Anda di halaman 1dari 13

DOKUMENTASI PENGKAJIAN

Diajukan Untuk Memenuhi Tuga Mata Kuliah KMB 4

KASUS 4 TUBERKULOSIS PARU

Disusun oleh :

1. Tina Nur Angelina (1020031186)


2.Syahlu Damayanti (1020031182)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS FALETEHAN
2023
KASUS 4
TUBERKULOSIS PARU

1. Pengertian
Tuberculosis paru adalah penyakit menular yang terutama meenyerang parenkim
paru. Penyakit ini dapat ditularkan kebagian tubuh lain termasuk ginjal, tulang, dan
kelenjar getah bening. Agen infeksi utama yaitu mycobacterium tuberculosis, adalah
batang aerobik tahan asam yang tumbuh lambat dan sensitive terhadap pabas dan
sinar ultraviolet.
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang terutama menyerang parenkim paru.
Itu juga dapat ditularkan ke bagian lain dari tubuh, termasuk meninges, ginjal, tulang,
dan kelenjar getah bening. Agen infeksius primer, M. tuberkulosis, adalah batang
aerobik tahan asam yang tumbuh lambat dan sensitif terhadap panas dan sinar
ultraviolet. Mycobacterium bovis dan Mycobacterium avium jarang dikaitkan dengan
perkembangan infeksi TB.

TB merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia yang terkait erat


terkait dengan kemiskinan, malnutrisi, kepadatan penduduk, perumahan di bawah
standar, dan perawatan kesehatan yang tidak memadai.Kematian dan tingkat
morbiditas terus meningkat; infeksi M.tuberkulosis diperkirakan sepertiga dari
populasi dunia dan tetap menjadi penyebab utama kematian akibat penyakit menular
di Dunia.

Menurut WHO, diperkirakan 1,6 juta kematian akibat TB pada tahun 2005 (WHO,
2007). Di Amerika Serikat, hampir 15.000 kasus TB dilaporkan setiap tahun ke CDC
(2005a). Faktor yang mencegah eliminasi TB di Amerika Serikat adalah prevalensi
TB di antara penduduk kelahiran asing, keterlambatan dalam mendeteksi dan
pelaporan kasus TB, kurangnya perlindungan kontak orang dengan infeksi kasus TB,
kehadiran substansial jumlah orang dengan TB laten, dan mempertahankan klinis dan
keahlian kesehatan masyarakat dalam TB (CDC, 2005).

2. Etiologi
Penyebab tuberculosis paru adalah mycobacterium tuberculosis. Berikut faktor risiko
yang menyebabkan TB Paru sebagai berikut:
a. Kontak erat dengan seseorang yang memiliki TB aktif
b. Menghirup udara dari orang yang terinfeksi
c. Penderita immunocompromised seperti orang yang terinfeksi HIV, kanker,
transplantasi organ, dan terapi kortikosteroid dengan dosis tinggi
d. Penyalahgunaan narkoba dan pecandu alcohol
e. Setiap orang tanpa kesehatan yang memadai (tunawisma)
f. Anak – anak dibawah umur 15 tahun dan dewasa muda 15 – 44 tahun
g. Penderita DM, gagal ginjal kronis, malnutrisi, keganasan
h. Tinggal dirumah yang penuh dan padat
i. Petugas kesehatan yang beresiko tinggi terinfeksi TB Paru
3. Tanda gejala
a. Demam ringan
b. Batuk
c. Keringat malam
d. Kelelahan
e. Penurunan berat badan
f. Hemoptisis
g. Sputum mukopurelen (sputum dalam keadaan kental dan warna kuning
kehijauan)
h. Anorexia

4. Patofisiologi
TB dimulai ketika seseorang penderita penyakit paru aktif mengeluarkan
organisme. Individu yang rentang menghirup droplet dan menjadi terinfeksi.
Bakteri ditransmisikan ke alveoli dan memperbanyak diri. Basil juga diangkut
melalui sistem getah bening dan aliran darah ke bagian lain dari tubuh (ginjal,
tulang, kelenjar getah bening) dan area lain dari paru – paru (lobus atas). Infeksi
awal biasanya terjadi dalam 2 sampai 10 minggu. Pasien kemudian dapat
membentuk penyakit aktif karena respons sistem imun menurun atau tidak
adekuat. Reaksi inflamasi menghasilkan eksudat di alveoli dan bronkopneumonia,
granuloma, dan jaringan fibrosa.

TB dimulai ketika orang yang rentan menghirup mikobakteri dan menjadi


terinfeksi. Bakteri ini ditularkan melalui saluran udara ke alveoli, di mana mereka
disimpan dan mulai berkembang biak. Basil juga diangkut melalui sistem getah
bening dan aliran darah ke bagian lain dari tubuh (ginjal, tulang, korteks serebral)
dan area lain dari paru-paru (lobus atas). Sistem kekebalan tubuh merespon
dengan memulai reaksi peradangan. Fagosit (neutrofil dan makrofag) menelan
banyak bakteri, dan Limfosit spesifik TB melisiskan (menghancurkan) basil dan
jaringan normal.

Reaksi jaringan ini menghasilkan akumulasi eksudat di alveoli, menyebabkan


bronkopneumonia. Itu infeksi awal biasanya terjadi 2 sampai 10 minggu setelah
paparan. Granuloma, massa jaringan baru dari basil hidup dan mati, dikelilingi
oleh makrofag, yang membentuk pelindung dinding. Mereka kemudian diubah
menjadi massa jaringan fibrosa, yang bagian tengahnya disebut tuberkel Ghon.

Bahan (bakteri dan makrofag) menjadi nekrotik, membentuk massa seperti keju.
Massa ini dapat menjadi kalsifikasi dan terbentuk untuk jaringan parut kolagen.
Pada titik ini, bakteri menjadi tidak aktif, dan tidak ada perkembangan lebih lanjut
dari penyakit aktif. Setelah paparan dan infeksi awal, penyakit aktif dapat terjadi
berkembang karena sistem kekebalan tubuh terganggu atau tidak memadai respons
sistem.
Penyakit aktif juga dapat terjadi dengan infeksi ulang dan aktivasi bakteri yang
tidak aktif. Dalam hal ini, Tuberkel Ghon memborok, melepaskan bahan keju ke
dalam bronkus. Bakteri kemudian menjadi udara, dihasilkan dalam penyebaran
penyakit lebih lanjut. Kemudian tuberkel yang ulserasi menyembuhkan dan
membentuk jaringan parut. Hal ini menyebabkan paru-paru yang terinfeksi
menjadi menjadi lebih meradang, mengakibatkan perkembangan lebih lanjut
bronkopneumonia dan pembentukan tuberkel. Kecuali jika proses ini dihentikan,
ia menyebar perlahan ke bawah ke hilus paru-paru dan kemudian meluas ke
sekitarnya serigala Prosesnya mungkin berkepanjangan dan ditandai dengan
remisi panjang saat penyakit ini dihentikan, diikuti dengan periode aktivitas baru.
Sekitar 10% orang yang awalnya terinfeksi mengembangkan penyakit aktif.
Beberapa orang mengembangkan TB reaktivasi (juga disebut TB tipe dewasa).
Jenis TB ini diakibatkan oleh rusaknya pertahanan inang. Ini paling sering terjadi
di paru-paru, biasanya di segmen apikal atau posterior dari lobus atas atau segmen
superior dari lobus bawah.

5. Pemeriksaan
penunjang
a. Anamnesis
lengkap
b. Pemeriksaan fisik
c. Tes tuberkuli (Tes mantoux)
d. Tes QuantifFERON – TB gold (QFT)
e. Foto rontgen dada
f. Apusan basil tahan asam
g. Kultur sputum

6. Penatalaksanaan
medis Terapi obat

TB Paru diobati terutama dengan anti tuberkulosis agen selama 6 bulan sampai 12
bulan. Durasi pengobatan yang lama diperlukan untuk memastikan pemberantasan
organisme dan untuk mencegah kekambuhan
a. Medikasi lini pertama: isoniazid atau INH (nydrazid, rifampin (rifadin),
pirazinamid, dan ethambutol (myambutol) setiap hari selama 8 minggu dan
berlanjut sampai dengan 4 sampai 7 bulan
b. Medikasi lini kedua: kapremisin (capastat), etionamid (trecator), natrium
paraminosaisilat, dan sikloserin (seromycin)
c. Vitamin B (piridoksin) biasanya diberikan bersama INH

7. Kata-kata Asing
a. Azitromisin adalah antibiotik yang digunakan untuk pengobatan sejumlah
infeksi seperti infeksi telinga tengah, radang tenggorokan, radang paru-paru,
diare pelancong, dan infeksi usus tertentu. Azitromisin juga dapat digunakan
untuk sejumlah infeksi menular seksual, seperti infeksi klamidia dan gonore.
b. Pneumonia komunitas atau community-acquired pneumonia (CAP) adalah
pneumonia yang disebabkan oleh penularan yang didapat di masyarakat dan
bukan didapat di lingkungan rumah sakit. Sedangkan definisi pneumonia
adalah peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme yaitu dapat
berupa bakteri, virus, jamur, parasite.
c. Dislipidemia adalah kondisi di mana kadar kolesterol, yaitu LDL, HDL, dan
trigliserida, tidak normal. Kondisi ini sering kali tidak menimbulkan gejala
khusus dan baru disadari ketika penderita melakukan pemeriksaan darah.
d. COPD disebut juga PPOK. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah
istilah untuk berbagai penyakit paru-paru yang mempengaruhi pernapasan. Ini
merujuk ke penyakit paru-paru yang kronis, progresif dan kebanyakan tidak
dapat dipulihkan. Penyakit paru-paru yang paling umum yang termasuk dalam
istilah ini yaitu emfisema dan bronchitis kronis. Penyakit Paru Obstruktif
Kronik (PPOK) merusak saluran pernapasan yang membawa udara ke paru-
paru.
e. Fibrilasi Atrium adalah salah satu jenis gangguan irama jantung yang
bersumber dari serambi jantung

1. Kasus IV: Tuberkulosis paru


Seorang pria berusia 63 tahun dirawat di rumah sakit dengan keluhan batuk disertai sesak
napas yang diduga pasien karena alergi dingin. Namun menurut keluarga selama ini
pasien tidak memiliki alergi dingin. Pasien menyatakan kekhawatirannya, ia merasa
mungkin sesuatu yang lebih buruk terjadi karena pasien juga mengalami batuk berdarah
selama 3 hari terakhir. Pasien juga mengaku bangun di tengah malam dalam kondisi
"basah kuyup" selama beberapa minggu terakhir. Ketika ditanya, pasien menyangkal
pernah memiliki penyakit paru sebelumnya. Namun pasien mengatakan ia pernah ke
puskesmas dengan gejala yang sama dan dokter mendiagnosa pasien dengan pneumonia
yang didapatkan dari masyarakat (community acute pneumonia) dan dipulangkan dengan
diberi obat azitromisin.
Pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi, dislipidemia, COPD, fibrilasi atrium, dan
gangguan kecemasan umum selama 3 tahun terakhir.
Hasil pemeriksaan rontgen dada:

Hasil pemeriksaan laboratorium:


Hb 10,4; Eritrocyte 4,11; Hematocrit 41,9; Granulocyte 80 %; Limfosit 16 %; dan SGOT
49.
Pasien belum pernah melakukan pengobatan tuberculosis sebelumnya
1. Faktor predisposesi : Tuberkolosis paru (TBC)
2. Faktor presipitasi : Penumenia
3. Pemeriksaan spesifik

DOKOMENTASI PENGKAJIAN
Ruang Rawat :-
Tanggal Rawat : 5 maret 2023
No.Medrec :-
Tanggal Pengkajian : 5 maret 2022
Diagnosa Medis :-
Sumber Data : Subyektif

A. IDENTITAS KLIEN
Nama :-
Umur : 63 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Agama :-
Status Marital :-
Suku / Bangsa : indonesia
Alamat :-

B. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB


Nama :-
Umur :-
Jenis Kelamin :-
Pekerjaan :-
Alamat :-
Hubungan Dengan Klien :-

C. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan keluhan batuk disertai sesak napas

2. Riwayat Kesehatan Sekarang


Pasien mengatakan batuk berdarah selama 3 hari terakhir. Pasien juga mengaku
bangun di tengah malam dalam kondisi "basah kuyup" selama beberapa minggu
terakhir. Pasien juga mengatakan ia pernah ke puskesmas dengan gejala yang
sama dan dokter mendiagnosa pasien dengan pneumonia yang didapatkan dari
masyarakat (community acute pneumonia) dan dipulangkan dengan diberi obat
azitromisin.

3. Riwayat Kesehatan Dahulu


Pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi, dislipidemia, COPD, fibrilasi
atrium, dan gangguan kecemasan umum selama 3 tahun terakhir

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


Apa dikeluarga bapak ada yang memiliki penyakit TB Paru seperti bapak? Apa
dikeluarga bapak memiliki penyakit keturunan seperti Hipertensi, DM, dan lain
lain?

5. Riwayat psikososial
-
6. Riwayat spiritual
-

D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum: Baik
2. GCS: 15 compos mentis
3. Tanda Vital
- Suhu: -
- Tekanan Darah: -
- Nadi: -
- Respirasi: -
4. Pemeriksaan fisik
a. Kepala dan rambut
Bentuk kepala bulat, distribusi rambut merata, rambut terlihat bersih, warna
rambut hitam, tidak ada kebotakan, tidak ada rontok, tida ada lesi, tidak ada
nyeri tekan, tidak ada benjolan.
b. Mata
Mata kanan dan kiri simetris, tidak ada ptosis, tidak ada mata juling/trabiskus,
kemampuan pergerakan bola mata baik, konjungtiva ananemis, sklera ikterik,
lapang pandang normal, ketajaman penglihatan normal, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada tekanan
c. Hidung
Lubang hidung simetris, terdapat pernapasan cuping hidung, tidak ada
kotoran, tidak ada nyeri pada tulang, penciuman normal
d. Mulut dan faring
Bibir simetris, mukosa bibir kering, mulut pasien bersih, gigi tidak ada karies/
berlubang, tidak ada pembengkakan gusi, tidak ada tonsilitis, tidak ada
sariawan, pergerakan lidah normal, fungsi perasa normal
e. Telinga
Telinga simetris, keadaan daun telingan baik, tidak ada serumen, tidak ada
lesi, fungsi pendengaran baik
f. Kulit dan otot-otot wajah
Sensi kulit baik kekuatan otot masster dan otot-otot wajah normal, mampu
berbicara pada saat diberi pertanyaan
g. Leher dan bahu
Tidak ada benjolan di leher, simetris apa tidak, tidak ada peningkatan JPV,
tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan kelenjar tirioid, tidak ada nyeri tekan,
reflek menelan baik, kemampuan pergerakan leher ke kanan dan kiri baik,
kekuatan otot sternokleidomastoideus normal
h. Dada
Dada simetris, nafas tachypneu, diperkusi daerah kanan paru dullnes,
pengembangan dada asimetris, suaranya paru ronchy
i. Abdomen
Bentuk abdomen simetris, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat
distensi abdomen, bising usus normal, tidak ada asites, perkusi abdomen
normal
j. Punggung
Bentuk simetris, tidak ada lesi, keadaan vetebra normal, fokal fremitus normal,
tidak ada nyeri tekan, suara paru ronchi
k. Ekstermitas atas
Tangan kanan dan kiri simetris, kekuatan otot tangan normal, pergerakan
tangan normal, ada refleks bisep dan trisep, sensasi kulit normal, akral tidak
teraba dingin, tidak ada edema, CRT normal
l. Ektermitas bawah
Kaki kanan dan kiri simetris, kekuatan otot kaki kuat, pergerakan kaki normal,
ada reflek patelar dan achiles, sensasi kulit baik, akral tidak teraba dingin,
tidak ada edema, CRT normal

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium
Hb 10,4; Eritrocyte 4,11; Hematocrit 41,9; Granulocyte 80 %; Limfosit 16 %;
dan SGOT 49.

F. TERAPI
-

TABEL ANALISA DATA


No Symptoms Etiologi Masalah
1 DS: Mycobacterium tuberculosis Pola napas tidak
- Pasien mengatakan masuk ke saluran efektif
sesak nafas pernapasan

- Pasien mengatakan
mengalami Bakteri berkembangbiak di
batuk berdarah alveoli

DO : Kekebalan tubuh menurun


- Pasien
terdapat pernafasan
cuping
Terjadi inflamasi
hidung

- Terdapat suara paru


Peningkatan sputum
(ronhci)

Terjadi penumpukan sputum di


jalan napas

Obstruksi jalan napas

Pola napas tidak efektif


2. DS:
- Pasien mengatakan Microbacterium tuberculosa Bersihan jalan
mengalami nafas tidak
batuk berdarah efektif
Masuk dalam lapang paru
DO :
- Terdapat suara
paru (ronhci) Sampai ke Alveoli

Pembentukan Tuberkel
peradangan

Infeksi primer pada alveoli

Produksi sekret berlebihan

Sekret kental

Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sesak nafas ditandai dengan hambatan
upaya nafas
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan batuk berdarah dan ronhci
ditandai dengan frekuensi nafas berubah.

c. Rencana Keperawatan
Tanggal Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Aktivitas
Hasil

Pola nafas tidak efektif Setelah Manajemen Jalan Observasi :


berhubungan dengan dilakukan intervensi Napas - Monitor pola
sesak nafas ditandai keperawatan selama napas
dengan pernafasan 1x24 jam,
cuping hidung maka POLA - Monitor bunyi
NAPAS napas
dengan kriteria hasil:
- Dispnea menurun - Monitor
sputum
- Penggunaan
otot pernapasan Terapeutik :
tambahan menurun - Posisikan semi
fowler
atau fowler
- Berikan minum
hangat

- Lakukan
fisioterapi
dada, jika
perlu

- Berikan
oksigen, jika
perlu

Edukasi :
- Anjurkan
teknik batuk
efektif
Kolaborasi :

- Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika
perlu

1. Bersihan jalan Setelah Bersihan jalan Observasi


nafas tidak dilakukan intervensi nafas - Monitor pola
efektif keperawatan selama nafas
berhubungan 1x24 jam, (frekuensi,
dengan batuk maka bersihan jalan kedalaman,
berdarah napas dengan kriteria usaha nafas)
dan ronhci hasil:
ditandai dengan - Batuk efektif - Monitor bunyi
frekuensi nafas meningkat (5) nafas tambahan
berubah. (mis.
- Produksi Gungling,
sputum mengi,
menurun wheezing,
(5) ronkhi kering)

- Dispnea - Monitor
menurun spuntum
(5) (jumlah, wrna,

- Gelisah
menurun
(5)
aroma)
- Frekuensi Terapeutik :
nafas - Posisikan
membaik semi-fowle
(5) r dan
fowler
- Pola nafas
membaik (5) - Berikan minum
hangat

- Lakukan
fisioterapi
dada, jika
perlu

- Lakukan
penghisapan
lendir kurang
lebih 15 detik

Edukasi :
- Ajarkan batuk
teknik batuk
efektif

Kolaborasi :
- Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
jika perlu

Anda mungkin juga menyukai