Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. A DENGAN TB PARU


DI RUANG HCU RSAD DR R. ISMOYO KENDARI

Tugas Mandiri
Stase Praktek Keperawatan Medikal Bedah

Disusun oleh :
DWY SUKMA
N202101031

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XII


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MANDALA WALUYA KENDARI
KENDARI
2021
TUBERCULOSIS PARU
A. PENGERTIAN
TB paru adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh kuman
TB (mycobacterium tuberculosis). Kuman tersebut masuk ke dalam tubuh
manusia melalui udara ke dalam paru-paru,dan menyebar dari paru-paru ke
organ tubuh yang lain melalui peredaran darah seperti kelenjar limfe, saluran
pernapasan atau penyebaran langsung ke organ tubuh lainnya.
B. ETIOLOGI
Penyebab tuberkulosis adalah mycobacterium tuberculosis. Basil ini
tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan sinar matahari, pemanasan
dan sinar ultraviolet. Terdapat 2 macam mycobacterium tuberculosis yaitu
tipe human dan bovin. Basil tipe human berada di bercak ludah (droplet) di
udara yang berasal dari penderita TB paru dan orang yang rentan terinfeksi
bila menghirup bercak ludah ini.
C. PATOFISIOLOGI
Individu terinfeksi melalui droplet nuclei dari pasien TB paru ketika
pasien batuk, bersin, tertawa. Droplet nuclei ini mengandung basil TB dan
ukurannya kurang dari 5 mikron dan akan melayang-layang di udara. Droplet
nuclei ini mengandung basil TB. Saat Mikrobacterium Tuberkulosa berhasil
menginfeksi paru-paru maka dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang
berbentuk globular.
Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis, bakteri TB paru ini
akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding disekeliling bakteri itu
oleh sel-sel paru. Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di
sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri TB paru akan menjadi dormant
(istirahat).
Bentuk-bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel
pada pemeriksaan foto rontgen. Sistem imun tubuh berespon dengan
melakukan reaksi inflamasi. Fagosit (neutrofil dan makrofag) menelan
banyak bakteri; limpospesifik-tuberkulosis melisis (menghancurkan) basil dan
jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan penumpukan eksudat
dalam alveoli, yang menyebabkan bronkopneumonia dan infeksi awal terjadi
dalam 2-10 minggu setelah pemajanan.
Massa jaringan paru yang disebut granulomas merupakan gumpalan basil
yang masih hidup. Granulomas diubah menjadi massa jaringan -jaringan
fibrosa, bagian sentral dari massa fibrosa ini disebut tuberkel ghon dan
menjadi nekrotik membentuk massa seperti keju. Massa ini dapat mengalami
klasifikasi, membentuk skar kolagenosa. Bakteri menjadi dorman, tanpa
perkembangan penyakit aktif. Setelah pemajaman dan infeksi awal, individu
dapat mengalami penyakit aktif karna gangguan atau respon yang inadekuat
dari respon sistem imun.
Penyakit dapat juga aktif dengan infeksi ulang dan aktivasi bakteri
dorman. Dalam kasus ini, tuberkel ghon memecah melepaskan bahan seperti
keju dalam bronki. Bakteri kemudian menjadi tersebar di udara,
mengakibatkan penyebaran penyakit lebih jauh. Tuberkel yang menyerang
membentuk jaringan parut. Paru yang terinfeksi menjadi lebih membengkak,
mengakibatkan terjadinya bronkopneumonia lebih lanjut.
PATHWAY
D. MANIFESTASI KLINIK
Tanda dan gejala pada TB paru yaitu batuk >3 minggu, nyeri dada,
malaise, sesak nafas, batuk darah, demam. Tanda dan gejala pada TB paru
dibagi menjadi 2 bagian yaitu gejala sistemik dan respiratorik.
1. Gejala Sistemik
a. Demam. Adanya proses peradangan akibat dari infeksi bakteri
sehingga timbul gejala demam.
b. Malaise. Malaise adalah rasa tidak enak badan, penurunan nafsu
makan, pegal-pegal, penurunan berat badan dan mudah lelah.
2. Gejala Respiratorik
a. Batuk. Dimulai dari batuk kering (non produktif) kemudian muncul
peradangan menjadi produktif atau menghasilkan sputum yang terjadi
lebih dari 3 minggu.
b. Batuk Darah. Batuk darah atau hemoptisis merupakan batuk yang
terjadi akibat dari pecahnya pembuluh darah.
c. Sesak Nafas. Sesak nafas ditemukan jika penyakit berkelanjutan
dengan kerusakan paru yang meluas atau karena adanya hal lain
seperti efusi pleura, pneumothorax dan lain-lain.
d. Nyeri Dada. Gejalanya dapat bersifat bersifat lokal apabila yang
dirasakan berada pada tempat patologi yang terjadi, tapi dapat beralih
ke tempat lain seperti leher,abdomen dan punggung. Bersifat pluritik
apabila nyeri yang dirasakan akibat iritasi pleura parietalis yang
terasa tajam seperti ditusuk-tusuk pisau.
E. KOMPLIKASI
Komplikasi yang muncul pada TB paru yaitu :
1. Pneumothorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps
spontan karena kerusakan jaringan paru.
2. Bronki ektasis (peleburan bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) di paru.
3. Penyebaran infeksi ke organ lainnya seperti otak, tulang, persendian,
ginjal dan sebagainya.
4. Insufisiensi kardiopulmonal (Chardio Pulmonary Insufficiency).
5. Hemoptisis berat (pendarahan pada saluran nafas bawah) yang
mengakibatkan kematian karena terjadinya syok hipovolemik atau
tersumbatnya jalan pernafasan.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Nurafif & Kusuma (2015), pemeriksaan penunjang pada TB
paru meliputi :
1. Laboratorium Darah Rutin. LED normal/ meningkat, limfositosis
2. Pemeriksaan Sputum BTA. Untuk memastikan diagnostik paru,
pemeriksaan ini spesifikasi karena klien dapat didiagnosis TB paru
berdasarkan pemeriksaan ini.
3. Tes PAP (Peroksidase Anti Peroksidase), yaitu uji serologi
imunosperoksidase memakai alat histogen staining untuk menentukan
adanya IgG spesifik terhadap basil TB.
4. Tes Mantoux/ Tuberkulin, yaitu uji serologi imunosperoksidase memakai
alat histogen staining untuk menentukan adanya IgG spesifik terhadap
basil TB.
5. Teknik Polymerase Chain Reaction. Deteksi DNA kuman melalui
amplifikasi dalam meskipun hanya satu mikroorganisme dalam spesimen
dapat mendeteksi adanya resistensi.
6. Becton Dikinson Diagnostic Instrument Sintem (BACTEC). Deteksi
Growth Indeks berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolisme asam
lemak oleh kuman TB.
7. Pemeriksaan Radiologi. Gambaran foto thorak yang menunjang
didiagnostis TB paru yaitu :
a. Bayangan lesi terletak di lapangan paru atas satu segmen apical lobus
bawah.
b. Bayangan berwarna (patchy) atau bercak nodular.
c. Kelainan bilateral terutama di lapangan atas paru.
G. PENATALAKSANAAN
Pengobatan TB paru menurut Kemenkes RI (2014) meliputi:
1. Tujuan Pengobatan. Pengobatan TB paru untuk menyembuhkan pasien,
mencegah kekambuhan, mencegah kematian, memutuskan rantai
penularan serta mencegah resistensi mycobacterium tuberculosis terhadap
OAT.
2. Prinsip Pengobatan. Pengobatan yang dilakukan harus memenuhi prinsip
sebagai berikut: OAT yang diberikan mengandung minimal 4 macam obat
untuk mencegah resistensi, diberikan dalam dosis yang tepat, obat ditelan
secara teratur dan diawasi oleh PMO sampai selesai.
3. Tahapan Pengobatan. Pengobatan TB diberikan dalam dua tahap yaitu
tahap awal (intensif) dan tahap lanjutan.
a. Tahap awal, penderita mendapatkan obat setiap hari dan perlu diawasi
secara langsung guna mencegah terjadinya resisten obat.
b. Tahap lanjutan, penderita mendapatkan jenis obat yang lebih sedikit
tetapi dalam jangka waktu lebih lama.
4. Obat Anti Tuberkulosis
a. Isoniazid (H). Isoniazid diberikan melalui oral atau intramuskular.
Obat ini memiliki dua pengaruh toksik utama yaitu neuritis perifer dan
hepatotoksik. Tanda dari neuritis perifer yaitu mati rasa dan rasa gatal
pada tangan dan kaki. Sedangkan hepatotoksik jarang terjadi,
mungkin terjadi pada anak dengan TB berat dan remaja.
b. Rifampisin (R). Efek samping obat ini yaitu terjadi perubahan warna
orange pada urine dan air mata dan gangguan saluran pencernaan.
c. Etambutol (E). Etambutol bertujuan untuk mencegah resistensi
terhadap obat yang lain.
d. Pirazinamid (Z). Obat ini bersifat bakterisid dan memiliki efek
samping rasa mual yang disertai nyeri ulu hati dan muntah.
e. Streptomisin (S). Efek samping dari obat streptomisin yaitu rasa
kesemutan didaerah mulut dan muka setelah obat disuntikan.
5. Panduan OAT di Indonesia :
a. Kategori 1 : 2(HRZE)/ 4H3R3. Obat diberikan selama dua bulan 2
(HRZE). Kemudian dilanjutkan pada tahap lanjutan yang diberikan
tiga kali dalam seminggu selama 4 bulan (4H3R3).
b. Kategori 2 : 2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3. Obat ini diberikan pada
pasien BTA positif yang pernah diobat sebelumnya.
c. Obat Sisipan (HRZE). Paket sisipan KDT merupakan paduan paket
tahap intensif atau kategori 1 yang diberikan selama 28 hari.
6. Penatalaksanaan Non Farmakologis
a. Fisiologi Dada
Fisioterapi dada terdiri atas drainase postural, perkusi,dan vibrasi
dada. Tujuannya yaitu untuk memudahkan dalam pembuangan sekresi
bronkhial, memperbaiki fungsi ventilasi, dan meningkatkan efisiensi
dari otot-otot sistem pernafasan agar berfungsi secara normal.
Drainase postural adalah posisi yang spesifik dengan gaya gravitasi
untuk memudahkan proses pengeluaran sekresi bronkial. Perkusi
adalah suatu prosedur membentuk mangkuk pada telapak tangan
dengan menepuk ringan pada dinding dada dalam. Gerakan menepuk
dilakukan berirama diatas segmen paru yang akan dialirkan.
Vibrasi dada adalah tindakan meletakkan tangan berdampingan
dengan jari-jari tangan dalam posisi ekstensi diatas area dada.
b. Latihan Batuk Efektif
Latihan batuk efektif yaitu tindakan yang dilakukan agar mudah
membuang sekresi dengan metode batuk efektif sehingga dapat
mempertahankan jalan nafas yang paten.
c. Pengisapan Lendir
Penghisapan lender/ suction merupakan tindakan yang dilakukan
untuk mengeluarkan sekret yang tertahan pada jalan nafas.
Penghisapan lendir bertujuan untuk mempertahankan jalan nafas tetap
paten.
KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian adalah pengumpulan informasi atau data tentang pasien untuk
mengidentifikasi, mengenal masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan
keperawatan pasien baik fisik, mental, sosial dan lingkungan. Tujuan dari
pengkajian adalah untuk memperoleh informasi tentang keadaan pasien,
menentukan masalah keperawatan pasien dan kesehatan pasien , menilai
keadaan kesehatan pasien, membuat keputusan yang tepat dalam menentukan
langkah-langkah berikutnya.
1. Identitas Klien
Pengkajian yang dilakukan pada pasien dewasa penderta TB Paru
dengan masalah keperawatan kurangnya informasi yang adekuat tentang
program pengobatan seperti jenis kelamin, umur, alamat, dan pekerjaan.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering muncul demam (subfebris), febris (40-
41oC) hilang timbul, batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus.
Batuk ini terjadi untuk membuang/mengeluarkan produksi radang yang
dimulai dari batuk kering sampai dengan batuk purulent (menghasilkan
sputum), sesak nafas bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai
setengah paru-paru, keringat malam, nyeri dada jarang ditemukan, nyeri
timbul bila infitrasi radang sampai pada pleura sehingga menimbulkan
pleuritis, malaise ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan menurun,
berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot dan keringat malam, dan
perlu ditanyakan dengan siapa pasien tinggal karena biasanya penyakit ini
muncul bukan karena sebagai penyakit keturunan tetapi merupakan
penyakit infeksi menular.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Adanya sesak nafas, batuk, nyeri dada, keringat malam, nafsu
makan menurun, dan suhu badan meningkat mendorong penderita untuk
melakukan pengobatan.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Keadaan atau penyakit yang pernah diderita oleh penderita yang
mungkin sehubungan dengan TB paru antara lain ISPA, efusi pelura serta
TB Paru yang aktif kembali selain itu bisa juga karena :
a. Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh
b. Pernah berobat tetapi tidak sembuh
c. Pernah perobat tetapi tidak teratur
d. Riwayat kontak dengan penderita TB paru
e. Daya tahan tubuh yang menurun
f. Riwayat putus OAT
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Menanyakan anggota keluarganya yang menderita TB paru
sehingga bisa terputus atau tidak diteruskan penularannya.
6. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum Klien
Keadaan umum pada paien yaitu compos mentis, terlihat pucat,
lemah, lemas dan sesak nafas.
b. Pemeriksaan Thoraks
1) Paru
- Inspeksi : Batuk produktif/ nonproduktif, terdapat sputum
yang kental dan sulit dikeluarkan, bernafas dengan
menggunakan otot-otot tambahan, sianosis. Mekanika
bernafas, pernafasan cuping hidung, penggunaan oksigen dan
sulit bicara karena sesak nafas.
- Palpasi : Bernafas dengan menggunakan otot-otot tambahan.
Takikardia akan timbul diawal serangan, kemudian diikuti
sianosis sentral.
- Perkusi : Lapang paru yang hipersonor pada perkusi.
- Auskultasi : Pada saat ekspirasi terdengar suara gaduh yang
dalam (Ronchi) disebabkan gerakan udara yang melewati jalan
nafas menyempit akibat obstruksi nafas (sumbatan akibat
edema, tumor, atau sekresi).
2) Jantung
- Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak
- Palpasi : Iktus cordis terletak di ICS V mid klavikula kiri
- Auskultasi : BJ 1 dan BJ 2 tedengar tunggal
- Perkusi : Suara pekak
B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan bronkospasme
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru, penurunan
perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan penurunan curah jantung
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakadekuatan intake nutrisi
4. Hiperterrmi berhubungan dengan inflamasi
5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan terbatasnya pengetahuan
kognitif.
DAFTAR PUSTAKA
Chris Tanto, F. L. (2014). Kapita Selekta Kedokteran II Edisi IV . Jakarta : Media
Aesculapius
Puspasari, S. F. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Yogyakarta: Pustaka Baru
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2016 Tentang
Penanggulangan Tuberkulosis
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik Edisi I Cetakan III. Jakarta Selatan: PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan Keperawatan Edisi 1 Cetakan II. Jakarta Selatan: PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Defisini dan Kriteria
Hasil Keperawatan Edisi 1 Cetakan II. Jakarta Selatan: PPNI.

Anda mungkin juga menyukai