Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN PENDAHULUAN DAN LAPORAN KASUS

TB PARU DI RUANG ISOLASI BULIAN


RS BHAYANGKKARA POLDA JAMBI

DISUSUN OLEH:

NAMA : SRI RAHAYU PUTRI


NIM : G1B221016
KELOMPOK : I
PERIODE : MINGGU KE-2

DOSEN PEMBIMBING AKADEMIK : Ns. NURHUSNA, S.Kep, M.Kep

PROGRAM STUDI PROESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

TB PARU
A. Pengertian TB Paru
Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan
oleh kuman Mycrobacterium Tuberculosis. Sebagian besar kuman tuberculosis
menyerang paru tetapi juga dapat menyerang organ tubuh lainnya (Depkes, 2008).
Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis
yang dapat menyerang pada berbagai organ tubuh mulai dari paru dan organ di luar
paru seperti kulit, tulang, persendian, selaput otak, usus serta ginjal yang sering
disebut dengan ekstrapulmonal TBC (Chandra, 2012).
Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit infeksi yang menyerang paru-paru
yang secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis
jaringan. Penyakit ini bersifat menahun dan dapat menular dari penderita kepada
orang lain (Santa Manurung, 2013). Infeksi awal biasanya terjadi 2-10 minggu
setelah pemajanan. Individu kemudian dapat mengalami penyakit aktif karena
gangguan atau ketidak efektifan respon imun.

B. Etiologi TB Paru
Penyebab Tuberkulosis adalah Mycobacterium Tuberkulosis dengan ukuran
panjang 1 - 4/mm dan tebal 0.3 - 0.6/mm. Bakteri mycobacterium tuberculosis
adalah bakteri yang terdiri dari asam lemak, sehingga bakteri lebih tahan asam dan
tahan terhadap gangguan kimia dan fisis (Santa Manurung, 2013). Bakteri TBC
menyebar melalui udara (batuk, tertawa dan bersin dan melepaskan droplet). Sinar
matahari langsung dapat mematikan kuman, akan tetapi kuman dapat hidup
beberapa jam dalam suhu kamar (Dep Kes RI 2010).
Terdapat beberapa spesies Mycobacterium antara lain : M. tuberculosis, M
africanum, M. bovis, M. leprea dsb. Yang juga dikenal sebagi Bakteri Tahan Asam
(BTA). Kelompok bakteri Mycobacterium tuberculosis yang bias menimbulkan
gangguan pada saluran napas dikenal sebagai MOTT (Mycobacterium Other Than
Tuberculosis) yang terkadang bisa mengganggu penegakan diagnosis yang
pengobatan TB. Untuk itu pemeriksann bakteriologis yang mampu melakukan
identifikasi terhadap Mycobacterium tuberculosis menjadi sarana diagnosis ideal
untuk TB Secara umum sifat kuman TB (Subuh & Priohutomo, 2014).
M.tubercolosis merupakan jenis bakteri yang berbentuk batang berukurang panjang
1-4 mm dengan tebal 0,3-0,6 mm. Sebagian besar komponen M.tubercolosis adalah
berupa lemak/ lipid sehingga kuman mampu tahan terhadap asam serta sangat tahan
terhadap zat kimia dan faktor fisik. Mikroorganisme ini adalah bersifat aerob yakni
menyukai daerah apeks paruparu yang kandungan oksigennya tinggi. Daerah
tersebut menjadi tempat yang kondusif untuk penyakit tuberculosis. Basil TB
sangat rentang terhadap sinar matahari sehingga dalam beberapa menit saja akan
mati. Ternyata kerentanan ini terutama terhadap gelombang cahaya ultra-violet.
Basil TB juga rentang terhadap panas-basah, sehingga dalam 2 menit saja basil TB
yang berada dalam lingkungan basah sudah akan mati bila terkena air bersuhu
100ºC. Basil TB juga akan terbunuh dalam beberapa menit bila terkena alkohol
70%, atau lisol 5% (Imam, 2008).

C. Patofisiologi TB Paru
Bakteri tuberculosis masuk ke dalam tubuh melalui udara pernafasan, bakteri
yang terhirup akan dipindahkan melalui jalan nafas ke alveoli, tempat dimana
mereka berkumpul dan mulai untuk memperbanyak diri. Selain itu bakteri juga
dapat dipindahkan melalui sistem limfe dan cairan darah ke bagian tubuh yang
lainnya. Selain imun, tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit
menekan banyak bakteri, limposit spesifik tuberkulosis menghancurkan bakteri dan
jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan penumpukan eksudat dalam
alveoli yang dapat menyebabkan broncho pneumonia. Infeksi awal biasanya terjadi
2 sampai 10 minggu setelah pemajaman. Massa jaringan baru yang disebut
granuloma merupakan gumpalan basil yang masih hidup dan sudah mati dikelilingi
oleh makrofag dan membentuk dinding protektif granuloma diubah menjadi
jaringan fibrosa, bagian sentral dari fibrosa ini disebut “TUBERKEL”, bakteri dan
makrofag menjadi nekrotik membentuk massa seperti keju. Setelah pemajaman dan
infeksi awal, individu dapat mengalami penyakit aktif karena penyakit tidak
adekuatnya sistem imun tubuh. Penyakit aktif dapat juga terjadi dengan infeksi
ulang dan aktivasi bakteri. Tuberkel memecah, melepaskan bahan seperti keju ke
dalam bronchi. Tuberkel yang pecah menyembuh dan membentuk jaringan parut
paru yang terinfeksi menjadi lebih membengkak dan mengakibatkan terjadinya
bronchopneumonia lebih lanjut (Santa Manurung, 2013).
D. Pathway TB Paru
E. Manifestasi Klinis TB Paru
Keluhan yang dirasakan pasien tuberkulosis dapat bermacam- macam atau
malah banyak pasien TB paru tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan
kesehatan. Keluhan yang terbanyak adalah :
1.Demam
Biasanya subfebris menyerupai demam influenza. Tetapi kadangkadang pana
dapat mencapai 40-41ºC. Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar,
tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitlah seterusnya hilang timbulnya
demam influenza ini, sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dari
serangan demam influenza. Keadaan ini dapat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh
pasien dan berat ringannya infeksi kuman tuberkulosis yang masuk.
2.Batuk / batuk darah
Gejala ini banyak ditemukan, batuk terjadi karena adanya iritasi bronkus.
Batuk ini deperlukan untuk mebuang produk-produk radang keluar. Karena
terlibatnya brongkus pada setiap penyakit tidak sama, mungkin saja batuk baru
dan setelah penyakit berkembang dalam jariang paru yakni setelah berminggu-
minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula. Sifat batuk 8 dimulai dari
batuk kering (non-produktoif) kemudian setalah timbul peradangan menjadi
produktif (menghasilkan sputum). Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk
darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah
pada tuberkulosis terjadi pada kavitas, tetapi terdapat juga terjadi pada ulkus
dinding bronkus.
3.Sesak napas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) sebelum dirasakan sesak napas.
Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjud, yang infiltrasinya
sudah meliputi setengah bagian paru-paru.
4.Nyeri dada
Gejala ini agak jarang ditemukan, nyeri dada timbul bila infiltrasi radang
sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura
sewaktu pasien menarik/melepaskan napasnya.
5.Malaise
Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering
ditemukan berupan anoreksia tidak nafsu makan, berat badan menurun, sakit
kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam dll. Gejala malaise ini makin lama
semakin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur (Bahar & Amin,
2007).
F. Pemeriksaan Penunjang TB Paru
Pemeriksaan yang dilakukan pada penderita TB paru yaitu :
1.Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Laboratorium yaitu pemeriksaan darah tepi pada umumnya
akan memperlihatkan adanya :
 Anemia, terutama bila penyakit berjalan menahun
 Leukositosis ringan dengan predominasi limfosit
2.Pemeriksaan sputum.
Pemeriksaan sputum / dahak sangat penting karena dengan di
ketemukannya kuman BTA diagnosis tuberculosis sudah dapat di pastikan.
Pemeriksaan dahak dilakukan 3 kali yaitu: dahak sewaktu datang, dahak pagi dan
dahak sewaktu kunjungan kedua. Bila didapatkan hasil dua kali positif maka
dikatakan mikroskopik BTA positif. Bila satu positif, dua kali negatif maka
pemeriksaan perlu diulang kembali. Pada pemeriksaan ulang akan didapatkan satu
kali positif maka dikatakan mikroskopik BTA negatif.
3. Ziehl-Neelsen (pewarnaan terhadap sputum, Positif jika ditemukan bakteri
tahan asam.
4. Skin test (PPD, Mantoux)

Hasil tes mantoux dibagi menjadi dalam :


1. Indurasi 0-5 mm (diameternya) : mantoux negative
2. Indurasi 6-9 mm (diameternya) : hasil meragukan

3. Indurasi 10-15 mm (diameternya) : hasil mantoux positif

4. Indurasi lebih 16 mm (diameternya): hasil mantoux positif kuat


5. Reaksi timbul 48-72 jam setelah injeksi antigen intra cutan, berupa
indurasi kemerahan yang terdiri dari infiltrasi limfosit yakni
persenyawaan

6. Reaksi timbul 48 – 72 jam setelah injeksi antigen intra kutan, berupa


indurasi kemerahan yang terdiri dari infiltrasi limfosit yakni
persenyawaan antara antibody dan antigen tuberculin.
5. Rontgen dada, menunjukkan adanya infiltrasi lesi pada paru-paru bagian atas,
timbunan kalsium dari lesi primer atau penumpukan cairan. Perubahan yang
menunjukkan perkembangan tuberkulosis meliputi adanya kavitas dan area
fibrosa.
6. Pemeriksaan histology / kultur jaringan, Positif bila terdapat mikobakterium
tuberkulosis.
7. Biopsi jaringan paru, menampakkan adanya sel-sel yang besar yang
mengindikasikan terjadinya nekrosis.
8. Pemeriksaan fungsi paru
Turunnya kapasitas vital, meningkatnya ruang fungsi, meningkatnya rasio
residu udara pada kapasitas total paru, dan menurunnya saturasi oksigen
sebagai akibat infiltrasi parenkim / fibrosa, hilangnya jaringan paru, dan
kelainan pleura (akibat dari tuberkulosis kronis).

G. Komplikasi TB Paru
Menurut Wahid & Imam (2013), dampak masalah yang sering terjadi pada
TB paru adalah:
1. Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya
jalan nafas.

2. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial.

3. Bronki ektasis (peleburan bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan


jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
4. Pneumothorak (adanya udara dalam rongga pleura) spontan : kolaps
spontan karena kerusakan jaringan paru. Penyebaran infeksi ke organ lain
seperti otak, tulang persendian, ginjal dan sebagainya.

H. Penatalaksanaan TB Paru
Penatalaksanaan pasien dengan Tuberkulosis paru dibagi menjadi 2 yaitu
farmakologis dan non farmakologis, sebagai berikut :
a. Penatalaksana non farmakologis
1) Penerapan batuk efektif dan fisioterapi dada pada pasien TB paru yang
mengalami ketidakefektifan bersihan jalan nafas mampu
meningkatkan
pengeluaran sekret. Disarankan untuk menerapkan latihan batuk
efektif dan fisioterapi dada bagi pasien TB Paru dengan masalah
keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas sebagai tindakan
mandiri keperawatan(Sitorus, Lubis, & dkk, 2018).
2) Pemberian posisi semi fowler pada pasien TB paru telah dilakukan
sebagai salah satu cara untuk membantu mengurangi sesak napas.
Posisi yang tepat bagi pasien dengan penyekit kardiopulmonari adalah
diberikan posisi semi fowler denagn derajat kemiringan 30-45º.
Tujuan untuk diketahui pengaruh pemberian posisi semi fowler
terhadap kestabilan pola napas pada pasien TB paru. (Majampoh, et
al., 2013).
3) Pemberian terapi Vitamin A dan Vitamin D diteliti berfungsi sebagai
imunomodulator yang terlibat dalam aktivasi makrofag melawan
patogen. Metabolit aktif akan memodulasi respon pejamu terhadap
infeksi mikrobakteria sehingga terjadi pengeluaran cathelicidin yang
berfungsi sebagai antimikroba untuk menginduksi autofagi.
Defisiensi vitamin D merupakan salah satu faktor risiko terpapar TB
dan berhubungan erat dengan sistem imun yang menurun. Penelitian
sebelumnya menyatakan vitamin D mampu meningkatkan respon
inflamasi penderita TB sehingga terjadi perbaikan klinis yang cukup
signifikan (Sugiarti, Ramadhian, & dkk, 2018). Menurut (Greenhalgh
& Butler, 2017) terapi sinar matahari / vitamin D dimulai pada musim
panas antara pukul 05.00- 06.00 pagi sampai tengah hari. Klien di
perkenankan untuk berjemur selama 15 hari. Pada hari pertama kaki
terkena sinar matahari selama 5 menit, pada hari kedua 10 menit dan
kaki bagian bawah selama selama 5 menit. Dengan demikian turus
berlanjut selama 15 hari secara bertahap. Vitamin D telah terbukti
dalam meningkatkan kekebalan orang-orang yang berhubungan
dengan TB. Pengobatan TB akan tampak bahwa vitamin D bukan obat
tetapi tambahan berharga untuk menghilangkan patogen oleh sistem
kekebalan tubuh dan antibiotic.
4) Penatalaksaan diet makanan Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP).
Tingkat kecukupan energi responden tuberkulosis mayoritas berada
pada kategori kurang, baik tuberkulosis dengan sputum BTA (+)
maupun sputum BTA (-). Hal ini disebabkan karena mayoritas
responden tuberkulosis tidak menjalankan diet tepat yaitu Tinggi
Kalori Tinggi Protein (TKTP). Asupan energi diperoleh dari
konsumsi makanan seseorang sehari-hari untuk menutupi
pengeluaran energi, baik orang sakit maupun orang sehat, konsumsi
pangan harus mengandung energi yang cukup sesuai dengan
kebutuhannya. Kebutuhan energi mengalami penurunan 5% setiap 10
tahun (Lauzilfa, Wirjatmadi, & dkk, 2016).
5) Serta dukungan utama keluarga dapat mengembangkan respon koping
yang efektif untuk beradaptasi dengan baik dalam menangani stresor
yang dihadapi terkait penyakitnya baik fisik, psikologis maupun
sosial. Pengawas Menelan Obat (PMO) untuk pasien TB paru
terbanyak adalah keluarga (Suami, istri, orangtua, anak, menantu)
yaitu sebanyak 93%, sebanyak 4,7% petugas kesehatan. Secara 13
fungsional dukungan mencakup emosional berupa adanya ungkapan
perasaan, memberi nasihat atau informasi, dan pemberian bantuan
material. Dukungan juga terdiri atas pemberian informasi secara
verbal atau non verbal, bantuan nyata atau tindakan yang diberikan
oleh keakraban sosial atau didapat karena kehadiran keluarga
mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak
penerima (Hasanah, Makhfudli, & dkk, 2018).

b. Penatalaksanaan Farmakologi
Paduan obat jangka pendek 6–9 bulan yang selama ini dipakai di Indonesia
dan dianjurkan juga oleh WHO adalah 2 RHZ/4RH dan variasi lain adalah 2
RHE/4RH, 2 RHS/4RH, 2 RHZ/4R3H3/ 2RHS/4R2H2, dan lain-lain. Untuk
TB paru yang berat
(milier) dan TB Ekstra Paru, therapi tahap lanjutan diperpanjang jadi 7 bulan
yakni 2RHZ/7RH. Departemen Kesehatan RI selama ini menjalankan
program pemberantasan TB Paru dengan panduan 1RHE/5R2H2. Bila pasien
alergi/hipersensitif terhadap Rifampisin, maka paduan obat jangka panjang
12–18 bulan dipakai kembali yakni SHZ, SHE, SHT, dan lain-lain. Beberapa
obat anti TB yang dipakai saat ini adalah :
1. Obat anti TB tingkat satu : Rifampisin (R), Isoniazid (I), Pirazinamid
(P), Etambutol (E), Streptomisin (S)
2. Obat anti TB tingkat dua : Kanamisin (K), Para-AminoSalicylic Acid
(P), Tiasetazon (T), Etionamide, Sikloserin, Kapreomisin, Viomisin,
Amikasin, Ofloksasin, Siprofloksasin, Norfloksasin, Klofazimin dan
lain-lain.
ASUHAN KEPERAWATAN TB PARU

A. PENGKAJIAN
1. Anamnesis
1) Identitas Diri Pasien yang terdiri dari nama pasien, umur, jenis kelamin, agama
dan lain-lain
2) Keluhan Utama, Keluhan yang sering menyebabkan klien dengan TB Paru
meminta pertolongan pada tenaga medis dibagi menjadi 4 keluhan, yaitu :
 Batuk
Keluhan batuk timbul paling awal dan paling sering dikeluhkan, apakah
betuk bersifat produktif/nonproduktif, sputum bercampur darah
 Batuk Berdahak
Seberapa banyak darah yang keluar atau hanya blood streak, berupa
garis atau bercak-bercak darah
 Sesak Nafas
Keluhan ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau
karena ada hal-hal menyertai seperti efusi pleura, pneumotoraks,
anemia, dll.
 Nyeri Dada, Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleural
terkena TB
3) Keluhan Sistematis
 Demam, keluhan ini sering dijumpai yang biasanya timbul pada sore
hari atau pada malam hari mirip dengan influenza
 Keluhan Sistematis Lain keluhan yang timbul antara lain : keringat
malam, anoreksia, penurunan berat badan dan malaise

2. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang :
a) Keadaan pernapasan (napas pendek)
b) Nyeri dada
c) Batuk
d) Sputum
2) Kesehatan Dahulu : Jenis gangguan kesehatan yang baru saja dialami, cedera
dan pembedahan
3) Kesehatan Keluarga, Adakah anggota keluarga yang menderita empisema,
asma, alergi dan TB
3. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum dan tanda – tanda vital
Hasil pemeriksaan tanda – tanda vital klien biasanya didapatkan
peningkatan suhu tubuh secara signifikan, frekuensi napas meningkat
disertai sesak napas, denyut nadi meningkat seirama dengan peningkatan
suhu tubuh dan frekuensi pernapasan dan tekanan darah biasanya sesuai
dengan adanya penyakit penyulit seperti hipertensi.
2) Breathing
Inspeksi :
a) Bentuk dada dan gerakan pernapasan klien dengan TB Paru biasanya terlihat
kurus sehingga pada bentuk dada terlihat adanya penurunan proporsi
anterior-posterior bading proporsi diameter lateral
b) Batuk dan sputum, Batuk produktif disertai adanya peningkatan produksi
sekret dan sekresi sputum yang purulen
Palpasi :
Gerakan dinding thoraks anterior/ekskrusi pernapasan. TB Paru tanpa
komplikasi pada saat dilakukan palpasi, gerakan dada biasanya normal dan
seimbang bagian kiri dan kanan. Adanya penurunan gerakan dinding
pernapasan biasanya ditemukan pada klien TB Paru dengan kerusakan
parenkim paru yang luas.
Perkusi :
Pada klien TB Paru tanpa komplikasi biasanya ditemukan resonan atau
sonor pada seluruh lapang paru. pada klien dengan komplikasi efusi pleura
didapatkan bunyi redup sampai pekak pada sisi yang sakit sesuai dengan
akumulasi cairan
Aukultasi :
Pada klien TB Paru bunyi napas tambahan ronki pada sisi yang sakit
3) Brain
Kesadaran biasanya komposmentis, ditemukan adanya sianosis perifer
apabila gangguan perfusi jaringan berat. Pengkajian objektif, klien tampak
wajah meringis, menangis, merintih. Pada saat dilakukan pengkajian pada
mata, biasanya didapatkan konjungtiva anemis pada TB Paru yang hemaptu,
dan ikterik pada pasien TB Paru dengan gangguan fungsi hati.
4) Bledder
Pengukuran volume output urin berhubungan dengan intake cairan.
Memonitor adanya oliguria karena hal tersebut merupakan tanda awal syok.
5) Bowel, klien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu makan
dan penurunan berat badan
6) Bone, aktivitas sehari-hari berkurang banyak pada klien TB Paru. gejala
yang muncul antara lain kelemahan, kelelahan, insomnia, pola hidup
menetap.
4. Pemeriksaan Diagnostik
1) Kultur sputum: Mikobakterium TB positif pada tahap akhir penyakit.
2) Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm terjadi
48-72 jam).
3) Poto torak: Infiltnasi lesi awal pada area paru atas; pada tahap dini tampak
gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas; pada kavitas
bayangan, berupa cincin; pada klasifikasi tampak bayangan bercak-bercak
padat dengan densitas tinggi.
4) Bronchografi: untuk melihat kerusakan bronkus atatu kerusakan paru karena
TB paru.
5) Darah: peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED).
6) Spirometri: penurunan fungsi paru dengan kapasitas vital menurun
5. Pola Kebiasaan Sehari-hari
1) Pola aktivitas dan istirahat
Subyektif : rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. Sesak (nafas
pendek), sulit tidur, demam, menggigil, berkeringat pada malam hari.
Obyektif : Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak (tahap,
lanjut; infiltrasi radang sampai setengah paru), demam subfebris (40-41oC)
hilang timbul.
2) Pola Nutrisi
Subyektif : anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat badan.
Obyektif : turgor kulit jelek, kulit kering/berisik, kehilangan lemak sub
kutan.
3) Respirasi
Subyektif : batuk produktif/non produktif sesak nafas, sakit dada.
Obyektif : mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum
hijau/purulent, mukoid kuning atau bercak darah, pembengkakan kelenjar
limfe, terdengar bunyi ronkhi basah, kasar didaerah apeks paru, takipneu
(penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan pleural), sesak nafas,
pengembangan pernafasan tidak simetris (effusi pleura), perkusi pekak dan
penurunan fremitus (cairan pleural), deviasi trakeal (penyebaran
bronkogenik).
4) Rasa nyaman/nyeri
Subyektif : nyeri dada meningkat karena batuk berulang
Obyektif : berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi, gelisah,
nyeri bisa timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga timbul
pleuritis.
5) Integritas Ego
Subyektif : faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak
berdaya/tak ada harapan.
Obyektif : menyangkal (selama tahap dini), ansietas, ketakutan,
mudah tersinggung.

B. Diagnosa Keperawatan

1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya penumpukan


secret
2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolarkapiler
3) Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses peradangan
4) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia
5) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi

C. Rencana Keperawatan

1). Ketidakefektifan bersihan jalan napas


Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapakan status pernafasan
kepatenan jalan nafas dengan kriteria hasil :
a. Frekuensi pernafasan tidak ada deviasi dari kisaran normal
b. Irama pernafasan tidak ada deviasi dari kisaran normal
c. Kemampuan untuk mengeluarkan secret tidak ada deviasi dari
kisaran normal
d. Suara nafas tambahan tidak ada
e. Dispnea dengan aktifitas ringan tidak ada
f. Penggunaan otot bantu pernafasan tidak ada

Intervensi :
a. Bersihkan jalan nafas dengan teknik chin lift atau jaw thrust sebagai
mana mestinya
b. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
c. Identifikasi kebutuhan aktual/potensial pasien untuk memasukkan
alat membuka jalan nafas
d. Lakukan fisioterapi dada sebagai mana mestinya
e. Buang secret dengan memotivasi pasien untuk melakukan batuk
atau menyedot lender
f. Instruksikan bagaimana agar bias melakukan batuk efektif
g. Auskultasi suara nafas
h. Posisikan untuk meringankan sesak nafas
Monitor pernafasan
i. Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan bernafas
j. Catat pergerakan dada, catat ketidaksimetrisan, penggunaan otot
bantu pernafasan dan retraksi otot
k. Monitor suara nafas tambahan d)
l. Monitor pola nafas
m. Auskultasi suara nafas, catat area dimana terjadi penurunan atau
tidak adanya ventilasi dan keberadaan suara nafas tambahan
n. Kaji perlunya penyedotan pada jalan nafas dengan auskultasi suara
nafas ronki di paru
o. Monitor kemampuan batuk efektif pasien
p. Berikan bantuan terapi nafas jika diperlukan (misalnya nebulizer)

2) Gangguan pertukaran gas


Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapakan status pernafasan
pertukaran gas dengan kriteria hasil :
a) Tekanan parsal oksigen di darah arteri (PaO2) tidak ada deviasi dari
kisaran normal
b) Tekanan parsial karbondioksisa di darah arteri (PaCO2) tidak ada
deviasi dari kisaran normal
c) Saturasi oksigen tidak ada deviasi dari kisaran normal
d) Keseimbangan ventilasi dan perfusi tidak ada deviasi dari kisaran
normal

Intervensi :
a. Terapi oksigen
b. Pertahankan kepatenan jalan nafas
c. Siapkan peralatan oksigen dan berikan melalui system humidifier
d. Berikan oksigen tambahan seperti yang diperintahkan
e. Monitor aliran oksigen
f. Monitor efektifitas terapi oksigen
g. Amati tanda-tanda hipoventialsi induksi oksigen
h. Konsultasi dengan tenaga kesehatan lain mengenai penggunaan
oksigen tambahan selama kegiatan dan atau tidur
i. Monitor tanda-tanda vital
j. Monitor tekanan darah, nadi, suhu dan status pernafasan dengan
tepat
k. Monitor tekanan darah saat pasien berbaring, duduk dan berdiri
sebelum dan setelah perubahan posisi
l. Monitor dan laporkan tanda dan gejala hipotermia dan hipertermia
m. Monitor warna kulit, suhu dan kelembaban
n. Identifikasi kemungkinan penyebab perubahan tanda-tanda vital

3) Peningkatan suhu tubuh


Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan suhu tubuh
kembali normal dengan kriteria hasil : suhu tubuh dalam rentang (36 oC –
37oC).
Intervensi :
a) Pantau suhu tubuh
b) Anjurkan untuk banyak minum air putih untuk mencegah dehidrasi
c) Anjurkan keluarga pasien agar memberikan kompres hangat pada
lipatan ketiak dan femur
d) Anjurkan pasien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat
e) Kolaborasi dengan dokter terhadap pemberian obat sesuai indikasi

4) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi
pasien terpenuhi dengan criteria hasil : Menunjukkan peningkatan berat
badan dan melakukan perubahan pola makan.
Intervensi :
a. Catat status nutrisi pasien dari turgor kulit dan berat badan
b. Kaji adanya anoreksia, mual, muntah, dan catat kemungkinan
hubungan dengan obat
c. Motivasi pasien untuk makan sedikit tapi sering
d. Dorong pasien untuk sering beristirahat
e. Kolaborasi dengan dokter terhadap pemberian obat sesuai indikasi

5) Kurang pengetahuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien mengetahui
informasi tentang penyakitnya, dengan criteria hasil : Pasien
memperlihatkan peningkatan pengetahuan mengenai perawatan diri.
Intervensi :
a. Kaji kemampuan pasien untuk belajar mengetahui masalah,
kelemahan, lingkungan, media yang terbaik bagi pasien
b. Identifikasi gejala yang harus dilaporkan keperawatan, contoh
hemoptisis, nyeri dada, demam, kesulitan bernapas
c. Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, kerja obat yang
diharapkan dan alasan pengobatan lama, kaji potensial interaksi
dengan obat lain
d. Kaji potensial efek samping pengobatan dan pemecahan masalah
e. Dorong pasien atau orang terdekat untuk menyatakan takut atau
masalah, jawab pertanyaan secra nyata
f. Berikan instruksi dan informasi tertulis khusus pada pasien untuk
rujukan. Contohnya jadwal obat.

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi Keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh
perawat dan pasien. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan keperawatan
yang berfokus pada pasien dan berorientasi pada tujuan dan hasil yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan dimana tindakan dilakukan dan
diselesaikan, sebagaimana di gambarkan dalam rencana yang sudah dibuat di
atas.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai
atau tidak. Dalam melakukan evaluasi, perawat seharusnya memiliki
pengetahuan dan kemampuan dalam memahami respon terhadap intervensi
keperawatan, kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang
ingin dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan
dalam kriteria hasil.
DAFTAR PUSTAKA

Santa, Suratun, Paula dan Niluh. 2013. Seri Asuhan Keperawatan Gagguan Sistem
Pernafasan Akibat Infeksi.Jakarta : Trans Info Media.

Mertaniasih, M.N, Koendhori, E.B, Kusumaningrum, D. (eds). 2013. Tuberkulosis


Diagnostik Mikrobiologis. Surabaya : Airlangga University Press.

R.I, Kemkes. 2016. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran TataLaksana


Tuberkulosis, Jakarta: Ditjen P2PL R.I,

Kemkes. 2014. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta: Ditjen


P2PL

Suprajitno. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi dalam Praktek.Jakarta :


EGC.

Andra F.S & Yessie M.P. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta. Nuha
Medika

Ardiansyah, M. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Jogjakarta: Diva Press

Depkes RI. 2011. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta :


Gerdunas TB.

Bahar, A., & Amin, Z. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta.

Wahit, A., & Suprapto, I. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Asuhan Keperawatan
Pada Gangguan Sistem Respiratori . Semarang: Penerbit Erlangga

Sitorus, E. D., Lubis, R. M., & Dkk. 2018. Penerapan Batuk Efektif Dan Fisioterapi
Dada Pada Pasien Tb Paru Yang Mengalami Ketidakefektifan Bersihan
Jalan Napas Di Rsud Kota Jakarta Utara. Program Studi D-Iii Keperawatan
Akademi Keperawatan Husada Karya Jaya.

Majampoh, Boki, A., & Dkk. 2013. Pengaruh Pemberian Posisi Semi Foler
Terhadap Kestabilan Pola Napas Pada Pasien Tb Paru Di Irna C5 Rsup Prof
Dr. Kandau Manado. Jurnal Keperawatan .
Lauzilfa, R. W., Wirjatmadi, B., & Dkk. 2016. Tingkat Kecukupan Zat Gizi Makro
Dan Status Gizi Pasien Tuberkulosis Dengan Sputum Bta (+) Dan Sputum
Bta (-). Media Gizi Indonesia , 144-152.

Hasanah, M., Makhfudli, & Dkk. 2018. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan
Efikasi Diri Penderita Tuberculosis Multidrug Resistant (Tb-Mdr) Di Poli
TbMdr Rsud Ibnu Sina Gresik. Jurnal Kesehatan .

Nurarif, A,H. Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan


Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : MediAction.
LAPORAN KASUS Tn.J DENGAN TB PARU

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Tanggal Masuk : 31 Agustus 2021


Ruang : Bulian
No. Kamar : Isolasi
Diagnosa Medis : Tuberkulosis Paru

a. Identitas Klien
1. Nama : Tn. J
2. Umur : 41 tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Suku/Bangsa : Melayu
6. Pendidikan : SLTA
7. Pekerjaan : Sopir
8. Alamat : Paal Merah Rt.11
9. Penangung Jawab : Ny. A
10. Hubungan dengan Klien : Istri

b. Riwayat sakit dan kesehatan


1. Keluhan utama :
Pasien mengeluhkan sesak nafas, batuk berdahak serta lemas
2. Riwayat penyakit sekrang :
Pasien datang dengan keluhan batuk berdahak, sejak 1 bulan yang lalu keluhan
di sertai sesak nafas,lemas, pasien terdiagnosa TB sejak 1 bulan namum baru
melakukan pengobatan Tb sejak 1 minggu yang lalu
3. Riwayat penyakit terdahulu :
Pasien terdiagnosa TB sejak 1 bulan namum baru melakukan pengobatan Tb
sejak 1 minggu yang lalu
4. Riwayat alergi : tidak ada
5. Riwayat kesehatan keluarga : tidak ada
c. Pola Fungsi Kesehatan
1. Pola Nutrisi
Makan

Pengkajian Sebelum Sakit Saat Sakit


Jenis Nasi, Sayur dan lauk Nasi sayur dan lauk
Porsi Sedang dan habis Sedikit dan tidak habis
Frekuensi 3 x sehari 3 x sehari
Diet Khusus Tidak ada Tidak ada
Makanan yang disukai Daging Daging
Pantangan Tidak ada Tidak ada
Nafsu makan Baik Menurun
Kesulitan menelan Tidak ada Tidak ada
Gigi palsu Tidak ada Tidak ada
Data tambahan lain Tidak ada Tidak ada

Minum

Pengkajian Sebelum Sakit Saat Sakit


Frekuensi 8 – 10 x perhari 5 - 7 x per hari
Jumlah (cc) 1500-2000 cc 1000 cc
Jenis Air putih Air putih
Data Tambahan lain Tidak ada Tidak ada

Antropometri

Berat Badan

Sebelum sakit : 55 kg

Saat sakit : 50 kg

Tinggi Badan : 165 cm


Pemeriksaan BB Ideal IMT Presentase Penurunan BB
Hasil BB = 50/(165 -– 100) x 100% Imt = 50 : (1,65)2 Bb turun = (55-50) / 55
=50/ 65x 100% = 50 : 2,72 x100%
= 76% = 18,3 = 11 %
Keterangan Underweight Underweight Terdapat penurunan
Keterangan:
BB Ideal = BB/TB – 100 x 100%
>120 % obesitas
110-120% overweigth
80-109% normal
<80% underweigth

Indeks Masa Tubuh (IMT)= BB(kg)/TB (m)2


<20 underweight
20-24 Normal
25-30 Overweight
>30 Obesitas
Persentase penurunan BB = (BB sblm skt-BB saat ini)/ BB sblm skt x 100%

Masalah Keperawatan:

Defisit Nutrisi

2. Persepsi/penatalaksanaan Kesehatan (pandangan Klien terhadap


penyakitnya)
Klien mengatakan apabila sakit Klien dan keluarga berobat di puskesmas
terdekat.

Masalah Keperawatan:

Tidak Ada Masalah


3. Pola Istirahat/Tidur
Pemeriksaan Sebelum Sakit Saat Sakit
Jml jam tidur siang 30 menit 1 jam
Jml jam tidur malam ±7 - 8 jam ±6 - 7 jam
Pengantar tidur Tidak ada Tidak ada
Gangguan tidur Tidak ada Tidak ada
Perasaan waktu bangun Segar Segar

Masalah Keperawatan:

Tidak Ada Masalah

4. Pola aktivitas latihan


Pemeriksaan Sebelum Sakit Saat Sakit
Alat Bantu 0 0
Mandi 0 1
Gosok Gigi 0 0
Keramas 0 1
Potong Kuku 0 1
Berpakaian 0 1
Eliminasi 0 1
Mobilisasi 0 2
Ambulasi 0 1
Naik/Turun Tangga 0 2
Rekreasi 0 2

Masalah Keperawatan:

Tidak ada masalah


Skor
0 : Mandiri
1 : Dibantu sebagian
2 : Perlu bantuan orang lain
3 : Perlu bantuan orang lain dan alat
4 : Tergantung/tidak mampu

5. Pola konsep diri


a. Body image : Klien menyukai semua bagain tubuhnya
b. Ideal diri : Klien mengatakan ingin segera pulih agar bisa
bekerja dan berkumpul dengan keluarga
c. Harga diri : Klien menghargai dirinya dan selalu mempunyai harapan
terhadap hidupnya
d. Peran : Klien mengakui perannya sebagai seorang kepala keluarga

e. Identitas diri : Klien mampu mengenali dirinya sebagai seorang laki-laki

Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah

6. Pola Eliminasi
Pemeriksaan Eliminasi Urin Sebelum Sakit Saat Sakit
Frekuensi/hari ±4 – 5 x perhari ±1x per hari
Pancaran (Kuat, lemah, Kuat Menetes
menetes)
Jumlah/BAK Banyak Sedikit
Bau Tidak berbau Bau obat
Warna Kuning jernih Kuning kecoklatan
Perasaan stlh BAK Tuntas Tidak tuntas
Total Produksi urin/hari (ml) 1200 – 1500 ml ±1000 cc
Kesulitan BAK Tidak ada Tidak ada
Pemeriksaan Eliminasi Sebelum Sakit Saat Sakit
Alvi
Frekuensi 1 x per hari 1 x perhari
Konsistensi lunak lunak
Bau Bau khas Bau Khas
Warna Kuning kecoklatan Hitam
Kesulitan BAB Tidak ada Tidak ada

Balance cairan

Pemeriksaan Jenis (cc) Total


Intake Makan: 300 cc 2350 cc
Minum: 1500 cc
Infus: 300 cc
Am : 5 cc x 50 = 250 cc
Transfusi: -
Output Urine: 1000 cc 2.350 cc
Feses: 600 cc
Muntah: -
Drainage: -
Pendarahan : -
IWL: 15 cc x 50 kg = 750 cc
Balance Cairan Total intake-total output 0 cc

Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah

7. Pola Nilai Kepercayaan


a. Larangan agama : Tidak ada
b. Keterangan lainnya : Klien mengatakan selama sakit klien jarang sholat
c. Lainnya : Tidak ada masalah
Masalah Keperawatan:
Tidak ada Masalah

8. Pola Kognitif perceptual


a. Bicara : Lancar dan tidak terpotong-potong
b. Bahasa : Indonesia
c. Kemampuan membaca : Klien mampu untuk membaca dengan baik
dan benar
d. Tingkat ansietas : Klien merasa cemas
e. Perubahan sensori : Tidak ada

Masalah Keperawatan:

Tidak ada masalah

9. Pola Koping
a. Pola koping : Klien mengatakan bahwa dia menyerahkan kesehatannya
ke tangan Tuhan dan petugas kesehatan yang ada
b. Pola peran dan berhubungan :
Hubungan dengan keluarga masih terjalan dengan baik namun dia tidak bisa
bekerja sementara waktu karena berada dirumah sakit

Masalah Keperawatan:

Tidak ada Masalah

10. Pola Peran – Hubungan


a. Pekerjaan :
Klien bekerja sebagai sopir, dan sekarang sedang tidak bekerja sementara
waktu karena berada di rumah sakit
b. Hub. Dengan orang lain : Klien berhubungan baik dengan temannya
c. Kualitas bekerja : Baik
d. Sistem pendukung : Klien mendapat dukungan penuh dari
keluarga

Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah

11. Pola Seksual Reproduksi


a. Status perkawinan : Klien sudah menikah
b. Pola seksual reproduksi : Baik
c. Masalah yang terkait dengan kesehatan reproduksi : Tidak ada

Masalah Keperawatan:
Tidak ada Masalah

d. Pemeriksaan Fisik
1. Tingkat Kesadaran : Compos Mentis
2. Tanda Vital dan Respon Nyeri
a. Nadi : 84 x /menit

b. Suhu : 37 oC

c. RR : 28 x / menit

d. TD : 105/ 53

e. Spo2 : 92

e. Nyeri

 Faktor pencetus (P) : Nyeri


 Qualitas (Q) : Tajam
 Lokasi (R) : Nyeri ulu hati
 Skala (S) : 5
 Frekkuensi / time (T) : 1 menit terus menerus
Depan Belakang

Masalah Keperawatan:
Nyeri akut

3. Kepala :
 Kulit : Berwarna sawo matang, ada bekas luka di daun telinga
kanan, turgor kulit baik, tidak ada lesi
 Rambut : Hitam dan lebat
 Muka : Bersih, namun terlihat pucat

4. Sistem Sensori Persepsi


 Mata
Inspeksi
Konjungtiva : an anemis
Sklera : an ikterik
Pupil : dilatasi pupil normal dan reflek pupil baik, pupil
isokoer
Palpebra : normal, tidak ada lesi atau edema
Lensa : Baik, rabun dekat (terlihat memakai kacamata)
Palpasi
Tekanan intra Okuler : Tidak ada masalah
 Hidung : Simetris, tidak terdapat lesi, tidak ada tanda perdangan dan tidak
ada polip
 Gigi : Terdapat lubang di gigi, tidak memakai gigi palsu dan tidak ada
tanda-tanda peradangan
 Bibir : Tidak kering, tidak ada lesi
 Leher :Tidak ada lesi atau pembengkakan, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid
 Telinga
Lubang Telinga : Tidak ada lesi
Membran Timpani : Tidak ada masalah
Gangguan Pendengaran : Tidak ada gangguan, klien dapat mendengar
dengan baik

Masalah Keperawatan:

Tidak ada masalah

5. Sistem Respirasi
a. Inspeksi : Pasien bernapas menggunkan otot bantu, batuk berdahak
berwarna kuning kehijauan dengan bercak darah
b. Palpasi : Kanan dan kiri simetris, tidak ada lesi ataupun masa
Tractil Fremitus : teraba kiri dan kanan
c. Perkusi : Sonor
d. Auskultrasi : Suara Nafas tambahan: Ronchi (+/+), pola nafas :
bradipnue
Masalah Keperawatan:

Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif

6. Sistem Kardiovaskuler
a. Inspeksi
Bentuk : Normal, tidak terdapat lesi
b. Palpasi
Iktus Cordis : Teraba iktus kordis pada interkostalis ke 5, 2 cm dari
midklavikularis kiri
c. Perkusi
Batas Jantung : - Batas atas ICS II linea parasternalis
- Batas bawah ICS IV linea parasternalis
- Batas kiri ICS II parasternal kiri
- Batas kanan ICS IV parasternal kanan
Pembesaran Jantung : Tidak ada pembesaran jantung
d. Auskultasi
Bunyi normal : BJ I : lup
BJ II : dup
BJ III : -
BJ IV : -

Bunyi tambahan : Tidak ada

e. Cappilary Refill : < 2 detik

Masalah Keperawatan:

Tidak ada masalah

7. Sistem Persyarafan (Neurogical )


a. GCS
Eye :4
Verbal : 5
Motorik : 6
b. Sistem sensorik
Tajam : Klien dapat merasakan ketajaman
Tumpul : Klien dapat merasakan benda tumpul
Halus : Klien dapat merasakan benda halus
Kasar : Klien dapat merasakan benda kasar
c. Sistem motorik
Keseimbangan : Klien tidak bisa menjaga keseimbangan karena merasa
kakinya berat
Koordinasi gerak : Koordinasi sama dengan kiri dan kanan
d. Reflek
Bisep : normal, bisep berkontraksi
Trisep : normal, trisep berkontraksi
Patella : normal
Meningeal : normal
Babinsky : normal, terjadi pergerakan fleksi jari-jari kaki dan
pergerakan tungkai
Chaddock : Reflek Chaddock negatif

Masalah Keperawatan:

Tidak ada masalah

8. Sistem Gastrointestinal
a. Inspeksi
Bentuk : normal, tidak ada lesi / asites
Tepi Perut : tidak ada pembengkakan
Bendungan pembuluh darah: tidak ada
Ascites : tidak ada penumpukan cairan
b. Auskultasi
Peristaltik : bising usus >30x/menit
c. Palpasi
Nyeri : tidak ada nyeri
Massa : tidak ada
Benjolan : tidak ada
Pembesaran hepar : tidak ada
Pembesaran Lien : tidak ada
Titik Mc. Burney : tidak ada nyeri
d. Perkusi : terdengar hasil ketukan “tympani” di semua
kuadran abdomen
e. Rektum :
normal, tidak terdapat lesi, tidak tedapat pembengkakan

Masalah Keperawatan:

Tidak ada masalah

9. Sistem Musculoskeletal
a. ROM : Gerakan saraf aktif dan bisa digerakkan
b. Keseimbangan : Klien butuh bantuan untuk mobilisasi
c. Kekuatan otot
Ekstremitas superior dextra :5
Ekstremitas superior sinistra : 5
Ekstremitas inferior dextra : 5
Ekstremitas inferior sinistra : 5
Masalah Keperawatan:

Tidak ada masalah

10. Sistem Integument


a. Inspeksi : Kulit klien terlihat lembab, berwarna sawo matang dengan
tato tangan seblah kiri dan kanan
b. Palpasi : hangat dan tidak ada pembengkakan
c. Pitting Oedem : tidak ada edema
d. Akral : hangat

Masalah Keperawatan:

Tidak ada masalah


11. Sistem Reproduksi
a. Pria
Inspeksi : normal tidak ada lesi ataupun pembengkakan
Palpasi : tidak ada pembengkakan
b. Wanita
Inspeksi :-
Palpasi :-
e. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Hari/Tgl/Jam Jenis Hasil Nilai Normal Keterangan
Pemeriksaan
Selasa, 23 Hemoglobin 9,8 g/dl 12-16 g/dl Menurun
Februari 2021
Leukosit 13,38 10^3/uL 4-5,5 10^3/uL Meningkat

Hematokrit 29,4 % 37- 47 Menurun

Trombosit 610 10^3/uL 150 - 350 10^3/uL Meningkat

MCV 77,3 80 -100 Menurun

MCH 26,3 27 - 34 Menurun

Eosinofil 2,0 0,5 – 5,0 Normal

Neutrofil % 74,4 50- 70 Meningkat

Limfosit% 18,5 20 - 40 Menurun

Basofil 0,3 0-1 Normal

RDW 15,6 11,0-16,0 Normal

Gol.Darah B (+)

SGOT 54 U/L 7-37 Meningkat

SGPT 44 U/L 7-42 Meningkat


USG/EKG/EEG/MRI/Pemeriksaan lain
Hari/Tgl/Jam Kesan
31 Agustus 2021 EKG : Normal

Terapi Obat
No Jenis Obat Dosis Fungsi
Rawat Inap
1. Cairan Rl (IV) 20 tpm RL mengandung banyak elektrolit dan air
diindikasikan untuk menjaga cairn tubuh Klien
rawat inap agar tetap terkendali selain untuk
mengembalikan cairan tubuh Klien.
2. Ceftriaxone ( SC) 1 x 2 gr Antibiotik golongan sealosporin untuk
menghambat pertumbuhan bakteri atau
membunuh bakteri
3. Omeprazole (IV) 2x1 Meringankan sensasi panas pada dada, nyeri
perut, mual serta membantu penyembuhan
kerusakkan jaringan akibat asam lambung pada
kerongkongan
4. As. Tranexamat (IV) 3x 500 Membantu menghentikan pendarahan
Dibawa Puang
1. Dexketopen 3x 1 Pereda nyeri ringan hingga sedang
2. As. Tranexamat 2 x1 Membantu menghentikan pendarahan
3. Ceftriaxone 2x 100 Antibiotik golongan sealosporin untuk
menghambat pertumbuhan bakteri atau
membunuh bakteri
4. Curamos 3x1 Perawatan Infeksi bakteri
DATA FOKUS
Data Subjektif Data Objektif
1. Klien mengatakan nyeri terasa di ulu hati 1. Skala nyeri 5
menyebar sampai ke dada jika batuk
2. Klien tampak meringis dan gelisah
2. Klien mengatakan nyeri pada ulu hati
terasa panas dan seperti ditusuk-tusuk 3. Klien terlihat terengah-engah ketika
berbicara
3. Klien mengatakan merasa sesak napas
4. RR = 28 x/i
4. Klien mengatakan saat batuk susah untuk
mengeluarkan sputum 5. Nadi = 84 x/i

5. Klien mengatakan nafsu makan menurun 6. SpO2 = 92%

sejak sakit 7. Suhu = 37 oC

6. Klien bertanya kapan bisa pulang karena 8. Tekanan Darah = 105/ 53 mmHg
merasa bosan
9. IMT = 18,3 ( Underweight)
7. Klien mengeluhkan lemas
10. Presentase penurunan BB = 11 %

11. Klien terlihat hanya makan sebanyak 3-4


sendok

12. Klien tampak lemas

13. Klien tampak meringis

14. Klien tampak sering menarik napas dalam

15. Klien terlihat batuk berdahak dengan


becak darah

16. Suara napas : Rongki


ANALISA DATA
No Symptom Etiologi Problem
1. DS : Hipersekresi jalan Bersihan jalan

1. Klien mengatakan merasa sesak napas napas napas tidak

2. Klien mengatakan saat batuk susah efektif

untuk mengeluarkan sputum


3. Klien mengatakan nyeri terasa di ulu hati
menyebar sampai ke dada jika batuk
4. Klien mengatakan nyeri pada ulu hati
terasa panas dan seperti ditusuk-tusuk

DO :

1. TTV :
RR = 28 x/i

Nadi = 84 x/i

SpO2 = 92%

Suhu = 37 oC

TD = 105/ 53 mmHg

2. Terdapat bunyi napas tambahan yaitu


ronchi
3. Klien tampak sering menarik napas
dalam
4. Skala nyeri 5
5. Klien terlihat batuk berdahak dengan
bercak darah
6. Klien terlihat terengah-engah ketika
berbicara
2. DS : Faktor psikologis Defisit Nutrisi

1. Klien mengatakan nafsu makan


menurun sejak sakit

DO :

1. Bising usus > 30x/menit

2. 18,3 ( Underweight)

3. Presentase penurunan BB = 11 %

4. Klien tampak lemas

5. Klien terlihat hanya makan sebanyak 3-


4 sendok

3. DS : Agen pencedera Nyeri akut


1. Klien mengatakan nyeri terasa di ulu fisologis
hati menyebar sampai ke dada jika
batuk
2. Klien mengatakan nyeri pada ulu hati
terasa panas dan seperti ditusuk-tusuk

DO :
3. TTV :
RR = 28 x/i

Nadi = 84 x/i

SpO2 = 92%

Suhu = 37 oC

TD = 105/ 53 mmHg

4. Skala nyeri : 5

5. Klien tampak meringis dan gelisah


6. Klien terlihat hanya makan sebanyak 3-
4 sendok

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Klien : Tn. J Nama Mahasiswa : Sri Rahayu Putri

Ruang : Isolasi Nim : G1B221016

No RM : 088896

No Tanggal dan Jam Diagnosa Keperawatan

1. Selasa, 31 September 2021 Bersihan jalan napas tidak efektif b.d


hipersekresi jalan napas

2. Selasa, 31 September 2021 Faktor psikologis b.d Defisit Nutrisi

3. Selasa, 31 September 2021 Nyeri akut b.d Agen pencedera fisologis

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan
Hasil

1. Bersihan jalan napas Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor kecepatan, irama,


tidak efektif b.d keperawatan selama 3x24 kedalaman dan kesulitan bernafas
hipersekresi jalan jam diharapkan bersihan
2. Posisikan klien semi fowler untuk
napas jalan napas efektif.
memaksimalkan ventilasi

Kriteria hasil :
1. Klien menunjukkan 3. Instruksikan bagaimana agar bisa
jalan napas yang paten melakukan batuk efektif, monitor
(frekuensi napas dalam kemampuan batuk efektif klien
batas normal, tidak ada 4. Anjurkan klien untuk meminum air
suara napas abnormal) hangat dicampur garam untuk
2. Klien dapat mengencerkan dahar
mendemonstrasikan
5. Berikan terapi oksigen melalui
batuk efektif
simple mask
3. (mampu mengeluarkan
6. Monitor TTV
sputum)
4. Klien tidak merasa 7. Kolaborasikan dengan dokter
sesak kembali pemberian obat sesuai indikasi :
Cairan Rl : 20 tpm
Cefriaxone : 1x2 gr
As. Trsnexamat : 3x 500 gr

2. Nyeri Akut b.d Agen Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji nyeri secara komprehensif
cedera fisiologis keperawatan selama 2x24
2. Monitor TTV
(inflamasi) jam diharapkan nyeri dapat
teratasi / hilang. 3. Memberikan posisi yang nyaman
Control lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri (seperti suara
Kriteria hasil :
dan kebisingan)
1. Klien mampu mengontrol
nyeri (teknik non 4. Ajarkan klien teknik non
farmakologi) farmakologi (tarik napas dalam)

2. Skala nyeri berkurang 5. Anjurkan klien untuk istirahat dan


3. Mampu mengenal nyeri pertahankan tirah baring ketika
timbul nyeri
(PQRST)
4. TTV dalam batas normal 6. Kolaborasi pemberian obar sesuai
5. Menyatakan rasa nyaman indikasi :
Omeprazol : 2x1 gr
saat nyeri berkurang
3. Defisit Nutrisi b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda-tanda kekurangan
keperawatan selama 3x24 nutrisi
Faktor psikologis
jam diharapkan Klien 2. Pantau BB Klien
3. Kaji status nutrisi klien
menunjukkan keseimbangan
4. Ketahui makanan yang disukai
nutrisi.
Klien dan pantangan Klien
Kriteria hasil : 5. Berikan makanan dalam porsi
sedikit tapi sering
1. Nafsu makan meningkat
6. Anjurkan Klien untuk makan
2. Klien tidak lemah
dalam posisi duduk tegak
3. Klien menghabiskan
7. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam
porsi makanan
pemenuhan kebutuhan diet Klien
4. Tidak ada tanda-tanda
sesuai kebutuhan : diet makanan
kekurangan nutrisi
tinggi kalori tinggi
5. BB mengalami
protein
peningkatan
8. Kolaborasi dengan dokter untuk
6. Mampu mengidentifikasi
pemberian cairan, vitamin dan
kebutuhan nutrisi
obat sesuai indikasi :
RL 20 tpm

IMPLEMENTASI KEPERWATAN
TANGGAL/
DX IMPLEMENTASI RESPON
J AM
31 Agustus 2021 Bersihan jalan 1. Monitor kecepatan, irama, S : klien mengatakan sesak
07.00-14.00 napas tidak kedalaman dan kesulitan berkurang
efektif b.d bernafas O : RR klien 28x/I, klien
hipersekresi jalan tidak terlihat sesak
napas 2. Posisikan klien semi fowler S : Klien mengikuti intervensi
untuk memaksimalkan ventilasi O : Posisi klien semi fowler
3. Instruksikan bagaimana agar bisa S : Klien mengikuti intervensi
melakukan batuk efektif, O: Klien belajar melakukan
monitor kemampuan batuk batuk efektif dan
efektif klien membuang dahak diember
kecil disamping tempat
tidurnya

4. Anjurkan klien untuk meminum


S : Klien mengikuti intervensi
air hangat dicampur garam untuk
O : Klien terlihat berhasil
mengencerkan dahak
membuang dahak

S : Klien mengatakan tidak


5. Berikan terapi oksigen melalui
nyaman saat memakai
simple mask
simple mask
O : Mengganti terapi oksigen
menjadi pemakaian
nasal kanul

6. Monitor TTV
S:-
O : RR = 28 x/i , N = 84 x/i

SpO2 = 92%,S= 37 oC,

TD = 105/ 53 mmHg
7. Kolaborasikan dengan dokter
S:-
pemberian obat sesuai indikasi :
O : Klien mendapatkan obat
Cairan Rl : 20 tpm
Cairan Rl : 20 tpm
Cefriaxone : 1x2 gr
Cefriaxone : 1x2 gr
As. Trsnexamat : 3x 500 gr
As. Trsnexamat : 3x 500
gr
01 Seprember 2021 Bersihan jalan 1. Monitor kecepatan, irama, S : klien mengatakan sesak
07.00-14.00 napas tidak kedalaman dan kesulitan berkurang
efektif b.d bernafas O : RR klien 28x/I, klien
hipersekresi jalan tidak terlihat sesak
napas 2. Posisikan klien semi fowler S : Klien mengikuti intervensi
untuk memaksimalkan ventilasi O : Posisi klien semi fowler

3. Instruksikan bagaimana agar bisa


S : Klien mengikuti intervensi
melakukan batuk efektif, monitor
O: Klien belajar melakukan
kemampuan batuk efektif klien
batuk efektif dan
membuang dahak diember
kecil disamping tempat
tidurnya
4. Anjurkan klien untuk meminum
S : Klien mengikuti intervensi
air hangat dicampur garam untuk
O : Klien terlihat berhasil
mengencerkan dahar
membuang dahak

S : klien mengatakan nyaman


5. Berikan terapi oksigen melalui
menggnakan binasal kanul
Binasal kanul
O : klien merasa sesak
berkurang

6. Monitor TTV S:-


O : RR = 28 x/i , N = 120 x/i

SpO2 = 98%,S= 36,5 oC,

TD = 110/ 60 mmHg

7. Kolaborasikan dengan dokter S:-


pemberian obat sesuai indikasi : O : Klien mendapatkan obat
Cairan Rl : 20 tpm Cairan Rl : 20 tpm
Cefriaxone : 1x2 gr Cefriaxone : 1x2 gr
As. Trsnexamat : 3x 500 gr As. Trsnexamat : 3x 500
gr
02 Seprember 2021 Bersihan jalan 1. Monitor kecepatan, irama, S : klien mengatakan tidak
07.00-14.00 napas tidak kedalaman dan kesulitan bernafas sesakk lagi
efektif b.d O : RR klien 28x/I, klien
hipersekresi jalan 2. Posisikan klien semi fowler untuk tidak terlihat sesak
napas memaksimalkan ventilasi S : Klien mengikuti intervensi
O : Posisi klien semi fowler

S : Klien mengikuti intervensi


3. Instruksikan bagaimana agar bisa
O: Klien belajar melakukan
melakukan batuk efektif, monitor
batuk efektif dan
kemampuan batuk efektif klien
membuang dahak diember
kecil disamping tempat
tidurnya
4. Anjurkan klien untuk meminum S : Klien mengikuti intervensi
air hangat dicampur garam untuk O : Klien terlihat berhasil
mengencerkan dahar membuang dahak

5. Berikan terapi oksigen melalui S : klien mengatakan nyaman


binasal kanul menggnakan binasal kanul
O : oksegenasi melalu binasal
kanul dilepas

S:-
6. Monitor TTV O : RR = 28 x/i , N = 120 x/i

SpO2 = 98%,S= 36,5 oC,

TD = 110/ 60 mmHg

S:-
7. Kolaborasikan dengan dokter O : Klien mendapatkan obat
pemberian obat pulang sesuai Dexketopen 3x1
indikasi : As.tranexamat 2x1
Dexketopen 3x1 Ceftriaxone 2x100
As.tranexamat 2x1 Curamol 3x1
Ceftriaxone 2x100
Curamol 3x1

EVALUASI KEPERAWATAN
Tanggal dan
Diagnosa Evaluasi
Waktu

31 Agustus 2021 Bersihan S : Klien mengatakan tidak nyaman saat memakai simple mask
07.00-14.00 jalan napas O:
tidak efektif
a. RR klien 28x/I, napas klien cepat dan pendek, klien
terlihat sesak
b. Klien belajar melakukan batuk efektif dan membuang
dahak di ember kecil disamping tempat tidurnya
c. Klien melakukan batuk efektif saat ingin membuang
sputum
d. Klien terlihat berhasil membuang dahak setelah
meminum air yang dicampur garam
e. Mengganti terapi oksigen menjadi pemakaian binasal
kanul
f. RR = 28 x/i , N = 84 x/i SpO2 = 92%,S= 37 oC,

TD = 105/ 53 mmHg
g. Klien mendapatkan Cairan Rl : 20 tpm,Cefriaxone : 1x2
gr, As. Trsnexamat : 3x 500 gr

A : Masalah teratasi sebagian


P : Lanjutkan Intervensi

01 September 2021 Bersihan S : Klien mengatakan sesak berkurang


07.00-14.00 jalan napas
O:
tidak efektif
a. RR klien 24x/I

b. Klien belajar melakukan batuk efektif dan membuang


dahak di ember kecil disamping tempat tidurnya
c. Klien melakukan batuk efektif saat ingin membuang
sputum
d. Klien terlihat berhasil membuang dahak setelah
meminum air yang dicampur garam
e. Mengganti terapi oksigen menjadi pemakaian binasal
kanul
f. RR = 28 x/i , N = 120 x/i , SpO2 = 98%,S= 36,5 oC, TD
= 110/ 60 mmHg
g. Klien mendapatkan Cairan Rl : 20 tpm,Cefriaxone : 1x2
gr, As. Trsnexamat : 3x 500 gr

A : Masalah teratasi sebagian


P : Rencanakan pasien pulang
02 September 2021 Bersihan S: Klien mengatakan tidak sesak ketika oksigen dilepaskan
14..00-20.00 jalan napas
O:
tidak efektif
RR klien 24x/I, klien tidak terlihat sesak
a.
b. Klien bisa melakukan batuk efektif dan membuang dahak
di ember kecil disamping tempat tidurnya
c. Klien melakukan batuk efektif saat ingin membuang
sputum
d. Klien terlihat berhasil membuang dahak setelah
meminum air yang dicampur garam
e. Okksigen binasal kanul dilepaskan

f. RR = 28 x/i , N = 120 x/i , SpO2 = 98%,S= 36,5 oC, TD


= 110/ 60 mmHg
g. Klien mendapatkan obat pulang Dexketopen 3x1
As.tranexamat 2x1 Ceftriaxone 2x100, Curamol 3x1

A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

IMPLEMENTASI KEPERWATAN
TANGGAL/
DX IMPLEMENTASI RESPON
J AM
31 Agustus 2021 Nyeri Akut 1. Kaji nyeri secara komprehensif S : Klien mengatakan nyeri di
07.00-14.00 ulu hati berkurang dengan
skala nyeri 4
O:-
2. Monitor TTV S:-
O : RR = 28 x/i , N = 84 x/i
SpO2 = 92%,S= 37 oC, TD
= 105/53 mmHg
3. Memberikan posisi yang nyaman
S : Klien mengikuti intervensi
O : klien nyaman dengan
4. Control lingkungan yang dapat posisi semi fowler
mempengaruhi nyeri (seperti S : Klien mengatakan nyaman
suara dan kebisingan ) dengan cahaya yang terang
dan suasana tenang
O : lampu dihidupkan dan
suasana tenang
5. Ajarkan klien teknik non S : Klien mengikuti intervensi
farmakologi (tarik napas dalam) O : Klien terlihat menarik
napas dalam saat terasa
nyeri
6. Kolaborasi pemberian obar
sesuai indikasi : S:-
Omeprazol : 2x1 gr O : Klien mendapatkan obat
Omeprazol : 2x1 gr

01 Agustus 2021 Nyeri Akut 1. Kaji nyeri secara komprehensif S : Klien mengatakan nyeri di
07.00-14.00 ulu hati berkurang dengan
skala nyeri 4
O:-
2. Monitor TTV S:-
O : RR = 28 x/i , N = 120 x/i ,
SpO2 = 98%,S= 36,5 oC,
TD = 110/ 60 mmHg

3. Memberikan posisi yang nyaman S : Klien mengikuti intervensi


O : klien nyaman dengan
posisi semi fowler
4. Control lingkungan yang dapat S : Klien mengatakan nyaman
mempengaruhi nyeri (seperti dengan cahaya yang terang
suara dan kebisingan ) dan suasana tenang
O : lampu dihidupkan dan
suasana tenang
5. Ajarkan klien teknik non S : Klien mengikuti intervensi
farmakologi (tarik napas dalam) O : Klien terlihat menarik
napas dalam saat terasa
nyeri
S:-
O : Klien mendapatkan obat
6. Kolaborasi pemberian obar Omeprazol : 2x1 gr
sesuai indikasi :
Omeprazol : 2x1 gr
02 Agustus 2021 Nyeri Akut 1. Kaji nyeri secara komprehensif S : Klien mengatakan nyeri di
14.00-20.00 ulu hati berkurang dengan
skala nyeri 4
O:-
2. Monitor TTV S:-
O : RR = 28 x/i , N = 120 x/i ,
SpO2 = 98%,S= 36,5 oC,
TD = 110/ 60 mmHg

3. Memberikan posisi yang nyaman S : Klien mengikuti intervensi


O : klien nyaman dengan
posisi semi fowler
4. Control lingkungan yang dapat S : Klien mengatakan nyaman
mempengaruhi nyeri (seperti suara dengan cahaya yang terang
dan kebisingan ) dan suasana tenang
O : lampu dihidupkan dan
suasana tenang
5. Ajarkan klien teknik non S : Klien mengikuti intervensi
farmakologi (tarik napas dalam) O : Klien terlihat menarik
napas dalam saat terasa
nyeri
6. Kolaborasi pemberian obar sesuai S:-
indikasi : O : Klien mendapatkan obat
Omeprazol : 2x1 gr Omeprazol : 2x1 gr

EVALUASI KEPERAWATAN
Tanggal dan
Diagnosa Evaluasi
Waktu

31 Agustus 2021 Nyeri Akut S : Klien mengatakan nyeri di ulu hati dan di kaki sebelah kanan,
07.00-14.00 nyeri di kaki terasa seperti ditusuk-tusuk dengan skala nyeri 5
O:
a. Klien terlihat meringis
b. Klien nyaman dengan posisi semi fowler
c. Klien terlihat menarik napas dalam saat terasa nyeri
d. Klien terlihat sering merubah posisi untuk mencari
kenyamanan
e. Klien mendapatkan Omeprazol : 2x1 gr

A : Masalah teratasi sebagian


P : Rencanakan pasien pulang
01 September 2021 Nyeri Akut S : Klien mengatakan nyeri di ulu hati dan di kaki sebelah kanan,
07.00-14.00 nyeri di kaki terasa seperti ditusuk-tusuk dengan skala nyeri 4
O:
a. klien terlihat meringis
b. klien nyaman dengan posisi semi fowler
c. Klien terlihat menarik napas dalam saat terasa nyeri
d. Klien terlihat sering merubah posisi untuk mencari
kenyamanan
e. Klien mendapatkan Omeprazol : 2x1 gr

A : Masalah teratasi sebagian


P : Rencanakan pasien pulang

02 September 2021 Nyeri Akut S: Klien mengatakan nyeri berkurang menjadi skala 3
klien nyaman dengan posisi semi fowler
14.00-20.00
O:
a. Klien terlihat menarik napas dalam saat terasa nyeri
b. Klien terlihat sering merubah posisi untuk mencari
kenyamanan
c. Klien terlihat menarik napas dalam saat terasa nyeri
d. Klien mendapatkan Omeprazol : 2x1 gr

A : Masalah teratasi sebagian


P : Rencanakan pasien pulang

IMPLEMENTASI KEPERWATAN
TANGGAL/
DX IMPLEMENTASI RESPON
J AM
31 Agustus 2021 Defisit Nutrisi 1. Monitor tanda-tanda kekurangan S:-
nutrisi O : Klien terlihat kurus
07.00-14.00
2. Pantau BB Klien S:-
O : BB klien 50 kg
3. Kaji status nutrisi klien S:-
O : IMT klien 18,3
(underweight), terjadi
penurunan BB sebesar 11%

4. Ketahui makanan yang disukai S : Klien mengatakan suka


Klien dan pantangan Klien makan daging
O:-
5. Berikan makanan dalam porsi S : Klien mengatakan tidak
sedikit tapi sering nafsu makan
O : Klien terlihat hanya makan
sebanyak 3 sendok

6. Anjurkan Klien untuk makan S : Klien mengikuti intervensi


dalam posisi duduk tegak O : Klien terlihat makan dalam
keadaan duduk tegak

7. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam S : -


pemenuhan kebutuhan diet Klien O : klien diberikan makanan
sesuai kebutuhan : diet makanan tinggi kalori tinggi protein
tinggi kalori tinggi protein seperti bubur, telur, kuah
sayur dan pisang

8. Kolaborasi dengan dokter untuk


pemberian cairan, vitamin dan
obat sesuai indikasi. S:-
RL 20 tpm O : Klien terlihat terpasang
infus RL 20 tpm

01 Agustus 2021 Defisit Nutrisi 1. Monitor tanda-tanda kekurangan S:-


nutrisi O : Klien terlihat kurus
07.00-14.00
2. Pantau BB Klien S:-
O : BB klien 50 kg

3. Kaji status nutrisi klien S:-


O : IMT klien 18,3
(underweight), terjadi
penurunan BB sebesar 11%

4. Ketahui makanan yang disukai S : Klien mengatakan suka


Klien dan pantangan Klien makan daging
O:-

5. Berikan makanan dalam porsi S : Klien mengatakan sudah


sedikit tapi sering nafsu makan
O : Klien terlihat hanya makan
sebanyak 3 sendok

6. Anjurkan Klien untuk makan S : Klien mengikuti intervensi


dalam posisi duduk tegak O : Klien terlihat makan dalam
keadaan duduk tegak
7. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam S : -
pemenuhan kebutuhan diet Klien O : klien diberikan makanan
sesuai kebutuhan : diet makanan
tinggi kalori tinggi protein
tinggi kalori tinggi protein
seperti bubur, telur, kuah
sayur dan pisang
8. Kolaborasi dengan dokter untuk S:-
pemberian cairan, vitamin dan O : Klien terlihat terpasang
obat sesuai indikasi. infus RL 20 tpm
RL 20 tpm

02 Agustus 2021 Defisit Nutrisi 1. Monitor tanda-tanda kekurangan S:-


nutrisi O : Klien terlihat kurus
14.00-20.00
2. Pantau BB Klien S:-
O : BB klien 50 kg

3. Kaji status nutrisi klien S:-


O : IMT klien 18,3
(underweight), terjadi
penurunan BB sebesar 11%

4. Ketahui makanan yang disukai S : Klien mengatakan suka


Klien dan pantangan Klien makan daging,
O:-

5. Berikan makanan dalam porsi S : Klien mengatakan sudah


sedikit tapi sering nafsu makan
O : Klien terlihat hanya makan
sebanyak 3 sendok

6. Anjurkan Klien untuk makan S : Klien mengikuti intervensi


dalam posisi duduk tegak O : Klien terlihat makan dalam
keadaan duduk tegak

7. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam S : -


pemenuhan kebutuhan diet Klien O : klien diberikan makanan
sesuai kebutuhan : diet makanan tinggi kalori tinggi protein
tinggi kalori tinggi protein
seperti bubur, telur, kuah
sayur dan pisang

8. Kolaborasi dengan dokter untuk S:-


pemberian cairan, vitamin dan
obat sesuai indikasi.
RL 20 tpm O : Klien terlihat terpasang
infus RL 20 tpm

EVALUASI KEPERAWATAN
Tanggal dan
Diagnosa Evaluasi
Waktu

31 Agustus 2021 Defisit S : Klien mengatakan suka makan daging Klien mengatakan
07.00-14.00 nutrisi tidak memiliki nafsu makan
O:
a. Klien terlihat kurus
b. BB klien 50 kg
c. IMT klien 18,3 (underweight), terjadi penurunan BB
sebesar 11,%
d. Klien terlihat hanya makan sebanyak 3 sendok
e. Klien terlihat makan dalam keadaan duduk tegak
f. Klien diberikan makanan tinggi kalori tinggi protein
seperti bubur, telur, kuah sayur dan pisang
g. Klien terlihat terpasang infus RL 20 tpm
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
01 September 2021 Defisit S : Kli en mengatakan memiliki nafsu makan
07.00-14.00 Nutrisi O:
Klien terlihat kurus
a.
b. BB klien 50 kg
c. IMT klien 18,3 (underweight), terjadi penurunan BB
sebesar 11%
d. Klien terlihat menghabiskan makanannya
e. Klien terlihat makan dalam keadaan duduk tegak
f. Klien diberikan makanan tinggi kalori tinggi protein
seperti bubur, telur, kuah sayur dan pisang
g. Klien terlihat terpasang infus RL 20 tpm
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
01 September 2021 Defisit S : Kli en mengatakan sudah memiliki nafsu makan
14.00-20.00 nutrisi O:
Klien terlihat kurus
a.
BB klien 50 kg
b.
c. IMT klien 18,3 (underweight), terjadi penurunan BB
sebesar 11%
d. Klien terlihat menghabiskan makanannya
e. Klien terlihat makan dalam keadaan duduk tegak
f. Klien diberikan makanan tinggi kalori tinggi protein
seperti bubur, telur, kuah sayur dan jeruk
g. Klien terlihat terpasang infus RL 20 tpm
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

Anda mungkin juga menyukai