TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
“Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TBC
(Mycobacterium tuberkulosis). Sebagian besar kuman TBC menyerang paru, tetapi dapat juga
“Penyakit Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit infeksi kronis menular yang masih tetap
2004 hlm 1)
2. Gambaran Klinis
Diagnosis tuberkulosis paru dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik,
Gejala klinis tuberkulosis dapat menjadi 2 golongan, yaitu gejala pernapasan dan gejala
sistemik :
- demam
- malaise
- anoreksia
Tuberkulosis juga dapat mengenai ekstraparu dengan keluhan sesuai organ yang terlibat.
Pada praktek klinis dapat ditemukan TB Paru disertai TB ekstraparu, misalnya pada limfadenitis,
efusi pleura, laryngitis, TB milier, spondilitis, meningitis, dll. (Kemenkes RI, 2010 hlm. 11)
3. Diagnosis
sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Bahan untuk pemeriksaan bakteriologi ini dapat
berasal dari dahak, cairan pleura, liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung,
dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS).
1) S (Sewaktu) : dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali. Pada
saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pada pagi hari
kedua.
2) P (Pagi) : dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun tidur. Pot
dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK (Unit Pelayanan Kesehatan).
3) S (Sewaktu) : dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi.
Pada sebagian besar TB Paru, diagnosis terutama ditegakkan dengan pemeriksaan dahak
secara mikroskopis dan tidak memerlukan foto toraks. Namun pada kondisi tertentu pemeriksaan
1) Hanya 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. Pada kasus ini pemeriksaan foto
toraks dada diperlukan untuk mendukung diagnosis TB paru BTA positif (lihat bagan alur)
2) Ketiga specimen dahak hasilnya tetap negative setelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan
sebelumnya hasilnya negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT
3) Pasien tersebut diduga mengalami komplikasi sesak napas berat yang memerlukan penanganan
khusus (seperti pneumotorak, pleuritis eksudativa, efusi perikarditis, atau efusi pleural) dan
pasien yang mengalami hemoptisis berat (untuk menyingkirkan bronkiektasis atau aspergiloma).
dengan prevalensi tuberkulosis yang tinggi, uji tuberculin sebagai alat bantu diagnostic penyakit
kurang berarti pada orang dewasa, tetapi pada anak merupakan salahsatu kriteria untuk
Uji tuberkulin dilakukan untuk melihat seseorang mempunyai kekebalan terhadap basil
TB, sehingga sangat baik untuk mendeteksi infeksi TB. Tetapi uji tuberkulin ini tidak dapat
untuk menentukan M.tb tersebut aktif atau tidak aktif (latent). Oleh sebab itu harus dikonfirmasi
dengan ada tidaknya gejala dan lesi pada foto thorak untuk mengetahui seseorang tersebut
Bagan 2.1
Alur diagnosis TBC
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk
b) Hasil pemeriksaan satu specimen dahak menunjukkan BTA positif dan kelainan radiologi
c) Hasil pemeriksaan satu specimen dahak menunjukkan BTA positif dan biakan positif.
a) Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran klinis dan kelainan
b) Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negative dan biakan M.tuberkulosis positif
Tuberkulosis ekstra paru adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain
paru, misalnya kelenjar getah bening, selaput otak, tulang, ginjal, saluran kemih dan lain-lain.
Diagnosis sebaiknya didasarkan atas kultur positif atau patologi anatomi dari tempat lesi. Untuk
kasus-kasus yang tidak dapat dilakukan pengambilan specimen maka diperlukan bukti klinis
yang kuat dan konsisten dengan TB ekstraparu aktif. (Kemenkes RI, 2010 hal. 13-14)
5. Penularan Tuberkulosis
Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif. Daya penularan seorang pasien
ditentukan banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan
percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut. Pada waktu batuk atau bersin,
pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk
dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan
dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah
percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan
selama beberapa jam dalam keadaan gelap dan lembab. (Depkes RI, 2008 hlm. 5)
Secara teoritis seorang penderita tetap menular sepanjang ditemukan basil TB didalam
sputum mereka. Penderita yang tidak diobati atau yang diobati tidak sempurna dahaknya akan
tetap mengandung basil TB selama bertahun tahun. Tingkat penularan sangat tergantung pada
- Terjadinya aerosolisasi pada saat batuk, bersin, bicara atau pada saat bernyanyi
- Tindakan medis dengan risiko tinggi seperti pada waktu otopsi, intubasi atau pada waktu
melakukan bronkoskopi.
Pemberian OAT yang efektif mencegah terjadinya penularan dalam beberapa minggu
paling tidak dalam lingkungan rumah tangga. Anak-anak dengan TB primer biasanya tidak
Hanya sekitar 10% orang yang terinfeksi kuman mycobacterium tuberculosis akan menjadi
sakit TB. Faktor yang mempengaruhi seseorang menjadi sakit TB adalah daya tahan tubuh yang
Riwayat alamiah pasien TB yang tidak diobati, setelah jangka waktu 5 tahun : 50%
meninggal, 25% akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh yang tinggi, 25% akan menjadi
Angka penjaringan suspek adalah jumlah suspek yang diperiksa dahaknya diantara
100.000 penduduk pada suatu wilayah tertentu dalam 1 tahun. Angka ini digunakan untuk
mengetahui akses pelayanan dan upaya penemuan pasien dalam suatu wilayah tertentu, dengan
Proporsi pasien TB BTA (+) diantara suspek adalah persentase pasien BTA positif yang
ditemukan diantara seluruh suspek yang diperiksa dahaknya. Angka ini menggambarkan mutu
dari proses penemuan sampai diagnosis pasien, serta kepekaan menetapkan kriteria suspek,
c. Proporsi Pasien TB Paru BTA Positif diantara Semua Pasien TB Paru Tercatat.
Adalah persentase pasien Tuberkulosis paru BTA positif diantara semua pasien
Tuberkulosis yang menular diantara seluruh pasien Tuberkulosis paru yang diobati. Angka ini
Proporsi pasien TB anak diantara seluruh pasien TB adalah persentase pasien TB anak
(<15 tahun) diantara seluruh pasien TB tercatat. Angka ini sebagai indikator dalam mendiagnosis
menjadi BTA (-) setelah menjalani masa pengobatan intensif. Angka minimal yang harus dicapai
adalah 80%.
Angka kesembuhan adalah angka yang menunjukkan persentase pasien TB BTA positif
yang sembuh setelah selesai masa pengobatan, diantara pasien TB BTA positif yang tercatat.
Angka notifikasi kasus dalah angka yang menunjukkan jumlah pasien baru yang
ditemukan dan tercatat diantara 100.000 penduduk di suatu wilayah tertentu. Angka ini berguna
untuk menunjukkan trend atau kecenderungan meningkat atau menurunnya penemuan pasien
Cross detection rate adalah persentase jumlah pasien baru BTA positif yang ditemukan
dibanding jumlah pasien baru BTA positif yang diperkirakan ada dalam wilayah tersebut. Target
Angka kesembuhan adalah angka yang menunjukkan persentase pasien TB BTA positif
yang menyelesaikan pengobatan (baik yang sembuh maupun pengobatan lengkap) diantara
pasien TB BTA positif yang tercatat. Dengan demikian angka ini merupkan penjumlahan angka
Kinerja adalah kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk melakukan sesuatu
kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang
diharapkan. Jika dikaitkan dengan performance sebagai kata benda (noun) di mana salah satu
entrinya adalah hasil dari sesuatu pekerjaan (thing done), pengertian performance atau kinerja
adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu
perusahaan sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya
pencapaian tujuan perusahaan secara legal, tidak melanggar hukum dan tidak bertentangan
Kinerja pelayanan merupakan salah satu faktor penting dalam upaya peningkatan kualitas
kesehatan penduduk. Masih rendahnya kinerja pelayanan kesehatan dapat dilihat dari beberapa
indikator seperti proporsi pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, proporsi bayi yang
mendapatkan imunisasi campak, dan proporsi penemuan kasus (Case Detection Rate)
(3) lingkungan. Oleh karena itu, agar mempunyai kinerja yang baik, seseorang harus mempunyai
keinginan yang tinggi untuk mengerjakan serta mengetahui pekerjaannya. Tanpa mengetahui
ketiga faktor ini kinerja yang baik tidak akan tercapai. Dengan kata lain, kinerja individu dapat
dipengaruhi oleh kepuasan kerja. Kepuasan kerja itu sendiri adalah perasaan individu terhadap
pekerjaannya. Perasaan ini berupa suatu hasil penilaian mengenai seberapa jauh pekerjaannya
Menurut Sopiah (2008, hlm. 23) : Kinerja individu dapat dipengaruhi oleh effort (usaha),
1. Effort
Effort adalah usaha individu diwujudkan dalam bentuk motivasi. Motivasi adalah
kekuatan yang dimiliki seseorang dan kekuatan tersebut akan melahirkan intensitas dari
ketekunan yang dilakukan secara sukarela. Semua usaha individu tersebut dilakukan untuk
mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Intensitas adalah jumlah dari usaha pengalokasian
tujuan, atau beberapa usaha untuk mencapai tujuan. Motivasi ada dua macam, yaitu motivasi
2. Ability
Ability individu diwujudkan dalam bentuk kompetensi. Individu yang kompeten memiliki
pengetahuan dan keahlian. Sejak dilahirkan individu dianugerahi Tuhan dengan bakat dan
kemampuan. Bakat adalah kecerdasan alami yang bersifat bawaan. Kemampuan adalah
Lingkungan bisa memiliki dampak yang positif atau sebaliknya, negative. Situasi
lingkungan yang kondusif, misalnya dukungan dari atasan, rekan kerja, sarana dan prasarana
yang memadai dan lain-lain. Situasi lingkungan yang negatif, misalnya suasana kerja yang tidak
nyaman karena sarana dan prasarana yang tidak memadai, tidak ada dukungan dari atasan, teman
Untuk meningkatkan kinerja SDM kesehatan diperlukan pendidikan dan latihan SDM
kesehatan. Pengembangan SDM Kesehatan merupakan kegiatan yang harus dilakukan agar
pengetahuan (knowledge), kemampuan (ability) dan keterampilan (skill) mereka sesuai dengan
Yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah Case Detection Rate yang selanjutnya
disingkat CDR, yang merupakan salah satu indikator penting dalam mengukur keberhasilan dan
Case detection rate adalah presentase jumlah penderita baru BTA positif yang ditemukan
dibanding jumlah penderita baru BTA positif yang diperkirakan ada dalam wilayah tersebut.
CDR menggambarkan cakupan penemuan baru BTA positif pada wilayah tersebut (Depkes RI,
2008).
Rumus :
X 100%
Dalam program penanggulangan TBC, bila 70% dari perkiraan penderita baru yang ada,
dapat ditemukan dan diobati, dengan angka kesembuhan 85% dan didukung angka kesalahan
laboratorium < 5%, maka dalam waktu 5 tahun, jumlah penderita akan berkurang setengahnya
Angka perkiraan nasional penderita baru BTA positif adalah 110/100.000 penduduk
(100-200 per 100.000 penduduk). Target CDR program penanggulangan TBC Nasional adalah
70% (Depkes RI, 2006). Perkiraan angka penderita baru BTA positif di Tasikmalaya dan Jawa
Barat untuk tahun 2010 adalah 107/100.000 penduduk. (P2PL Dinkes Kabupaten Tasikmalaya)
Pencapaian CDR yang dibawah target akan berdampak kepada resiko meningkatnya
kasus baru BTA positif, karena sumber penularan adalah penderita TBC dengan BTA positif.
Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin tinggi resiko penularan penderita
tersebut (Depkes RI, 2008). Diperkirakan setiap 1 penderita BTA positif dalam 1 tahun akan
menulari 10-15 orang yang terdekatnya. Penderita TBC dengan BTA positif yang sifatnya
menular, kalau tidak diobati dalam waktu 5 tahun diperkirakan 50% penderita TBC akan mati,
25% jadi kasus kronik dan tetap menular dan 5% sembuh karena daya tahan tubuh tinggi.
Detection Rate TB Paru BTA (+) adalah : pengetahuan petugas pelaksana, penjaringan
masyarakat.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), yang dimaksud dengan pengetahuan
adalah :
b. Segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal (mata pelajaran).
tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Dalam rangka upaya pengembangan mutu dan kinerja petugas dalam pelaksanaan
diantaranya mengikuti pelatihan khusus yang telah diprogramkan oleh Depkes, supervisi,
monitoring, lokakarya, magang, mengadakan seminar tentang TB untuk petugas dan diskusi
ilmiah. Disamping itu pemerintah telah menerbitkan beberapa referensi tentang pedoman dalam
penanggulangan TBC untuk menemukan kasus baru BTA positif. Penjaringan tersangka
penderita TBC adalah kegiatan penemuan penderita yang dilakukan secara pasif pada mereka
yang dicurigai menderita TBC datang berkunjung ke unit pelayanan kesehatan (Depkes RI,
2008).
Penjaringan secara pasif tersebut didukung dengan penyuluhan secara aktif, baik oleh
petugas kesehatan maupun masyarakat untuk meningkatkan cakupan penemuan tersangka yang
berdampak pada pencapaian target CDR. Cara ini biasa dikenal dengan sebutan promotive case
finding (penemuan penderita secara pasif dengan promosi yang aktif). Disamping itu penjaringan
tersangka dapat dilakukan pada kegiatan luar gedung, misalnya dengan mengadakan
pemeriksaan dahak masal, kegiatan puskesmas keliling dan lain-lain (Depkes RI, 2008).
Menurut Azwar (1985, dalam Mahfoed, 2005) : Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan
sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti tetapi juga mau dan bisa melakukan
suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan. Dengan pengertian seperti ini maka
petugas penyuluh kesehatan selain harus menguasai ilmu komunikasi juga harus menguasai
Kegiatan penyuluhan dalam upaya penemuan penderita baru BTA positif dilaksanakan
sebagai promosi aktif oleh petugas kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran
masyarakat tentang TBC baik secara perorangan, kelompok, keluarga penderita TB, maupun di
komunitas. Untuk menjangkau program penemuan lebih luas ke masyarakat umum perlu
diadakan penyuluhan secara massa, karena penyakit menular termasuk TBC bukan hanya
merupakan masalah bagi penderita saja, tetapi juga masalah bagi masyarakat. (Depkes RI, 2002
hlm. 63)
Dalam penyuluhan langsung perorangan, unsur yang terpenting yang harus diperhatikan
adalah membina hubungan yang baik antara petugas kesehatan (dokter, perawat,dll) dengan
penderita. Penyuluhan ini dapat dilakukan di rumah, Puskesmas, Posyandu, dan lain-lain sesuai
Penyuluhan kelompok adalah penyuluhan TBC yang ditujukan kepada sekelompok orang
Penggunaan flip chart (lembar balik) dan alat bantu penyuluhan lainnya sangat berguna
untuk memudahkan penderita dan keluarganya menangkap isi pesan yang disampaikan oleh
petugas. Dengan alat peraga maka isi pesan akan lebih mudah dan lebih cepat dimengerti.
Pesan-pesan penyuluhan TBC melalui media massa (surat kabar, TV, radio) akan
partisipasi masyarakat.
TBC tidak hanya masalah kesehatan, tapi juga masalah sosial. Untuk itu perlu keterlibatan
berbagai pihak dan sektor dalam masyarakat, termasuk kalangan swasta, organisasi profesi, dan
Advokasi merupakan salah satu kegiatan penting dalam promosi kesehatan. Tujuan
advokasi adalah menarik perhatian tokoh penting atau tokoh kunci, untuk memperoleh dukungan
Pemeriksaan kontak serumah TBC adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
melakukan pemeriksaan BTA pada semua kontak penderita TBC paru BTA positif dengan gejala
yang sama. Kegiatan ini juga merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan cakupan
penemuan tersangka pasien TB BTA positif yang sangat besar pengaruhnya untuk keberhasilan
pencapaian target CDR, karena orang yang kontak lama dengan penderita TBC BTA positif
mempunyai resiko yang paling tinggi terhadap penularan kuman mycobacterium tuberkulosis
Peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan adalah keadaan dimana individu, keluarga
maupun masyarakat umum ikut serta bertanggung jawab terhadap kesehatan diri, keluarga,
ataupun kesehatan masyarakat lingkungannya. (Depkes RI, 1997, dalam Anita, 2008)
Keterlibatan unsur masyarakat juga sangat berpengaruh dalam upaya pencarian dan
penemuan penderita baru tersangka TBC. Petugas kesehatan di puskesmas memegang peranan
penting untuk mendorong partisipasi aktif masyarakat dengan mengadakan sosialisasi kepada
seluruh komponen masyarakat, seperti kader, tokoh masyarakat, tokoh agama, aparat kelurahan
tentang penyakit TBC dan strategi penemuan kasus baru. Diharapkan dengan cara pendekatan ini
terjalin kerja sama yang baik antara unit pelayanan kesehatan dan komponen masyarakat dalam
masyarakat dalam penanggulangan TB, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Secara
TB. Secara kualitatif berarti keluarga/ masyarakat bukan hanya memanfaatkan tetapi ikut
berkiprah melakukan penyuluhan, ikut menjadi PMO, Kader TB dan sebagainya. (Depkes RI,
Bagan 2.2.
Kerangka penelitian faktor-faktor yang berhubungan dengan pencapaian CDR
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti
serumah dan dukungan masyarakat sebagai variabel independen dengan pencapaian Case
detection rate sebagai variabel dependen. Output dari penelitian ini adalah ketercapaian angka
F. Hipotesis
Hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah hipotesis hubungan, yaitu hipotesis
yang berisi tentang dugaan adanya hubungan antara dua variable. Adapun rumusan hipotesisnya
1. Terdapat hubungan antara pengetahuan petugas pelaksana dengan pencapaian Case Detection
2. Terdapat hubungan antara kegiatan penjaringan tersangka dengan pencapaian Case Detection
3. Terdapat hubungan antara kegiatan penyuluhan kesehatan dengan pencapaian Case Detection
4. Terdapat hubungan antara kegiatan pemeriksaan kontak serumah dengan pencapaian Case