Tugas Mandiri
Stase Keperawatan Dasar Profesi
Disusun oleh :
Dwy Sukma
N202101031
CI LAHAN CI INSTITUSI
Disusun oleh :
Dwy Sukma
N202101031
CI LAHAN CI INSTITUSI
D. MANIFESTASI KLINIK
Tanda dan gejala pada TB paru yaitu batuk >3 minggu, nyeri dada,
malaise, sesak nafas, batuk darah, demam. Tanda dan gejala pada TB paru
dibagi menjadi 2 bagian yaitu gejala sistemik dan respiratorik.
1. Gejala Sistemik
a. Demam. Adanya proses peradangan akibat dari infeksi bakteri
sehingga timbul gejala demam.
b. Malaise. Malaise adalah rasa tidak enak badan, penurunan nafsu
makan, pegal-pegal, penurunan berat badan dan mudah lelah.
2. Gejala Respiratorik
a. Batuk. Dimulai dari batuk kering (non produktif) kemudian muncul
peradangan menjadi produktif atau menghasilkan sputum yang terjadi
lebih dari 3 minggu.
b. Batuk Darah. Batuk darah atau hemoptisis merupakan batuk yang
terjadi akibat dari pecahnya pembuluh darah.
c. Sesak Nafas. Sesak nafas ditemukan jika penyakit berkelanjutan
dengan kerusakan paru yang meluas atau karena adanya hal lain
seperti efusi pleura, pneumothorax dan lain-lain.
d. Nyeri Dada. Gejalanya dapat bersifat bersifat lokal apabila yang
dirasakan berada pada tempat patologi yang terjadi, tapi dapat beralih
ke tempat lain seperti leher,abdomen dan punggung. Bersifat pluritik
apabila nyeri yang dirasakan akibat iritasi pleura parietalis yang
terasa tajam seperti ditusuk-tusuk pisau.
E. KOMPLIKASI
Komplikasi yang muncul pada TB paru yaitu :
1. Pneumothorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps
spontan karena kerusakan jaringan paru.
2. Bronki ektasis (peleburan bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) di paru.
3. Penyebaran infeksi ke organ lainnya seperti otak, tulang, persendian,
ginjal dan sebagainya.
4. Insufisiensi kardiopulmonal (Chardio Pulmonary Insufficiency).
5. Hemoptisis berat (pendarahan pada saluran nafas bawah) yang
mengakibatkan kematian karena terjadinya syok hipovolemik atau
tersumbatnya jalan pernafasan.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Nurafif & Kusuma (2015), pemeriksaan penunjang pada TB
paru meliputi :
1. Laboratorium Darah Rutin. LED normal/ meningkat, limfositosis
2. Pemeriksaan Sputum BTA. Untuk memastikan diagnostik paru,
pemeriksaan ini spesifikasi karena klien dapat didiagnosis TB paru
berdasarkan pemeriksaan ini.
3. Tes PAP (Peroksidase Anti Peroksidase), yaitu uji serologi
imunosperoksidase memakai alat histogen staining untuk menentukan
adanya IgG spesifik terhadap basil TB.
4. Tes Mantoux/ Tuberkulin, yaitu uji serologi imunosperoksidase memakai
alat histogen staining untuk menentukan adanya IgG spesifik terhadap
basil TB.
5. Teknik Polymerase Chain Reaction. Deteksi DNA kuman melalui
amplifikasi dalam meskipun hanya satu mikroorganisme dalam spesimen
dapat mendeteksi adanya resistensi.
6. Becton Dikinson Diagnostic Instrument Sintem (BACTEC). Deteksi
Growth Indeks berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolisme asam
lemak oleh kuman TB.
7. Pemeriksaan Radiologi. Gambaran foto thorak yang menunjang
didiagnostis TB paru yaitu :
a. Bayangan lesi terletak di lapangan paru atas satu segmen apical lobus
bawah.
b. Bayangan berwarna (patchy) atau bercak nodular.
c. Kelainan bilateral terutama di lapangan atas paru.
G. PENATALAKSANAAN
Pengobatan TB paru menurut Kemenkes RI (2014) meliputi:
1. Tujuan Pengobatan. Pengobatan TB paru untuk menyembuhkan pasien,
mencegah kekambuhan, mencegah kematian, memutuskan rantai
penularan serta mencegah resistensi mycobacterium tuberculosis terhadap
OAT.
2. Prinsip Pengobatan. Pengobatan yang dilakukan harus memenuhi prinsip
sebagai berikut: OAT yang diberikan mengandung minimal 4 macam obat
untuk mencegah resistensi, diberikan dalam dosis yang tepat, obat ditelan
secara teratur dan diawasi oleh PMO sampai selesai.
3. Tahapan Pengobatan. Pengobatan TB diberikan dalam dua tahap yaitu
tahap awal (intensif) dan tahap lanjutan.
a. Tahap awal, penderita mendapatkan obat setiap hari dan perlu diawasi
secara langsung guna mencegah terjadinya resisten obat.
b. Tahap lanjutan, penderita mendapatkan jenis obat yang lebih sedikit
tetapi dalam jangka waktu lebih lama.
4. Obat Anti Tuberkulosis
a. Isoniazid (H). Isoniazid diberikan melalui oral atau intramuskular.
Obat ini memiliki dua pengaruh toksik utama yaitu neuritis perifer dan
hepatotoksik. Tanda dari neuritis perifer yaitu mati rasa dan rasa gatal
pada tangan dan kaki. Sedangkan hepatotoksik jarang terjadi,
mungkin terjadi pada anak dengan TB berat dan remaja.
b. Rifampisin (R). Efek samping obat ini yaitu terjadi perubahan warna
orange pada urine dan air mata dan gangguan saluran pencernaan.
c. Etambutol (E). Etambutol bertujuan untuk mencegah resistensi
terhadap obat yang lain.
d. Pirazinamid (Z). Obat ini bersifat bakterisid dan memiliki efek
samping rasa mual yang disertai nyeri ulu hati dan muntah.
e. Streptomisin (S). Efek samping dari obat streptomisin yaitu rasa
kesemutan didaerah mulut dan muka setelah obat disuntikan.
KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian adalah pengumpulan informasi atau data tentang pasien untuk
mengidentifikasi, mengenal masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan
keperawatan pasien baik fisik, mental, sosial dan lingkungan. Tujuan dari
pengkajian adalah untuk memperoleh informasi tentang keadaan pasien,
menentukan masalah keperawatan pasien dan kesehatan pasien , menilai
keadaan kesehatan pasien, membuat keputusan yang tepat dalam menentukan
langkah-langkah berikutnya.
1. Identitas Klien
Pengkajian yang dilakukan pada pasien dewasa penderta TB Paru
dengan masalah keperawatan kurangnya informasi yang adekuat tentang
program pengobatan seperti jenis kelamin, umur, alamat, dan pekerjaan.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering muncul demam (subfebris), febris (40-
41oC) hilang timbul, batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus.
Batuk ini terjadi untuk membuang/mengeluarkan produksi radang yang
dimulai dari batuk kering sampai dengan batuk purulent (menghasilkan
sputum), sesak nafas bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai
setengah paru-paru, keringat malam, nyeri dada jarang ditemukan, nyeri
timbul bila infitrasi radang sampai pada pleura sehingga menimbulkan
pleuritis, malaise ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan menurun,
berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot dan keringat malam, dan
perlu ditanyakan dengan siapa pasien tinggal karena biasanya penyakit ini
muncul bukan karena sebagai penyakit keturunan tetapi merupakan
penyakit infeksi menular.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Adanya sesak nafas, batuk, nyeri dada, keringat malam, nafsu
makan menurun, dan suhu badan meningkat mendorong penderita untuk
melakukan pengobatan.
D. IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian kegiatan yang
dilakukan perawat untuk membantu klien dari masalah kesehatan yang
dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria
hasil yang diharapkan. Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan yaitu
berupa dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi,
pendidikan kesehatan atau tindakan yang mencegah munculnya masalah
kesehatan dikemudian hari.
E. EVALUASI
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai
tindakan keperawatan yang ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan
kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil proses keperawatan.
- S (Subjektif) : Data subjektif, keluhan yang masih dirasakan klien setelah
dilakukan tindakan keperawatan
- O (Objektif) : Data objektif, hasil pengukuran atau observasi perawat
secara langsung pada klien setelah dilakukan tindakan keperawatan
- A (Analisis) : Suatu masalah atau diagnosis keperawatan yang masih
terjadi atau juga dpat dituliskan masalah diagnostic baru yang terjadi
akibat perubahan status kesehatan klien
- P (Planning) : Perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan,
dihentikan, dimodifikasi atau perencanaan yang ditambahkan dari
rencana tindakan keperawatan yang telah ditentukan sebelumnya
DAFTAR PUSTAKA
Chris Tanto, F. L. (2014). Kapita Selekta Kedokteran II Edisi IV . Jakarta : Media
Aesculapius
Puspasari, S. F. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Yogyakarta: Pustaka Baru
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2016 Tentang
Penanggulangan Tuberkulosis
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik Edisi I Cetakan III. Jakarta Selatan: PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan Keperawatan Edisi 1 Cetakan II. Jakarta Selatan: PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Defisini dan Kriteria
Hasil Keperawatan Edisi 1 Cetakan II. Jakarta Selatan: PPNI.