Anda di halaman 1dari 58

MAKALAH TBC

telusuri

DEC

18

MAKALAH LENGKAP TBC

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada
dosen Mata Kuliah Keperawatan medikal bedah yang telah memberikan tugas ini kepada kami
sebagai upaya untuk menjadikan kami manusia yang berilmu dan berpengetahuan.

Keberhasilan kami dalam menyelesaikan makalah ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak. Untuk itu, kami menyampaikan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih
banyak kekurangan yang perlu diperbaiki, untuk itu, kami mengharapkan saran yang membangun
demi kesempurnaan makalah ini, sehingga dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

Wassalam...

Makassar, 07 November 2014

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga
memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru
dibandingkan bagian lain tubuh manusia.

Insidensi TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh dunia.
Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis / TBC merupakan masalah kesehatan, baik dari sisi angka
kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit (morbiditas), maupun diagnosis dan terapinya.
Dengan penduduk lebih dari 200 juta orang, Indonesia menempati urutan ketiga setelah India dan
China dalam hal jumlah penderita di antara 22 negara dengan masalah TBC terbesar di dunia.

Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992, menunjukkan bahwa Tuberkulosis (TBC)
merupakan penyakit kedua penyebab kematian, sedangkan pada tahun 1986 merupakan penyebab
kematian keempat. Pada tahun 1999 WHO Global Surveillance memperkirakan di Indonesia terdapat
583.000 penderita Tuberkulosis / TBC baru pertahun dengan 262.000 BTA positif atau insidens rate
kira-kira 130 per 100.000 penduduk. Kematian akibat Tuberkulosis / TBC diperkirakan menimpa
140.000 penduduk tiap tahun. Jumlah penderita TBC paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus
meningkat.

Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua menit muncul satu
penderita baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali satu orang meninggal
akibat TBC di Indonesia. Sehingga kita harus waspada sejak dini & mendapatkan informasi lengkap
tentang penyakit TBC.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :

1. Apa pengertian dari TBC?

2. Bagaimana penyebab penyakit TBC?

3. Bagaimana cara Penularan TBC?

4. Apa gejala-gejala seseorang menderita TBC?

5. Bagaimana cara penanggulangan/pencegahan TBC?

6. Bagaimana cara pengobatan kepada penderita TBC?

C. Tujuan
Adapun tujuan penulisannya adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengertian dari TBC.

2. Untuk mengetahui penyebab penyakit TBC.

3. Untuk mengetahui cara Penularan TBC.

4. Untuk mengetahui gejala-gejala TBC.

5. Untuk mengetahui cara penanggulangan/pencegahan TBC.

6. Untuk mengetahui cara pengobatan kepada penderita TBC.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tuberkulosis (TBC)

Tuberkulosis (TBC atau TB) merupakan suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga
memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru
dibandingkan bagian lain tubuh manusia.

Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan, miskin, atau kaya) dan
dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan seperempat juta kasus baru TBC dan
sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TBC. Bahkan, Indonesia adalah
negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia. Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam
propinsi pada tahun 1983-1993 menunjukkan bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara 0,2
– 0,65%. Sedangkan menurut laporan Penanggulangan TBC Global yang dikeluarkan oleh WHO pada
tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000
penduduk), dan 46% diantaranya diperkirakan merupakan kasus baru.

B. Penyebab TBC

Penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru) disebabkan oleh kuman TBC (Mycobacterium tuberculosis) yang
sebagian kuman TBC menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lain. Kuman ini
berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena
itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman TBC cepat mati dengan sinar matahari
langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam
jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama beberapa tahun.
* Infeksi Primer

Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TBC. Percikan dahak yang
terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem pertahanan mukosilierbronkus, dan
terus berjalan sehingga sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TBC
berhasil berkembang biak dengan cara membelah diri di paru, yang mengakibatkan peradangan di
dalam paru. Saluran limfe akan membawa kuman TBC ke kelenjar limfe disekitar hilus paru dan ini
disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks
primer adalah sekitar 4-6 minggu.

Ø Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari negatif
menjadi positif. Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman yang masuk dan
besarnya respon daya tahan tubuh (imunitasseluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh
tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman TBC. Meskipun demikian ada beberapa kuman
akan menetap sebagai kuman persister atau dormant (tidur). Kadang-kadang daya tubuh tidak
mampu menghentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang bersangkutan
akan menjadi penderita TBC.

* Tuberkulosis Pasca Primer

Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah infeksi
primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi buruk. Ciri
khas dari tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau
efusi pleura.

C. Cara Penularan TBC

Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium
tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi
umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam
paru-paru akan berkembangbiak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh
yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening.

Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru,
otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian
organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru. Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil
menginfeksi paru-paru, maka dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular
(bulat). Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha dihambat
melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru.

Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut dan
bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang sebenarnya
terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan fotorontgen.

D. Gejala penyakit TBC


Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi 2, yaitu gejala umum dan gejala khusus yang timbul sesuai
dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru,
sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.

1. Gejala Sistemik/Utama

Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai
keringat malam.

a. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.

b. Penurunan nafsu makan dan berat badan.

c. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).

d. Perasaan tidak enak (malaise), lemah.

2. Gejala Khusus

a. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus
(saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan
menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.

b. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan
sakit dada.

c. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat
dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit diatasnya, pada muara ini akan keluar cairan
nanah.

d. Pada anak–anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai
meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan
kejang – kejang.

E. Cara Pencegahan TBC

Adapan tujuan dari pencegahan TBC, yaitu;

a. Menyembuhkan penderita.

b. Mencegah kematian.

c. Mencegah kekambuhan.

d. Menurunkan tingkat penularan.


* Cara-cara pencegahan TBC sebagai berikut;

a) Saat batuk seharusnya menutupi mulutnya, dan apabila batuk lebih dari 3 minggu, merasa
sakit di dada dan kesukaran bernafas segera dibawa kepuskesmas atau ke rumah sakit.

b) Saat batuk memalingkan muka agar tidak mengenai orang lain.

c) Membuang ludah di tempat yang tertutup, dan apabila ludahnya bercampur darah segera
dibawa kepuskesmas atau ke rumah sakit.

d) Mencuci peralatan makan dan minum sampai bersih setelah digunakan oleh penderita.

e) Bayi yang baru lahir dan anak-anak kecil harus diimunisasi dengan vaksin BCG. Karena
vaksin tersebut akan memberikan perlindungan yang amat bagus.

F. Pengobatan TBC

1. Jenis Obat

Ø Isoniasid

Ø Rifampicin

Ø Pirasinamid

Ø Streptomicin

2. Prinsip Obat

Obat TB diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam jumlah cukup dan dosis tepat
selama 6-8 bulan,supaya semua kuman dapat dibunuh. Dosis tahap intensif dan dosis tahap lanjutan
ditelan dalam dosis tunggal,sebaiknya pada saat perut kosong. Apabila paduan obat yangdigunakan
tidak adekuat, kuman TB akan berkembangmenjadi kuman kebal. Pengobatan TB diberikan dalan 2
Tahap yaitu:

a) Tahap intensif

Pada tahap intensif penderita mendapat obat (minum obat) setiap hari selama 2 - 3 bulan.

b) Tahap lanjutan

Pada tahap lanjutan penderita mendapat obat (minum obat) tiga kali seminggu selama 4 – 5 bulan.

3. Efek Samping Obat

Beberapa efek samping yang mungkin muncul akibat mengkonsumsi obat TB bervariasi mulai dari
ringan hingga berat. Efek samping ringan dapat berupa berubahnya warna urine menjadi kemerahan
yang diakibatkan oleh rifampisin.
Efek samping lainnya dapat berupa nyeri sendi, tidak ada nafsu makan, mual, kesemutan dan rasa
terbakar di hati, gatal dan kemerahan dikulit gangguan keseimbangan hingga kekuningan (ikterus).
Jika pasien merasakan hal-hal tersebut, pasien harus segera berkonsultasi dengan dokter untuk
memperoleh penanganan lebih lanjut, fase lanjutan. Dalam beberapa kasus pengobatan bisa
berlangsung hingga delapan bulan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dengan demikian, bahwa penyakit tuberculosis (TBC) itu disebabkan karena adanya bakteri
Mikobakterium tuberkulosa. Oleh karena itu untuk mencegah penularan penyakit ini sebaiknya harus
menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Tuberkulosis juga penyakit yang harus benar-benar segera
ditangani dengan cepat.

B. Saran

Saran yang paling tepat untuk mencegah penyakit tuberkulosis adalah

Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makanan bergizi TBC adalah penyakit yang dapat
disembuhkan, untuk mencapai hal tersebut penderita dituntut untuk minum obat secara benar
sesuai yang dianjurkan oleh dokter serta teratur untuk memeriksakan diri ke klinik/puskesmas.

DAFTAR PUSTAKA

Barbara, C.L. 1996. Perawatan Medikal Bedah (suatu pendekatan proses keperawatan) Bandung

Doengoes, M. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Smeltzer and Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Diposting 18th December 2014 oleh AINUN ROLAS

9 Lihat komentar

beni doank2 Maret 2016 07.32

Artikelnya keren dan bermanfaat bagi banyak orang,,,di klik juga ya Artikel kesehatan terbaru

Balas

Johan Warung2 Mei 2016 05.30

trimakasih gan... sangat bermanfaat banget

semoga semakin sukses....

Balas

Mohammad Qodri31 Oktober 2016 00.41

terima kasih ya, saya dapat memperluas pemahaman tentang penyakit ini, jazaakumullahu ahsanal
jaza', amin.

Balas

rachman zapplerepair11 Juni 2017 06.29

Buat kalian ada yang BARU nih sayangi GEDGET kalian yaaa:) banyak INFORMASI yang bakal kalian
tau dengan lihat link-link ini langsung saja yuuu:)

http://zapplerepair.com/iPhone-6-lcd-ada-bayangan-hitam-diganti-baru-juga-sama.html
Balas

rachman zapplerepair11 Juni 2017 06.29

Buat kalian ada yang BARU nih sayangi GEDGET kalian yaaa:) banyak INFORMASI yang bakal kalian
tau dengan lihat link-link ini langsung saja yuuu:)

http://zapplerepair.com/iPhone-6-lcd-ada-bayangan-hitam-diganti-baru-juga-sama.html

Balas

Adam Muiz12 November 2017 09.20

Nah ini yang saya cari sangat lengap sekali buat tugas rumah

Game Android

Informasi Terbaru

Balas

joko deawa12 November 2017 09.27

Ternyata banyak juga ya, penderita dari TBC Tuberkulosis Adalah – Pengertian TB Paru | Artikel TBC
Terbaru

Balas

Andi TriAtmaja21 Desember 2017 12.12

Terimakasih, ijin copas....

Balas
ary macpal19 September 2018 17.09

Mantap.

Balas

Memuat

Zumrohhasanah's Blog

MAKALAH TB PARU

aNa

8 years ago

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Tuberculosis (TB) merupakan penyakit infeksi bakteri menahun yang disebabkan oleh
Mycobakterium tuberculosis, suatu basil tahan asam yang ditularkan melalui udara (Asih, 2004).
Penyakit ini ditandai dengan pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi. Komplikasi.
Penyakit TB paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi seperti: pleuritis,
efusi pleura, empiema, laryngitis dan TB usus.

Penderita tuberkulosis di kawasan Asia terus bertambah. Sejauh ini, Asia termasuk kawasan dengan
penyebaran tuberkulosis (TB) tertinggi di dunia. Setiap 30 detik, ada satu pasien di Asia meninggal
dunia akibat penyakit ini. Sebelas dari 22 negara dengan angka kasus TB tertinggi berada di Asia, di
antaranya Banglades, China, India, Indonesia, dan Pakistan. Empat dari lima penderita TB di Asia
termasuk kelompok usia produktif (Kompas, 2007). Di Indonesia, angka kematian akibat TB mencapai
140.000 orang per tahun atau 8 persen dari korban meninggal di seluruh dunia. Setiap tahun,
terdapat lebih dari 500.000 kasus baru TB, dan 75 persen penderita termasuk kelompok usia
produktif. Jumlah penderita TB di Indonesia merupakan ketiga terbesar di dunia setelah India dan
China.

Kehamilan dan tuberculosis merupakan dua stressor yang berbeda pada ibu hamil. Stressor tersebut
secara simultan mempengaruhi keadaan fisik dan mental ibu hamil. Efek TB pada kehamilan
tergantung pada beberapa faktor antara lain tipe, letak dan keparahan penyakit, usia kehamilan saat
menerima pengobatan antituberkulosis, status nutrisi ibu hamil, ada tidaknya penyakit penyerta,
status imunitas, dan kemudahan mendapatkan fasilitas diagnosa dan pengobatan TB. Selain itu,
risiko juga meningkat pada janin, seperti abortus, terhambatnya pertumbuhan janin, kelahiran
prematur dan terjadinya penularan TB dari ibu ke janin melalui aspirasi cairan amnion (disebut TB
kongenital).

Mengingat akan bahaya TB paru dan pentingnya memberikan pelayanan pada ibu untuk
mempersiapkan kehamilan, terutama untuk mendeteksi dini, memberikan terapi yang tepat serta
pencegahan dan penanganan TB pada masa prakonsepsi, maka dalam makalah ini akan di bahas
segala teori tentang TB paru dan hubungannya dengan masa prakonsepsi wanita untuk
mempersiapkan kehamilan. Selain itu, dalam makalah ini juga akan dibahas peranan bidan dalam
melaksanakan asuhan kebidanan prakonsepsi, utamanya terhadap klien penderita TB paru.

1.2 Rumusan Masalah

a. TB Paru

Apa Definisi TB Paru?

Mengapa seseorang bisa sampai terkena penyakit TB Paru?

Bagaimana tanda dan gejala penyakit TB Paru?

4. Bagaimana hubungan antara TB Paru dengan kehamilan dan janin?


1.3 Tujuan Penulisan

Untuk menjelaskan Definisi TB Paru

Untuk menjelaskan penyebab penyakit TB Paru, tanda dan gejala serta patofisiologinya dalam tubuh.

Untuk menjelasan hubungan antara TB Paru dengan kehamilan.

Untuk menjelaskan peran bidan dalam melaksanakan asuhan kebidanan masa prakonsepsi utamanya
terhadap penderita TB Paru.

1.4 Manfaat Penulisan

Untuk mengetahui definisi TB Paru.

Untuk mengetahui penyebab penyakit TB Paru, tanda dan gejala serta patofisiologinya dalam tubuh.

Untuk mengetahui hubungan antara TB Paru dengan kehamilan.

Untuk mengetahui peran bidan dalam melaksanakan asuhan kebidanan masa prakonsepsi utamanya
terhadap penderita TB Paru.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Tuberculosis merupakan penyakit infeksi bakteri menahun pada paru yang disebabkan oleh
Mycobakterium tuberculosis, yaitu bakteri tahan asam yang ditularkan melalui udara yang ditandai
dengan pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi. Mycobacterium tuberculosis
merupakan kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru / berbagai organ tubuh lainnya yang
bertekanan parsial tinggi. Penyakit tuberculosis ini biasanya menyerang paru tetapi dapat menyebar
ke hampir seluruh bagian tubuh termasuk meninges, ginjal, tulang, nodus limfe. Infeksi awal biasanya
terjadi 2-10 minggu setelah pemajanan. Individu kemudian dapat mengalami penyakit aktif karena
gangguan atau ketidakefektifan respon imun.

2.2 Etiologi

TB paru disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis yang merupakan batang aerobic tahan asam
yang tumbuh lambat dan sensitif terhadap panas dan sinar UV. Bakteri yang jarang sebagai
penyebab, tetapi pernah terjadi adalah M. Bovis dan M. Avium.

2.3 Tanda Dan Gejala

1. Tanda

a. Penurunan berat badan

b. Anoreksia

c. Dispneu

d. Sputum purulen/hijau, mukoid/kuning.

2. Gejala

a. Demam
Biasanya menyerupai demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh
penderita dengan berat-ringannya infeksi kuman TBC yang masuk.

b. Batuk

Terjadi karena adanya infeksi pada bronkus. Sifat batuk dimulai dari batuk kering kemudian setelah
timbul peradangan menjadi batuk produktif (menghasilkan sputum). Pada keadaan lanjut berupa
batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada ulkus
dinding bronkus.

c.Sesak nafas.

Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana infiltrasinya sudah setengah
bagian paru.

d. Nyeri dada

Timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura (menimbulkan pleuritis)

e.Malaise

Dapat berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, berat badan turun, sakit kepala, meriang, nyeri otot,
keringat malam.

2.4 Patofisiologi
Pada tuberculosis, basil tuberculosis menyebabkan suatu reaksi jaringan yang aneh di dalam paru-
paru meliputi: penyerbuan daerah terinfeksi oleh makrofag, pembentukan dinding di sekitar lesi oleh
jaringan fibrosa untuk membentuk apa yang disebut dengan tuberkel. Banyaknya area fibrosis
menyebabkan meningkatnya usaha otot pernafasan untuk ventilasi paru dan oleh karena itu
menurunkan kapasitas vital, berkurangnya luas total permukaan membrane respirasi yang
menyebabkan penurunan kapasitas difusi paru secara progresif, dan rasio ventilasi-perfusi yang
abnormal di dalam paru-paru dapat mengurangi oksigenasi darah.
2.5 Pemeriksaan Penunjang

Pada anak, uji tuberkulin merupakan pemeriksaan paling bermanfaat untuk menunjukkan
sedang/pernah terinfeksi Mikobakterium tuberkulosa dan sering digunakan dalam “Screening TBC”.
Efektifitas dalam menemukan infeksi TBC dengan uji tuberkulin adalah lebih dari 90%. Pembacaan
hasil tuberkulin dilakukan setelah 48 – 72 jam; dengan hasil positif bila terdapat indurasi diameter
lebih dari 10 mm, meragukan bila 5-9 mm. Uji tuberkulin bisa diulang setelah 1-2 minggu. Pada anak
yang telah mendapat BCG, diameter indurasi 15 mm ke atas baru dinyatakan positif, sedangkan pada
anak kontrak erat dengan penderita TBC aktif, diameter indurasi ≥ 5 mm harus dinilai positif. Alergi
disebabkan oleh keadaan infeksi berat, pemberian immunosupreson, penyakit keganasan (leukemia),
dapat pula oleh gizi buruk, morbili, varicella dan penyakit infeksi lain.

Gambaran radiologis yang dicurigai TB adalah pembesaran kelenjar nilus, paratrakeal, dan
mediastinum, atelektasis, konsolidasi, efusipieura, kavitas dan gambaran milier. Bakteriologis, bahan
biakan kuman TB diambil dari bilasan lambung, namun memerlukan waktu cukup lama.
Serodiagnosis, beberapa diantaranya dengan cara ELISA (Enzyime Linked Immunoabserben Assay)
untuk mendeteksi antibody atau uji peroxidase – anti – peroxidase (PAP) untuk menentukan IgG
spesifik. Teknik bromolekuler, merupakan pemeriksaan sensitif dengan mendeteksi DNA spesifik
yang dilakukan dengan metode PCR (Polymerase Chain Reaction). Uji serodiagnosis maupun
biomolekular belum dapat membedakan TB aktif atau tidak.

Tes tuberkulin positif, mempunyai arti :

1. Pernah mendapat infeksi basil tuberkulosis yang tidak berkembang menjadi penyakit.

2. Menderita tuberkulosis yang masih aktif

3. Menderita TBC yang sudah sembuh

4. Pernah mendapatkan vaksinasi BCG

5. Adanya reaksi silang (“cross reaction”) karena infeksi mikobakterium atipik.

2.6. Epidemiologi Dan Penularan TBC

Dalam penularan infeksi Mycobacterium tuberculosis hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :

1. Reservour, sumber dan penularan

Manusia adalah reservoar paling umum, sekret saluran pernafasan dari orang dengan lesi aktif
terbuka memindahkan infeksi langsung melalui droplet.
2. Masa inkubasi

Yaitu sejak masuknya sampai timbulnya lesi primer umumnya memerlukan waktu empat sampai
enam minggu, interfal antara infeksi primer dengan reinfeksi bisa beberapa tahun.

3. Masa dapat menular

Selama yang bersangkutan mengeluarkan bacil Turbekel terutama yang dibatukkan atau dibersinkan.

4. Immunitas

Anak dibawah tiga tahun paling rentan, karena sejak lahir sampai satu bulan bayi diberi vaksinasi BCG
yang meningkatkan tubuh terhadap TBC.

2.7 Stadium TBC

Kelas 0

Tidak ada jangkitan tuberkulosis, tidak terinfeksi (tidak ada riwayat terpapar, reaksi terhadap tes kulit
tuberkulin tidak bermakna).

Kelas 1

Terpapar tuberkulosis, tidak ada bukti terinfeksi (riwayat pemaparan, reaksi tes tuberkulosis tidak
bermakna)

Kelas 2

Ada infeksi tuberkulosis, tidak timbul penyakit (reaksi tes kulit tuberkulin bermakna, pemeriksa
bakteri negatif, tidak bukti klinik maupun radiografik).
Status kemoterapi (pencegahan) :

Tidak ada

Dalam pengobatan kemoterapi

Komplit (seri pengobatan dalam memakai resep dokter)

Tidak komplit

Kelas 3

Tuberkuosis saat ini sedang sakit (Mycobacterium tuberkulosis ada dalam biakan, selain itu reaksi
kulit tuberkulin bermakna dan atau bukti radiografik tentang adanya penyakit). Lokasi penyakit :
paru, pleura, limfatik, tulang dan/atau sendi, kemih kelamin, diseminata (milier), menigeal,
peritoneal dan lain-lain.

Status bakteriologis :

a. Positif dengan :

Mikroskop saja

Biakan saja

Mikroskop dan biakan

b. Negatif dengan :

Tidak dikerjakan

Status kemoterapi :

Dalam pengobatan kemoterapi sejak kemoterapi diakhiri, tidak lengkap reaksi tes kulit tuberkulin :

a. Bermakna
b. Tidak bermakna

Kelas 4

Tuberkulosis saat ini tidak sedang menderita penyakit (ada riwayat mendapat pengobatan
pencegahan tuberkulosis atau adanya temuan radiografik yang stabil pada orang yang reaksi tes kulit
tuberkulinya bermakna, pemeriksaan bakteriologis, bila dilakukan negatif. Tidak ada bukti klinik
tentang adanya penyakit pada saat ini).

Status kemoterapi :

a. Tidak mendapat kemoterapi

b. Dalam pengobatan kemoterapi

c. Komplit

d. Tidak komplit

Kelas 5

Orang dicurigai mendapatkan tuberkulosis (diagnosis ditunda)

Kasus kemoterapi :

a. Tidak ada kemoterapi

b. Sedang dalam pengobatan kemoterapi.


2.8 Komplikasi

Komplikasi Penyakit TB paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi seperti:
pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis,TB usus.

Menurut Dep.Kes (2003) komplikasi yang sering terjadi pada penderita TB Paru stadium lanjut: 1)
Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena
syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas. 2) Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial. 3)
Bronkiectasis dan fribosis pada Paru. 4) Pneumotorak spontan: kolaps spontan karena kerusakan
jaringan Paru. 5) Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan
sebagainya. 6) Insufisiensi Kardio Pulmoner

2.9 Penanganan

a. Promotif

1. Penyuluhan kepada masyarakat apa itu TBC

2. Pemberitahuan baik melalui spanduk/iklan tentang bahaya TBC, cara penularan, cara
pencegahan, faktor resiko

3. Mensosialisasiklan BCG di masyarakat.

b. Preventif

1. Vaksinasi BCG

2. Menggunakan isoniazid (INH)


3. Membersihkan lingkungan dari tempat yang kotor dan lembab.

4. Bila ada gejala-gejala TBC segera ke Puskesmas/RS, agar dapat diketahui secara dini.

c. Kuratif

Pengobatan tuberkulosis terutama pada pemberian obat antimikroba dalam jangka waktu yang lama.
Obat-obat dapat juga digunakan untuk mencegah timbulnya penyakit klinis pada seseorang yang
sudah terjangkit infeksi. Penderita tuberkulosis dengan gejala klinis harus mendapat minuman dua
obat untuk mencegah timbulnya strain yang resisten terhadap obat. Kombinasi obat-obat pilihan
adalah isoniazid (hidrazid asam isonikkotinat = INH) dengan etambutol (EMB) atau rifamsipin (RIF).
Dosis lazim INH untuk orang dewasa biasanya 5-10 mg/kg atau sekitar 300 mg/hari, EMB, 25 mg/kg
selama 60 hari, kemudian 15 mg/kg, RIF 600 mg sekali sehari. Efek samping etambutol adalah
Neuritis retrobulbar disertai penurunan ketajaman penglihatan. Uji ketajaman penglihatan
dianjurkan setiap bulan agar keadaan tersebut dapat diketahui. Efek samping INH yang berat jarang
terjadi. Komplikasi yang paling berat adalah hepatitis. Resiko hepatitis sangat rendah pada penderita
dibawah usia 20 tahun dan mencapai puncaknya pada usia 60 tahun keatas. Disfungsi hati, seperti
terbukti dengan peningkatan aktivitas serum aminotransferase, ditemukan pada 10-20% yang
mendapat INH. Waktu minimal terapi kombinasi 18 bulan sesudah konversi biakan sputum menjadi
negatif. Sesudah itu masuk harus dianjurkan terapi dengan INH saja selama satu tahun.

Baru-baru ini CDC dan American Thoracis Societty (ATS) mengeluarkan pernyataan mengenai
rekomendasi kemoterapi jangka pendek bagi penderita tuberkulosis dengan riwayat tuberkulosis
paru pengobatan 6 atau 9 bulan berkaitan dengan resimen yang terdiri dari INH dan RIF (tanpa atau
dengan obat-obat lainnya), dan hanya diberikan pada pasien tuberkulosis paru tanpa komplikasi,
misalnya : pasien tanpa penyakit lain seperti diabetes, silikosis atau kanker didiagnosis TBC setelah
batuk darah, padahal mengalami batu dan mengeluarkan keringat malam sekitar 3 minggu.

2.10 Tuberkulosis pada kehamilan

2.10.1 Pengaruh tuberculosis terhadap kehamilan


Kehamilan dan tuberculosis merupakan dua stressor yang berbeda pada ibu hamil. Stressor tersebut
secara simultan mempengaruhi keadaan fisik mental ibu hamil. Lebih dari 50 persen kasus TB paru
adalah perempuan dan data RSCM pada tahun 1989 sampai 1990 diketahui 4.300 wanita hamil,150
diantaranya adalah pengidap TB paru (M Iqbal, 2007 dalam http://www.mail-archive.com/)

Efek TB pada kehamilan tergantung pada beberapa factor antara lain tipe, letak dan keparahan
penyakit, usia kehamilan saat menerima pengobatan antituberkulosis, status nutrisi ibu hamil, ada
tidaknya penyakit penyerta, status imunitas, dan kemudahan mendapatkan fasilitas diagnosa dan
pengobatan TB. Status nutrisi yang jelek, hipoproteinemia, anemia dan keadaan medis maternal
merupakan dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas maternal.

Usia kehamilan saat wanita hamil mendapatkan pengobatan antituberkulosa merupakan factor yang
penting dalam menentukan kesehatan maternal dalam kehamilan dengan TB. Jika pengobatan
tuberkulosis diberikan awal kehamilan, dijumpai hasil yang sama dengan pasien yang tidak hamil,
sedangkan diagnosa dan perewatan terlambat dikaitkan dengan meningkatnya resiko morbiditas
obstetric sebanyak 4x lipat dan meningkatnya resiko preterm labor sebanyak 9x lipat. Status sosio-
ekonomi yang jelek, hypo-proteinaemia, anemia dihubungkan ke morbiditas ibu.

Kehamilan dapat berefek terhadap tuberculosis dimana peningkatan diafragma akibat kehamilan
akan menyebabkan kavitas paru bagian bawah mengalami kolaps yang disebut pneumo-peritoneum.
Pada awal abad 20, induksi aborsi direkomondasikan pada wanita hamil dengan TB.

Selain paru-paru, kuman TB juga dapat menyerang organ tubuh lain seperti usus, selaput otak,
tulang, dan sendi, serta kulit. Jika kuman menyebar hingga organ reproduksi, kemungkinan akan
memengaruhi tingkat kesuburan (fertilitas) seseorang. Bahkan, TB pada samping kiri dan kanan rahim
bisa menimbulkan kemandulan. Hal ini tentu menjadi kekhawatiran pada pengidap TB atau yang
pernah mengidap TB, khususnya wanita usia reproduksi. Jika kuman sudah menyerang organ
reproduksi wanita biasanya wanita tersebut mengalami kesulitan untuk hamil karena uterus tidak
siap menerima hasil konsepsi.

Harold Oster MD,2007 dalam http://www.okezone.com/index.php mengatakan bahwa TB paru (baik


laten maupun aktif) tidak akan memengaruhi fertilitas seorang wanita di kemudian hari. Namun, jika
kuman menginfeksi endometrium dapat menyebabkan gangguan kesuburan. Tapi tidak berarti
kesempatan untuk memiliki anak menjadi tertutup sama sekali, kemungkinan untuk hamil masih
tetap ada. Idealnya, sebelum memutuskan untuk hamil, wanita pengidap TB mengobati TB-nya
terlebih dulu sampai tuntas. Namun, jika sudah telanjur hamil maka tetap lanjutkan kehamilan dan
tidak perlu melakukan aborsi.
2.10.2 Pengaruh tuberkulosis terhadap janin

Menurut Oster, 2007 jika kuman TB hanya menyerang paru, maka akan ada sedikit risiko terhadap
janin. Untuk meminimalisasi risiko,biasanya diberikan obat-obatan TB yang aman bagi kehamilan
seperti Rifampisin, INH dan Etambutol. Kasusnya akan berbeda jika TB juga menginvasi organ lain di
luar paru dan jaringan limfa, dimana wanita tersebut memerlukan perawatan di rumah sakit sebelum
melahirkan. Sebab kemungkinan bayinya akan mengalami masalah setelah lahir. Penelitian yang
dilakukan oleh Narayan Jana, KalaVasistha, Subhas C Saha, Kushagradhi Ghosh, 1999 dalam
http://proquest.umi.com/pqdweb tentang efek TB ekstrapulmoner tuberkuosis, didapatkan hasil
bahwa tuberkulosis pada limpha tidak berefek terhadap kahamilan, persalinan dan hasil konsepsi.
Namun juka dibandingkan dengan kelompok wanita sehat yang tidak mengalami tuberculosis selama
hamil mempunyai resiko hospitalisasi lebih tinggi (21% : 2%), bayi dengan APGAR skore rendah
segera setelah lahir (19% : 3%), berat badan lahir rendah (<2500 gram).

Selain itu, risiko juga meningkat pada janin, seperti abortus, terhambatnya pertumbuhan janin,
kelahiran prematur dan terjadinya penularan TB dari ibu ke janin melalui aspirasi cairan amnion
(disebut TB congenital). Gejala TB congenital biasanya sudah bisa diamati pada minggu ke 2-3
kehidupan bayi,seperti prematur, gangguan napas, demam, berat badan rendah, hati dan limpa
membesar. Penularan kongenital sampai saat ini masih belum jelas,apakah bayi tertular saat masih di
perut atau setelah lahir.

2.10.3 Pengaruh kehamilan terhadap tuberkolosis

Pengetahuan akan meningkatnya diafragma selama kehamilan yang mengakibatkan kolapsnya paru
di daerah basal paru masih dipegang sampai abad 19. Awal abad ke-20, aborsi merupakan pilihan
terminasi pada wanita hamil dengan tuberculosis. Sekarang, TB diduga semakin memburuk selama
kehamilan, khususnya di hubungakann dengan status sosio-ekonomi jelek, imunodefisiensi atau
adanya penyakit penyerta. Kehilangan antibodi pelindung ibu selama laktasi juga menguntungkan
perkembangan TB. Akan tetapi, lebih banyak studi diperlukan untuk menyokong hipotesa.
2.10.4 Tes Diagnosis TB pada Kehamilan

Bakteri TB berbentuk batang dan mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam. Karena itu
disebut basil tahan asam (BTA). Kuman TB cepat mati terpapar sinar matahari langsung,tetapi dapat
bertahan hidup beberapa jam di tempat gelap dan lembap.

Dalam jaringan tubuh, kuman ini dapat melakukan dormant (tertidur lama selama beberapa tahun).
Penyakit TB biasanya menular pada anggota keluarga penderita maupun orang di lingkungan
sekitarnya melalui batuk atau dahak yang dikeluarkan si penderita. Hal yang penting adalah
bagaimana menjaga kondisi tubuh agar tetap sehat.

Seseorang yang terpapar kuman TB belum tentu akan menjadi sakit jika memiliki daya tahan tubuh
kuat karena sistem imunitas tubuh akan mampu melawan kuman yang masuk. Diagnosis TB bisa
dilakukan dengan beberapa cara, seperti pemeriksaan BTA dan rontgen (foto torak). Diagnosis
dengan BTA mudah dilakukan,murah dan cukup reliable.

Kelemahan pemeriksaan BTA adalah hasil pemeriksaan baru positif bila terdapat kuman 5000/cc
dahak. Jadi, pasien TB yang punya kuman 4000/cc dahak misalnya, tidak akan terdeteksi dengan
pemeriksaan BTA (hasil negatif). Adapun rontgen memang dapat mendeteksi pasien dengan BTA
negatif, tapi kelemahannya sangat tergantung dari keahlian dan pengalaman petugas yang membaca
foto rontgen. Di beberapa negara digunakan tes untuk mengetahui ada tidaknya infeksi TB, melalui
interferon gamma yang konon lebih baik dari tuberkulin tes.

Diagnosis dengan interferon gamma bisa mengukur secara lebih jelas bagaimana beratnya infeksi
dan berapa besar kemungkinan jatuh sakit. Diagnosis TB pada wanita hamil dilakukan melalui
pemeriksaan fisik (sesuai luas lesi), pemeriksaan laboratorium (apakah ditemukan BTA?), serta uji
tuberkulin.

Uji tuberkulin hanya berguna untuk menentukan adanya infeksi TB, sedangkan penentuan sakit TB
perlu ditinjau dari klinisnya dan ditunjang foto torak. Pasien dengan hasil uji tuberkulin positif belum
tentu menderita TB. Adapun jika hasil uji tuberkulin negatif, maka ada tiga kemungkinan, yaitu tidak
ada infeksi TB, pasien sedang mengalami masa inkubasi infeksi TB, atau terjadi anergi.
Kehamilan tidak akan menurunkan respons uji tuberkulin. Untuk mengetahui gambaran TB pada
trimester pertama, foto toraks dengan pelindung di perut bisa dilakukan, terutama jika hasil BTA-nya
negatif.

2.10.5 Pengobatan TB pada kehamilan

Pada prinsipnya pengobatan TB pada kehamilan tidak berbeda dengan pengobatan TB pada
umumnya. Menurut WHO, hampir semua OAT aman untuk kehamilan, kecuali streptomisin.
Streptomisin tidak dapat dipakai pada kehamilan karena bersifat permanent ototoxic dan dapat
menembus barier placenta. Keadaan ini dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pendengaran dan
keseimbangan yang menetap pada bayi yang akan dilahirkan. Perlu dijelaskan kepada ibu hamil
bahwa keberhasilan pengobatannya sangat penting artinya supaya proses kelahiran dapat berjalan
lancar dan bayi yang akan dilahirkan terhindar dari kemungkinan tertular TB.

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tuberculosis merupakan penyakit infeksi bakteri menahun pada paru yang disebabkan oleh
Mycobakterium tuberculosis, yaitu bakteri tahan asam yang ditularkan melalui udara yang ditandai
dengan pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi.

TB paru disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis yang merupakan batang aerobic tahan asam
yang tumbuh lambat dan sensitif terhadap panas dan sinar UV. Bakteri yang jarang sebagai
penyebab, tetapi pernah terjadi adalah M. Bovis dan M. Avium.

Tanda dan Gejala:


1. Tanda

a. Penurunan berat badan

b. Anoreksia

c. Dispneu

d. Sputum purulen/hijau, mukoid/kuning.

2. Gejala

a. Demam

b. Batuk

c.Sesak nafas.

d. Nyeri dada

e.Malaise

Kehamilan dan tuberculosis merupakan dua stressor yang berbeda pada ibu hamil. Stressor tersebut
secara simultan mempengaruhi keadaan fisik mental ibu hamil. Efek TB pada kehamilan tergantung
pada beberapa faktor antara lain tipe, letak dan keparahan penyakit, usia kehamilan saat menerima
pengobatan antituberkulosis, status nutrisi ibu hamil, ada tidaknya penyakit penyerta, status
imunitas, dan kemudahan mendapatkan fasilitas diagnosa dan pengobatan TB.

Jika kuman TB menyerang paru, maka risiko juga meningkat pada janin, seperti abortus,
terhambatnya pertumbuhan janin, kelahiran prematur dan terjadinya penularan TB dari ibu ke janin
melalui aspirasi cairan amnion (disebut TB congenital).
Peran bidan dalam menangani klien dengan TB paru adalah dengan memberikan konseling mengenai
definisi, penyebab, cara pencegahan dan penularan serta terapi TB Paru, juga menjelaskan pada klien
tentang dampak yang ditimbulkan terhadap kehamilan. Di samping itu juga menawarkan alternatif
solusi dan melakukan asuhan kebidanan untuk wanita TB Paru masa prakonsepsi dalam
mempersiapkan kehamilannya.

3.2 Saran

Setiap pasangan yang akan merencanakan kehamilan, hendaknya berkonsultasi dulu mengenai
kondisi kesehatan kepada tenaga kesehatan, termasuk bidan. Hal ini bertujuan untuk mendeteksi
penyakit/kelainan yang mungkin dialami calon orang tua, sehingga dapat melakukan tindakan yang
lebih komprehensif dalam mengantisipasi dampak yang mungkin ditimbulkan dari penyakit yang
diderita, baik bagi ibu maupun janin yang dikandungnya.

Dalam menjalankan tugasnya, bidan melakukan Asuhan Kebidanan yang tidak hanya pada ibu hamil
dan bersalin, tapi juga pada wanita yang menginginkan kehamilan.

SUMBER :

Barbara, C.L., 1996, Perawatan Medikal Bedah (suatu pendekatan proses keperawatan) Bandung

Doengoes, M.., Rencana Asuhan Keperawatan. edisi 3. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Smeltzer and Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Adrian Taufik. 2009. Tuberkulosis Paru.

Diambil pada 16-12-2010. Pukul 09.26

http://ikm-uii.net46.net/download/_laporan_pendek/short%20report_TB_ 2009.pdf

Laily Arifin. 2007. Kehamilan dan Tuberkolosis

Diambil pada 14-12-2010, pukul 14.35


http://lely-nursinginfo.blogspot.com/2007/06/pregnancy-and-tuberculosis.html

Admin. 2008. TB Kehamilan

Diambil pada 14-12-2010, pukul 14.30

http://hatzsiahaan.blogspot.com/2008/05/tb-kehamilan.html

Admin. 2009. Tuberkulosis Paru.

Diambil pada tanggal 14-12-2010, pukul 14.45

http://askepasbid.blogspot.com/

Admin. 2010. TBC pada Ibu Hamil.

Diambil pada tanggal 15-12-2010, pukul 10.00

http://khanzima.wordpress.com/2010/04/11/tbc-pada-ibu-hamil/

Admin. 2008. TB Paru.

Diambil pada tanggal 16-12-2010, pukul 09.24

http://masdanang.co.cc/?p=34

Categories: kULiAh BiDaN

Leave a Comment

Zumrohhasanah's Blog

Back to top
Kesehatan

Jumat, 30 Mei 2014

Makalah TB Paru

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dampak asap kebakaran hutan bagi kesehatan cukup mengganggu, terutama pada paru dan
pernapasan.

"Ada delapan masalah kesehatan bagi masyarakat, akibat kabut asap karena kebakaran hutan," kata
Tjandra Yoga Aditama, Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL)
Kementerian Kesehatan, di Jakarta, Jumat (14/3/2014).

Delapan masalah kesehatan tersebut sebagai berikut:

1.1.1 Dapat menyebabkan iritasi pada mata, hidung, dan tenggorokan, serta memicu reaksi alergi,
peradangan, dan mungki juga infeksi.

1.1.2 Kabut asap dapat memperburuk asma dan penyakit paru kronis lain, seperti bronkitis kronik,
PPOK, dan lainnya.

1.1.3 Kemampuan kerja paru menjadi berkurang, dan menyebabkan orang mudah lelah dan
mengalami kesulitan bernapas.

1.1.4 Bagi yang berusia lanjut dan anak-anak, mereka yang punya penyakit kronik dengan daya
tahan tubuh rendah, serta wanita yang sedang hamil, akan lebih rentan untuk mendapat gangguan
kesehatan.

1.1.5 Kemampuan paru dan saluran pernapasan mengatasi infeksi berkurang, sehingga
menyebabkan lebih mudah terjadi infeksi.

1.1.6 Keenam, secara umum berbagai penyakit kronik juga dapat memburuk.

1.1.7 Bahan polutan di asap kebakaran hutan yang jatuh ke permukaan bumi, juga mungkin dapat
menjadi sumber polutan di sarana air bersih, dan makanan yang tidak terlindungi.
1.1.8 Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) jadi lebih mudah terjadi, utamanya karena ketidak
seimbangan daya tahan tubuh (host), pola bakteri/virus dan lainnya penyebab penyakit (agent), dan
buruknya lingkungan.

Micobacterium tuberculosis (TB) telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia, menurut WHO sekitar
8 juta penduduk dunia diserang TB dengan kematian 3 juta orang per tahun (WHO, 1993).
Diperkirakan 95% penderita TB berada di negara-negara berkembang Dengan munculnya epidemi
HIV/AIDS di dunia jumlah penderita TB akan meningkat.

Kematian wanita karena TB lebih banyakdari pada kematian karena kehamilan, persalinan serta nifas
(WHO). WHO mencanangkan keadaan darurat global untuk penyakit TB pada tahun 1993 karena
diperkirakan sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi.

Di Indonesia TB kembali muncul sebagai penyebab kematian utama setelah penyakit jantung dan
saluran pernafasan. Penyakit TB paru, masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Hasil survey
kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 1995 menunjukkan bahwa tuberkulosis merupakan penyebab
kematian nomor 3 setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernapasan pada semua
golongan usia dan nomor Idari golongan infeksi. Antara tahun 1979 - 1982 telah dilakukan survey
prevalensi di 15 propinsi dengan hasil 200-400 penderita tiap 100.000 penduduk.

Diperkirakan setiap tahun 450.000 kasus baru TB dimana sekitar 1/3 penderita terdapat disekitar
puskesmas, 1/3 ditemukan di pelayanan rumah sakit/klinik pemerintahd an swasta, praktek swasta
dan sisanya belum terjangku unit pelayanan kesehatan. Sedangkan kematian karena TB diperkirakan
175.000 per tahun.

Penyakit TB menyerang sebagian besar kelompok usia kerja produktif, penderita TB kebanyakan dari
kelompok sosio ekonomi rendah. Dari 1995-1998, cakupan penderita TB Paru dengan strategi DOTS
(Directly Observed Treatment Shortcourse Chemotherapy) -atau pengawasan langsung menelan obat
jangka pendek/setiap hari- baru mencapai 36% dengan angka kesembuhan 87%.

Sebelum strategi DOTS (1969-1994) cakupannya sebesar 56% dengan angka kesembuhan yang dapat
dicapai hanya 40-60%. Karena pengobatan yang tidak teratur dan kombinasiobat yang tidak cukup
dimasa lalu kemungkinan telah timbul kekebalan kuman TB terhadap OAT (obat anti tuberkulosis)
secara meluas atau multi drug resistance (MDR).

1.2 Tujuan Umum

Untuk memenuhi tugas perkuliahan mata kuliah Disaster dan menambah ilmu pengetahuan
tentang rencana asuhan keperawatan TB Paru bagi para penulis dan pembaca.

1.3 Tujuan Khusus

Untuk mengetahui karakteristik TB Paru, defenisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis dan
asuhan keperawatan pada TB Paru

1.4 Manfaat
Adapun manfaat makalah ini Kelompok ingin memberikan suatu gambaran ataupun
penjelasan yang lebih mendalam mengenai manajemen asuhan keperawatan yang berhubungan
dengan TB Paru.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit akibat kuman mycobacterium tubercolosis sistemis


sehingga dapat mengenai semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru paru yang biasanya
merupakan lokasi infeksi primer.

Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru.
Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, terutama meningen, ginjal, tulang, dan
nodus limfe.

Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim


paru.Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC) adalah suatu penyakit
yang disebabkan oleh infeksi kompleks mycobacterium tuberculosis.

Berdasarkan beberapa definisi mengenai tuberkulosis diatas, maka dapat dirumuskan bahwa
tuberculosis (TB) paru adalah suatu penyakit infeksius yang disebabkan kuman Mycobacterium
tuberculosis yang menyerang parenkim paru, bersifat sistemis sehingga dapat mengenai organ tubuh
lain, terutama menin Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil
mikrobakterium tuberkulosis tipe humanus, sejenis kuman yang berbentuk batang dengan ukuran
panjang 1-4/mm dan tebal 0,3-0,6/mm. Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid
inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap gangguan kimia
dan fisik

Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-
tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant. Dari sifat dormant
ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberkulosis aktif kembali. Sifat lain kuman adalah
aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan
oksigennya. Dalam hal ini tekanan bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari pada bagian lainnya,
sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit tuberkulosis.

Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi penting saluran pernapasan. Basil mikrobakterium
tersebut masuk kedalam jaringan paru melalui saluran napas (droplet infection) sampai alveoli, maka
terjadilah infeksi primer (ghon) selanjutnya menyebar kekelenjar getah bening setempat dan
terbentuklah primer kompleks (ranke). keduanya dinamakan tuberkulosis primer, yang dalam
perjalanannya sebagian besar akan mengalami penyembuhan.

Tuberkulosis paru primer, peradangan terjadi sebelum tubuh mempunyai kekebalan spesifik
terhadap basil mikobakterium. Tuberkulosis yang kebanyakan didapatkan pad usia 1-3 tahun.
Sedangkan yang disebut tuberkulosis post primer (reinfection) adalah peradangan jaringan paru oleh
karena terjadi penularan ulang yang mana di dalam tubuh terbentuk kekebalan spesifik terhadap
basil tersebut.

2.2 Etiologi

Etiologi Tuberculosis Paru adalah Mycobacterium Tuberculosis yang berbentuk batang dan Tahan
asam ( Price , 1997 )

Penyebab Tuberculosis adalah M. Tuberculosis bentuk batang panjang 1 – 4 /mm, dengan


tebal 0,3 – 0,5 mm. selain itu juga kuman lain yang memberi infeksi yang sama yaitu M. Bovis, M.
Kansasii, M. Intracellutare.

2.3 Patofisiologi

Kuman micobacterium tuberculosis masuk kedalam tubuh melalui saluran pernafasan, saluran
pencernaan, kebanyakan infeksi tuberculosis terjadi melalui udara (air borne), yaitu melalui inhalasi
droppet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi.

Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi terdiri dari satu sampai tiga
gumpalan basil yang lebih besar cenderung tertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkus dan
tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus biasanya di bagian bawah lobus
atau paru-paru, atau di bagian atas lobus bawah. Basil tuberkel ini membangkitkan reaksi
peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan memfagosit bacteria
namun tidak membunuh organisme tersebut. Sesudah hari-hari pertama maka leukosit diganti oleh
makrofag.

Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia
seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya sehingga tidak ada sisa yang tertinggal, atau proses dapat
juga berjalan terus, dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil juga
menyebar melalui getah bening menuju ke kelenjar bening regional. Makrofag yang mengadakan
infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloit,
yang dikelilingi oleh fosit. Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10 sampai 20 hari.

2.4 Pathway

2.5 Manifestasi Klinis

2.5.1 Demam (subfebris, kadang-kadang 37 - 41 C, seperti demam influensa.

2.5.2 Batuk (kering, produktif, kadang-kadang hemoptoe (pecahnya pembuluh darah).

2.5.3 Sesak napas, jika infiltrasi sudah setengah bagian paru.


2.5.4 Nyeri dada, jika infiltrasi sudah ke pleura.

2.4.5 Malaise , anoreksia, badan kurus, sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam.

2.6 Pemeriksaan Penunjang

2.6.1 Pemeriksaan Laboratorium

a. Kultur Sputum : Positif untuk Mycobacterium tuberculosis pada tahap aktif penyakit

b. Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan darah) : Positif
untuk basil asam-cepat.

c. Tes kulit (Mantoux, potongan Vollmer) : Reaksi positif (area indurasi 10 mm atau lebih besar,
terjadi 48-72 jam setelah injeksi intradcrmal antigen) menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya
antibodi tetapi tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang
secara klinik sakit berarti bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau infeksi disebabkan oleh
mikobakterium yang berbeda.

d. Anemia bila penyakit berjalan menahun

e. Leukosit ringan dengan predominasi limfosit

f. LED meningkat terutama pada fase akut umumnya nilai tersebut kembali normal pada tahap
penyembuhan.

g. GDA : mungkin abnormal, tergantung lokasi, berat dan sisa kerusakan paru.

h. Biopsi jarum pada jaringan paru : Positif untuk granuloma TB; adanya sel raksasa menunjukkan
nekrosis.

i. Elektrolit : Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi; contoh hiponatremia
disebabkan oleh tak normalnya retensi air dapat ditemukan pada TB paru kronis luas.

2.6.2 Radiologi

a. Foto thorax : Infiltrasi lesi awal pada area paru atas simpanan kalsium lesi sembuh primer atau
efusi cairan perubahan menunjukan lebih luas TB dapat termasuk rongga akan fibrosa. Perubahan
mengindikasikanTB yang lebih berat dapat mencakup area berlubang dan fibrous. Pada foto thorax
tampak pada sisi yang sakit bayangan hitam dan diafragma menonjol ke atas.

b. Bronchografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronchus atau


kerusakan paru karena TB.

c. Gambaran radiologi lain yang sering menyertai TBC adalah penebalan pleura, efusi pleura atau
empisema, penumothoraks (bayangan hitam radio lusen dipinggir paru atau pleura).

2.6.3 Pemeriksaan fungsi paru


Penurunan kualitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan rasio udara residu: kapasitas
paru total dan penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkim/fibrosis, kehilangan
jaringan paru dan penyakit pleural.

BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan Tuberkulosis paru ialah sebagai
berikut :

3.1.1 Riwayat Perjalanan Penyakit

Keluhan utama : Batuk produkif dan non produktif

3.1.2 Riwayat Penyakit Sebelumnya:

a. Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh.

b. Pernah berobat tetapi tidak sembuh.

c. Pernah berobat tetapi tidak teratur.

d. Riwayat kontak dengan penderita Tuberkulosis Paru.

e. Daya tahan tubuh yang menurun.

f. Riwayat vaksinasi yang tidak teratur.

3.1.3 Riwayat Pengobatan Sebelumnya:

a. Kapan pasien mendapatkan pengobatan sehubungan dengan sakitnya.

b. Jenis, dosis obat yang diminum.

c. Berapa lama. pasien menjalani pengobatan sehubungan dengan penyakitnya.

d. Kapan pasien mendapatkan pengobatan terakhir.

3.1.4 Riwayat Sosial Ekonomi:

a. Riwayat pekerjaan. Jenis pekerjaan, waktu dan tempat bekerja, jumlah penghasilan.

b. Aspek psikososial. Merasa dikucilkan, tidak dapat berkomunikisi dengan bebas, menarik diri,
biasanya pada keluarga yang kurang marnpu, masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk
sembuh perlu waktu yang lama dan biaya yang banyak, masalah tentang masa depan/pekerjaan
pasien, tidak bersemangat dan putus harapan.

c. Faktor Pendukung yaitu riwayat lingkungan dan pola hidup.


3.1.5 Nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola istirahat dan tidur, kebersihan diri.

a. Tingkat pengetahuan/pendidikan pasien dan keluarga tentang penyakit, pencegahan,


pengobatan dan perawatannya.

b. Pola aktivitas dan istirahat

Subjektif : Rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. sesak (nafas pendek), sulit tidur,
demam, menggigil, berkeringat pada malam hari.

Objektif : Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak (tahap, lanjut; infiltrasi radang
sampai setengah paru), demam subfebris (40 –410C) hilang timbul.

c. Pola nutrisi

Subjektif : Anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat badan.

Objektif : Turgor kulit jelek, kulit kering/bersisik, kehilangan lemak sub kutan.

d. Respirasi

Subjektif : Batuk produktif/non produktif sesak napas, sakit dada.

Objektif : Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum hijau/purulent, mukoid kuning atau
bercak darah, pembengkakan kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi basah, kasar di daerah apeks
paru, takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan pleural), sesak napas, pengembangan
pernapasan tidak simetris (effusi pleura.), perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural),
deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik).

e. Rasa nyaman/nyeriS

Subjektif : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.

Objektif : Berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi, gelisah, nyeri bisa timbul
bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga timbul pleuritis.

f. Integritas ego

Subjektif : Faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak berdaya/tak ada harapan.

Objektif : Menyangkal (selama tahap dini), ansietas, ketakutan, mudah tersinggung.

g. Pemeriksaan Diagnostik:

1. Kultur sputum: Mikobakterium Tuberkulosis positif pada tahap akhir penyakit.

2. Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm terjadi 48-72 jam.

3. Poto torak: Infiltnasi lesi awal pada area paru atas ; Pada tahap dini tampak gambaran bercak-
bercak seperti awan dengan batas tidak jelas ; Pada kavitas bayangan, berupa cincin ; Pada kalsifikasi
tampak bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.
4. Bronchografi: untuk melihat kerusakan bronkus atau kerusakan paru karena TB paru.

5. Darah: peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED).

6. Spirometri: penurunan fuagsi paru dengan kapasitas vital menurun.

3.2 Data Fokus

DATA SUBJEKTIF

DATA OBJEKTIF

- Klien mengatakan sering mengalami demam ringan (meriang)

- Badan terasa letih

- Berat badan menurun

- Keringat pada malam hari

- Batuk berdarah

- Suhu = 37 oC

- Berat badan menurun dari 60 kg menjadi 45 kg, turun 15 kg (anoreksia)

- Keringat pada malam hari (+)

- Sputum disertai darah (+)

- Tuberculin test (+)

- Photo thorax terlihat bercak putih di apeks paru

- RR = 24 x permenit

- TD = 110/70 mmHg

- HR = 80 x permenit

3.3 Analisa Data

DATA FOKUS

PROBLEM

ETIOLOGI

DS

klien mengatakan:
- Batuk berdarah

- Demam

- Keringat pd malam hari

DO

klien terlihat :

- Batuk dgn Sputum bercampur darah

- Tuberculin test (+)

- Suhu = 38,5 oC

- HR = 78 x permenit

- RR = 24 x permenit

- TD = 110/70 mmHg

- Rongent Thorax (+)

- Terlihat bercak putih

Ketidak efektifan Bersihan jalan nafas

Berkaitan dengan Secret kental / secret darah

DS

klien mengatakan :

- Tidak nafsu makan

- Cepat letih

- Berat badan turun 12 kg

- Mual

- Tidak suka makan rumah sakit

DO

klien terlihat :

- Antropometri : berat badan turun 12 kg (60-48)

- Biokimia ; Eritrosit : 4 – 5 (juta/ul)

Haemoglobin (Hb) : 12 – 15 (g/dl)


Hematokrit (Ht) : 36 – 47 (%)

Trombo sit : 150.000 – 400.000(/ul)

Leukosit : 5.000 – 10.000(/ul)

Laju Endap Darah (LED) : < 15 (mm/jam)

- Chemical sain : Rhonki (+), konjungtivaanemis (+) , mukosa bibir (kering), togor kulit jelek

- Diathistori : klien tidak suka makan telur, dan sayuran

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Berkaitan dengan intake yang tidak ade kuat

DS

klien mengatakan :

- Tidak mengetahui tentang proses penyakit

- Pasien tidak punya dana untuk berobat

DO

klien terlihat :

- Tinggal di daerah padat penduduk, di pinggir kali,

- Perkampungan kumuh

- Dirumahnya kurang ventilasi dan pencahayaan

Defisiensi pengetahuan tentang kondisi, terapi dan pencegahan

Berkaitan dengan informasi kurang / tidak akurat.

3.3 Diagnosa Keperawatan

3.3.1 Ketidak efektifan Bersihan jalan nafas b/d Secret kental / secret darah

3.3.2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang tidak ade kuat

3.3.3 Defisiensi pengetahuan tentang kondisi, terapi dan pencegahan b/d Berkaitan dengan
informasi kurang / tidak akurat.

3.4 Intervensi

DX

TUJUAN DAN KRITERIA HASIL


INTERVENSI KEPERAWATAN

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan :

- Pasien menyatakan bahwa batuk berkurang atau hilang, tidak ada sesak dan secret berkurang.

- Suara nafas normal (vesikular)

- Tanda-tanda Vital :

Tekanan Darah : 100/60 – 130/80 mmHg

RR : normal (12-20 X/menit),

Suhu normal (36-370C),

- Tidak ada dipsnue

MANDIRI

1. Mengkaji fungsi respirasi antara lain suara, jumlah, irama, dan kedalaman nafas, serta catatan
pula mengenai penggunaan otot nafas tambahan

Rasionalnya : adanya perubahan fungsi respirasi dan penggunaan otot tambahan menandakan
kondisi penyakit yang masih dalam kondisi penanganan penuh

2. Mencatat kemampuan untuk mengeluarkan secret atau batuk secara efektif

Rasional : ketidak mampuan mengeluarkan secret menjadikan timbulnya penumpukan berlebihan


pada saluaran penafasan

3. Mengatur posisi tidur semi/ high fowler. Membantu pasien untuk berlatih batuk secara efektif
dan menarik nafas dalam

Rasional : posisi semi atau high fowler memberikan kesempatan paru-paru berkembang secara
maksimal akibat diagfagma turun kebawah. Batuk efektif mempermudah ekspetorasi mucus.

4. Membersihkan secret dari mulut dan trakea, suction jika memungkinkan

Rasional ; pasien dalam kondisi sesak cenderung bernafas melalui mulut yang jika tidak di tindak
lanjuti akan mengakibatkan stomatitis.

Kolaborasi

1. Memberikan O2 udara inspirasi yang lembab.

Rasional: berfungsi meningkatkan kadar tekanan parsial O2 dan saturasi O2 dalam darah.

2. Memberikan pengobatan atas indikasi:


a. Agen mukolitik

Missal: Acetilcystein

b. Bronkodilator:

c. Kortokosteroid (prednison)

Rasional:berfungsi untuk mengencerkan dahak dan meningkatkan atau memperlebar saluran udara

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan :

- Diharapkan perasaan mual berkurang atau hilang

- Pasien mengatakan nafsu makan meningkat

- Berat badan pasien tidak mengalami penurunan drastic (stabil)

- Pasien terlihat dapat menghabiskan porsi makan yang disediakan

- Hasil analisis laboratorium menyatakan protein darah/albumin darah dalam rentang normal

MANDIRI

1. Mendokumentasikan status nutrisi pasien serta mencatat tugor kulit, berat badab saat ini,
tingkat kehilangan berat badan, integritas mukosa mulut, tonus perut

Rasional: menjadi data focus merencanakan tindakan selanjutnya

2. Memberikan oral care sebelumdan sesudah penatalaksanaan respiration

Rasional: meningkatkan kenyamanan daerah mulut sehingga akan meningkatkan perasaan nafsu
makan

3. Anjurkan makan sedikit tapi sering

Rasional: meningkatkan intake makanan dan nutrisi pasien, terutama kdar protein tinggi yang dapat
meningkatkan mekanisme tubuh dalam proses penyembuhan.

Kolaborasi:

1. Menganjurkan kepada ahli gizi untuk menentukan komposisi diet

Rasional: menentukan kebutuhan nutrisi yang tepat bagi pasien

2. Monitor pemeriksaan laboratorium: serum protein, dan albumin

Rasioanl: mengontrol ketidak efektifan tindakan terutama dengan kadar protein darah.
3

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan :

- Pasien mengerti proses terjadinya penyakit TBC

- Pasien dapat menciptakan lingkungan yang sehat di dalam keluarganya

- Pasien mengerti penyakit TBC

- Pasien mengerti pencegahan penyakit TBC.

MANDIRI

1. Beri penyuluhan kepada pasien dan keluarga tentang penyakit TBC

Rasional: dengan pengetahuan maka penyakit dapat di cegah.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil mikrobakterium tuberkulosis
tipe humanus, sejenis kuman yang berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/mm dan tebal 0,3-
0,6/mm. Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat kuman
lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik

Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-
tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant. Dari sifat dormant
ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberkulosis aktif kembali. Sifat lain kuman adalah
aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan
oksigennya. Dalam hal ini tekanan bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari pada bagian lainnya,
sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit tuberkulosis.

4.2 Saran

Dengan makalah ini diharapkan pembaca khususnya mahasiswa keperawatan dapat mengerti dan
memahami serta menambah wawasan tentang Asuhan keperawatan pada klien dengan TB Paru.
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous.2010. Tuberkulosis. http://id.wikipedia.org/wiki/Tuberkulosis. 13 September 2013

Buku Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa medis dan Nanda Nic Noc tahun 2013

Content Team, Asian Brain. 2009 . Tuberkulosis (TBC).http://www.anneahira.com/pencegahan-


penyakit/tbc.htm.13 September 2013

Nuzulul.2011.Askep TB Paru.http://nuzululzulkarnain.blogspot.com.13 September 2013

Fikri Sapulette.2013.Penyakit TB Paru.http://penyakitTB_Paru.html.13 September 2013

HamsahPK4 di 02.49

Berbagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beranda

Lihat versi web

Mengenai Saya

Foto saya

HamsahPK4

Kendari, Sulawesi Tenggara, Indonesia

Jangan tanyakan apa yang telah diberikan Negara PadaMU... tapi tanyakan apa yang telah Kau
Sumbangkan Kepada BangsaMU...

Lihat profil lengkapku

Diberdayakan oleh Blogger.


via briliant

Senin, 27 Januari 2014

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) CUCI TANGAN MEMAKAI SABUN

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

CUCI TANGAN MEMAKAI SABUN

Disusun Oleh :

1. Eka Purwanti Ningsih (130801057)

2. Enggar Roselita (130801058)

3. Erivia Eka Puspitasari (130801059)

4. Esti Wahyu (130801060)

5. Fitrisia Della (130801061)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


PEMKAB JOMBANG

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

TAHUN 2014

Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Cuci Tangan

Judul : Cuci Tangan Memakai Sabun

Pokok Bahasan : Kebersihan Diri (Vulva Hygine)

Sub Pokok Bahasan/Pokok Bahasan : Cara mencuci tangan dengan benar

Waktu : 1 x 30 menit

Tempat : STIKES PEMKAB JOMBANG

Sasaran : Mahasiswa & para staf di STIKES PEMKAB JOMBANG

I. LATAR BELAKANG

Cuci tangan merupakan salah satu tindakan yang mudah dan murah untuk mencegah penyebaran
penyakit. Tangan kita sendiri justru seringkali menjadi perantara dari berbagai bakteri untuk masuk
kedalam tubuh kita. Agar memperoleh hasil yang maksimal sebaiknya kita mengetahui bagaimana
teknik mencuci tangan yang benar.

Seseorang penderita flu menutup hidungnya dengan tangan saat bersin, kemudian memegang
pegangan di bus, saat anda memegang pegangan tersebut, bakteri flu dapat segera berpindah ke
tangan anda dan apabila anda memegang hidung atau mulut kuman tersebut dapat masuk ke dalam
tubuh kita. Itulah gambaran betapa mudahnya kuman penyakit berpindah dari satu orang ke orang
lain. Penyakit seperti diare, cacingan, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). TBC bahkan penyakit
yang mematikan seperti SARS flu Burung (H5N1) dan Flu Babi (H1N1) dapat di cegah dangan mencuci
tangan yang benar.

Sayangnya, banyak orang yang meremehkan kebiasaan sehat ini dan menganggapnya tidak penting.
Padahal dengan membiasakan cuci tangan yang baik, hidup anda dan keluarga dapat lelbih sehat.
Berbagai macam masyarakat di dunia mencuci tangan dengan sabun untuk alasan yang berbeda-
beda, walaupun pada umumnya perilaku mencuci tangan dengan sabun itu secara luas di ketahui
untuk membersihkan tangan dari kuman namun perilaku ini tidak otomatis di lakukan unutk tujuan
tersebut. Sebuah studi awal dengan pendekatan kualitatif di Kerela, India menunjukkan bahwa orang
dewasa menginginkan tangan yang bersih atas dasar kenyamanan, tangan tidak bau, menunjukkan
kecintaan mereka terhadap anak-anaknya dan mempraktekkan tanggung jawab sosial mereka dalam
masyarakat.

Di Grana, tercatat 25 persen dari seluruh kematian yang di alami oleh balita adalah diakibatkan oleh
diare, dan diare tersebut dapat dicegah setiap tahunnya dengan mencucui tangan menggunakan
sabun.
Tidakan yang sering kita anggap sepele namun merupakan hal yang sangat penting dalam menjaga
hygiene tangan maupun kulit serta salah satu upaya efektif dalam mencegah infeksi nosokomial.
Apapun yang anda lakukan dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap klien sebelum dan
sesudah kontak dengan klien, segera “cuci tangan”

II. TUJUAN PENYULUHAN

Tujuan Instruksional Umum

Setelah di berikan penyuluhan selama ± 30 menit, tentang cara mencuci tangan yang benar di STIKES
PEMKAB JOMBANG, di harapkan mahasiswa dan para staf (sasaran) mengerti mengenai cara mencuci
tangan yang benar dan dapat melakukan teknik mencuci tangan dengan benar.

B. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah diberikan penyuluhan, mahasiswa dan staff di STIKES PEMKAB JOMBANG dapat :

1. Menjelaskan tentang pengertian mencuci tangan pakai sabun dengan benar.

2. Menyebutkan tujuan mencuci tangan dengan benar.

3. Menjelaskan pentingnya mencuci tangan pakai sabun dengan benar.

4. Menjelaskan waktu yang tepat untuk mencuci tangan dengan benar.

5. Menjelaskan tentang bagaimana langkah – langkah mencuci tangan pakai sabun dengan benar.

III. MATERI PENYULUHAN

1. Pengertian cuci tangan pakai sabun

2. Tujuan mencuci tangan

3. Pentingnya mencuci tangan pakai sabun

4. Waktu yang tepat untuk mencuci tangan

5. Langkah – langkah mencuci tangan pakai sabun


IV. METODE

1. Ceramah

2. Tanya Jawab

V. MEDIA & ALAT

1. Laptop

2. LCD

3. Leaflet

4. Power Point

VI. KEGIATAN PENYULUHAN

WAKTU

TAHAP

RESPON

5 menit

Pembukaan :

· Mengucapkan salam.

· Memperkenalkan diri

· Menjelaskan maksud dan tujuan

· Menyebutkan materi yang diberikan.

· Menanyakan kesiapan peserta

Peserta menjawab salam

Peserta mengenal perawat


Peserta mengerti tujuan

Peserta belum tau tentang

Mencuci tangan yang benar

Peserta sudah siap

WAKTU

TAHAP

RESPON

10 menit

Pelaksanaan :

· Penyampaian materi

· Menjelaskan tentang pengertian mencuci tangan

· Menjelaskan tentang tujuan mencuci tangan

· Menjelaskan pentingnya mencuci tangan memakai sabun

· Menjelaskan waktu yang tepat untuk mencuci tangan

· Menjelaskan tentang bagaimana langkah – langkah mencuci tangan pakai sabun dengan benar.

Tanya Jawab :

· Memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya

1.

Peserta mengetahui tentang


pengertian mencuci tangan.

Peserta mengetahui tujuan

mencuci tangan.

Peserta mengetahui pentingnya mencuci tangan memakai

sabun.

Peserta mengetahui waktu yang tepat untuk mencuci tangan.

Peserta mengetahui bagaimana langkah-langkah mencuci

tangan memakai sabun dengan benar.

Peserta bertanya kepada

perawat.

WAKTU

TAHAP

RESPON

10 menit
5 menit

Evaluasi :

· Menanyakan kembali hal-hal yang sudah dijelaskan mengenai cuci tangan yang baik dan benar

Penutup :

· Menutup pertemuan dengan menyimpulkan materi yang telah dibahas

· Memberikan salam penutup

1.

Peserta dapat menjawab

pertanyaan.

Peserta mendengarkan.

Peserta menjawab salam.

VII. EVALUASI

a. Persiapan :

1. Materi sudah siap dan dipelajari 1 hari sebelum penkes

2. Media sudah siap 1 hari sebelum penkes

3. Tempat sudah siap 2 jam sebelum penkes

4. SAP sudah siap 1 hari sebelum penkes


b. Proses :

1. Peserta datang tepat waktu

2. Peserta memperhatikan penjelasan perawat

3. Peserta aktif bertanya atau memberikan pendapat

4. Media dapat digunakan secara efektif

c. Hasil :

1. Peserta dapat menjelaskan tentang pengertian mencuci tangan pakai sabun dengan benar.

2. Peserta dapat menyebutkan tujuan mencuci tangan dengan benar.

3. Peserta dapat menjelaskan pentingnya mencuci tangan pakai sabun dengan benar.

4. Peserta dapat menjelaskan waktu yang tepat untuk mencuci tangan dengan benar.

5. Peserta dapat menjelaskan tentang bagaimana langkah – langkah mencuci tangan pakai sabun
dengan benar.

VIII. MATERI TERLAMPIR

a) Definisi Mencuci Tangan

* Mencuci tangan adalah menggosok air dengan sabun secara bersama-sama seluruh kulit
permukaan tangan dengan kuat dan ringkas kemudian dibilas dibawah aliran air (Larsan, 1995).

* Mencuci tangan adalah proses yang secara mekanis melepaskan kotoran dan debris dari kulit
tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air (DEPKES, 2007)

* Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa, mencuci tangan dengan sabun adalah
salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari- jemari menggunakan air dan
sabun oleh manusia untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman.

b) Tujuan Mencuci Tangan

Mencuci tangan merupakan satu tehnik yang paling mendasar untuk menghindari masuknya kuman
kedalam tubuh.

Dimana tindakan ini dilakukan dengan tujuan:

1) Supaya tangan bersih

2) Membebaskan tangan dari kuman dan mikroorganisme


3) Menghindari masuknya kuman kedalam tubuh

4) Mencegah infeksi silang/infeksi nosokomial di RS

5) Menurunkan penyebab diare dan ISPA.

6) Dapat mencegah infeksi kulit, mata, cacing yang tinggal didalam usus, dan Flu burung

c) Mengapa Harus Menggunakan Sabun ?

Zat pembersih berbentuk sabun ini baik yang padat maupun cair akan membantu proses pelepasan
kotoran dan kuman yang menempel di permukaan luar kulit tangan dan kuku. Dengan mencuci
tangan yang benar menggunakan sabun maka kotoran dan kuman akan terangkat sebagian.
Meskipun demikian hal ini sangat membantu mengurangi resiko terinfeksi

d) Waktu Penting untuk Cuci Tangan

Bagi setiap orang, mencuci tangan adalah satu tindakan yang takkan lepas kapanpun. Karena
merupakan proteksi diri terhadap lingkungan luar. Nah sebenarnya kapan waktu yang tepat untuk
melakukan cuci tangan?

Ø Sebelum dan sesudah makan

Untuk menghindari masuknya kuman kedalam tubuh saat kita makan

Ø Setelah buang air besar

Besar kemungkinan tinja masih tertempel di tangan, sehingga diharuskan untuk mencuci tangan

Ø Setelah bermain

Kebiasaan anak kecil adalah bermain ditempat yang kotor.Seperti tanah. Dimana kita tahu bahwa
banyak sekali kuman didalam tanah, jadi selesai bermain harus mencuci tangan supaya kuman dari
tanah hilang dan tidak menempel ditangan.

Ø Sebelum dan sesudah melakukan kegiatan

Bagi adik-adik mencuci tangan ini juga bisa dilakukan sebelum dan sesudah belajar, sebelum dan
sesudah bangun tidur dan sesudah melakukan kegiatan yang lain.

Ø Sebelum & sesudah kontak dengan pasien di RS

Sebelum dan sesudah bertemu dengan seseorang di Rumah Sakit, supaya bebas kuman.

e) Langakah-langkah mencuci tangan yang benar

Berikut ini adalah langkah mencuci tangan sesuai anjuran WHO 2005 yakni 7 lagkah yang di
kembangkan menjadi 10 langkah

* 7 Langkah Mencuci Tangan :

1. Telapak dengan telapak


2. Telapak kanan di atas punggung tangan kiri di atas punggung tangan kanan

3. Telapak dengan telapak dan jari saling terkait

4. Letakan punggung jari pada telapak satunya dengan jari saling mengunci

5. Jempol kanan digosok memutar oleh telapak kiri dan sebaliknya

6. Jari kiri menguncup, gosok memutar ke kanan dan ke kiri pada telapak kanan dan sebaliknya

7. Pegang pergelangan tangan kiri dengan tangan kana dan sebaliknya gerakan memutar

* 10 Langkah Mencuci Tangan :

1. Basuh tangan dengan air mengalir

2. Ratakan sabun dengan kedua telapak tangan

3. Gosok punggung tangan dan sela – sela jari tangan kiri dan tangan kanan, begitu pula
sebaliknya.

4. Gosok kedua telapak dan sela – sela jari tangan

5. Jari – jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci.

6. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya.

7. Gosokkan dengan memutar ujung jari – jari tangan kanan di telapak tangan kiri dan sebaliknya

8. Gosok pergelangan tangan kiri dengan menggunakan tangan kanan dan lakukan sebaliknya.

9. Bilas kedua tangan dengan air.

10. Keringkan dengan lap tangan atau tissue

Jangan lupa menutup kran dengan tangan di alasi tissue atau lap tangan.Nah sekarang tangan anda
sudah bersih dan aman.

Catatan !

Bila tidak ada wastafel atau kran air, kita bisa menggunakan air yang di tuangkan dengan gayung.
Idealnya memang menggunakan sabun cair, tetapi bisa digunakan sabun batangan.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat A. A. A & Uliyah M. buku saku pratikum kebutuhan dasar manusia, EGC, Jakarta 2004

A.Poter, Patricia, Pery, 2002, Ketrampilan dan Prosedur Dasar, Mosby:Elsevier Science.

Penuntun umum untuk petugas puskesmas.Jakarta.Departemen Kesehatan. 1995.

Pedoman Pelatihan, Modul dan Materi Dokter Kecil . Jakarta

via briliant di 19.01

Berbagi

3 komentar:

Adeline Niesha10 Februari 2015 03.57

terima kasih atas infonya sangat menarik sekali...

meskipun terlihat sepele...

mencuci tangan juga memiliki andil yang besar untuk kesehatan manusia....

dan kalau untuk distributor kaos kaki muslimah yang bagus untuk melindugi kesehatan kaki

Balas

Balasan

PAk RUDI DI SEMARANG22 Juni 2017 22.48

Assalamualaikum wr.wb mohon maaf kepada teman teman jika postingan saya mengganggu anda
namun apa yang saya tulis ini adalah kisah nyata dari saya dan kini saya sangat berterimah kasih
banyak kepada Mbah Rawa Gumpala atas bantuan pesugihan putihnya tampa tumbal yang sebesar
15m kini kehidupa saya bersama keluarga sudah sangat jauh lebih baik dari sebelumnya,,saya
sekaran bisa menjalanka usaha saya lagi seperti dahulu dan mudah mudahan usaha saya ini bisa
sukses kembali dan bermanfaat juga bagi orang lain,,ini semua berkat bantuan Mbah Rawa Gumpala
dan ucapa beliau tidak bisa diragukan lagi,bagi teman teman yang ingin dibantuh seperti saya dengan
pesugihan putih bisa anda hubungi di no 085 316 106 111 jangan anda ragu untuk menghubuni
beliau karna saya sudah membuktikannya sendiri,karna Mbah tidak sama seperti dukun yang lain
yang menghabiskan uang saja dan tidak ada bukti sedankan kalau beliau semuanya terbukti nyata
dan sangat dipercay,,ini unkapan kisah nyata dari saya pak Rudi di semarang.Untuk lebih lenkapnya
silahkan buka blok Mbah di 🐣PESUGIHAN PUTIH TANPA TUMBAL🐣

Balas

Sell Tiket12 September 2016 20.15

Tiket Pesawat Murah Online, dapatkan segera di SELL TIKET Klik disini:

selltiket.com

Booking di SELLTIKET.COM aja!!!

CEPAT,….TEPAT,….DAN HARGA TERJANGKAU!!!

Ingin usaha menjadi agen tiket pesawat??

Yang memiliki potensi penghasilan tanpa batas.

Bergabung segera di agen.selltiket.com

INFO LEBIH LANJUT HUBUNGI :

No handphone : 085365566333

PIN : 5A298D36

Segera Mendaftar Sebelum Terlambat. !!!

Balas


Beranda

Lihat versi web

Mengenai Saya

Foto saya

via briliant

Lihat profil lengkapku

Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai