Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER

(DHF) DI RUANG ASTO RSAD DR R. ISMOYO KENDARI

Di Susun Oleh :

La Ode Muis
N202101077

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XXI

FAKULTAS ILMU ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MANDALA WALUYA

KENDARI

2021
A. DEFINISI
Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan dengan
adanya konsolidasi akibat eksudat yang masuk dalam area alveoli.(Axton & Fugate,
1993).
B. ETIOLOGI
Pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti:

1. Bakteri penyebab pneumonia yang paling umum adalah staphylococcus


aureus, streptococus, aeruginosa, legionella, hemophillus, influenza,
eneterobacter. Bakteri-bakteri tersebut berada pada kerongkongan manusia
sehat, setelah system pertahanan menurun oleh sakit, usia tua, atau
malnutrisi, bakteri tersebut segera memperbanyak diri dan menyebabkan
kerusakan.

2. Virus penyebab pneumonia diantaranya yaitu virus influenza,


adenovirus,chicken-pox (cacar air). Meskipun virus-virus ini menyerang
saluran pernafasan bagian atas, tetapi gangguan ini dapat memicu
pneumonia, terutama pada anak-anak.

3. Organism mirip bakteri yaituMicoplasma pneumonia. Pneumonia jenis ini


berbeda dengan pneumonia pada umumnya. Karena itu pneumonia yang
diduga disebabkan oleh virus yang belum ditemukan ini sering disebut
pneumonia yang tidak tipikal. Mikoplasma ini menyerang segala jenis usia.

4. Jamur penyebab pneumonia yaitu candida albicans


C. PATOFISIOLOGI
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif
seperti menghirup bibit penyakit di uadara.Ada beberapa mekanisme yang
pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi.Partikel infeksius difiltrasi
di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di
saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut
akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme
imun sistemik, dan humoral.
Micoplasma
virus Bakteri (mirip bakteri)
jamur

Masuk sasaluran
pernafasan

Paru-paru

Bronkus & alveoli


Reseptor peradangan

Mengganggu krj
makrofag hipothalamus

Hipertermi
Resiko penyebaran infeksi infeksi
Kringat
berlebih

Peradangan/ inflamasi Risti kekurangan


Reseptor nyeri:
cairan &elektrolit
 Histamine
 Prostaglandin produksi Difusi gas antara O2 &
odema
 bradikinin skreet mngkat CO2 di alveoli
terganggu

Nyeri dispnea batuk Kapasitas transportasi


O2 menurun

kelelahan Gangguan pola


napas Gangguan pertukaran
gas
Nadi lemah
Bersihan jln napas
tdk efektif Pnekanan diafragma

Pe tekanan Intra
abdomen

Anureksia Saraf pusat

Nutrisi berkurang
D. MANIFESTASI KLINIS

1. Menggigil, demam

2. Nyeri dada

3. Takipnea

4. Bibir dan kuku sianosis

5. Sesak nafas

6. Batuk

7. Kelelahan
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial);


dapat juga menyatakan abses)

2. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat mengidentifikasi


semua organisme yang ada.

3. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis organisme


khusus.

4. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas


berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan.

5. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis


6. Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi

7. Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing


F. PENTALAKSANAAN MEDIS

Pengobatan umum pasien-pasien pneumonia biasanya berupa


pemberian antibiotik yang efektif terhadap organisme tertentu, terapi O2
untuk menanggulangi hipoksemia.
Beberapa contoh pemberian antibiotic seperti :
1. Penicillin G: untuk infeksi pneumonia staphylococcus.
2. Amantadine, rimantadine: untuk infeksi pneumonia virus
3. Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin: untuk infeksi pneumonia
mikroplasma.
G. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengakjian
Kaji adanya peningkatan suhu tubuh, tanda-tanda perdarahan, mual
muntah, anoreksia, nyeri ulunhati dan nyeri sendi
Tanda-tanda renjatan: Nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin dan
lembab, trauma pada ekstermitas, sianosis, gelisah, penurunan kesadaran
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertemi b/d viremia
b. Nyeri b/d proses patologis penyakit
c. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
b/d mual, muntah dan anoreksia
d. Gangguan aktivitas sehari-hari b/d kondisi tubuh yang lemah
e. Gangguan pola tidur b/d sakit kepala dan pegal-pegal seluruh tubuh
f. Gangguan mobilisasi b/d nyeri
g. Risiko terjadinya perdarahan intra abdominal b/d trombosit openia
h. Risiko syok hipovolemik b/d kehilangan cairan tubuh
i. Gangguan pola eliminasi b/d konstipasi
j. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatan DBD b/d
kurangnya informasi
k. Ansietas b/d kondisi Klien yang memburuk dan perdarahan yang di
alami Klien
l. Gangguan proses keluarga b/d anggota keluarga yang di rawat di
rumah sakit
m. Risiko infeksi b/d tindakan invasive
n. Kurang volume cairan tubuh peningkatan permeabilitas dinding
plasma
o. Risiko terjadi phlebitis b/d pemasangan infus
p. Risiko terjadinya kelebihan cairan b/d pemberian cairan intravena

DAFTAR PUSTAKA

Cristanti Effemdy, 1995. Perawatan Pasien DBD. Penerbit buku kedokteran


EGC: Jakarta.
Doenges Marylinn E, 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3,
penerbit buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Noer dkk., 1996. Buku Ajar Penyakit Dalam. Edisi ketiga, Balai Penerbit
FKUI: Jakarta.
Sri Reseki dkk., 1999. Demam Berdarah Dengue Naskah Lengkap. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai