Anda di halaman 1dari 7

Tuberkulosis

1. Definisi
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
TB dan dapat merusak paru-paru manusia atau bagian tubuh lainnya dan mengakibatkan
sakit parah. Sampai saat ini, diagnosis penyakit TB disebabkan oleh infeksi kuman yaitu
mycobcterium tuberculosis. TB merupakan masalah kesehatan baik dari segi morbiditas
maupun mortalitas yang sampai saat ini masih menjadi salah satu penyebab kematian
tertinggi bagi manusia.
Penyakit TB merupakan penyakit infeksius yang utamanya menyerang penyakit
parenkim paru. Nama tuberkulosis berasal dari tuberkel yang berarti tonjolan kecil dan
keras yang terbentuk ketika sistem kekebalan membangun tembok mengelilingi bakteri
dalam paru (http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1362/4/BAB%20II.pdf). Bakteri
mycobacterium tuberculosis yang menjadi penyebab penyakit infeksius ini berbentuk
basil dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Basil Tahan Asam (BTA)
(http://repository.unimus.ac.id/1129/3/BAB%202.pdf).
Bakteri mycobacterium tuberculosis pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada
1882 dan bakteri tersebut diberi nama basil Koch sesuai dengan penemunya. TB paru
terutama menyerang paru-paru sebagai tempat infeksi primer, selain itu tuberculosis juga
dapat menyerang kulit, kelenjar limfe, tulang, hingga selaput otak
(https://core.ac.uk/download/pdf/292076627.pdf).
Infeksi TB dan penyakit TB memiliki perbedaan. Infeksi TB merupakan kuman TB
yang berada di dalam tubuh tetapi ‘tidak aktif’ yang pada umumnya bisa dikendalikan
oleh ketahanan tubuh, namun kumannya tetap dapat hidup dalam keadaan tidak aktif
tersebut. Sedangkan penyakit TB, kuman TB yang ‘tidak aktif’ dapat menjadi ‘aktif’
ketika ketahanan tubuh seseorang melemah
(https://www.health.nsw.gov.au/Infectious/tuberculosis/Documents/Language/factsheet-
ind.pdf).
2. Cara Penularan
Penularan TB biasanya melalui droplet infection. Karena infeksi secara inhalasi, maka
hanya droplet nuklei yang kecil (1-5 mikron) yang dapat melalui dan menembus sistem
mukosilier saluran pernapasan untuk dapat mencapai bronkiolus dan alveolus
(https://spesialis1.ika.fk.unair.ac.id/wp-content/uploads/2017/03/RS13_TB-Paru-Q.pdf).
Terjadinya penularan penyakit TB ketika seorang penderita TB berbicara, meludah,
batuk, atau bersin, lalu kuman-kuman TB yang berada didalam paru-parunya menyebar
ke udara. Setelah itu, kuman tersebut dapat dihirup oleh orang lain yang berada di sekitar
penderita tersebut (http://www.perdoki.or.id/pdf/32.pdf).
Berdasarkan Pedoman Nasional Tuberkulosis Kemenkes RI tahun 2014, penularan
TB terjadi dengan cara:
a) Sumber penularan adalah pasien TB BTA (+) melalui percik renik dahak yang
dikeluarkan. Namun, bukan berarti pasien TB BTA (-) tidak mengandung kuman
dalam dahaknya.
b) Pasien TB BTA (-) juga masih memiliki kemungkinan dalam menularkan penyakit
TB.
c) Infeksi yang terjadi ketika seseorang menghirup udara yang mengandung percik renik
dahak yang infeksius.
d) Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk
percikan dahak. Setiap pasien TB yang batuk, sekali batuk dapat menghasilkan sekitar
3000 percikan dahak.

https://lib.unnes.ac.id/36466/1/6411415141_Optimized.pdf

Bakteri yang disebarkan oleh penderita TB akan berkembangbiak dalam paru-paru


terutama pada orang yang memiliki daya tahan tubuh yang rendh. Tuberkulosis dapat
menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itu, infeksi
tuberkulosis dapat menginfeksi hampir ke seluruh organ tubuh lain, seperti: paru-paru,
otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, dan kelenjar getah bening. Meski demikian,
organ tubuh yang paling sering terkena adalah paru-paru (Sardina, 2011)
(http://repositori.uin-alauddin.ac.id/11438/1/MULI%20REZKY%2070200113122.pdf).

3. Gejala
Untuk menentukan tentang penderita tuberkulosis dengan baik, maka harus dikenali
tanda dan gejalanya. TB dapat menyerang bagian tubuh mana pun, namun paru-paru
merupakan bagian yang paling sering dan menjadi bagian awal penyebab gejala penyakit
tersebut. Terdapat pula beberapa gejala TB, antara lain:
 Batuk yang berlangsung lebih dari 3 minggu;
 Demam;
 Berat badan yang turun tanpa sebab;
 Selalu berkeringat di malam hari;
 Mudah lelah;
 Nafsu makan yang berkurang;
 Dahak memiliki bercak darah; atau
 Sakit dan bengkak di bagian tubuh yang terkena, bagi TB yang di luar paru-paru.

https://www.health.nsw.gov.au/Infectious/tuberculosis/Documents/Language/factsheet-
ind.pdf

4. Diagnosis
Berdasarkan hasil anamnesis, diagnosa TB berdasarkan keluhan pasien yang datang
dengan gejala dan tanda penyakit TB. Diagnosis pasti TB adalah ditemukannya M.
Tuberculosis pada kultur dahak. Diagnosis tersebut dapat juga dilakukan dengan adanya
pemeriksaan PCR TB. Namun, pemeriksaan PCR ini belum dapat membedakan TB aktif
atau hanya infeksi TB atau pasca TB. Upaya diagnosis lain dapat dilakukan dengan cara
pemeriksaan uji serologi PAP TB, Myco-dot TB, IgG dan IgM TB, dll. Namun, hingga
saat ini banyak kontroversi mengenai kegunaan uji serologi tersebut dikarenakan uji
serologi hanya mendeteksi adanya kuman M. Tuberculosis saja tanpa dapat menentukan
aktifitasnya.
Namun, diagnosis TB pada anak sulit dilakukan karena terdapat banyak under dan
onerdiagnosed serta under dan overtreatment. Berdasarkan anamnesis didapatkan
keluhan umum yang berupa demam lama tanpa diketahui penyebabnya, berat badan yang
tidak naik dalam jangka waktu tertentu, anoreksia, lesu, dsb. Selain keluhan umum
tersebut, juga terdapat gejala khusus berupa gibbus, atau plikten pada konjungtiva,
bergantung pada organ yang terlibat
(https://spesialis1.ika.fk.unair.ac.id/wp-content/uploads/2017/03/RS13_TB-Paru-Q.pdf).
Untuk diagnosa yang di dalam paru-paru, akan dilakukan potret sinar X yang dapat
menunjukkan apakah penyakit TB sudah mengenai paru paru. Selain itu, akan dilakukan
ujicoba dahak untuk menunjukkan apakah ada kuman TB pada dahak yang keluar.
Namun, jika pasien tersebut tidak dapt mengeluarkan dahak, maka diperlukan adanya
ujicoba lain. Diagnosa yang di luar paru-paru dilakuken dengan ujicoba sepert biopsi
jarum halus, seperti dari luka, pembedahan, atau air seni dini hari yang dapat membantu
diagnosa TB
(https://www.health.nsw.gov.au/Infectious/tuberculosis/Documents/Language/factsheet-
ind.pdf).
Berdasarkan Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis Kementerian Kesehatan
RI tahun 2011, diagnosis tuberkulosis dibagi menjadi tiga, yaitu:
a) Diagnosis TB Paru
 Semua suspek TB diperiksa spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu – pagi
– sewaktu (SPS);
 Diagnosis TB paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB.
Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis
merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain sperti foto toraks, biakan dan uji
kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan
indikasinya;
 Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja.
Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingg
asering terjadi overdiagnosis.
b) Diagnosis TB ekstra paru
 Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya kaku kuduk pada
Meningitit TB, nyeri dada pada TB pleura (Pleuritis), pebesaran kelenjar limfe
superfisialis pada limfadenitis TB dan deformitas tulang belakang (gibbus) pada
spondilitis TB dan lain-lainnya;
 Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan klinis, bakteriologis dan atau
histopatologi yang diambil dari jaringan tubuh yang terkena.
c) Diagnosis TB pada Orang Dengan HIV AIDS (ODHA)
Pada ODHA, diagnosis TB paru dan TB ekstra paru ditegakkan sebagai berikut:
 TB Paru BTA Positif, yaitu minimal satu hasil pemeriksaan dahak positif;
 TB Paru BTA Negatif, yaitu hasil pemeriksaan dahak negatif dan gambaran klinis &
radiologis dan taau histopatologi yang diambil dari jaringan tubuh yang terkena.

http://rspau.ddns.net:8080/perpustakaan/property/uploads/
d8c81b3affec9ce9d840d2a53d26475a.pdf

5. Etiologi
Asal sumber penularan penyakit TB adalah penderita Tuberkulosis BTA positif pada
waktu batuk atau bersin. Penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan
dahak (droplet) yang mengandung kuman. Droplet tersebut dapat bertahan di udara pada
suhu kamar selama beberapa jam. Ketika droplet tersebut terhirup ke dalam saluran
pernapasan maka orang dapat terinfeksi. Setelah kuman tersebut masuk ke dalam tubuh
manusia, kuman tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya melalui sistem
peredaran darah, saluran pernapasan, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh
lainnya. Seseorang terinfeksi Tuberkulosis ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam
udara dan lamanya menghirup udara tersebut
(http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1362/4/BAB%20II.pdf).
Basil TB sangat rentan dengan sinar matahari sehingga dalam beberapa menit saja
akan mati. Basil TB juga akan terbunuh dalam beberapa menit jika terkena alkohol 70%
dan lisol 50%. Basil TB memerlukan waktu 12-24 jam dalam melakukan mitosis, hal ini
memungkinkan pemberian obat secara intermiten (2-3 hari sekali) (Danusantoso, 2012)
(http://repository.unimus.ac.id/1129/3/BAB%202.pdf). TB paru merupakan penyakit
infeksi penting saluran pernafasan. Basil mikrobakterium tersebut masuk kedalam
jaringan paru melalui saluran napas (droplet infection) sampai alveoli, sehingga terjadi
infeksi primer yang dapat menyebar ke kelenjar getah bening dan terbentuklah primer
kompleks (https://core.ac.uk/download/pdf/292076627.pdf).
6. Klasifikasi
Klasifikasi penyakit dan tipe penderita Tuberkulosis dilakukan untuk dapat menetapkan
panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT). Klasifikasi Tuberkulosis yaitu:
a) Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis ini berdasarkan hasil pemeriksaan dahak yang dibagi dalam:
 Tuberkulosis Paru BTA (+) : sekurang-kurangnya 2 pemeriksaan dari 3
spesimen dahak SPS hasilnya BTA (+) atau 1 spesimen dahak SPS
hasilnya (+) dan foto rontgen dada menunjukan gambaran tuberkulosis
aktif.
 Tuberkulosis Paru BTA (-) : pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya
BTA (-) dan foto rontgen dada menunjukan gambaran Tuberkulosis aktif.
b) Tuberkulosis Ekstra Paru
TB ini dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya:
 TBC ekstra-paru ringan : TBC kelenjar limfe, pleuritis eksudativa
unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.
 TBC ekstra-paru berat : meningitis, millier, perikarditis, peritonitis,
pleuritis eksudativa duplex, TBC tulang belakang, TBC usus, TBC saluran
kencing dan alat kelamin.
c) Tipe Penderita
Berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya
 Kasus baru : pasien yang belum pernah mendapatkan pengobatan TB
sebelumnya atau sudah pernah menelan OAT namun kurang dari 1 bulan
(lebih dari 28 dosis)
 Pasien yang pernah diobati TB : pasien yang sebelumnya pernah menelan
OAT selama 1 bulan atau lebih dan diklasifikasikan kembali menjadi
pasien kambuh, pasien yang diobati kembali setelah gagal, pasien yang
diobati kembali setelah putus berobat, pasien yang pernah diobati namun
hasil akhir sebelumnya tidak diketahui, dan pasien yang riwayat
pengobatan sebelumnya tidak diketahui.
d) Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Uji Kepekaan Obat
 Mono Resistan (TB MR) : resistan terhadap salah satu jenis OAT lini
pertama saja.
 Poli Resistan (TB PR) : resistan terhadap lebih dari satu jenis OAT lini
pertama selain Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) secara bersamaan.
 Multi drug resistan (TB MDR) : resistan terhadap Isoniazid (H) dan
Rifampisin (R) secara bersamaan.
 Extensive drug resistan (TB XDR) : TB MDR yang sekaligus juga resistan
terhadap salah satu OAT golongan fluorokuinolon dan minimal salah satu
dari OAT lini kedua jenis suntikan (Kanamisin, Kapreomisin, dan
Amikasin).
 Resistan Rifampisin (TB RR) : resisten dengan rifampisin dengan atau
tanpa resistensi teradap OAT lain yang terdeteksi menggunakan metode
genotip (tes cepat) atau fenotip (konvensional).
e) Berdasarkan status HIV
 Pasien TB dengan HIV positif : dengan hasil tes HIV positif sebelumnya,
atau sedang mendapat ART, atau positif pada saat diagnosis TB
 Pasien TB dengan HIV negatif : dengan hasil TB negatif sebelumnya, atau
negatif pada saat diagnosis TB.
 Pasien TB dengan status HIV tidak diketahui adalah pasien TB tanpa bukti
pendukung hasil tes HIV saat diagnosis TB ditetapkan.

https://lib.unnes.ac.id/36466/1/6411415141_Optimized.pdf
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1362/4/BAB%20II.pdf

http://www.perdoki.or.id/pdf/32.pdf

http://repositori.uin-alauddin.ac.id/11438/1/MULI%20REZKY%2070200113122.pdf

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20430643-S65681-Elvi%20Debora%20P.
%20Panggabean.pdf

http://rspau.ddns.net:8080/perpustakaan/property/uploads/
d8c81b3affec9ce9d840d2a53d26475a.pdf

Anda mungkin juga menyukai