Anda di halaman 1dari 2

PEDOMAN UMUM PEMERIKSAAN FISIK PADA ANAK

1. Lakukan pemeriksaan di dalam ruang yang menyenangkan dan tidak mengancam


a. Berikan penerangan yang baik pada ruangan dan didekorasi dengan warna-warna netral
b. Berikan suhu ruangan yang hangat nyaman
c. Tempatkan semua alat yang asing dan potensial menakutkan di luar pandangan
d. Beri beberapa mainan, boneka, mainan binatang, dan permainan yang tersedia untuk anak-anak
e. Bila mungkin, minta ruangan didekorasi dan dilengkapi untuk anak-anak dengan usia yang
berbeda
f. Beri privasi, khususnya untuk anak-anak usia sekolah dan remaja
g. Periksa apakah alat dan suplai bekerja dengan baik dan dapat diakses untuk menghindari
gangguan
2. Berikan waktu untuk bermain dan saling mengenal
a. Berbicara pada perawat
b. Membuat kontak mata
c. Menerima peralatan yang ditawarkan
d. Membiarkan sentuhan fisik
e. Memilih untuk duduk di atas meja pemeriksaan daripada di pangkuan orang tua
3. Jika tanda-tanda kesiapan tidak terlihat, gunakan teknik-teknik berikut:
a. Bicara pada orang tua sambil “mengabaikan” anak, secara bertahap berfokus pada anak atau
objek favorit, seperti boneka
b. Buat ucapan pujian tentang anak, seperti penampilannya, pakaiannya, atau objek favoritnya
c. Ceritakan cerita lucu atau bermain sulap sederhana
d. Berikan “teman” yang tidak mengancam, seperti boneka tangan atau boneka jari untuk “bicara”
dengan anak
4. Bila anak menolak untuk bekerja sama, gunakan teknik berikut
a. Kaji alasan perilaku tidak mau bekerja sama; pertimbangkan bahwa anak takut terhadap
pemeriksa pria, mungkin anak pernah mengalami pengalaman buruk, atau penyiksaan seksual
b. Coba libatkan anak dan orang tua dalam proses, atau bila tepat minta orang tua untuk pergi
c. Hindari penjelasan yang panjang tentang prosedur pemeriksaan
d. Gunakan pendekatan langsung dan tegas berkaitan dengan perilaku yang diharapkan
e. Lakukan pemeriksaan secepat mungkin
f. Minta asisten merestrain anak dengan lembut
g. Minimalkan adanya gangguan atau stimulasi, dengan membatasi jumlah orang dalam ruangan,
gunakan ruangan tersendiri, gunakan suara yang tenang, lembut, dan meyakinkan
5. Mulailah pemeriksaan dengan cara yang tidak mengancam untuk anak kecil atau anak yang takut
a. Gunakan aktivitas-aktivitas seperti dalam permainan, seperti saat pemeriksaan saraf kranial atau
tes perkembangan
b. Gunakan pendekatan seperti “dolly mengatakan” untuk mendorong anak membuat wajah,
meremas tangan, berdiri satu kaki, dan sebagainya
c. Gunakan teknik “boneka kertas”:
1) Baringkan anak telentang di atas meja pemeriksaan atau di lantai yang ditutupi dengan
lapisan kertas lebar
2) Garisi sekitar tubuh anak
3) Gunakan garis/gambar tersebut untuk mendemonstrasikan apa yang akan diperiksa, seperti
menggambarkan jantung dan mendengarkan dengan stetoskop sebelum melakukan aktivitas
yang sebenarnya pada anak
6. Bila ada beberapa anak yang akan diperiksa, mulailah dari anak yang paling kooperatif
7. Libatkan anak dalam proses pemeriksaan:
a. Berikan pilihan seperti duduk di atas meja atau di pangkuan orang tua
b. Izinkan untuk memegang atau memainkan alat
c. Anjurkan untuk menggunakan alat-alat tersebut pada boneka, anggota keluarga, atau pemeriksa
8. Periksa anak dalam posisi aman dan nyaman:
a. Duduk di pangkuan orang tua
b. Duduk tegak jika mengalami distress pernapasan
9. Lanjutkan untuk memeriksa tubuh dalam urutan yang teratur (biasanya kepala sampai kaki) dengan
pengecualian berikut:
a. Ubah urutan urutan untuk memenuhi kebutuhan anak-anak dengan usia yang berbeda
b. Pastikan area yang nyeri di bagian akhir
c. Pada situasi darurat, periksa dulu fungsi vital (jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi) dan area
yang cedera
10. Tenangkan anak sepanjang pemeriksaan, khususnya kekhawatiran tentang tubuh yang muncul
selama masa pubertas
11. Diskusikan hasil temuan dengan keluarga pada akhir pemeriksaan
12. Puji anak untuk kerjasamanya selama pemeriksaan, berikan penghargaan seperti mainan yang tidak
mahal atau stiker kertas

PERAWATAN ATRAUMATIK
Anak kecil, khususnya anak prasekolah, takut terhadap prosedur yang mengganggu
karena mereka mengartikan batasan tubuh dengan buruk.
Oleh karena itu, hindari prosedur invasive, seperti mengukur suhu rektal, jika mungkin.
Hindari juga penggunaan kata “ambil” ketika mengukur tanda-tanda vital, karena
biasanya anak kecl menginterpretasikan kata-kata secara harfiah dan dapat berpikir
bahwa suhu mereka atau fungsi lainnya akan diambil. Sebagai gantinya, katakanlah “saya
ingin mengetahui seberapa hangatnya badannya”

Anda mungkin juga menyukai