mukolitik, contoh asetilsistein (mucomist). Rasional : agen mukolitik menurunkan kekentalan dan perlengketan secret paru untuk memudahkan pembersihan. Bronkodilator, contoh okstrifilin (choledil): teofilin (Theo-Dur).Rasional : bronkodilator meningkatkan ukuran lumen percabangan trancobronkial, sehingga menurunkan tahanan terhadap aliran udara. Kortikosteroid (predninson). Rasional : berguna pada adanya keterlibatan luas dengan hipoksemia dan bila respon inflamasi mengancam hidup. c. Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan permukaan efektif paru, atelektasis, kerusakan membrane alveolar kapiler, secret kental, tebal, edema bronchial. Tujuan : Melaporkan tak adanya/penurunan dispnea. Kriteria hasilMenunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal. Terbebas dari gejala distress pernapasan. Intervensi/Rasional Intervensi : Kaji dispnea, takipnea, tak normal/menurunnya bunyi napas, peningkatan upaya pernapasan, terbatasnya ekspansi dinding dada, dan kelemahan. Rasional : TB paru menyebabkan efek luas pada paru dari bagian kecil bronkopneumonia sampai imflamasi difus luas, nekrosis, effusi pleira, dan fibrosis luas. Intervensi : Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran. Catat sianosis dan/perubahan pada warna kulit, termasuk membrane mukosa dan kuku.Rasional : akumulasi secret/pengaruh jalan nafas dapat mengganggu oksigenasi organ vital dan jaringan (rujuk ke DK: bersihan jalan napas, takefektif Intervensi : Tingkatkan tirah baring/batasi aktivitas dan Bantu aktivitas perawatan diri sesuai keperluan. Rasional : menurunkan konsumsi oksigen/kebutuhan selama periode penurunan pernapasan dapat menurunkan beratnya gejala. Kolaborasi Awasi seri GDA/nadi oksimetri. Rasional : penurunan kandungan oksigen (PaO2)/saturasi atau peningkatan PaO2 menunjukkan kebutuhan untuk intervensi/perubahan program terapi.

Berikan oksigen tambahan yang sesuai. Rasional : alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat terjadi sekunder terhadap penurunan ventilasi/menurunnya permukaan alveolar paru. d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelemahan, sering batuk/produksi sputum, dispnea. Anoreksia, ketidakcukupan sumber keuangan. Ditandai dengan berat badan dibawah 10%-20% ideal untuk bentuk tubuh, melaporkan kurang tertarik pada makanan, gangguan sensasi pengecap, tonus otot buruk. Tujuan : Menunjukkan berat badan meningkat mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal dan bebas tanda malnutrisi. Kriteria hasil : Melakukan perilaku/perubahan pola hidup untuk mempertahankan berat yang tepat. Intervensi/Rasional Intervensi : Catat status nutrisi pada penerimaan, catat turgor kulit, berat badan dan derajat kekurangan berat badan, integritas mukosa oral, kemampuan/ketidakmampuan menelan, adanya tonus usus, riwayat mual/muntah atau diare. Rasional : berguna dalam mendefinisikan derajat/luasnya masalah dan pilihan intervensi yang tepat. Intervensi : Awasi masukan/pengeluaran dan berat badan secara periodik. Rasional : berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan. Intervensi : Selidiki anoreksia, mual, dan muntah dan catat kemungkinan hubungan dengan obat. Awasi frekuwensi, volume, konsistensis feses. Rasional : dapat mempengaruhi pilihan diet dan mengidentifikasi area pemecahan masalah untuk meningkatkan pemasukan/penggunaan nutrient. Intervensi : Dorong dan berikan periode istirahat sering. Rasioanl : membantu menghemat energi khususnya bila kebutuhan metabolik meningkat saat demam. Intervensi : Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernapasan. Rasional : menurunkan rasa tak enak karena sisa sputum atau obat untuk pengobatan respirasi yang merangsang pusat muntah. Intervensi : Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat. Rasional : memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tak perlu/kebutuhan energi dari makan banyak dan menurunkan iritasi gaster. Intervensi : Dorong orang terdekat untuk membawa makanan dari rumah dan untuk membagi dengan pasien kecuali kontraindikasi. Rasional : membuat lingkungan sosial lebih normal selama makan dan membantu memenuhi kebutuhan personal dan cultural. Kolaborasi

Rujuk ke ahli diet untuk menentukan komposisi diet. Rasional : memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat untuk kebutuhan metabolic dan diet. Konsul dengan terapi pernapasan untuk jadwal pengobatan 1-2 jam sebelum/sesudah makan. Rasional : dapat membantu menurunkan insiden mual dan muntah sehubungan dengan obat atau efek pengobatan pernapasan pada perut yang penuh. Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh BUN, protein serum, dan albumin. Rasional : nilai rendah menunjukkan malnutrisi dan menunjukkan kebutuhan intervensi/perubahan program terapi. e. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, aturan tindakan dan pencegahan berhubungan dengan kurang terpajan pada/salah intepretasi informasi, keterbatasan kognitif, tak lengkap informasi yang ada. Tujuan :Menyatakan pemahaman proses penyakit/ prognosis dan kebutuhan pengobatan.Kriteria hasil : Melakukan perilaku/perubahan pola hidup untuk memperbaiki kesehatan umum dan menurunkan risiko pengaktifan ulang TB. Mengidentifikasi gejala yang memerlukan evaluasi/intervensi. Menggambarkan rencana untuk menerima perawatan kesehatan adekuat. Intervensi/Rasional Intervensi : Kaji kemampuan pasien untuk belajar, contoh tingkat takut, masalah, kelemahan, tingkat partisipasi, lingkungan terbaik dimana pasien dapat belajar, seberapa banyak isi, media terbaik, siapa yang terlibat. Rasional :belajar tegantung pada emosi dan kesiapan fisik dan ditingkatkan pada tahapan individu. Intervensi : Indentifikasi gejala yang harus dilaporkan ke perawat, contoh hemoptisis, nyeri dada, demam, kesulitan bernafas, kehilangan pendengaran, vertigo. Rasional : dapat menunjkkan kemajuan atau pengaktifan ulang penyakit atau efek obat yang memerlukan evaluasi lanjut. Intervensi :Tekankan pentingnya mempertahankan protein tinggi dan diet karbohidratdan pemasukan cairan adekuat (rujukan ke DK: Nutrisi, Perubahan, Kurang dari Kebutuhan Tubuh, hal. 246). Rasional : memenuhi kebutuhan metabolik membantu meminimalkan kelemahan dan meingkatkan penyembuhan. Intervensi : Cairan dapat mengencerkan/mengeluarkan secret. Berikan instruksi dan informasi tertulis khusus pada pasien untuk rujukan contoh jadwal obat.Rasional : informasi tertulis dapat menurunkan hambatan pasien untuk mengingat sejumlah besar informasi. Pengulangan menguatkan belajar.Intervensi : Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang diharapkan, dan alasan pengobatan lama. Kaji

potensi interaksi dengan obat / subtansi lain. Rasional : meningkatkan kerja sama dalam program pengobatan dan mencegah penghentian obat sesuai perbaikan kondisi pasien. Intervensi : Kaji potensial efek samping pengobatan (contoh mulut kering, konstipasi, gangguan penglihatan, sakit kepala, hipertensi ortostatik) dan pemecahan masalah. Rasional :mencegah /menurunkan ketidaknyamanan sehubungan dengan terapi dan meninggkatkan kerja sama dalam program. C. Implementasi Menurut Carpenito, (2000). Tahap awal tindakan keperawatan menuntut perawat mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam tindakan. Persiapan tersebut meliputi kegiatan-kegiatan : 1. Review tindakan keperawatan yang diidentifikasi pada tahap perencanaan, 2. Menganalisa pengetahuan dan keterampilan keperawatan yang diperlukan, 3. Mengetahui komplikasi dari tindakan keperawatan yang mungkin timbul, 4. menentukan dan mempersiapkan peralatan yang diperlukan, 5. mempersiapkan lingkungan yang konduktif sesuai dengan yang akan dilaksanank, 6. mengidentifikasi aspekhukum dan etik terhadap resiko dari potensial tindakan. D. Evaluasi Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannyasudah berhasil dicapai, melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor kealpaan yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan, dan pelaksanaan tindakan. (Carpenito, 2000, Hal. 71)

Intervensi No 1 Diagnosa keperawatan Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret yang berlebihan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Tujuan : bersihan jalan nafas efektif KH : pasien dapat mempertahankan jalan nafas dan mengeluarkan sekret tanpa bantuan.

a. Kaji fungsi pernafasan contoh bunyi nafas, kecepatan, irama, dan kelemahan dan penggunaan otot bantu.

b. Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa batuk efektif, catat karakter, jumlah sputum, adanya hemoptisis c. Berikan klien posisi semi atau fowler tinggi

Peningkatan bunyi nafas dapat menunjukkan atelektasis, ronchi, mengi menunjukkan akumulasi sekret / ketidakmampuan untuk membersihkan jalan nafas yang dapat menimbulkan penggunaan otot akseseri pernafasan dan peningkatan kerja pernafasan. Pengeluaran sulit bila sekret sangat tebal sputum berdarah kental / darah cerah (misal efek infeksi, atau tidak kuatnya hidrasi).

d. Bersihkan sekret dari mulut dan trakea, penghisapan sesuai keperluan

Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan meningkatkan kan upaya pernafasan. Mencegah obstruksi respirasi, penghisapan dapat diperlukan bila pasien tidak mampu mengeluarkan sekret. Pemasukan tinggi cairan membantu untuk mengencerkan sekret, membantu untuk mudah dikeluarkan. TB paru menyebabkan efek luas pada paru

e. Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml / hari kecuali kontra indikasi


2 Gangguan pertukaran gas

Tujuan : tidak ada tanda-tanda

a. Kaji dispnea, takipnea, tidak

berhubungan dengan penurunan permukaan efek paru, kerusakan membran di alveolar, kapiler, sekret kental dan tebal.

dispnea KH : melaporkan tidak adanya penurunan dispnea, menunjukkan perbaikan ventilasi dan O2 jaringan adekuat dengan AGP dalam rentang normal, bebes dari gejala, distres pernafasan.

normal atau menurunnya bunyi nafas, peningkatan upaya pernafasan, terbatasnya ekspansi dinding dada dan kelemahan. b. Evaluasi tingkat kesadaran, catat sianosis dan perubahan pada warna kulit, termasuk membran mukosa dan kuku c. Tunjukkan/dorong bernafas dengan bibir selama endikasi, khususnya untuk pasien dengan fibrosis atau kerusakan parenkim

dari bagian kecil bronkopneumonia sampai inflamasi difus luas nekrosis effure pleural untuk fibrosis luas.

Akumulasi sekret/pengaruh jalan nafas dapat mengganggu O2 organ vital dan jaringan.

Membuat tahanan melawan udara luar untuk mencegah kolaps atau penyempitan jalan nafas, sehingga membantu menyebarkan udara melalui paru dan menghilangkan atau menurunkan nafas pendek Menurunkan konsumsi oksigen/kebutuhan selama periode penurunan pernafasan dapat menurunkan beratnya gejala. Mencegah pengeringan membran mukosa, membantu pengenceran sekret. Berguna dalam mendefinisikan derajat/ luasnya masalah dan pilihan intervensi yang tepat.

d. Tingkatkan tirah baring/batasi aktivitas dan bantu aktivitas pasien sesuai keperluan

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak

Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi (tidak terjadi perubahan nutrisi)

e. Kolaborasi medis dengan pemeriksaan ACP dan pemberian oksigen a. Catat status nutrisi pasien dari penerimaan, catat turgor kulit, berat badan dan derajat kekurangannya

adekuat sekunder terhadap mual.

Kriteria hasil : pasien menunjukkan peningkatan berat badan dan melakukan perilaku atau perubahan pola hidup.

berat badan, riwayat mual atau muntah, diare. b. Pastikan pada diet biasa pasien yang disukai atau tidak disukai. Membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan pertimbangan keinginan individu dapat memperbaiki masukan diet. Dapat mempengaruhi pilihan diet dan mengidentifikasi area pemecahan masalah untuk meningkatkan pemasukan atau penggunaan nutrien.

c. kaji anoreksia, mual dan muntah dan catat kemungkinan hubungan dengan obat, awasi frekuensi, volume konsistensi feces. d. Dorong dan berikan periode istirahat sering.

Membantu menghemat energi khususnya bila kebutuhan meningkat saat demam. Menurunkan rasa tidak enak karena sisa Sputum atau obat untuk pengobatan respirasi yang merangsang pusat muntah. Masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tidak perlu atau kebutuhan energi dari makan makanan banyak dari menurunkan iritasi gaster. Bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat untuk kebutuhan metabolik dan diet. Rekomendasi yang

e. Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernafasan.

f. Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein.

Gangguan pola

Tujuan : agar

g. Kolaborasi, rujuk ke ahli diet untuk menentukan komposisi diet. a. Diskusikan

istirahat tidur berhubungan dengan sesak nafas dan batuk

pola tidur terpenuhi. Kriteria hasil : pasien dapat istirahat tidur tanpa terbangun.

perbedaan individual dalam kebutuhan tidur berdasarkan hal usia, tingkat aktivitas, gaya hidup tingkat stress.

umum untuk tidur 8 jam tiap malam nyatanya tidak mempunyai fungsi dasar ilmiah individu yang dapat rileks dan istirahat dengan mudah memerlukan sedikit tidur untuk merasa segar kembali dengan bertambahnya usia, waktu tidur. Total secara umum menurun, khususnya tidur tahap IV dan waktu tahap meningkat. Tidur akan sulit dicapai sampai tercapai relaksasi, lingkungan rumah sakit dapat mengganggu relaksasi

b. Tingkatkan relaksasi, berikan lingkungan yang gelap dan terang, berikan kesempatan untuk memilih penggunaan bantal, linen dan selimut, berikan ritual waktu tidur yang menyenangkan bila perlu pastikan ventilasi ruangan baik, tutup pintu ruangan bila klien menginginkan.
5 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan dan inadekuat oksigenasi untuk aktivitas.

Tujuan : agar aktivitas kembali efektif. Kriteria hasil : pasien mampu melakukan ADLnya secara mandiri dan tidak kelelahan setelah beraktivitas.

a. Jelaskan aktivitas dan faktor yang meningkatkan kebutuhan oksigen seperti merokok. suhu sangat ekstrim, berat badan kelebihan, stress.

Merokok, suhu ekstrim dan stress menyebabkan vasokastriksi yang meningkatkan beban kerja jantung dan kebutuhan oksigen, berat badan berlebihan, meningkatkan tahapan perifer yang juga meningkatkan beban kerja jantung.

b.Secara bertahap

tingkatan aktivitas harian klien sesuai peningkatan toleransi.

Mempertahankan pernafasan lambat, sedang dan latihan yang diawasi memperbaiki kekuatan otot asesori dan fungsi pernafasan. Rasa takut terhadap kesulitan bernafas dapat menghambat peningkatan aktivitas.

c. Memberikan dukungan emosional dan semangat

d. Setelah aktivitas kaji respon abnormal untuk meningkatkan aktivitas.

Resiko tinggi penyebaran infeksi pada diri sendiri maupun orang lain berhubungan dengan kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan pathogen.

Tujuan : penyebaran infeksi tidak terjadi. Kriteria hasil : pasien mengidentifikasi intervensi untuk mencegah atau menurunkan resiko penyebaran infeksi, melakukan perubahan pola hidup.

Intoleransi aktivitas dapat dikaji dengan mengevaluasi jantung sirkulasi dan status pernafasan setelah beraktivitas. a. Kaji patologi Membantu pasien penyakit dan menyadari/ menerima potensial perlunya mematuhi penyebaran infeksi program pengobatan melalui droplet udara untuk mencegah selama batuk, pengaktifan berulang bersin, meludah, atau komplikasi serta bicara, tertawa. membantu pasien atau orang terdekat untuk mengambil langkah untuk mencegah infeksi ke orang lain. b. Identifikasi orang lain yang beresiko, missal: anggota keluarga, sahabat karib/ teman. c. Kaji tindakan kontrol infeksi sementara, missal: masker atau isolasi pernafasan. Orang-orang yang terpejan ini perlu program terapi obat untuk mencegah penyebaran/ terjadinya infeksi. Dapat membantu menurunkan rasa terisolasi pasien dan membuang stigma sosial sehubungan dengan penyakit

menular. d. Anjurkan pasien untuk batuk/ bersin dan mengeluarkan pada tisu dan menghindari meludah ditempat umum. Kaji pembuangan tisu sekali pakai dan teknik mencuci tangan yang tepat, dorong untuk mengulangi demonstrasi. e. Tekanan pentingnya tidak menghentikan terapi obat.

Perilaku yang diperlukan untuk mencegah penyebaran

Periode singkat berakhir 2-3 hari setelah kemoterapi awal, tetapi pada adanya rongga

Anda mungkin juga menyukai