DISUSUN OLEH:
TB PARU
A. Pengertian TB Paru
Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan
oleh kuman Mycrobacterium Tuberculosis. Sebagian besar kuman tuberculosis
menyerang paru tetapi juga dapat menyerang organ tubuh lainnya (Depkes, 2008).
Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis
yang dapat menyerang pada berbagai organ tubuh mulai dari paru dan organ di luar
paru seperti kulit, tulang, persendian, selaput otak, usus serta ginjal yang sering
disebut dengan ekstrapulmonal TBC (Chandra, 2012).
Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit infeksi yang menyerang paru-paru
yang secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis
jaringan. Penyakit ini bersifat menahun dan dapat menular dari penderita kepada
orang lain (Santa Manurung, 2013). Infeksi awal biasanya terjadi 2-10 minggu
setelah pemajanan. Individu kemudian dapat mengalami penyakit aktif karena
gangguan atau ketidak efektifan respon imun.
B. Etiologi TB Paru
Penyebab Tuberkulosis adalah Mycobacterium Tuberkulosis dengan ukuran
panjang 1 - 4/mm dan tebal 0.3 - 0.6/mm. Bakteri mycobacterium tuberculosis
adalah bakteri yang terdiri dari asam lemak, sehingga bakteri lebih tahan asam dan
tahan terhadap gangguan kimia dan fisis (Santa Manurung, 2013). Bakteri TBC
menyebar melalui udara (batuk, tertawa dan bersin dan melepaskan droplet). Sinar
matahari langsung dapat mematikan kuman, akan tetapi kuman dapat hidup
beberapa jam dalam suhu kamar (Dep Kes RI 2010).
Terdapat beberapa spesies Mycobacterium antara lain : M. tuberculosis, M
africanum, M. bovis, M. leprea dsb. Yang juga dikenal sebagi Bakteri Tahan Asam
(BTA). Kelompok bakteri Mycobacterium tuberculosis yang bias menimbulkan
gangguan pada saluran napas dikenal sebagai MOTT (Mycobacterium Other Than
Tuberculosis) yang terkadang bisa mengganggu penegakan diagnosis yang
pengobatan TB. Untuk itu pemeriksann bakteriologis yang mampu melakukan
identifikasi terhadap Mycobacterium tuberculosis menjadi sarana diagnosis ideal
untuk TB Secara umum sifat kuman TB (Subuh & Priohutomo, 2014).
M.tubercolosis merupakan jenis bakteri yang berbentuk batang berukurang panjang
1-4 mm dengan tebal 0,3-0,6 mm. Sebagian besar komponen M.tubercolosis adalah
berupa lemak/ lipid sehingga kuman mampu tahan terhadap asam serta sangat tahan
terhadap zat kimia dan faktor fisik. Mikroorganisme ini adalah bersifat aerob yakni
menyukai daerah apeks paruparu yang kandungan oksigennya tinggi. Daerah
tersebut menjadi tempat yang kondusif untuk penyakit tuberculosis. Basil TB
sangat rentang terhadap sinar matahari sehingga dalam beberapa menit saja akan
mati. Ternyata kerentanan ini terutama terhadap gelombang cahaya ultra-violet.
Basil TB juga rentang terhadap panas-basah, sehingga dalam 2 menit saja basil TB
yang berada dalam lingkungan basah sudah akan mati bila terkena air bersuhu
100ºC. Basil TB juga akan terbunuh dalam beberapa menit bila terkena alkohol
70%, atau lisol 5% (Imam, 2008).
C. Patofisiologi TB Paru
Bakteri tuberculosis masuk ke dalam tubuh melalui udara pernafasan, bakteri
yang terhirup akan dipindahkan melalui jalan nafas ke alveoli, tempat dimana
mereka berkumpul dan mulai untuk memperbanyak diri. Selain itu bakteri juga
dapat dipindahkan melalui sistem limfe dan cairan darah ke bagian tubuh yang
lainnya. Selain imun, tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit
menekan banyak bakteri, limposit spesifik tuberkulosis menghancurkan bakteri dan
jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan penumpukan eksudat dalam
alveoli yang dapat menyebabkan broncho pneumonia. Infeksi awal biasanya terjadi
2 sampai 10 minggu setelah pemajaman. Massa jaringan baru yang disebut
granuloma merupakan gumpalan basil yang masih hidup dan sudah mati dikelilingi
oleh makrofag dan membentuk dinding protektif granuloma diubah menjadi
jaringan fibrosa, bagian sentral dari fibrosa ini disebut “TUBERKEL”, bakteri dan
makrofag menjadi nekrotik membentuk massa seperti keju. Setelah pemajaman dan
infeksi awal, individu dapat mengalami penyakit aktif karena penyakit tidak
adekuatnya sistem imun tubuh. Penyakit aktif dapat juga terjadi dengan infeksi
ulang dan aktivasi bakteri. Tuberkel memecah, melepaskan bahan seperti keju ke
dalam bronchi. Tuberkel yang pecah menyembuh dan membentuk jaringan parut
paru yang terinfeksi menjadi lebih membengkak dan mengakibatkan terjadinya
bronchopneumonia lebih lanjut (Santa Manurung, 2013).
D. Pathway TB Paru
E. Manifestasi Klinis TB Paru
Keluhan yang dirasakan pasien tuberkulosis dapat bermacam- macam atau
malah banyak pasien TB paru tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan
kesehatan. Keluhan yang terbanyak adalah :
1.Demam
Biasanya subfebris menyerupai demam influenza. Tetapi kadangkadang pana
dapat mencapai 40-41ºC. Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar,
tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitlah seterusnya hilang timbulnya
demam influenza ini, sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dari
serangan demam influenza. Keadaan ini dapat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh
pasien dan berat ringannya infeksi kuman tuberkulosis yang masuk.
2.Batuk / batuk darah
Gejala ini banyak ditemukan, batuk terjadi karena adanya iritasi bronkus.
Batuk ini deperlukan untuk mebuang produk-produk radang keluar. Karena
terlibatnya brongkus pada setiap penyakit tidak sama, mungkin saja batuk baru
dan setelah penyakit berkembang dalam jariang paru yakni setelah berminggu-
minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula. Sifat batuk 8 dimulai dari
batuk kering (non-produktoif) kemudian setalah timbul peradangan menjadi
produktif (menghasilkan sputum). Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk
darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah
pada tuberkulosis terjadi pada kavitas, tetapi terdapat juga terjadi pada ulkus
dinding bronkus.
3.Sesak napas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) sebelum dirasakan sesak napas.
Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjud, yang infiltrasinya
sudah meliputi setengah bagian paru-paru.
4.Nyeri dada
Gejala ini agak jarang ditemukan, nyeri dada timbul bila infiltrasi radang
sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura
sewaktu pasien menarik/melepaskan napasnya.
5.Malaise
Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering
ditemukan berupan anoreksia tidak nafsu makan, berat badan menurun, sakit
kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam dll. Gejala malaise ini makin lama
semakin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur (Bahar & Amin,
2007).
F. Pemeriksaan Penunjang TB Paru
Pemeriksaan yang dilakukan pada penderita TB paru yaitu :
1.Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Laboratorium yaitu pemeriksaan darah tepi pada umumnya
akan memperlihatkan adanya :
Anemia, terutama bila penyakit berjalan menahun
Leukositosis ringan dengan predominasi limfosit
2.Pemeriksaan sputum.
Pemeriksaan sputum / dahak sangat penting karena dengan di
ketemukannya kuman BTA diagnosis tuberculosis sudah dapat di pastikan.
Pemeriksaan dahak dilakukan 3 kali yaitu: dahak sewaktu datang, dahak pagi dan
dahak sewaktu kunjungan kedua. Bila didapatkan hasil dua kali positif maka
dikatakan mikroskopik BTA positif. Bila satu positif, dua kali negatif maka
pemeriksaan perlu diulang kembali. Pada pemeriksaan ulang akan didapatkan satu
kali positif maka dikatakan mikroskopik BTA negatif.
3. Ziehl-Neelsen (pewarnaan terhadap sputum, Positif jika ditemukan bakteri
tahan asam.
4. Skin test (PPD, Mantoux)
G. Komplikasi TB Paru
Menurut Wahid & Imam (2013), dampak masalah yang sering terjadi pada
TB paru adalah:
1. Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya
jalan nafas.
H. Penatalaksanaan TB Paru
Penatalaksanaan pasien dengan Tuberkulosis paru dibagi menjadi 2 yaitu
farmakologis dan non farmakologis, sebagai berikut :
a. Penatalaksana non farmakologis
1) Penerapan batuk efektif dan fisioterapi dada pada pasien TB paru yang
mengalami ketidakefektifan bersihan jalan nafas mampu
meningkatkan
pengeluaran sekret. Disarankan untuk menerapkan latihan batuk
efektif dan fisioterapi dada bagi pasien TB Paru dengan masalah
keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas sebagai tindakan
mandiri keperawatan(Sitorus, Lubis, & dkk, 2018).
2) Pemberian posisi semi fowler pada pasien TB paru telah dilakukan
sebagai salah satu cara untuk membantu mengurangi sesak napas.
Posisi yang tepat bagi pasien dengan penyekit kardiopulmonari adalah
diberikan posisi semi fowler denagn derajat kemiringan 30-45º.
Tujuan untuk diketahui pengaruh pemberian posisi semi fowler
terhadap kestabilan pola napas pada pasien TB paru. (Majampoh, et
al., 2013).
3) Pemberian terapi Vitamin A dan Vitamin D diteliti berfungsi sebagai
imunomodulator yang terlibat dalam aktivasi makrofag melawan
patogen. Metabolit aktif akan memodulasi respon pejamu terhadap
infeksi mikrobakteria sehingga terjadi pengeluaran cathelicidin yang
berfungsi sebagai antimikroba untuk menginduksi autofagi.
Defisiensi vitamin D merupakan salah satu faktor risiko terpapar TB
dan berhubungan erat dengan sistem imun yang menurun. Penelitian
sebelumnya menyatakan vitamin D mampu meningkatkan respon
inflamasi penderita TB sehingga terjadi perbaikan klinis yang cukup
signifikan (Sugiarti, Ramadhian, & dkk, 2018). Menurut (Greenhalgh
& Butler, 2017) terapi sinar matahari / vitamin D dimulai pada musim
panas antara pukul 05.00- 06.00 pagi sampai tengah hari. Klien di
perkenankan untuk berjemur selama 15 hari. Pada hari pertama kaki
terkena sinar matahari selama 5 menit, pada hari kedua 10 menit dan
kaki bagian bawah selama selama 5 menit. Dengan demikian turus
berlanjut selama 15 hari secara bertahap. Vitamin D telah terbukti
dalam meningkatkan kekebalan orang-orang yang berhubungan
dengan TB. Pengobatan TB akan tampak bahwa vitamin D bukan obat
tetapi tambahan berharga untuk menghilangkan patogen oleh sistem
kekebalan tubuh dan antibiotic.
4) Penatalaksaan diet makanan Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP).
Tingkat kecukupan energi responden tuberkulosis mayoritas berada
pada kategori kurang, baik tuberkulosis dengan sputum BTA (+)
maupun sputum BTA (-). Hal ini disebabkan karena mayoritas
responden tuberkulosis tidak menjalankan diet tepat yaitu Tinggi
Kalori Tinggi Protein (TKTP). Asupan energi diperoleh dari
konsumsi makanan seseorang sehari-hari untuk menutupi
pengeluaran energi, baik orang sakit maupun orang sehat, konsumsi
pangan harus mengandung energi yang cukup sesuai dengan
kebutuhannya. Kebutuhan energi mengalami penurunan 5% setiap 10
tahun (Lauzilfa, Wirjatmadi, & dkk, 2016).
5) Serta dukungan utama keluarga dapat mengembangkan respon koping
yang efektif untuk beradaptasi dengan baik dalam menangani stresor
yang dihadapi terkait penyakitnya baik fisik, psikologis maupun
sosial. Pengawas Menelan Obat (PMO) untuk pasien TB paru
terbanyak adalah keluarga (Suami, istri, orangtua, anak, menantu)
yaitu sebanyak 93%, sebanyak 4,7% petugas kesehatan. Secara 13
fungsional dukungan mencakup emosional berupa adanya ungkapan
perasaan, memberi nasihat atau informasi, dan pemberian bantuan
material. Dukungan juga terdiri atas pemberian informasi secara
verbal atau non verbal, bantuan nyata atau tindakan yang diberikan
oleh keakraban sosial atau didapat karena kehadiran keluarga
mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak
penerima (Hasanah, Makhfudli, & dkk, 2018).
b. Penatalaksanaan Farmakologi
Paduan obat jangka pendek 6–9 bulan yang selama ini dipakai di Indonesia
dan dianjurkan juga oleh WHO adalah 2 RHZ/4RH dan variasi lain adalah 2
RHE/4RH, 2 RHS/4RH, 2 RHZ/4R3H3/ 2RHS/4R2H2, dan lain-lain. Untuk
TB paru yang berat
(milier) dan TB Ekstra Paru, therapi tahap lanjutan diperpanjang jadi 7 bulan
yakni 2RHZ/7RH. Departemen Kesehatan RI selama ini menjalankan
program pemberantasan TB Paru dengan panduan 1RHE/5R2H2. Bila pasien
alergi/hipersensitif terhadap Rifampisin, maka paduan obat jangka panjang
12–18 bulan dipakai kembali yakni SHZ, SHE, SHT, dan lain-lain. Beberapa
obat anti TB yang dipakai saat ini adalah :
1. Obat anti TB tingkat satu : Rifampisin (R), Isoniazid (I), Pirazinamid
(P), Etambutol (E), Streptomisin (S)
2. Obat anti TB tingkat dua : Kanamisin (K), Para-AminoSalicylic Acid
(P), Tiasetazon (T), Etionamide, Sikloserin, Kapreomisin, Viomisin,
Amikasin, Ofloksasin, Siprofloksasin, Norfloksasin, Klofazimin dan
lain-lain.
ASUHAN KEPERAWATAN TB PARU
A. PENGKAJIAN
1. Anamnesis
1) Identitas Diri Pasien yang terdiri dari nama pasien, umur, jenis kelamin, agama
dan lain-lain
2) Keluhan Utama, Keluhan yang sering menyebabkan klien dengan TB Paru
meminta pertolongan pada tenaga medis dibagi menjadi 4 keluhan, yaitu :
Batuk
Keluhan batuk timbul paling awal dan paling sering dikeluhkan, apakah
betuk bersifat produktif/nonproduktif, sputum bercampur darah
Batuk Berdahak
Seberapa banyak darah yang keluar atau hanya blood streak, berupa
garis atau bercak-bercak darah
Sesak Nafas
Keluhan ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau
karena ada hal-hal menyertai seperti efusi pleura, pneumotoraks,
anemia, dll.
Nyeri Dada, Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleural
terkena TB
3) Keluhan Sistematis
Demam, keluhan ini sering dijumpai yang biasanya timbul pada sore
hari atau pada malam hari mirip dengan influenza
Keluhan Sistematis Lain keluhan yang timbul antara lain : keringat
malam, anoreksia, penurunan berat badan dan malaise
2. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang :
a) Keadaan pernapasan (napas pendek)
b) Nyeri dada
c) Batuk
d) Sputum
2) Kesehatan Dahulu : Jenis gangguan kesehatan yang baru saja dialami, cedera
dan pembedahan
3) Kesehatan Keluarga, Adakah anggota keluarga yang menderita empisema,
asma, alergi dan TB
3. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum dan tanda – tanda vital
Hasil pemeriksaan tanda – tanda vital klien biasanya didapatkan
peningkatan suhu tubuh secara signifikan, frekuensi napas meningkat
disertai sesak napas, denyut nadi meningkat seirama dengan peningkatan
suhu tubuh dan frekuensi pernapasan dan tekanan darah biasanya sesuai
dengan adanya penyakit penyulit seperti hipertensi.
2) Breathing
Inspeksi :
a) Bentuk dada dan gerakan pernapasan klien dengan TB Paru biasanya terlihat
kurus sehingga pada bentuk dada terlihat adanya penurunan proporsi
anterior-posterior bading proporsi diameter lateral
b) Batuk dan sputum, Batuk produktif disertai adanya peningkatan produksi
sekret dan sekresi sputum yang purulen
Palpasi :
Gerakan dinding thoraks anterior/ekskrusi pernapasan. TB Paru tanpa
komplikasi pada saat dilakukan palpasi, gerakan dada biasanya normal dan
seimbang bagian kiri dan kanan. Adanya penurunan gerakan dinding
pernapasan biasanya ditemukan pada klien TB Paru dengan kerusakan
parenkim paru yang luas.
Perkusi :
Pada klien TB Paru tanpa komplikasi biasanya ditemukan resonan atau
sonor pada seluruh lapang paru. pada klien dengan komplikasi efusi pleura
didapatkan bunyi redup sampai pekak pada sisi yang sakit sesuai dengan
akumulasi cairan
Aukultasi :
Pada klien TB Paru bunyi napas tambahan ronki pada sisi yang sakit
3) Brain
Kesadaran biasanya komposmentis, ditemukan adanya sianosis perifer
apabila gangguan perfusi jaringan berat. Pengkajian objektif, klien tampak
wajah meringis, menangis, merintih. Pada saat dilakukan pengkajian pada
mata, biasanya didapatkan konjungtiva anemis pada TB Paru yang hemaptu,
dan ikterik pada pasien TB Paru dengan gangguan fungsi hati.
4) Bledder
Pengukuran volume output urin berhubungan dengan intake cairan.
Memonitor adanya oliguria karena hal tersebut merupakan tanda awal syok.
5) Bowel, klien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu makan
dan penurunan berat badan
6) Bone, aktivitas sehari-hari berkurang banyak pada klien TB Paru. gejala
yang muncul antara lain kelemahan, kelelahan, insomnia, pola hidup
menetap.
4. Pemeriksaan Diagnostik
1) Kultur sputum: Mikobakterium TB positif pada tahap akhir penyakit.
2) Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm terjadi
48-72 jam).
3) Poto torak: Infiltnasi lesi awal pada area paru atas; pada tahap dini tampak
gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas; pada kavitas
bayangan, berupa cincin; pada klasifikasi tampak bayangan bercak-bercak
padat dengan densitas tinggi.
4) Bronchografi: untuk melihat kerusakan bronkus atatu kerusakan paru karena
TB paru.
5) Darah: peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED).
6) Spirometri: penurunan fungsi paru dengan kapasitas vital menurun
5. Pola Kebiasaan Sehari-hari
1) Pola aktivitas dan istirahat
Subyektif : rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. Sesak (nafas
pendek), sulit tidur, demam, menggigil, berkeringat pada malam hari.
Obyektif : Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak (tahap,
lanjut; infiltrasi radang sampai setengah paru), demam subfebris (40-41oC)
hilang timbul.
2) Pola Nutrisi
Subyektif : anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat badan.
Obyektif : turgor kulit jelek, kulit kering/berisik, kehilangan lemak sub
kutan.
3) Respirasi
Subyektif : batuk produktif/non produktif sesak nafas, sakit dada.
Obyektif : mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum
hijau/purulent, mukoid kuning atau bercak darah, pembengkakan kelenjar
limfe, terdengar bunyi ronkhi basah, kasar didaerah apeks paru, takipneu
(penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan pleural), sesak nafas,
pengembangan pernafasan tidak simetris (effusi pleura), perkusi pekak dan
penurunan fremitus (cairan pleural), deviasi trakeal (penyebaran
bronkogenik).
4) Rasa nyaman/nyeri
Subyektif : nyeri dada meningkat karena batuk berulang
Obyektif : berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi, gelisah,
nyeri bisa timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga timbul
pleuritis.
5) Integritas Ego
Subyektif : faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak
berdaya/tak ada harapan.
Obyektif : menyangkal (selama tahap dini), ansietas, ketakutan,
mudah tersinggung.
B. Diagnosa Keperawatan
C. Rencana Keperawatan
Intervensi :
a. Bersihkan jalan nafas dengan teknik chin lift atau jaw thrust sebagai
mana mestinya
b. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
c. Identifikasi kebutuhan aktual/potensial pasien untuk memasukkan
alat membuka jalan nafas
d. Lakukan fisioterapi dada sebagai mana mestinya
e. Buang secret dengan memotivasi pasien untuk melakukan batuk
atau menyedot lender
f. Instruksikan bagaimana agar bias melakukan batuk efektif
g. Auskultasi suara nafas
h. Posisikan untuk meringankan sesak nafas
Monitor pernafasan
i. Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan bernafas
j. Catat pergerakan dada, catat ketidaksimetrisan, penggunaan otot
bantu pernafasan dan retraksi otot
k. Monitor suara nafas tambahan d)
l. Monitor pola nafas
m. Auskultasi suara nafas, catat area dimana terjadi penurunan atau
tidak adanya ventilasi dan keberadaan suara nafas tambahan
n. Kaji perlunya penyedotan pada jalan nafas dengan auskultasi suara
nafas ronki di paru
o. Monitor kemampuan batuk efektif pasien
p. Berikan bantuan terapi nafas jika diperlukan (misalnya nebulizer)
Intervensi :
a. Terapi oksigen
b. Pertahankan kepatenan jalan nafas
c. Siapkan peralatan oksigen dan berikan melalui system humidifier
d. Berikan oksigen tambahan seperti yang diperintahkan
e. Monitor aliran oksigen
f. Monitor efektifitas terapi oksigen
g. Amati tanda-tanda hipoventialsi induksi oksigen
h. Konsultasi dengan tenaga kesehatan lain mengenai penggunaan
oksigen tambahan selama kegiatan dan atau tidur
i. Monitor tanda-tanda vital
j. Monitor tekanan darah, nadi, suhu dan status pernafasan dengan
tepat
k. Monitor tekanan darah saat pasien berbaring, duduk dan berdiri
sebelum dan setelah perubahan posisi
l. Monitor dan laporkan tanda dan gejala hipotermia dan hipertermia
m. Monitor warna kulit, suhu dan kelembaban
n. Identifikasi kemungkinan penyebab perubahan tanda-tanda vital
5) Kurang pengetahuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien mengetahui
informasi tentang penyakitnya, dengan criteria hasil : Pasien
memperlihatkan peningkatan pengetahuan mengenai perawatan diri.
Intervensi :
a. Kaji kemampuan pasien untuk belajar mengetahui masalah,
kelemahan, lingkungan, media yang terbaik bagi pasien
b. Identifikasi gejala yang harus dilaporkan keperawatan, contoh
hemoptisis, nyeri dada, demam, kesulitan bernapas
c. Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, kerja obat yang
diharapkan dan alasan pengobatan lama, kaji potensial interaksi
dengan obat lain
d. Kaji potensial efek samping pengobatan dan pemecahan masalah
e. Dorong pasien atau orang terdekat untuk menyatakan takut atau
masalah, jawab pertanyaan secra nyata
f. Berikan instruksi dan informasi tertulis khusus pada pasien untuk
rujukan. Contohnya jadwal obat.
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi Keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh
perawat dan pasien. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan keperawatan
yang berfokus pada pasien dan berorientasi pada tujuan dan hasil yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan dimana tindakan dilakukan dan
diselesaikan, sebagaimana di gambarkan dalam rencana yang sudah dibuat di
atas.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai
atau tidak. Dalam melakukan evaluasi, perawat seharusnya memiliki
pengetahuan dan kemampuan dalam memahami respon terhadap intervensi
keperawatan, kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang
ingin dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan
dalam kriteria hasil.
DAFTAR PUSTAKA
Santa, Suratun, Paula dan Niluh. 2013. Seri Asuhan Keperawatan Gagguan Sistem
Pernafasan Akibat Infeksi.Jakarta : Trans Info Media.
Andra F.S & Yessie M.P. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta. Nuha
Medika
Bahar, A., & Amin, Z. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta.
Wahit, A., & Suprapto, I. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Asuhan Keperawatan
Pada Gangguan Sistem Respiratori . Semarang: Penerbit Erlangga
Sitorus, E. D., Lubis, R. M., & Dkk. 2018. Penerapan Batuk Efektif Dan Fisioterapi
Dada Pada Pasien Tb Paru Yang Mengalami Ketidakefektifan Bersihan
Jalan Napas Di Rsud Kota Jakarta Utara. Program Studi D-Iii Keperawatan
Akademi Keperawatan Husada Karya Jaya.
Majampoh, Boki, A., & Dkk. 2013. Pengaruh Pemberian Posisi Semi Foler
Terhadap Kestabilan Pola Napas Pada Pasien Tb Paru Di Irna C5 Rsup Prof
Dr. Kandau Manado. Jurnal Keperawatan .
Lauzilfa, R. W., Wirjatmadi, B., & Dkk. 2016. Tingkat Kecukupan Zat Gizi Makro
Dan Status Gizi Pasien Tuberkulosis Dengan Sputum Bta (+) Dan Sputum
Bta (-). Media Gizi Indonesia , 144-152.
Hasanah, M., Makhfudli, & Dkk. 2018. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan
Efikasi Diri Penderita Tuberculosis Multidrug Resistant (Tb-Mdr) Di Poli
TbMdr Rsud Ibnu Sina Gresik. Jurnal Kesehatan .
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Identitas Klien
1. Nama : Tn. J
2. Umur : 41 tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Suku/Bangsa : Melayu
6. Pendidikan : SLTA
7. Pekerjaan : Sopir
8. Alamat : Paal Merah Rt.11
9. Penangung Jawab : Ny. A
10. Hubungan dengan Klien : Istri
Minum
Antropometri
Berat Badan
Sebelum sakit : 55 kg
Saat sakit : 50 kg
Masalah Keperawatan:
Defisit Nutrisi
Masalah Keperawatan:
Masalah Keperawatan:
Masalah Keperawatan:
Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah
6. Pola Eliminasi
Pemeriksaan Eliminasi Urin Sebelum Sakit Saat Sakit
Frekuensi/hari ±4 – 5 x perhari ±1x per hari
Pancaran (Kuat, lemah, Kuat Menetes
menetes)
Jumlah/BAK Banyak Sedikit
Bau Tidak berbau Bau obat
Warna Kuning jernih Kuning kecoklatan
Perasaan stlh BAK Tuntas Tidak tuntas
Total Produksi urin/hari (ml) 1200 – 1500 ml ±1000 cc
Kesulitan BAK Tidak ada Tidak ada
Pemeriksaan Eliminasi Sebelum Sakit Saat Sakit
Alvi
Frekuensi 1 x per hari 1 x perhari
Konsistensi lunak lunak
Bau Bau khas Bau Khas
Warna Kuning kecoklatan Hitam
Kesulitan BAB Tidak ada Tidak ada
Balance cairan
Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah
Masalah Keperawatan:
9. Pola Koping
a. Pola koping : Klien mengatakan bahwa dia menyerahkan kesehatannya
ke tangan Tuhan dan petugas kesehatan yang ada
b. Pola peran dan berhubungan :
Hubungan dengan keluarga masih terjalan dengan baik namun dia tidak bisa
bekerja sementara waktu karena berada dirumah sakit
Masalah Keperawatan:
Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah
Masalah Keperawatan:
Tidak ada Masalah
d. Pemeriksaan Fisik
1. Tingkat Kesadaran : Compos Mentis
2. Tanda Vital dan Respon Nyeri
a. Nadi : 84 x /menit
b. Suhu : 37 oC
c. RR : 28 x / menit
d. TD : 105/ 53
e. Spo2 : 92
e. Nyeri
Masalah Keperawatan:
Nyeri akut
3. Kepala :
Kulit : Berwarna sawo matang, ada bekas luka di daun telinga
kanan, turgor kulit baik, tidak ada lesi
Rambut : Hitam dan lebat
Muka : Bersih, namun terlihat pucat
Masalah Keperawatan:
5. Sistem Respirasi
a. Inspeksi : Pasien bernapas menggunkan otot bantu, batuk berdahak
berwarna kuning kehijauan dengan bercak darah
b. Palpasi : Kanan dan kiri simetris, tidak ada lesi ataupun masa
Tractil Fremitus : teraba kiri dan kanan
c. Perkusi : Sonor
d. Auskultrasi : Suara Nafas tambahan: Ronchi (+/+), pola nafas :
bradipnue
Masalah Keperawatan:
6. Sistem Kardiovaskuler
a. Inspeksi
Bentuk : Normal, tidak terdapat lesi
b. Palpasi
Iktus Cordis : Teraba iktus kordis pada interkostalis ke 5, 2 cm dari
midklavikularis kiri
c. Perkusi
Batas Jantung : - Batas atas ICS II linea parasternalis
- Batas bawah ICS IV linea parasternalis
- Batas kiri ICS II parasternal kiri
- Batas kanan ICS IV parasternal kanan
Pembesaran Jantung : Tidak ada pembesaran jantung
d. Auskultasi
Bunyi normal : BJ I : lup
BJ II : dup
BJ III : -
BJ IV : -
Masalah Keperawatan:
Masalah Keperawatan:
8. Sistem Gastrointestinal
a. Inspeksi
Bentuk : normal, tidak ada lesi / asites
Tepi Perut : tidak ada pembengkakan
Bendungan pembuluh darah: tidak ada
Ascites : tidak ada penumpukan cairan
b. Auskultasi
Peristaltik : bising usus >30x/menit
c. Palpasi
Nyeri : tidak ada nyeri
Massa : tidak ada
Benjolan : tidak ada
Pembesaran hepar : tidak ada
Pembesaran Lien : tidak ada
Titik Mc. Burney : tidak ada nyeri
d. Perkusi : terdengar hasil ketukan “tympani” di semua
kuadran abdomen
e. Rektum :
normal, tidak terdapat lesi, tidak tedapat pembengkakan
Masalah Keperawatan:
9. Sistem Musculoskeletal
a. ROM : Gerakan saraf aktif dan bisa digerakkan
b. Keseimbangan : Klien butuh bantuan untuk mobilisasi
c. Kekuatan otot
Ekstremitas superior dextra :5
Ekstremitas superior sinistra : 5
Ekstremitas inferior dextra : 5
Ekstremitas inferior sinistra : 5
Masalah Keperawatan:
Masalah Keperawatan:
Gol.Darah B (+)
Terapi Obat
No Jenis Obat Dosis Fungsi
Rawat Inap
1. Cairan Rl (IV) 20 tpm RL mengandung banyak elektrolit dan air
diindikasikan untuk menjaga cairn tubuh Klien
rawat inap agar tetap terkendali selain untuk
mengembalikan cairan tubuh Klien.
2. Ceftriaxone ( SC) 1 x 2 gr Antibiotik golongan sealosporin untuk
menghambat pertumbuhan bakteri atau
membunuh bakteri
3. Omeprazole (IV) 2x1 Meringankan sensasi panas pada dada, nyeri
perut, mual serta membantu penyembuhan
kerusakkan jaringan akibat asam lambung pada
kerongkongan
4. As. Tranexamat (IV) 3x 500 Membantu menghentikan pendarahan
Dibawa Puang
1. Dexketopen 3x 1 Pereda nyeri ringan hingga sedang
2. As. Tranexamat 2 x1 Membantu menghentikan pendarahan
3. Ceftriaxone 2x 100 Antibiotik golongan sealosporin untuk
menghambat pertumbuhan bakteri atau
membunuh bakteri
4. Curamos 3x1 Perawatan Infeksi bakteri
DATA FOKUS
Data Subjektif Data Objektif
1. Klien mengatakan nyeri terasa di ulu hati 1. Skala nyeri 5
menyebar sampai ke dada jika batuk
2. Klien tampak meringis dan gelisah
2. Klien mengatakan nyeri pada ulu hati
terasa panas dan seperti ditusuk-tusuk 3. Klien terlihat terengah-engah ketika
berbicara
3. Klien mengatakan merasa sesak napas
4. RR = 28 x/i
4. Klien mengatakan saat batuk susah untuk
mengeluarkan sputum 5. Nadi = 84 x/i
6. Klien bertanya kapan bisa pulang karena 8. Tekanan Darah = 105/ 53 mmHg
merasa bosan
9. IMT = 18,3 ( Underweight)
7. Klien mengeluhkan lemas
10. Presentase penurunan BB = 11 %
DO :
1. TTV :
RR = 28 x/i
Nadi = 84 x/i
SpO2 = 92%
Suhu = 37 oC
TD = 105/ 53 mmHg
DO :
2. 18,3 ( Underweight)
3. Presentase penurunan BB = 11 %
DO :
3. TTV :
RR = 28 x/i
Nadi = 84 x/i
SpO2 = 92%
Suhu = 37 oC
TD = 105/ 53 mmHg
4. Skala nyeri : 5
DIAGNOSA KEPERAWATAN
No RM : 088896
Kriteria hasil :
1. Klien menunjukkan 3. Instruksikan bagaimana agar bisa
jalan napas yang paten melakukan batuk efektif, monitor
(frekuensi napas dalam kemampuan batuk efektif klien
batas normal, tidak ada 4. Anjurkan klien untuk meminum air
suara napas abnormal) hangat dicampur garam untuk
2. Klien dapat mengencerkan dahar
mendemonstrasikan
5. Berikan terapi oksigen melalui
batuk efektif
simple mask
3. (mampu mengeluarkan
6. Monitor TTV
sputum)
4. Klien tidak merasa 7. Kolaborasikan dengan dokter
sesak kembali pemberian obat sesuai indikasi :
Cairan Rl : 20 tpm
Cefriaxone : 1x2 gr
As. Trsnexamat : 3x 500 gr
2. Nyeri Akut b.d Agen Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji nyeri secara komprehensif
cedera fisiologis keperawatan selama 2x24
2. Monitor TTV
(inflamasi) jam diharapkan nyeri dapat
teratasi / hilang. 3. Memberikan posisi yang nyaman
Control lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri (seperti suara
Kriteria hasil :
dan kebisingan)
1. Klien mampu mengontrol
nyeri (teknik non 4. Ajarkan klien teknik non
farmakologi) farmakologi (tarik napas dalam)
IMPLEMENTASI KEPERWATAN
TANGGAL/
DX IMPLEMENTASI RESPON
J AM
31 Agustus 2021 Bersihan jalan 1. Monitor kecepatan, irama, S : klien mengatakan sesak
07.00-14.00 napas tidak kedalaman dan kesulitan berkurang
efektif b.d bernafas O : RR klien 28x/I, klien
hipersekresi jalan tidak terlihat sesak
napas 2. Posisikan klien semi fowler S : Klien mengikuti intervensi
untuk memaksimalkan ventilasi O : Posisi klien semi fowler
3. Instruksikan bagaimana agar bisa S : Klien mengikuti intervensi
melakukan batuk efektif, O: Klien belajar melakukan
monitor kemampuan batuk batuk efektif dan
efektif klien membuang dahak diember
kecil disamping tempat
tidurnya
6. Monitor TTV
S:-
O : RR = 28 x/i , N = 84 x/i
TD = 105/ 53 mmHg
7. Kolaborasikan dengan dokter
S:-
pemberian obat sesuai indikasi :
O : Klien mendapatkan obat
Cairan Rl : 20 tpm
Cairan Rl : 20 tpm
Cefriaxone : 1x2 gr
Cefriaxone : 1x2 gr
As. Trsnexamat : 3x 500 gr
As. Trsnexamat : 3x 500
gr
01 Seprember 2021 Bersihan jalan 1. Monitor kecepatan, irama, S : klien mengatakan sesak
07.00-14.00 napas tidak kedalaman dan kesulitan berkurang
efektif b.d bernafas O : RR klien 28x/I, klien
hipersekresi jalan tidak terlihat sesak
napas 2. Posisikan klien semi fowler S : Klien mengikuti intervensi
untuk memaksimalkan ventilasi O : Posisi klien semi fowler
TD = 110/ 60 mmHg
S:-
6. Monitor TTV O : RR = 28 x/i , N = 120 x/i
TD = 110/ 60 mmHg
S:-
7. Kolaborasikan dengan dokter O : Klien mendapatkan obat
pemberian obat pulang sesuai Dexketopen 3x1
indikasi : As.tranexamat 2x1
Dexketopen 3x1 Ceftriaxone 2x100
As.tranexamat 2x1 Curamol 3x1
Ceftriaxone 2x100
Curamol 3x1
EVALUASI KEPERAWATAN
Tanggal dan
Diagnosa Evaluasi
Waktu
31 Agustus 2021 Bersihan S : Klien mengatakan tidak nyaman saat memakai simple mask
07.00-14.00 jalan napas O:
tidak efektif
a. RR klien 28x/I, napas klien cepat dan pendek, klien
terlihat sesak
b. Klien belajar melakukan batuk efektif dan membuang
dahak di ember kecil disamping tempat tidurnya
c. Klien melakukan batuk efektif saat ingin membuang
sputum
d. Klien terlihat berhasil membuang dahak setelah
meminum air yang dicampur garam
e. Mengganti terapi oksigen menjadi pemakaian binasal
kanul
f. RR = 28 x/i , N = 84 x/i SpO2 = 92%,S= 37 oC,
TD = 105/ 53 mmHg
g. Klien mendapatkan Cairan Rl : 20 tpm,Cefriaxone : 1x2
gr, As. Trsnexamat : 3x 500 gr
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
IMPLEMENTASI KEPERWATAN
TANGGAL/
DX IMPLEMENTASI RESPON
J AM
31 Agustus 2021 Nyeri Akut 1. Kaji nyeri secara komprehensif S : Klien mengatakan nyeri di
07.00-14.00 ulu hati berkurang dengan
skala nyeri 4
O:-
2. Monitor TTV S:-
O : RR = 28 x/i , N = 84 x/i
SpO2 = 92%,S= 37 oC, TD
= 105/53 mmHg
3. Memberikan posisi yang nyaman
S : Klien mengikuti intervensi
O : klien nyaman dengan
4. Control lingkungan yang dapat posisi semi fowler
mempengaruhi nyeri (seperti S : Klien mengatakan nyaman
suara dan kebisingan ) dengan cahaya yang terang
dan suasana tenang
O : lampu dihidupkan dan
suasana tenang
5. Ajarkan klien teknik non S : Klien mengikuti intervensi
farmakologi (tarik napas dalam) O : Klien terlihat menarik
napas dalam saat terasa
nyeri
6. Kolaborasi pemberian obar
sesuai indikasi : S:-
Omeprazol : 2x1 gr O : Klien mendapatkan obat
Omeprazol : 2x1 gr
01 Agustus 2021 Nyeri Akut 1. Kaji nyeri secara komprehensif S : Klien mengatakan nyeri di
07.00-14.00 ulu hati berkurang dengan
skala nyeri 4
O:-
2. Monitor TTV S:-
O : RR = 28 x/i , N = 120 x/i ,
SpO2 = 98%,S= 36,5 oC,
TD = 110/ 60 mmHg
EVALUASI KEPERAWATAN
Tanggal dan
Diagnosa Evaluasi
Waktu
31 Agustus 2021 Nyeri Akut S : Klien mengatakan nyeri di ulu hati dan di kaki sebelah kanan,
07.00-14.00 nyeri di kaki terasa seperti ditusuk-tusuk dengan skala nyeri 5
O:
a. Klien terlihat meringis
b. Klien nyaman dengan posisi semi fowler
c. Klien terlihat menarik napas dalam saat terasa nyeri
d. Klien terlihat sering merubah posisi untuk mencari
kenyamanan
e. Klien mendapatkan Omeprazol : 2x1 gr
02 September 2021 Nyeri Akut S: Klien mengatakan nyeri berkurang menjadi skala 3
klien nyaman dengan posisi semi fowler
14.00-20.00
O:
a. Klien terlihat menarik napas dalam saat terasa nyeri
b. Klien terlihat sering merubah posisi untuk mencari
kenyamanan
c. Klien terlihat menarik napas dalam saat terasa nyeri
d. Klien mendapatkan Omeprazol : 2x1 gr
IMPLEMENTASI KEPERWATAN
TANGGAL/
DX IMPLEMENTASI RESPON
J AM
31 Agustus 2021 Defisit Nutrisi 1. Monitor tanda-tanda kekurangan S:-
nutrisi O : Klien terlihat kurus
07.00-14.00
2. Pantau BB Klien S:-
O : BB klien 50 kg
3. Kaji status nutrisi klien S:-
O : IMT klien 18,3
(underweight), terjadi
penurunan BB sebesar 11%
EVALUASI KEPERAWATAN
Tanggal dan
Diagnosa Evaluasi
Waktu
31 Agustus 2021 Defisit S : Klien mengatakan suka makan daging Klien mengatakan
07.00-14.00 nutrisi tidak memiliki nafsu makan
O:
a. Klien terlihat kurus
b. BB klien 50 kg
c. IMT klien 18,3 (underweight), terjadi penurunan BB
sebesar 11,%
d. Klien terlihat hanya makan sebanyak 3 sendok
e. Klien terlihat makan dalam keadaan duduk tegak
f. Klien diberikan makanan tinggi kalori tinggi protein
seperti bubur, telur, kuah sayur dan pisang
g. Klien terlihat terpasang infus RL 20 tpm
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
01 September 2021 Defisit S : Kli en mengatakan memiliki nafsu makan
07.00-14.00 Nutrisi O:
Klien terlihat kurus
a.
b. BB klien 50 kg
c. IMT klien 18,3 (underweight), terjadi penurunan BB
sebesar 11%
d. Klien terlihat menghabiskan makanannya
e. Klien terlihat makan dalam keadaan duduk tegak
f. Klien diberikan makanan tinggi kalori tinggi protein
seperti bubur, telur, kuah sayur dan pisang
g. Klien terlihat terpasang infus RL 20 tpm
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
01 September 2021 Defisit S : Kli en mengatakan sudah memiliki nafsu makan
14.00-20.00 nutrisi O:
Klien terlihat kurus
a.
BB klien 50 kg
b.
c. IMT klien 18,3 (underweight), terjadi penurunan BB
sebesar 11%
d. Klien terlihat menghabiskan makanannya
e. Klien terlihat makan dalam keadaan duduk tegak
f. Klien diberikan makanan tinggi kalori tinggi protein
seperti bubur, telur, kuah sayur dan jeruk
g. Klien terlihat terpasang infus RL 20 tpm
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan