Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PENDAHULUAN PADA ANAK DENGAN TB PARU

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Stase Anak

Disusun Oleh:

Dewi Lovita
J.0105.22.013

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

CIMAHI

2022
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA ANAK DENGAN TB PARU

A. DEFINISI

Tuberculosis paru adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan

oleh kuman Mycrobacterium Tuberculosis.Sebagian bersar kuman tuberculosis

menyerang paru tetapi juga dapat menyerang organ tubuh lainnya (Depkes, 2010).

Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium

tuberculosis yang dapat menyerang pada berbagai organ tubuh mulai dari paru

dan organ di luar paruseperti kulit, tulang, persendian, selaput otak, usus serta

ginjal yang sering disebut dengan ekstrapulmonal TBC (Chandra,2012).

Merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium

Tuberculosis, suatu basil aerobik tahan asam yang ditularkan melalui udara

( Asih, 2004). TB sering menyerang paru-paru, namun juga dapat menyerang

bagian tubuh yang lain seperti selaput otak, kulit, tulang, kelenjar getah bening,

dan bagian tubuh lainnya ( PPTI, 2012).

B. ETIOLOGI

Tuberculosis (TBC) disebabkan oleh sejenis bakteri yang disebut

mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini menyebar saat penderita TB batuk atau

bersin dan orang lain menghirup droplet yang dikeluarkan, yang mengandung

bateri TB. Meskipun TB menyebar dengan cara yang sama dengan flu, penyakit

ini tidak menular dengan mudah. Seseorang harus kontak dalam waktu beberapa

jam dengan orang yang terinfeksi. Misalnya, infeksi TBC biasanya menyebar

antar anggota keluarga yang tinggal dirumah yang sama. Selain itu, tidak semua

orang dengan TB dapat menularkan TB yang terjadi di luar paru-paru (TB

ekstrapulmoner) tidak menyebarkan infeksi.


C. KLASIFIKASI

Ardiansyah (2012) mengklasifikasikan tuberkulosis dala dua bentuk :

1. Tuberkulosis Primer

Tuberkulosis primer adalah infeksi bakteri yang disebabkan oleh

Mycobacterium Tuberculosis yang pertama kali mengenai penderita dan

belum mempunyai reaksi spesifik sebelumnya terhadap bakteri TB. TB

primer merupakan infeksi yang bersifat sistemik.

2. Tuberkulosis Sekunder

Sebagian kecil dari bakteri TB masih hidup dalam keadaan normal dalam

jaringan parut. 90 % diantaranya tidak mengalami kekambuhan. Reaktifitas

penyakit TB terjadi bila daya tahan tubuh menurun ( terutama pada anak-

anak ) , pecandu alkohol, silikosis, dan pada penderita diabetes militus serta

AIDS.

D. GEJALA KLINIS

Penyakit tuberkulosis ini pada umumnya menimbulkan tanda dan gejala

yang sangat berbeda- beda pada masing- masing penderita, ada yang tidak

bergejala namun ada juga yang bergejala sangat akut. Tanda- tanda dan gejala

penderita TB pada anak menurut Depkes RI,2013 adalah :

1. Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau berat badan tidak naik dengan

adekuat atau tidak naik dalam I bulan setelah diberikan upaya perbaikan gizi

yang baik.

2. Demam lama (≥ 2 minggu ) dan / berulang tanpa sebab yang jelas. Demam

umumnya tidak tinggi. Keringat malam saja bukan merupakan gejala spesifuk

pada TB anak apabila tidak disertai dengan gejala- gejala sistemik lainnya.
3. Batuk lama ≥ 3 minggu

4. Nafsu makan tidak ada, atau berkurang, disertai dengan gagal tumbuh

5. Malaise, anak kurang aktif bermain.

6. Diare persisten/ menetap yang tidak sembuh dengan pengobatan baku diare.

E. PATOFISIOLOGI

Tempat masuknya kuman M.TB adalah saluran pernafasan. Kebanyakan

infeksi TB terjadi melalui udara, yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung

kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi TB. Infeksi TB

dikendalikan oleh respon imunitas yang diperantarai oleh sel. Sel fektornya adalah

limfosit ( biasanya sel T ) dan makrofag (Price, 2006). Individu yang rentan dan

menghirup basil tuberkulosis akan mudah terinfeksi. Bakteri dapat berpindah

melalui jalan nafas ke alveoli, tenpat berkumpulnya bakteri tersebut dan

berkembangbiak. Basil tersebut juga dapat berpindah melalui sistem linfe dan

aliran darah ke bagian tubuh lainya seperti ginjal, tulang, korteks serebri, dan

lobus atas paru-paru.

Sistem imun tubuh hospis berespon dengan melakukan reaksi inflamsi.

Fagosit (neutropil dan makrofag) memakan banyak bakteri, limfosit spesifik

bakteri tuberkulosismelisis basil dan jaringan normal. Reaksijaringan ini

mengakibatkan penumpukan eksudat dalam alveoli, menyebabkan

bronkopneumonia. Infeksi awal biasanya terjadi 2-10 minggu setelah pemajanan

(Beunner dan Suddarth dalam Smelzert, 2002). Patogenesis tuberkulosis pada

individu imunokompeten yang belum pernah terpajan berfokus pada

pembentukan imunitas seluler yang menimbulkan resistensi


terhadap organisme dan menyebabkan terjadinya hipersensitivitas jaringan

antigen tuberkular antigen tuberkular (Robbins,2007).

Massa jaringan baru yang di sebut dengan granulomas, yang merupakan

gumpalan basil yang masih hidup dan sudah mati. Dikelilingi oleh makrofag

yang membentuk dinding protektif. Granulomas tersebut diubah menjadi massa

jaringan fibrosa. Bagian sentral dari massa fibrosa ini disebut tuberken ghon.

Bahan ( bakteri dan makrofag ) menjadi nekrotik dan membentuk massa seperti

keju. Massa ini dapat mengalami kalsifikasi dan membentuk skar kolagenosa.

PATHWAY
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Beberapa tes digunakan untuk mendiagnosis tuberculosis ( TB ), tergantung

pada jenis dugaan TB

1. TB paru

Diagnose TB paru, bsa sulit dan beberapa tes biasanya diperlukan. Klien

perlu menjalani pemeriksaan sinar- X dada untuk mecari perubahan pada

gambaran infiltrasi paru – paru yang menandakkan TB. Sample dahak akan

sering diperiksa untuk memastikan keberadaan bakteri TB. Tes ini penting

dalam membantu menentukan pengobatan yang paling efekktif.

2. TB ekstrapulmoner

Beberapa tes digunakan untuk mengkonfirmasi diagnosis dugaan TB

ekstrapulmoner ( TB yang terjadi di luar paru – paru ) tes ini meliputi :

a. CT Scan, pemindaian MRI atau pemindaian ultrasound pada bagian tubuh

yang terkena

b. Pemeriksaan bagian dalam tubuh menggunakan endoskopi dapat

dimasukkan melalui mulut atau mellaui sayatan kecil yang dibuat dikulit (

laparoskopi ), jika ada kebutuhan untuk memeriksa bagian tubuh yang

lain

c. Tes urine dan darah

d. Biopsy,sample kecil jaringan atau cairan diambil dari daerah yang terkena

dan diuji untuk baktery TB

e. Fungsi lumbal dengan mengambil sample kecil cairan serebrospinal


(CSF) dari dasar tulang belakang

3. Pengujian untuk TB laten

Dalam beberapa keadaan, dokter perlu melakukan tes untuk memeriksa

TB laten :

a. Tes Mantoux

Tes yang banyak digunakan untuk TB laten. Tes ini melibatkan

penyuntikan sejumlah kecil zat yang disebut tuberculin PPD ke kulit

lengan bawah. Tes ini juga disebut t (tuberculin skn test ( TST ). Jika

sesorang megalami infeksi TB laten, kulit akan sensitif terhadap

tuberculin PPD dan akan muncul indurasi berupa pelebaran lingkaran

dan berwarna kemerahan terasa gatal, biasanya dalam 48 – 72 jam

setelah tes. Jika klien memiliki reaksi kulit yang sangat kuat, mungkin

memerlukan pemeriksaan sinar-X dada untuk memastikan apakah ia

memliki penyakit TB aktif. Jika klien tidak memiliki penyakit TB aktif

jika klien tidak memliki infeksi laten, kult tidak akan bereaksi terhadap

tes montoux.

b. Interferon Gamma Release Assay ( IGRA )

Uji pelepasan gamma interferon (interferon gamma release

assay/IGRA ) adalah tes darah untuk TB. IGRA dapat digunakan untuk

membantu diagnosis TB laten ;

1) Jika klien memiliki tes Mantoux yang positif

2) Jika sebelumnya klien telah mendapatkan vaksinasi BCG


3) Sebagi bagian dari skrining TB, jika klien pindah dari sebuah Negara

4) Jika klien akan memiliki perawaan yang berpengaruh terhadap

system kekebalan tubuh

G. KOMPLIKASI

Penyakit TB paru bisa menimbulkan komplikasi, yaitu menyerang

beberapa organ vital tubuh, diantaranya:

1. Tulang

TBC tulang ini bisa disebabkan oleh bakteri TBC yang mengendap di

paru-paru, lalu terjadi komplikasi danmasuk ke tulang. Atau bisa juga

bakteri TBC langsung masuk ke tulang lewat aliran darah dari paru-paru.

Waktu yang dibutuhkan bakteri untuk masuk dan merusak tulang bervariasi.

Ada yang singkat, tapi ada pula yang lama hingga bertahun-tahun. Bakteri

TBC biasanya akan berkembang biak dengan pesat saat kondisi tubuh yang

lemah, misalnya selagi anak terkena penyakit berat. Saat itu kekebalan tubuh

menurun, sehingga bakteri pun leluasa menjalankan aksinya.

Bagian tulang yang biasa diserang bakteri TBC adalah sendi panggul,

panggul dan tulang belakang. Gangguan tulang belakang bisa terlihat dari

bentuk tulang belakang penderita. Biasanya tidak bisa tegak, bisa miring ke

kiri, ke kanan atau ke depan. Sendi panggul yang rusak pun membuat

penderita tidak bisa berjalan dengan normal. Sedangkan pada ibu hamil,

kelainan panggul membuat tidak bisa melahirkan secara normal. Jika

kelainan masih ringan, upaya pemberian obat-obatan dan operasi bisa


dilakukan. Lain halnya jika berat, tindakan operasi tidak bisa menolong

karena sendi atau tulang sudah hancur. Penderita bisa cacat seumur hidup.

2. Usus

TBC usus bisa timbul karena penderita mengkonsumsi

makanan/minuman yang tercemar bakteri TBC. Bakteri ini bisa

menyebabkan ganguan seperti penyumbatan, peyempitan, bahkan

membusuknya usus. Ciri penderita TBC usus antara lain anak sering muntah

akibat penyempitan usus hingga menyumbat saluran cerna.

3. Otak

Gejala orang yang terkena radang selaput otak, seperti panas tinggi,

gangguan kesadaran, kejang-kejang, juga penyempitan sel-sel saraf di otak.

Ketika sel-sel sarafnya rusak, kemungkinan penderita tidak bisa kembali ke

kondisi normal.

4. Ginjal

TBC bisa menyerang ginjal dan mengakibatkan proses pembuangan

racun tubuh akan terganggu. Gejala yang mungkin terjadi diantaranya mual

muntah, nafsu makan menurun, sakit kepala, lemah dan sejenisnya.

H. PENATALAKSANAAN KLINIS

1. Diagnosis TB Anak

Dalam menegakkan diagnosis TB anak, semua prosedur diagnostik dapat

dilaksanakan, namun apabila dijumpai keterbatasan sarana diagnostik, dapat

menggunakan suatu pendekatan lain yang dikenal sebagai sistem skoring.


Sistem skoring tersebut dikembangkan diuji coba melalui tiga tahap penelitian

oleh para ahli yaitu IDAI, Kemenkes dan didukung oleh WHO. Penilaian/

pembobotan pada sistem skoring dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Parameter uji tuberkulin dan kontak erat dengan pasien TB

menular mempunyai nilai tertinggi 3

b. Uji tuberkulin bukan merupakan penentu utama untuk menegakkan

diagnosis TB pada anak dengan menggunakan sistem skoring.

c. Pasien dengan jumlah skor ≥6 harus ditatalaksana sebagai pasien

TB dan mendapat OAT.

Tabel Sisten skoring gejala dan pemeriksaan TB anak di

Fasyankes
2. Penatalaksaan Medis

Pengobatan TB pada anak diberikan dalam bentuk kombinasi minimal

tiga macam obat untuk mencegah terjadinya resistensi obat dan untuk

membunuh kuman intraseluler dan ekstraseluler. Lamanya pengobatan TB

pada anak 6-12 bulan, pemberian obat jangka panjang ini bertujuan untuk

membunuh kuman serta mengurangi kemungkinan terjadinya kekambuhan.

Pengobatan TB pada anak dibagi dalam dua tahap :

a. Tahap Intensif

Selama 2 bulan pertama, diberikan minimal tiga regimen obat

tergantung hasil pemeriksaan bakteriologis dan berat ringannya penyakit.

b. Tahap Lanjutan

Selama 4-10 bulan selanjutnya Tahap Lanjutan, selama 4-10

bulan selanjutnya, tergantung hasil pemeriksaan bakteriologis dan berat

ringannya penyakit. Selama tahap intensif dan lanjutan, OAT pada anak

diberikan setiap hari untuk mengurangi ketidakteraturan minum obat yang

lebih sering terjadi jika obat tidak diminum setiap hari.

3. Penatalaksanaan Keperawatan

Tindakan yang dapat dilakukan pada pasien TBC dengan masalah

bersihan jalan napas tidak efektif yaitu latihan batuk efektif, napas dalam dan

pengaturan posisi (semi atau high fowler).


I. PROSES ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Pengkajian adalah pendekatan sistemik untuk mengumpulkan data dan

menganalisa, sehingga dapat diketahui kebutuhan perawatan pasien tersebut.

Langkah- langkah dalam pengkajian meliputi pengumpulan data, analisa dan

sintesa data serta perumusan diagnosa keperawatan. Pengumpulan data akan

menentukan kebutuhan dan masalah kesehatan atau keperawatan yang

meliputi kebutuhan fisik, psikososial dan lingkungan pasien. Sumber data

didapatkan dari pasien, keluarga, teman, team kesehatan lain, catatan

pasien dan hasil pemeriksaan laboratorium. Metode pengumpulan

data melalui observasi (yaitu dengan cara inspeksi, palpasi, auskultasi,

perkusi), wawancara (yaitu berupa percakapan untuk memperoleh data yang

diperlukan), catatan (berupa catatan klinik, dokumen yang baru maupun

yang lama), literatur (mencakup semua materi, buku-buku, masalah dan surat

kabar).

Pengumpulan data pada kasus kejang demam ini meliputi :

a. Biodata/Identitas

Biodata anak mencakup nama, umur, jenis kelamin.Biodata orang

tua perlu dipertanyakan untuk mengetahui status sosial anak meliputi

nama, umur, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan,

alamat.
b. Anamnesis

Tanyakan kepada klien:

1) Apakah klien mengalami batuk selama lebih dari 3 minggu?

2) Apakah klien mengalami demam?

3) Apakah klien mengalami sesak napas dan batuk bersputum?

4) Apakah klien mengalami batuk berat diiringi dengan keluarnya darah

atau batuk berdahak?

5) Apakah klien mengalami turunnya nafsu makan atau nafsu makan

berkurang?

c. Keluhan utama

1) Demam : Subfebris, febris (40-41 derajat celcius) hilang timbul

2) Batuk : terjadi karena adanya iritasi pada bronkus, batuk ini terjadi

untuk membuang/mengeluarkan produksi radang yang dimulai dari

batuk kering sampai dengan batuk purulent (menghasilkan sputum)

3) Sesak nafas : bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai

setengah paru-paru

4) Keringat malam

5) Nyeri dada : jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang

sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.

6) Perlu ditanyakan dengan siapa pasien tinggal, karena biasanya

penyakit ini muncul bukan karena sebagai penyakit keturunan tetapi

merupakan penyakit infeksi menular.


d. Riwayat penyakit sekarang

Riwayat penyakit sekarang meliputi keluhan atau gangguan yang

berhubungan dengan penyakit yang dirasakan saat ini. Dengan adanya

sesak nafas, batuk, nyeri dada, keringat malam, nafsu makan menurun,

dan suhu badan meningkat mendorong penderita untuk melakukan

pengobatan.

e. Riwayat penyakit dahulu

Keadaan atau penyakit yang pernah diderita oleh penderita yang

mungkin sehubungan dengan TB paru antara lain ISPA efusi pleura serta

TB paru yang kembali aktif, selain itu bisa juga karena:

1) Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh

2) Pernah berobat tetapi tidak sembuh

3) Pernah berobat tetapi tidak teratur

4) Riwayat kontak dengan penderita TB paru

5) Daya tahan tubuh yang menurun

6) Riwayat vaksinasi yang tidak teratur

f. Riwayat penyakit keluarga

Biasanya pada keluarga pasien ditemukan ada yang menderita TB

paru. Biasanya ada keluarga yang menderita penyakit keturunan seperti

Hipertensi, Diabetes Melitus, jantung dan lainnya.


g. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum

Kesadaran biasanya compos mentis, pasien tampak dengan wajah

meringis, menangis, merintih, meregang, dan menggeliat.

2) Sistem pernafasan

a) Palpasi

Palpasi trakea, ada atau tidak pergeseran trakea. Biasanya

posisi trakea ke arah berlawanan dari sisi sakit karena disertai

adanya efusi pleura masif dan peunmothoraks.

b) Perkusi

Pada pasien dengan TB paru minimal tanpa komplikasi,

biasanya akan didapatkan bunyi resonan atau sonor pada seluruh

lapang paru. Pada pasien dengan TB paru yang disertai

komplikasi seperti efusi pleura akan didapatkan bunyi redup

sampai pekak pada sisi yang sakit sesuai banyaknya akumulasi

cairan dirongga pleura. Apabila disertai pneumothoraks, maka

didapatkan bunyi hipperesonan terutama jika pneumothoraks

ventil yang mendorong posisi paru ke sisi yang sehat.

c) Ausklutasi

Pada pasien dengan TB paru didapatkan sura bunyi napas

tabmbahan ronchi pada sisi yang sakit. Penting bagi perawat

pemeriksa untuik mendokumentasikan hasil auskultasi di daerah


mana didapatkan bunyi ronchi. Bunyo yang terdengar melalui

stetoskop ketika klien berbicara disebut sebagai resonan vokal.

Pasien denagn TB paru yang disertasi komplikasi seperti efusi

pleura dan penumothoraks akan didapatkan penurunan resonan

vokal pada sisi yang sakit

3) Sistem pencernaan

Kaji pasien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan

nafsu makan dan penurunan berat badan.

4) Sistem muskuloskeletal

Aktivitas sehari-hari berkurang banyak pada klien TB paru.

Gejala ang muncul antara lain kelelahan, insomnia, pola hidup

menetap dan jadwal olahraga menjadi tak teratur.


2. Masalah Keperawatan dan Data Penunjang

N
Data Senjang Etiologi Masalah Keperawatan
O
1. DS : Mikrobakterium tuberkulosa Gangguan Pertukaran Gas
1. Dispnea 
2. Pusing
3. Penglihatan kabur Droplet infection

DO :
Masuk lewat jalan napas
1. PCO2
meningkat/menurun

2. PO2 menurun
3. Takikardia Menempel pada paru
4. pH arteri 
meningkat/menurun
5. bunyi napas tambahan Menetap di jaringan paru
6. sianosis 
7. diaforesis
8. gelisah Terjadi proses peradangan

9. napas cuping hidung


10. pola napas abnromal 
11. warna kulit abnormal
kesadaran menurun
Tumbuh dan berkembang di
sitoplasma makrofag

Sarang primer/afek primer (focus


ghon)

Dibersihkan oleh makrofag


Menyebar ke organ lain (paru,


saluran pencernaan, tulang) melalui
media (bronchogen,
percontinuitum, hematogen,
limfogen)

Pertahanan primer tidak adekuat

Pembentukan tuberkel

Kerusakan membran alveolar


Menurunnya permukaan efek paru


Alveolus

Alveolus mengalami konsilidasi


Gangguan pertukaran gas

2. DS : Mikrobakterium tuberkulosa Bersihan Jalan Napas Tidak


1. Dispnea  Efektif
2. Sulit bicara
3. Ortopnea Droplet infection

DO :
Masuk lewat jalan napas
1. Batuk tidak efektif

2. Tidak mampu batuk
3. Sputum berlebih
Menempel pada paru
4. Mengi, wheezing dan/atau

ronchi kering
5. Mekonium di jalan napas Menetap di jaringan paru
(pada neonatus) 
6. Gelisah
7. Sianosis Terjadi proses peradangan
8. Bunti napas menurun 
9. Frekuensi napas berubah
10. Pola napas berubah Tumbuh dan berkembang di
sitoplasma makrofag

Sarang primer/afek primer (focus


ghon)

Dibersihkan oleh makrofag


Menyebar ke organ lain (paru,


saluran pencernaan, tulang) melalui
media (bronchogen,
percontinuitum, hematogen,
limfogen)

Pertahanan primer tidak adekuat


Pembentukan tuberkel

Kerusakan membran alveolar


Pembentukan sputum berlebih


Bersihan jalan napas tidak efektif

3. DS : Mikrobakterium tuberkulosa Hipertermia



DO :
1. Suhu tubuh di atas nilai Droplet infection

normal 
2. Kulit merah
Masuk lewat jalan napas
3. Kejang

4. Takikardia
5. Takipnea
Menempel pada paru
6. Kulit terasa hangat

Menetap di jaringan paru


Terjadi proses peradangan


Pengeluaran zat pirogen


Mempengaruhi hipothalamus

Mempengaruhi sel point

Hipertermia

4. DS : Mikrobakterium tuberkulosa Defisit Nutrisi


1. Cepat kenyang steelah 
makan
2. Keram atau nyeri Droplet infection
abdomen 
3. Nafsu makan menurun
Masuk lewat jalan napas

DO : 
1. Berat badan menurun
Menempel pada paru
minimal 10 persen di

bawah rentang ideal
2. Bising usus hiperaktif
Menetap di jaringan paru
3. Otot pengunyah lemah

4. Otot menalan lemah
5. Membran mukosa pucat Terjadi proses peradangan
6. Sariawan 
7. Serum albumin turun
8. Rambut rontok berlebih Tumbuh dan berkembang di
9. Diare sitoplasma makrofag

Sarang primer/afek primer (focus


ghon)

Dibersihkan oleh makrofag


Menyebar ke organ lain (paru,


saluran pencernaan, tulang) melalui
media (bronchogen,
percontinuitum, hematogen,
limfogen)

Radang tahunan di bronkus


Berkembang menghancurkan
jaringan ikat sekitar

Bagian tengah nekrosis


Membentuk jaringan keju


Sekret keluar saat batuk


Batuk terus menerus


Batuk berat

Distensi abdomen

Mual, muntah

Intake nutrisi kurang


Defisit nutrisi

5. Faktor Risiko : Mikrobakterium tuberkulosa Risiko Infeksi


1. Faktor kronis (mis. 
Diabetes mellitus,
2. efek prosedur invasif, Droplet infection

3. malnutrisi, 
4. peningkatan paparan
Masuk lewat jalan napas
organisme patogen

lingkungan,
5. ketidakadekuatan
Menempel pada paru
pertahanan tubuh primer

(gangguan peristaltik,
kerusakan integritas kulit, Menetap di jaringan paru
perubahan sekresi pH, 
penurunan kerja siliaris,
ketuban pecah lama, Terjadi proses peradangan
ketuban pecah sebelum
waktunya, merokok, 
status cairan tubuh
6. ketidakadekuatan Tumbuh dan berkembang di

pertahanan tubuh sitoplasma makrofag

sekunder (penurunan 
hemogoblin,
Sarang primer/afek primer (focus
imununosupresi,
ghon)
leukopenia, supresi

respons inflasi, vaksinasi
tidak adekuat)
Dibersihkan oleh makrofag

Menyebar ke organ lain (paru,


saluran pencernaan, tulang) melalui
media (bronchogen,
percontinuitum, hematogen,
limfogen)

Radang tahunan di bronkus


Berkembang menghancurkan
jaringan ikat sekitar

Bagian tengah nekrosis


Membentuk jaringan keju


Sekret keluar saat batuk


Batuk terus menerus


Droplet infection

Terhirup orang lain

Risiko infeksi

3. Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi perfusi, perubahan membran alveolus kapiler.

b. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d spasme jalan napas, hipersekresi jalan napas, disfungsi neuromuskuler,

benda asing dalam jalan napas, adanya jalan napas buatan, sekresi yang tertahan, hiperflasia dinding jalan napas,

proses infeksi, respons alergi.

c. Hipertermia b.d dehidrasi, terpapar lingkungan panas, proses penyakit, ketidaksesuain pakaian dengan suhu

lingkungan, peningkatan laju metabolisme, respons trauma, aktivitas berlebih.

d. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan, ketidakmampuan mencerna makanan, ketidakmampuan

mengabsorpsi nutrien, peningkatan kebutuhan metabolisme, faktor ekonomi dan faktor psikologis.

e. Risiko infeksi
4. Intervensi Keperawatan

Hari/tanggal No DX kep TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

Kamis 18- 1 Setelah dilakukan tindakan Intervensi Utama


Observasi
keperawatan selama 3x24 Pemantauan Respirasi
08-2022 1. Untuk mengetahui apakah ada
jam diharapkan pertukaran a. Observasi
peningkatan respirasi
gas meningkat, dengan 1. Monitor frekuensi, irama,
2. Untuk mengetahui normal atau
kriteria hasil: kedalaman dan upaya
tidaknya pernafasan, atau untuk
1. Dispnea menurun napas
mengetahi ada tidaknta suara
2. Pusing menurun 2. Monitor pola napas
tambahan
3. Penglihatan kabur 3. Monitor kemampuan
3. Untuk menghindari sumbatan
menurun batuk efektif
jalan nafas
4. PCO2 membaik 4. Monitor adanya produksi
5. PO2 membaik sputum Terapeutik
6. Takikardia 5. Monitor adanya sumbatan 1. Untuk memastikan pengetahuan
membaik jalan napas pasien
7. pH arteri membaik 6. Auskultasi bunyi napas 2. Untuk memberikan memberikan
8. bunyi napas 7. Monitor saturasi oksigen pengetahuan yang actual pada
tambahan menurun b. Terapeutik pasien
9. sianosis membaik 1. Atur interval pemantauan
10. diaforesis menurun respirasi sesuai kondisi Edukasi
11. gelisah menurun pasien
1. Supaya pasien tau tujuan dari
12. pola napas 2. Dokumentasikan hasil
prosedur pemantauan
membaik pemantauan
13. napas cuping c. Edukasi
hidung menurun 1. Jelaskan tujuan dan
14. warna kulit prosedur pemantauan
membaik
15. tingkat kesadaran Intervensi Pendukung
meningkat 1. Edukasi Fisioterapi Dada
2. Pemberian Obat
Kamis 18- 2 Setelah dilakukan tindakan Intervensi Utama Latihan batuk efektif
keperawatan selama 3x24 Latihan Batuk Efektif
08-2022
jam diharapkan bersihan a. Observasi Observasi

jalan napas meningkat, 1. Identifikasi kemampuan


1. Untuk mengetahui tingkat
dengan kriteria hasil: batuk
1. Batuk efektif 2. Monitor adanya retensi keparahan / beratnya batuk

meningkat sputum 2. Untuk mengetahui ada atau


2. Produksi sputum 3. Monitor tanda dan gejala
tidaknya sputum
menurun infeksi saluran napas
3. Untuk mengetahui apakah
3. Mengi menurun 4. Monitor input dan output sudah terjadi infeksi atau
4. Wheezing menurun cairan
tidaknya , untuk mengetahui
5. Dispnea menurun b. Terapeutik
seberapa parah infeksi yang di
6. Ortopnea menurun 1. Atur posisi semi fowler
7. Sulit bicara atau fowler derita pasien
menulun 2. Pasang perlak dan
4. Untuk mengetahui balance
8. Sianosis menurun bengkok di pangkuan
cairan
9. Gelisah menurun pasien
10. Frekuensi napas 3. Buang sekret pada tempat Terapeutik
membaik sputum
11. Pola napas c. Edukasi 1. Untuk melancarkan jalan nafas

membaik 1. Jelaskan tujuan dan 2. Untuk mempermudah pasie saat


prosedur batuk efektif
membuang sputum
2. Anjurkan tarik napas
dalam melalui hidung 3. Untuk menjaga five moment

selama 4 detik, ditahan savety, menghindari infeksi


selama 2 detik, kemudian
Edukasi
keluarkan dari mulut
dengan bibir mencucu 1. Untuk memberikan
(dibulatkan) selama 8
pengetahuan kepada pasien dan
detik untuk memastikan seberapa
3. Anjurkan mengulangi
jauh pengetahuan pasien
tarik napas dalam hingga
2. untuk mengetahui pernafasan
3 kali
4. Anjurkan batuk dengan melalui perut atau dada
kuat langsung setelah
3. untuk mengetahui apakah lancar
tarik napas dalam yang
atau tidaknya jalan nafas
ketiga
d. Kolaborasi 4. untuk mengeluarkan sputum
1. Kolaborasi pemberian
secara spontan
mukolitik atau
Kolaborasi
ekspektoran, jika perlu

1. untuk membantu mengeluarkan


Intervensi Pendukung
1. Dukungan Kepatuhan sputum dengan obat-obatan

Program Pengobatan sesuai indikasi yang diberikan


2. Edukasi Fisioterapi Dada
Kamis 18- 3 Setelah dilakukan tindakan Intervensi Utama Manajemen Hipertermia
keperawatan selama 3x24 Manajemen Hipertermi
08-2022 Observasi
diharapkan termoregulasi a. Observasi
membaik, dengan kriteria 1. Identifikasi penyebab 1. Mengetahui suhu tubuh pasien
hasil: hipertermi
2. Untuk menghindari perburukan
1. Menggigil menurun 2. Monitor suhu tubuh
kondisi pasien
2. Kulit merah 3. Monitor kadar elektrolit
menurun 4. Monitor haluaran urine 3. Untuk menghindari perburukan
3. Kejang menurun 5. Monitor komplikasi akibat
kondisi pasien
4. Suhu tubuh hipetermi
Terapetik
membaik b. Terapeutik
5. Suhu kulit membaik 1. Sediakan lingkungan yang
1. Untuk menjaga suhu tubuh pasien
dingin
2. Longgarkan atau lepaskan agar tidak hipertermia

pakaian 2. Untuk menjaga suhu tubuh pasien


3. Basahi dan kipasi
agar tidak hipertermia
permukaan tubuh
4. Berikan cairan oral 3. Untuk menjaga suhu tubuh pasien

c. Edukasi agar tidak hipertermia


1. Anjurkan tirah baring
4. Untuk menjaga suhu tubuh pasien
d. Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian agar tidak hipertermia

cairan dan elektrolit


intravena, jika perlu Edukasi

1. Untuk menghindari terjadinya


Intervensi Pendukung
1. Edukasi Analgesia Terkontrol hipertermia pada pasien

2. Kompres Dingin
3. Manajemen Cairan
Jum’at 19- 4 Setelah dilakukan tindakan Intervensi Utama Manajemen Nutrisi
keperawatan selama 3x24 Manajemen Nutrisi
08-2022 Observasi
jam diharapkan status a. Observasi
1. Untuk mengetahui status nutrisi
nutrisi membaik, dengan 1. Identifikasi status nutrisi
kriteria hasil: 2. Identifikasi alergi dan pasien
1. Perasaaan cepat intoleransi makanan
2. Untuk mengetahui apakah
kenyang menurun 3. Identifikasi makanan yang
makanan yang ditolak oleh tubuh
2. Nyeri abdomen disukai
menurun 4. Monitor berat badan pasien
3. Nafsu makan 5. Monitor asupan makanan
3. Untuk membantu pasien
membaik b. Terapeutik
memenuhi nutrisi dengan makanan
4. Berat badan 1. Lakukan oral hygiene
membaik sebelum makan, jika perlu yang disukai
5. Bising usus 2. Fasilitasi menentukan
4. Untuk memberikan kalori dan
membaik pedoman diet nutrien sesuai kebutuhan pasien
6. Kekuatan otot 3. Memberikan makanan
5. Untuk membantu memenuhi
mengunyah tinggi serat untuk
nutrisi klien, jika tidak bisa secara
meningkat mencegah konstipasi
7. Kekuatan otot 4. Berikan makanan tinggi langsung
menelan meningkat kalori dan tinggi protein
6. Untuk mengetahui jumlah
8. Membran mukosa 5. Berikan suplemen
makanan dan nutrisi yang masuk
membaik makanan, jika perlu
9. Sariawan menurun c. Edukasi ke tubuh pasien
10. Serum albumin 1. Anjurkan posisi duduk,
7. Untuk mengetahui apakah pasien
meningkat jika mampu
mengalami penurunan berat badan
11. Rambut rontok 2. Ajarkan diet yang
menurun diprogramkan 8. Untuk menentukan diagnosa medis
12. Diare menurun d. Kolaborasi
pasien
1. Pemberian medikasi
Terapeutik
sebelum makan, jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli
1. Untuk membuat pasien nyaman
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis 2. Untuk memenuhi nutrisi pasien

nutrien yang dibutuhkan, 3. Untuk menambah nafsu makan


jika perlu pasien

4. Untuk melancarkan pencernaan


Intervensi Pendukung
1. Dukungan Kepatuhan pasien

Porgram Pengobatan 5. Untuk menambah nafsu makan


2. Edukasi Diet
pasien

6. Untuk memandirikan pasien

Kolaborasi

1. Untuk terapi farmakologis

Untuk memenuhi nutrisi pasien

Jum’at 19- 5 Setelah dilakukan tindakan Intervensi Utama Pencegahan infeksi


keperawatan selama 3x24 Pencegahan Infeksi Observasi
08-2022
jam diharapkan tingkat a. Observasi 1. Untuk mengetahui kondisi pasien
infeksi menurun, dengan 1. Monitor tanda dan gejala saat ini
kriteria hasil: infeksi lokal dan sistemik Terapeutik
1. Kebersihan tangan b. Terapeutik 1. Untuk memberikan rasa
meningkat 1. Batasi jumlah pengunjung nyaman pada pasien
2. Kebersihan badan 2. Berikan perawatan kulit 2. Untuk membantu proses
meningkat pada area edema regu;asi pada suhu tubuh
3. Nafsu makan 3. Cuci tangan sebelum dan 3. Bertujuan untuk menjadi sehat
meningkat sesudah kontak dengan saat perilaku dan pelayann
4. Demam menurun pasien dan lingkungan 4. Untuk mencegah masuknya
5. Kemerahan pasien mikroorganisme kedalam tubuh
menurun 4. Pertahankan teknik yang kemungkinan besar akan
6. Nyeri menurun aseptik pada pasien menyebabkan infeksi
7. Bengkak menurun berisiko tinggi Edukasi
8. Sputum berwarna c. Edukasi 1. Supaya pasien dapat memahami
hijau menurun 1. Jelaskan tanda dan gejala tentang infeksi
9. Kadar sel darah infeksi 2. Supaya pasien terhindar dari
putih membaik 2. Ajarkan cara mencuci infeksi
10. Kultur darah tangan dengan benar 3. Untuk membudahkan pasien
membaik 3. Ajarkan etika batuk dalam mengeluarkan secret
11. Kultur sputum 4. Ajarkan cara memeriksa 4. Untuk memenuhi kebutuhan
membaik kondisi luka atau luka pasien
operasi 5. Untuk memenuhi kebutuhan
5. Anjurkan meningkatkan cairan pada pasien
asupan nutrisi Kolaborasi
6. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan 1. Untuk membuat imun seseorang
d. Kolaborasi
kebal terhadap suatu penyakit
1. Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu

Intervensi Pendukung
1. Dukungan Pemeliharaan
Rumah
2. Manajemen Nutrisi
3. Pemberian Obat

5. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah tahap keempat dari proses keperawatan dimana perawat memberikan

intervensi keperawatan langsung dan tidak langsung terhadap klien serta mencatat tindakan perawatan dan respon klien

terhadap tindakan tersebut (Potter & Perry, 2009). Implementasi yang dilakukan perawat pada pasien anak dengan tb

paru berupa pemantauan respirasi, latihan batuk efektif, manajemen hipotermia, manajemen nutrisi, pencegahan infeksi,

pemberian obat dan memberikan dukungan psikologis kepada orang tua.


6. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan tahap kelima dari proses keperawatan yang memungkinkan perawat untuk menentukan

apakah intervensi keperawatan telah berhasil meningkatkan kondisi klien. Evaluasi eliputi dua komponen yaitu

penilaian kondisi atau situasi dan penilaian adanya perubahan. Keberhasilan tindakan keperawatan pada anak dengan tb

paru dinilai dari kestabilan tanda-tanda vital, kestabilan napas, batuk efektif, dan nutrisi yang adekuat.
DAFTAR PUSTAKA

Barus, Sadaukur. 2021. Metode Pembelajaran.


PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP PPNI
Depkes RI. 2010. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkolosis. Jakarta :
Gerdunas TB. Edisi 2 hal 4-6
Soemantri A. 2008. Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Kencan Prenada Media Group
Naga S. Sholeh 2014, Paduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam, Penerbit Diva
Press, yogyakarta
Andra F.S & Yessie M.P 2013, Keperawatan Medikal Bedah, Penerbit Nuha
Medika, Yogyakarta
Muttaqin Arif 2009. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Pernafasan , Penerbit Salemba Medika, Jakarta.
A. Price Sylvia, M. Lorainne Wilson 2012, Patofisiologis: Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit, edisi ke 6, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta
Aru Sudoyono W, Dkk 2009, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi ke 5, Penerbit
Buku Kedokteran, Internal Publishing, Jakarta.
Dr.Widyono, 2011. Penyakit Tropis: epidemiologi, penularan, pencegahan &
Pemberantasannya, edisi ke 2, Penerbit Erlangga, Jakarta.
A. Alimul Aziz Hidayat, 2009. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Penerbit
Salemba Madika, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai