ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN TUBERKULOSIS PARU
PADA TN. M DI RUANGAN
INTERNE PRIA (IP B)
RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG
KELOMPOK II
1.Dwi Sucy Ramadhany Putri, S.Kep
2.Julia Eka Putri, S.Kep
3.Kurnia Mayang Sari, S.Kep
4.Nurma Mutia Yusman, S.Kep
PROGRAM STUDI 5.Nur Fauziah, S.Kep
PROFESI NERS 6.Wiwit Sundari, S.Kep
STIKES SYEDZA
SAINTIKA Pembimbing Akademik
PADANG ( Hj. Harmawati, S.Kp.M.Kep )
2023
Pembimbing Klinik
Presentation title 2
DEFINISI
Tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang
parenkim paru. Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya
termasuk meningen, ginjal, tulang dan nodus limfe. Agen infeksius utama
mycobacterium tuberculosis adalah batang aerobik tahan asam yang tumbuh
dengan lambat dan sensitif terhadap panas dan sinar ultraviolet (Brunner dan
Suddarth, 2012).
TB Paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium
Tuberkulosis. Kuman tersebut biasanya masuk ke dalam tubuh manusia melalui
udara pernafasan ke dalam paru. Kemudian kuman tersebut dapat menyebar dari
paru ke bagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran
limfe, saluran nafas (bronchus) atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh
lainnya. (Depkes RI, 2017).
Presentation title 3
ETILOGI
• Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibersinkan atau dibatukkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat
menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Dalam suasana
lembab dan gelap kuman dapat tahan selama berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat akan menempel
pada jalan nafas atau paru-paru. Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukurannya kurang dari 5 mikromilimeter.
• Tuberculosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel. Sel efektornya adalah makrofag sedangkan limfosit (biasanya sel
T) adalah imunoresponsifnya. Tipe imunitas seperti ini basanya lokal, melibatkan makrofag yang diaktifkan ditempat infeksi oleh limposit dan
limfokinnya. Respon ini disebut sebagai reaksi hipersensitifitas (lambat).
• Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi sebagai unit yang terdiri dari 1-3 basil. Gumpalan basil yang besar cenderung
tertahan dihidung dan cabang bronkus dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada diruang alveolus biasanya dibagian bawah lobus atas paru-
paru atau dibagian atas lobus bawah, basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak didaerah tersebut dan
memfagosit bakteri namun tidak membunuh organisme ini. Sesudah hari-hari pertama leukosit akan digantikan oleh makrofag, alveoli yang terserang
akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler akan sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa atau
proses akan berjalan terus dan bakteri akan terus difagosit atau berkembang biak didalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju
kelenjar getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel
epiteloid yang dikelilingi oleh limposit. Reaksi ini butuh waktu 10-20 hari.
• Nekrosis pada bagian sentral menimbulkan gambangan seperti keju yang biasa disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang terjadi nekrosis kaseosa dan
jaringan granulasi disekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast menimbulkan respon yang berbeda.Jaringan granulasi menjadi lebih
fibrosa membentuk jaringan parut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.
Presentation title 5
……………..
• Lesi primer paru dinamakan fokus ghon dan gabungan terserangnya kelenjar getah bening regional
dan lesi primer dinamakan kompleks ghon. Respon lain yang dapat terjadi didaerah nekrosis adalah
pencairan dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkel yang
dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk kedalam percabangan trakeobronkhial. Proses ini dapat
terulang lagi kebagian paru lain atau terbawa kebagian laring, telinga tengah atau usus.
• Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan jaringan parut
fibrosa. Bila peradangan mereda lumen brokus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut
yang terdapat dekat dengan perbatasan bronkus rongga. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga
tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan
dan lesi mirip dengan lesi kapsul yang terlepas. Keadaan ini dapat dengan tanpa gejala dalam waktu
lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus sehingga menjadi peradangan aktif.
• Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang lolos dari
kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil, kadang dapat menimbulkan
lesi pada organ lain. Jenis penyebab ini disebut limfohematogen yang biasanya sembuh sendiri.
Penyebaran hematogen biasanya merupakan fenomena akut yang dapat menyebabkan tuberkulosis
milier. Ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme yang
masuk kedalam sistem vaskuler dan tersebar keorgan-organ lainnya (Guyton & Hall, 2014).
Presentation title 6
KLASIFIKASI
• Naga (2014) menyatakan bahwa bentuk penyakit tuberkulosis ini dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu tuberkulosis paru dan
tuberkulosis ekstra paru.
• a)Tuberculosis Paru
• Penyakit ini merupakan bentuk yang paling sering dijumpai, yaitu sekitar 80% dari semua penderita. Tuberkulosis yang menyerang
jaringan paru-paru ini merupakan satu-satunya bentuk dari TB yang mudah tertular kepada manusia lain, asal kuman bisa keluar
dari si penderita (Naga, 2014). Menurut Werdhani (2014), klasifikasi TB Paru terdiri dari :
• 1)Tuberkulosis Paru BTA positif
• a)Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.
• b)spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto roentgen dada menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif.
• c)Satu atau lebih specimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif
dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
• 2)Tuberkulosis paru BTA negatif
• a)Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif
• b)Foto toraks abnormal menunjukan gambaran tuberkulosis
• c)Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotikan non OAT
• d)Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan
Presentation title 7
……………..
• b)Tuberkulosis Ekstra Paru
• Penyakit ini merupakan bentuk penyakit TBC yang menyerang organ tubuh lain, selain paru-
paru, seperti pleura, kelenjar limfe, persendian tulang belakang, saluran kencing, dan susunan
saraf pusat. Oleh karena itu, penyakit TBC ini kemudian dinamakan penyakit yang tidak
pandang bulu, karena dapat menyerang seluruh organ dalam tubuh manusia secara bertahap.
Dengan kondisi organ tubuh yang telah rusak, tentu saja dapat menyebabkan kematian bagi
penderitanya (Naga, 2014). Menurut Azzahra (2017) bahwa TB ekstra paru dibagi berdasarkan
pada tingkat keparahan penyakitnya yaitu:
• a)TB ekstra paru ringan
• Misalnya : TB kelenjer limphe, pleuritis eksudativa unilateral tulang, sendi, dan kelenjer adrenal.
• b)TB ekstra berat
• Misalnya : meningitis, millier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudativa dupleks, TB tulang
belakang, TB usus, TB saluran kencing dan alat kelamin.
Presentation title 8
MANIFESTASI
KLINIS
Presentation title 10
Menurut Sudoyo, dkk (2009 : hal 2238),
komplikasi yang dapat terjadi pada klien
dengan Tuberculosis Paru, yaitu :
1.Pleuritis tuberkulos
2.Efusi pleura
komplikasi 3.Empisema
4.Laryngitis
• a.Bagi masyarakat
• 1)Makan makanan yang bergizi seimbang sehingga daya tahan • b.Bagi penderita
tubuh meningkat untuk membunuh kuman TB.
• 2)Tidur dan istirahat yang cukup
• 1.Tidak meludah disembarang tempat
• 3)Tidak merokok, minum alkohol dan menggunakan narkoba • 2.Menutup mulut saat batuk atau
• 4)Lingkungan yang bersih baik tempat tinggal dan sekitarnya. bersin
• 5)Membuka jendela agar masuk sinar mata hari di semua • 3.Berprilaku hidup bersih dan sehat
ruangan rumah karena kuman TB akan mati terkena sinar
matahari. • 4.Memeriksakan balita yang tinggal
• 6)Imunisasi BCG bagi balita, yang bertujuan untuk mencegah serumah agar diberikan pengobatan
agar kondisi balita tidak lebih parah bila terinfeksi TB Paru. pencegahan.
• 7)Menyarankan diri dan berobat sesuai aturan sampai sembuh.
Presentation title 13
LAPORAN KASUS
TB PARU
Presentation title 14
Identitas Klien
Nama : Tn. M
Umur : 62 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Polri
Sesak Napas
Presentation title 20
5)Pemeriksaan Fisik
a)Sistem Neurologis
-Kepala dan Rambut
Inspeksi : bentuk kepala lonjong, bentuk rambut lurus dengan warna putih beruban, keadaan wajah
pucat, bentuk wajah agak lonjong.
Palpasi : nyeri dan lesi tidak ada, tekstur rambut halus dan tidak mudah rontok.
-Mata
Inspeksi : bentuk simetris, dapat menggerakan bola mata kesegala arah konjungtiva ananemis, sclera
an ikterik, pupil bulat isokor, reaksi pupil terhadap cahaya mengecil (miosis) tidak memakai alat bantu
penglihatan.
Palpasi : tidak terdapat pembengkakan pada kelopak mata.
-Telinga
Inspeksi : Bentuk simetris, terdapat serumen, fungsi pendengaran baik (klien mampu menjawab
pertanyaan perawat dengan baik).
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan dan lesi.
-Leher
Inspeksi : pergerakan bebas tidak terbatas.
Palpasi : tidak terdapat nyeri dan lesi, tidak terdapat peningkatan tekanan vena jungularis,tidak ada
pembesaran kelenjar getah bening dan pembesaran kelenjar tyroid.
Presentation title 21
b)Sistem Pernafasan
-Hidung
Inspeksi : bentuk simetris, pergerakan cuping hidung tidak ada, sekret tidak ada, lesi dan
pembengkakan tidak ada.
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan (dengan penekanan pada hidung). Dapat membedakan bau
(dengan membedakan bau kayu putih dan kopi)
-Dada
Inspeksi : bentuk simetris, pergerakan saat inspirasi dan ekspirasi simetris, tidak ada sanosis,
frekuensi nafas 24 x/menit.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan dan tidak ditemukan adanya pembengkakan atau benjolan pada
dinding dada. Taktil premitus dada kanan dan kiri sama getarannya (menyebutkan angka 77)
Perkusi: didapatkan suara redup.
Auskultasi : Terdengar ronchi basah.
Presentation title 22
c)Sistem Kardiovaskuler
Inspeksi: tidak terdapat peninggian vena jugularis.
Palpasi: Nadi 86 x / menit
Auskultasi: Bunyi jantung reguler (teratur) S1-S2 lub-dub
d)Sistem Gastrointestinal
-Mulut dan kerongkongan
Inspeksi: mukosa bibir kering, terdapat caries pada gigi, lidah kotor, fungsi menelan kurang baik
serasa ada yang mengganjal.
Palpasi: tidak terdapat nyeri dan lesi, tidak terdapat pembengkakan.
-Abdomen
Inspeksi: Abdomen simetris.
Palpasi : tidak terdapat pembesaran hati dan limfa, tidak ada nyeri tekan, turgor baik.
Perkusi: Kuadran kanan atas terdapat suara pekak, kuadran kanan bawah terdapat suara pekak.
Kuadran kiri atas terdapat suara timpani kuadran kiri bawah terdapat suara pekak.
Auskultrasi: frekuensi bising usus 8 x / menit.
-Anus
Tidak ada keluhan
e)Sistem Perkemihan
Frekuensi BAK 4-5 kali sehari, warna kuning kemerahan, tidak terdapat nyeri saat BAK.
Presentation title 23
f)Sistem Muskuloskeletal
-Ekstremitas atas
Inspeksi: Bentuk simetris, pergerakan normal (tidak terbatas) terpasang infus Nacl 20 gtt / menit pada
tangan sebelah kanan, tidak ada oedema.
Palpasi: reflek bisep dan trisep positif
-Ekstremitas bawah
Inspeksi: Bentuk simetris, pergerakan bebas, oedema tidak ada.
Palpasi: reflek patella positif, reflek babinski negatif.
-Tonus Otot
Palpasi
4 4
4 4
Keterangan :
4 : Bila bergerak menahan tahanan pemeriksa tetapi kekuatannya kurang
Presentation title 24
g)Sistem Endokrin
-Ukuran tubuh: berat badan 50 Kg, tinggi badan 165 Cm.
-Wajah
Inspeksi : keadaan wajah pucat, bentuk wajah agak lonjong.
-Leher
Inspeksi: pergerakan baik
Palpasi:tidak ada pembesaran kelenjar Tyroid,tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan
peningkatan tekanan vena jugularis.
h)Sistem Integumen
-Kulit
Inspeksi: warna kulit kecoklatan, tidak terdapat lesi, keadaan bersih, tekstur lembut, tidak ada
oedema, tidak ada dekubitus.
Palpasi: turgor kulit baik, suhu tubuh 36oC.
-Kuku
Inspeksi : sianosis tidak ada, tidak ada lesi dan pembengkakan, kuku tampak panjang dan kotor.
Palpasi: capilary refil time< 2 detik
i)Sistem Genetalia
Tidak ada keluhan, tidak mengeluh nyeri saat BAK
Presentation title 25
1) Pola Aktivitas
No. Aktivitas Di Rumah Di Rumah Sakit
1 Nutrisi dan cairan
Nutrisi
Jenis Nasi Bubur TKTP
Frekuensi 3x sehari 3x sehari
Tambahan Sayur, lauk pauk Sayur, lauk pauk
Pantangan Tid ak ada Keras dan panas
Keluhan Tid ak ada Tid ak nafsu makan
Minum
Jenis Air Putih, Air Teh Air Putih
Frekuensi 5-6 gelas/hari 3-4 gelas/hari
Jumlah 1500 cc 1000 cc
Keluhan Tid ak ada Tid ak ad a
2 Eliminasi
BAB
Konsistensi Padat Padat
Frekuensi 1x sehari 1x sehari
Warna Kuning khas feces Kuning khas feses
Keluhan Tid ak ada Tid ak ad a
BAK
Warna Kuning khas urine Kuning kemerah-merahan
Frekuensi Tid ak tentu 4-5 x/hari
Keluhan Tid ak ada Tid ak ad a
3 Istirahat/tid ur
Siang 1-2 jam/hari 1 jam/hari
Malam 6-8 jam/hari 6-8 jam/hari
4 Personal Hygiene
Mand i 2x/hari 1x/hari (d iwashlap)
Cuci rambut 3x/minggu Belum pernah
Gosok gigi 2x/hari 1x/hari (d ibantu)
Ganti pakaian 2x/hari Ix/hari
Gunting kuku 1x/minggu Belum pernah
Presentation title 26
1) Pemeriksaan Lab dan diagnostik
Pemeriksaan Hasil
Mikrobiologi
Preparat BTA Sputum S : (+), (+), (+)
preparat bta sputum P : (+), (+), (+)
Hematology
Hematology analyzer
Hemoglobin (HGB) 9,8
Jml leukosit (WBC) 29.000
Hematokrit (HCT) 26
Trombosit (PLT) 421
Kimia Klinik
SGOT 25
SGPT 30
GDS 92
Kreatini 1,6
Presentation title 27
8)Theraphy
-Infus NaCl 0,9%, 8 jam/kolf parenteral
-Injeksi Ceftriaxon 1 gr parenteral
-Injeksi Levofloaxin 750 mg parenteral
-Paracetamol 3x500 mg paroral
-N acetilsistern 3x200 mg peroral
-Asam folat 1x5mg peroral
-Natrium bikarbonat 3x500 mg peroral
-Transfusi albumin 20% 100 CC extra
-Drip insulin 5 unit/jam
-O2 8L via simple mask
Presentation title 28
A. Analisa Data
No. Data Penyebab Masalah
1 DS : Droplet mycobactenum Pola Nafas
1. Klien mengeluh sesak teberculosis Tidak Efektif
nafas ↓
2. Klien mengeluh batuk Menempel diparu-paru
berdahak ↓
3. Klien mengatakan Alveoli
batuknya berdahak tapi ↓
sulit dikeluarkan. Proses inflamasi
DO : ↓
1. Klien tampak sesak Produksi skret berlebih
2. Klien terdengar sesekali ↓
batuk Skret sukar dikeluarkan
3. Klien tampak gelisah ↓
4. Terdapat suara napas Pola Nafas tidak efektif
tambahan rhonki
5. Suara napas
brokovesikuler
6. Klien terpasang O2 nrm
15 Lpm + binasal 5 LPm
7. Frekuensi nafas
28x/menit
Nafas sebelum
beraktivitas : 28x/menit
Presentation title Nafas setelah 29
beraktivitas : 38x/menit
Presentation title 30
Presentation title 31
Diagnosa keperawatan
• C.Diagnosa Keperawatan
• 1.Pola Nafas tidak efektif b/d penurunan energi
• 2.Defisit Nutrisi b/d ketidakmampuan mengabsopsi nutrien
• 3.Intoleransi Aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan O2
Presentation title 32
intervensi
Presentation title 33
Presentation title 34
Presentation title 35
Presentation title 36
Presentation title 37
Presentation title 38
Presentation title 39
Presentation title 40
Presentation title 41
Presentation title 42
Presentation title 43
Presentation title 44
Rabu, 3. Manajemen energi S :
01/03/2023 Observasi: 1. Klien mengeluh lelah
1. Memonitor kelelahan 2. Klien mengatakan
fisik saat/setelah aktifitas sesak
2. Memonitor lokasi dan (d ispnea)
ketidakyamanan 3. Klien merasa lemah
selama melakukan 4. Klien mengatakan hanya
aktifitas bisa berbaring ditempat tidur
Terapeutik:
O :
Melakukan gerakan 1. Klien tampak lemas dan
gerak pasif/aktif agar lemah
2. Klien tampak hanya bisa
sendi tidak kaku pada berbaring di bed
saat sudah pulang dari 3. Tekanan darah berubah 20%
A :
Masalah keperawatan belum
teratasi
P :
Intevensi dilanjutkan
Presentation title 45
PEMBAHASAN
,,,,
Presentation title 46
A.Pengkajian
Dalam melakukan pengkajian terhadap pasien, kelompok tidak banyak menemukan kesulitan, hal ini yang didukung
oleh keluarga klien yang kooperatif serta kemampuan kelompok dalam melakukan pendekatan terhadap pasien dan
keluarga dengan sikap hati-hati, ramah, dan bersahabat. Pada saat menggali permasalahan dan memotivasi pasien
dan keluarga untuk mengekspreikan perasaannya pasien masih tampak ragu-ragu untuk menceritakan keluhan serta
masalahnya, tetapi setelah diberikan semangat dan dukungan serta terbinanya hubungan saling percaya akhirnya
pasien dan keluarga mampu menceritakan setiap keluhan yang dirasakann Pada saat melakukan pengkajian, data
yang didapatkan kelompok Sesak napas, awalnya pasien masih bisa diajak komunikasi, lama-kelamaan pasien
tampak banyak tidur dan sulit beraktivitas, dan makan. Batuk berdahak sejak 2 minggu yang lalu, batuk tidak
bercampur darah. Nafsu makan menurun sejak sakit. Riwayat keringan malam (+), riwayat penurunan berat badan
(+), pendarahan tidak ada, BAK dan BAB biasa. Pucat (+), lemah (+), mukosa bibir kering (+). Pasien rujukan
Rumah Sakit Siti Rahmah dan langsung dirujuk untuk penangan lebih lanjut selebelumnya pasien sempat dirawat di
Rumah Sakit Siti Rahmah 2 minggu yang lalu. Tekanan darah 90 / 70 mm Hg, Nadi 79 x / menit, Repirasi 28 x /
menit, Suhu 37oC.
Manifestasi klinis yang terdapat pada pasien Tuberkulosis Paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu, dapat
diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, sesak napas, badan lemas, nafsu makan menurn,
berat badan menurun (Depkes, 2014). Gejala lain yang sering timbul adalah Demam, Batuk darah, Sesak napas,
Nyeri dada, Anoreksia, Keringat malam dan Gejala sistemik lainnya malaise, lemah badan, dan penurunan berat
badan.
Data kedua yang kelompok dapatkan keluarga klien mengatakan nafsu makan berkurang, porsi makanan hanya 3-4
sendok kadang-kadang separoh yang dihabiskan.
Presentation title 47
B, DIAGNOSA KEPERAWATAN
Presentation title 48
Cara minum obat TB yang benar secara rutin bagi pasien TB :
Penyakit TB bisa disembuhkan asalkan pasien mengikuti tahapan pengobatan dengan seksama. Pasalnya,
durasi pengobatan yang cenderung lama yaitu 6-9 bulan tanpa putus dan jenis obat yang bervariasi bisa saja membuat
pasien tidak disiplin saat menjalani pengobatan. Jika hal tersebut terjadi, pengobatan bisa menjadi tidak efektif karena
bakteri penyebab tuberkulosis berpotensi menjadi resisten atau kebal terhadap obat anti-TBC.
Berikut adalah cara minum obat TB yang benar yang bisa diterapkankan untuk memudahkan pasien TB agar disiplin
dalam mengonsumsi obat secara rutin:
1.Minum Obat Setiap Hari pada Waktu yang Sama
Cara minum obat TB yang benar yang pertama adalah cobalah untuk menetapkan waktu yang sama setiap harinya
untuk mengkonsumsi obat. Misalnya mengkonsumsi obat setelah makan siang atau sebelum tidur.
2.Buat Pengingat Minum Obat di Gawai
Aktifkan alarm pada telepon genggam atau perangkat lainnya sesuai dengan waktu minum obat.
3.Catat Durasi Pengobatan
Secara rutin lakukan pencatatan untuk memantau waktu pengobatan, kapan obat akan habis, dan kapan waktu untuk
konsultasi kembali dengan dokter.
4.Minta Bantuan Keluarga atau Sahabat
Selain mengupayakan disiplin diri sendiri, juga dapat meminta bantuan keluarga atau sahabat yang dipercayai untuk
mengingatkan untuk minum obat tetap teratur.
5.Menunjuk Orang Terlatih sebagai Pengawas Minum Obat (PMO)
Cara minum obat TB yang benar yang terakhir adalah menunjuk Pengawas Minum Obat atau PMO. PMO merupakan
orang yang ditunjuk untuk memastikan minum obat TB dengan benar dan sesuai jadwal.
Presentation title 49
D.Implementasi Keperawatan
Intervensi Keperawatan yang diberikan pada pasien Tn. M antara lain adalah:
1.Pola Napas Tidak Efektif
Implementasi yang di berikan oleh kelompok yaitu Manajemen Memonitor pola nafas, Memonitor bunyi nafas
tambahan, Memonitor sputum
2.Defisit nutrisi
Implementasi yang diberikan pada pasien Tn. M antara lain manajemen status nutrisi, supaya status nutrisi pada Tn. M
membaik. Dengan memonitor asupan makanan.
3.Intoleransi Aktifitas
Implementasi yang diberikan pada Tn. M adalah mengajarkan pasien atau melatih pasien untuk melakukan ROM
pasif/aktif. Agar sendi tidak kaku pada saat sudah pulang dari rumah sakit.
D.Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang
telah ditetapkan, dilakukan berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi
keperawatan mungukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam
memenuhi kebutuhan klien. Tujuan Untuk melihat kemampuan klien dalam mecapai tujuan.Hal ini bisa dilaksanakan
dengan mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan,
sehingga perawat dapat mengambil keputusan.
Presentation title 50
TERIMA KASIH
THANK YOU
Presentation title 51