Anda di halaman 1dari 27

TUGAS MAKALAH PENGKAJIAN DALAM KEPERAWATAN ANAK

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengkajian Dalam Keperawatan


Anak

DOSEN PENGAMPU : Titin Sutini

1. Sahariah (20200920100038)
2. Wahyuni Agustia (20200920100040)

PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2020

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pemeriksaan fisik lebih dari satu rangkaian latihan tehnikal. Hal itu merupakan tuntutan
yang sama sensitifnya dengan kebutuhan fisik dan psikologis anak yang sulit dikenal dan
tidak sama dengan yang lainnya.
Pendekatan dalam pemeriksaan fisik bergantun pada umur dan perbedaan anak. Pada
bayi dan anak kecil akan merasa lebih aman dan berkurang rasa takutnya dengan kehadiran
orang tua, misalnya ibu.
Cara pemeriksaan bayi dan anak pada umumnya sama dengan pemeriksaan pada orang
dewasa, yaitu inspeksi, palpasi (periksa raba ).perkusi ( periksa ketuk ), dan auskultasi
(periksa dengar dengan menggunakan stetoskop), observasi (pengamatan secara seksama)
Pemeriksaan dilakukan pada seluruh tubuh, dari ujung rambut sampai ujung kaki,namun
tidak harus dengan urutan tertentu. Pemeriksaan yang menggunakan alat seperti
pemeriksaan tengkorak, mulut, telinga, suhu tubuh, tekanan darah, dan lain-lainnya
sebaiknya dilakukan paling akhir,karena dengan melihat atau memakai alat-alat, umumnya
anak menjaadi takut atau merasa tidak nyaman,sehingga menolak dipetiksa lebih lanjut.
B. TUJUAN PEMERIKSAAN FISIK
Tujuan pemeriksaan fisik adalah memperoleh informasi yang akurat tentang keadaan
fisik pasien. Karena sifat alamiah bayi dan anak, ururan pemeriksaan tidak harus menuruti
sistematika yang lazim pada orang dewasa. Dalam pemeriksan anak harus memperhatikan
kebutuhan perkembangan mental anak. Penggunaan perkembanagn mental dan kronologi
umur sebagai kriteria utama dalam pengkajian tiap sistem tubuh
memudahkan/menyelesaikan dari beberapa tujuan, diantaranya :
a) Untuk menentukan kelainan yang segera memerlukan pertolongan dan sebagai dasar
untuk pemeriksaan selanjutnya.
b) Mampu memperagakan pemeriksaan kepala sampai kaki pada bayi.
c) Menyebutkan nilai pemeriksaan bayi normal pada masing_masing daerah pemeriksaan
fisik.
d) Mengidentifikasi minimal 6 Variasi bayi yang lazim di temukan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. PENGERTIAN
Pemeriksaan fisik adalah proses berkelanjutan yang dimulai secara wawancara, terutama
dengan menggunakan inspeksi atau observasi. Selama pemeriksaan yang lebih formal,alat-alat
untuk perkusi,palpasi dan auskultasi ditambahkan untuk memantapkan dan menyaring
pengkajian sistem tubuh.Seperti pada riwayat kesehatan, obyekyif dari pengkajian fisik adalah
untuk merumuskan diagnsa keperawatan dan mengevaluasi keefektivan intervensiterapeutik.
( Wong,2003).
Pengkajian merupakan tahap pertama dalam proses keperawatan,dimana tiap tahap
perawatan melakukan pengkajian data yang diperoleh dari hasil wawancara, laporan teman
sejawat, catatan keperawatan, atau catatan kesehatan lain dan pengkajian fisik.( Robert
Priharjo, 1993 ).Physical examination merupakan tehnik maneuver yang terdiri dari beberapa
rangkaian, yang masing-masing anak memlik sensifitas dan verbal baik fisik maupun
spikologik.( Wong, 1993 ) Pemeriksaan fisik lebih dari suatu rangkaian latihan tehnikal. Hal
itu merupakan tuntutan yang sama sensivitasnya dengan kebutuhan fisik dan psikologik anak
yang sulit di kenal dan tidak sama dengan yang lainnya.( Wong, 1993 ).

2. KOMUNIKASI SEBELUM PEMERIKSAAN FISIK


Sebagai tenaga medis sebelum melakukan pemeriksaan hendaknya jangan mengabaikan
komunikasi walaupun pada anak sekalipun. Hal ini bertujuan agar nantinya ia mendapatkan
informasi yang akurat dengan pasien. Adapun komunikasi yang dilakukan perawat sebelum
melakukan pemeriksaan fisik antara lain:
a) Bicara terlebih dahulu pada orang tua, tunjukkan bahwa kita akan membina hubungan yang
baik dengannya. Dengan demikian, anak akan melihat bahwa kita berbuat baik terhaap
orang tuanya. Kemudian perhatian kita alihkan pada anak dengan tujuan semula, yaitu
melakukan pengkajian.
b) Mulai kontak dengan anak dengan menceritakan sesuatu yang lucu. Dengan demikian
harapkan anak akan tertarik dengan pembicaraan perawat dan mau bekerja sama.
c) Gunakan mainan sebagai pihak ketiga dalam bentuk yang lain sebagai titik masuk
berbicara pada anak. Hal ini akan sangat efektif terutama pada anak usia toddler dan
anak pra sekolah
d) Apabila memungkinkan, ajukan pilihan pada anak tersebut tentang pemeriksaan yang
diinginkan, sambil duduk atau di tempat tidur, atau di pangku oleh orangtuanya.
e) Pemeriksaan yang menimbulkan trauma dilakukan paling terakhir. Dengan demikian, pilih
pemeriksaan yang paling sederhana atau yang dapat dilakukan sambil bermain terlebih
dahlu.
f) Hindarkan pemeriksaan dengan menggunakan alat yang menimbulkan rasa takut,
misalnya termometer atau stetoskop yang terasa dingin.

BAB III
PEMBAHASAN
1. PEMERIKSAAN ANAK

Walaupun pemeriksaan fisik dilakukun dengan prosedur yang tidak menyebabkan rasa sakit,
tetapi kepada seorang anak dengan menggunakan jari, telapak tangan, lengan, pemeriksaan dalam
telinga dan mulut,menekn abdomen dan mendengarkan dasa dengan permukaan metal yang dingin
dapat menimbulkan stresful. Pemeriksaan fisik ini harus menjadi hal yang menyenangkan dan sama
baik hasilnya. Misalnya dengan anak pre school dan yang lebih tua perawat dapat menggunakan
gambar atau boneka untuk membantu anak belajar tentang tubuh mereka.Tehnik “Paper Doll”
merupakan pendekatan yang digunakan untuk mengajarkan anak tentang bagian tubuh mereka
yang diperiksa. Kesimpulannya adalah saat kunjungan anak dapat membawa paper doll sebagai
pengingat pengalaman. Banyak permintaan anak yang sangat kooperatif ketika orang tua bersama
mereka. Hal ini ada yang menyebabkan, bagaimanapun saat anak yang lebih tua terutama adolence
lebih memilih di periksa sendiri pada pemeriksaan genetalia, sering anak yang sedang diperiksa
juga disertai saudara kandungnya yang dapat menyebabkan ke tidak teraturan kerena ada boredom.
Sebuah taktik untuk membantu mereka adalah untuk memberikan mereka kesempatan untuk
mencoba alat pemeriksaan seperti stetoskop atau spatel lidah dan memuji anak atas
“Bantuannya”selama pemeriksaan.

2. PEMERIKSAAN FISIK.
Keterampilan pengkajian fisik meliputi:
a) Inspeksi
b) Palpasi
c) Perkusi
d) Auskultasi.

Pemeriksaan fisik yang lengkap terdiri dari;


 Pemeriksaan Antropometri :mengukur beratbadan,Tinggi badan,Lingkar kepala.
 Pemeriksaan sistem organ:Pemeriksaan rupa,kulit,kepala dan
leher,muka,telinga,mata,hidung,mulut,dada,bahu,lengan dan
tangan,abdomen,genetalia,ekstremitas,pungging dan anus.
 Pemeriksaan Neurologik: Pemeriksaan refleks yang dapat di lihat.

a. PERSIAPAN ALAT

1. Pengukur/meteran/penggaris/Stadiometer
2. Penimbang BB
3. Termometer dan spekulum
4. Optalmoskop
5. Arloji berdetik
6. Manset:
- Bayi baru lahir ukurannya : lebar kantong 2,5-4,0 cm dan panjang Kantongnya 5,0-9,0
cm
- Bayi ukurannya:lebar kantong 4,0-6,0 cm dan panjang kantongnya 5,0-9,0
- Anak-anak lebar kantong 7,5-9,0 Cm dan panjang kantongnya 17,0-19,0 cm.
7. Stesoskop
8. Oksilometri
9. Peniti,kapas, objek dingin/kapas
10.Spatel lidah
11. Garpu tala
12. Snellen
13. Senter
14. Gambar warna
b. PELAKSANAAN PEMERIKSAAN FISIK ANAK
Persiapan Bayi
 Sebelum dapat duduk sendiri:Terlentang atau telungkup atau lebih baik di pangkuan
orang tua.
 Usia 4 sampai 6 bulan dapat di tempatkan di atas meja periksaan.
 Setelah dapat duduk sendiri:Gunakan posisi duduk di pangkuan orang tua jika mungkin
 Jika diatas meja, tempatkan dan pandangan penuh pada orang tua.
 Bila tenang auskultai jantung, paru, abdomen
 Catat frekuensi jantung dan pernafasan.
 Palpasi dan perkusi area yang sama
 Lanjutkan dengan arah biasa,kepala ke kaki
 Lakukan prosedur traumatic di bagian akhir, mata, telinga, mulut (sambil menangis)
 Munculkan reflek-reflek saat bagian tubuh tersebut diperiksa
 Lakukan pemeriksaan reflek Moro di bagian akhir
 Lepaskan semua pakaian bila suhu ruangan memungkinkan.
 Biarkan popok terpasang pada bayi
 Tingkatkan kerja sama dengan distraksi,obyek erang,bunyi-bunyi dengan mulut,bicara.
 Berikan kotak kecil dikedua tangan bayi yang lebih besar,sampai pelepasan volunter
 berkembang di akhir tahun pertama,bayi tidak mampu menggenggam obyek(misalnya
stetoskop,otoskop)( Farber,1991 )
 Tersenyum pada bayi gunakan suara yang lembutdan perlahan
 Tenangkan dengan sebotol air gula atau makanan .
 Minta bantuan orang tua untuk memegang bayi pada pemeriksaan telinga dan mukut.
 Hindari gerakan yang kasar dan mengejutkan.

Usia Bermain
 Duduk atau berdiri diatas atau disamping orang tua.
 Telungkup atau terlentang dipangkuan orang tua.
 Inspeksi area tubuh,melalui permainan “Hitung Jari” gelitik jari kaki.
 Gunakan kontak fisik minimal diawal pemeriksaan.
 Kenalkan alay dengan perlahan. Auskultasi,perkusi,palpasi bila tenang
 Lakukan prosedur traumatic terakhir (sama dengan bayi)
 Minta orang tua untuk melepaskan pakaian bagian luar
 Lepaskan pakaian dalam pada saat tubuh tersubut di periksa
 Izinkan untuk melihat-lihat alay,menunjukkan penggunaan alat biasanya tidak efektif
 Jika tidak kooperatif lakukan prosedur dengan cepat
 Gunakan restrain bila tepat,minta bantuan orang tua.
 Bicarakan pemeriksaan bila dapat bekerja sama :gunakan kalimat pendek.
 Berikan pujian untuk perilaku kooperatif.
Anak Pra Sekolah
 Lebih suka berdiri atau duduk.
 Biasanya kooperatif dengan posisi telungkup/atau terlentang menyukai kedekatan
 dengan orang tua.
 Jika kooperatif ,lakukan dari kepala ke jari kaki.
 Bila tidak kooperatif,lakukan seperti pada anak usia bermain.
 Minta anak melepaskan pakaiannya.
 Izinkan untuk menggunakan celana dalam bila malu.
 Berikan kesempata untuk melihat alat:tunjukkan dengan singkat penggunaannya.
 Buat cerita tentang prosedur :”saya mau melihat seberapa kuat otot-ototmu”
 Gunakan tehnik boneka kertas
 Beri pilihan jika mungkin
 Hargai kerja sama : gunakan pernyataan positif ”Buka Mulutmu”

Anak Usia Sekolah


 Menyukai duduk
 Kooperatif hampir semua posisi anak kecil menyukai kehadiran orangtua.
 Anak yang lebih besar menyukai privasi.
 Lakukan dari kepala dan kaki
 Bila tidak kooperatif ,lakukan seperti pada anak usia bermain.
 Minta untuk melepaskan pakain sendiri.
 Biarkan untuk memakai celana dalam
 Beri skor untuk dipakai
 Jelaskan tujuan peralatan dan kepentingan prosedur seperti otoskop untuk melihat
gendang telinga,yang diperlukan untuk mendengar.
 Ajarkan tentang fungsi tubuh dan perawatannya.

3. TEHNIK PEMERIKSAAN FISIK PADA BAYI

A. PEMERIKSAAN ANTHOPOMETRI

1. Penimbangan berat badan


Letakkan kain atau kertas pelindung dan atur skala penimbangan ke titik nol sebelum
penimbangan. Hasil timbangan dikurangi berat alas dan pembungkus bayi
2. Pengukuran panjang badan
Letakkan bayi di tempat yang datar. Ukur panjang badan dari kepala sampai tumit dengan
kaki/badan bayi diluruskan. Alat ukur harus terbuat dari bahan yang tidak lentur.
3. Ukur lingkar kepala
Pengukuran dilakukan dari dahi kemudian melingkari kepala kembali lagi ke dahi.
4. Ukur lingkar dada
Ukur lingkar dada dari daerah dada ke punggung kembali ke dada (pengukuran dilakukan
melalui kedua puting susu)

B. PEMERIKSAAN SISTEM ORGAN


1. Kepala
Raba sepanjang garis sutura dan fontanel ,apakah ukuran dan tampilannya normal.
Sutura yang berjarak lebar mengindikasikan bayi preterm,moulding yang buruk atau
hidrosefalus. Pada kelahiran spontan letak kepala, sering terlihat tulang kepala tumpang
tindih yang disebut moulding/moulase.Keadaan ini normal kembali setelah beberapa hari
sehingga ubun-ubun mudah diraba. Perhatikan ukuran dan ketegangannya. Fontanel anterior
harus diraba, fontanel yang besar dapat terjadi akibat prematuritas atau hidrosefalus,
sedangkan yang terlalu kecil terjadi pada mikrosefali. Jika fontanel menonjol, hal ini
diakibatkan peningkatan tekanan intakranial, sedangkan yang cekung dapat tejadi akibat
deidrasi. Terkadang teraba fontanel ketiga antara fontanel anterior dan posterior, hal ini
terjadi karena adanya trisomi 21.Periksa adanya tauma kelahiran misalnya; caput
suksedaneum, sefal hematoma, perdarahan subaponeurotik/fraktur tulang
tengkorak.Perhatikan adanya kelainan kongenital seperti ; anensefali, mikrosefali,
kraniotabes dan sebagainya
2. wajah
wajah harus tampak simetris. Terkadang wajah bayi tampak asimetris hal ini
dikarenakan posisi bayi di intrauteri.Perhatikan kelainan wajah yang khas seperti sindrom
down atau sindrom piere robin. Perhatikan juga kelainan wajah akibat trauma lahir seperti
laserasi, paresi N.fasialis.
4. Mata
- Goyangkan kepala bayi secara perlahan-lahan supaya mata bayi terbuka.
- Periksa jumlah, posisi atau letak mata
- Perksa adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang belum sempurna
- Periksa adanya glaukoma kongenital, mulanya akan tampak sebagai pembesaran kemudian
sebagai kekeruhan pada kornea
- Katarak kongenital akan mudah terlihat yaitu pupil berwarna putih. Pupil harus tampak
bulat. Terkadang ditemukan bentuk seperti lubang kunci (kolobama) yang dapat
mengindikasikan adanya defek retina
- Periksa adanya trauma seperti palpebra, perdarahan konjungtiva atau retina
- Periksa adanya sekret pada mata, konjungtivitis oleh kuman gonokokus dapat menjadi
panoftalmia dan menyebabkan kebutaan
- Apabila ditemukan epichantus melebar kemungkinan bayi mengalami sindrom down
4. Hidung
- Kaji bentuk dan lebar hidung, pada bayi cukup bulan lebarnya harus lebih dari 2,5 cm.
- Bayi harus bernapas dengan hidung, jika melalui mulut harus diperhatikan kemungkinan
ada obstruksi jalan napas akarena atresia koana bilateral, fraktur tulang hidung atau
ensefalokel yang menonjol ke nasofaring
- Periksa adanya sekret yang mukopurulen yang terkadang berdarah , hal ini kemungkinan
adanya sifilis kongenital
- Periksa adanya pernapasa cuping hidung, jika cuping hidung mengembang menunjukkan
adanya gangguan pernapasan.( Depkes Ri,2003 )

5. Mulut
- Perhatikan mulut bayi, bibir harus berbentuk dan simetris. Ketidaksimetrisan bibir
menunjukkan adanya palsi wajah. Mulut yang kecil menunjukkan mikrognatia
- Periksa adanya bibir sumbing, adanya gigi atau ranula (kista lunak yang berasal dari dasar
mulut)
- Periksa keutuhan langit-langit, terutama pada persambungan antara palatum keras dan lunak
- Perhatika adanya bercak putih pada gusi atau palatum yang biasanya terjadi
akibatvEpistein’s pearl atau gigi
- Periksa lidah apakah membesar atau sering bergerak. Bayi dengan edema otak atau tekanan
intrakranial meninggi seringkali lidahnya keluar masuk (tanda foote)
- Bibir sumbing (Bennet & Brown, 1999).
6. Telinga
- Periksa dan pastikan jumlah, bentuk dan posisinya
- Pada bayi cukup bulan, tulang rawan sudah matang
- Dauntelinga harus berbentuk sempurna dengan lengkungan yang jelas dibagia atas
- Perhatikan letak daun telinga. Daun telinga yang letaknya rendah (low set ears) terdapat
pada bayi yangmengalami sindrom tertentu (Pierre-robin)
- Perhatikan adanya kulit tambahan atau aurikel hal ini dapat berhubungan dengan
abnormalitas ginjal.
7. Leher
- Leher bayibiasanya pendek dan harus diperiksa kesimetrisannya. Pergerakannya harus baik.
Jika terdapat keterbatasan pergerakan kemungkinan ada kelainan tulang leher
- Periksa adanya trauma leher yang dapat menyebabkan kerusakan pad fleksus brakhialis
- Lakukan perabaan untuk mengidentifikasi adanya pembengkakan.periksa adanya
pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis
- Adanya lipata kulit yang berlebihan di bagian belakang leher menunjukkan adanya
kemungkinan trisomi 21.
8. Klavikula
Raba seluruh klavikula untuk memastikan keutuhannya terutama pada bayi yang lahir
dengan presentasi bokong atau distosia bahu. Periksa kemungkinan adanya fraktur.
9. Tangan
- Kedua lengan harus sama panjang, periksa dengan cara meluruskan kedua lengan ke bawah
- Kedua lengan harus bebas bergerak, jika gerakan kurang kemungkinan adanya kerusakan
neurologis atau fraktur
- Periksa jumlah jari. Perhatikan adanya polidaktili atau sidaktili
- Telapak tangan harus dapat terbuka, garis tangan yang hanya satu buah berkaitan dengan
abnormaltas kromosom, seperti trisomi 21
- Periksa adanya paronisia pada kuku yang dapat terinfeksi atau tercabut sehingga
menimbulkan luka dan perdarahan.
10. Dada
- Periksa kesimetrisan gerakan dada saat bernapas. Apabila tidak simetris kemungkinan bayi
mengalami pneumotoraks, paresis diafragma atau hernia diafragmatika. Pernapasan yang
normal dinding dada dan abdomen bergerak secara bersamaan.Tarikan sternum atau
interkostal pada saat bernapas perlu diperhatikan
- Pada bayi cukup bulan, puting susu sudah terbentuk dengan baik dan tampak simetris
- Payudara dapat tampak membesar tetapi ini normal
11. Abdomen
- Abdomen harus tampak bulat dan bergerak secara bersamaan dengan gerakan dada saat
bernapas. Kaji adanya pembengkakan
- Jika perut sangat cekung kemungkinan terdapat hernia diafragmatika
- Abdomen yang membuncit kemungkinan karena hepato-splenomegali atau tumor lainnya
- Jika perut kembung kemungkinan adanya enterokolitis vesikalis, omfalokel atau ductus
omfaloentriskus persisten.(Lodermik, Jensen 2005)

12. Genetalia
- Pada bayi laki-laki panjang penis 3-4 cm dan lebar 1-1,3 cm.Periksa posisi lubang uretra.
Prepusium tidak boleh ditarik karena akan menyebabkan fimosis
- Periksa adanya hipospadia dan epispadia
- Skrortum harus dipalpasi untuk memastikan jumlah testis ada dua
- Pada bayi perempuan cukup bulan labia mayora menutupi labia minora
- Lubang uretra terpisah dengan lubang vagina
- Terkadang tampak adanya sekret yang berdarah dari vagina, hal ini disebabkan oleh
pengaruh hormon ibu (withdrawl bedding).(Lodermik, Jensen 2005) (Lodermik, Jensen
2005)
13. Anus dan rectum
- Periksa adanya kelainan atresia ani , kaji posisinya
- Mekonium secara umum keluar pada 24 jam pertama, jika sampai 48 jam belumkeluar
kemungkinan adanya mekonium plug syndrom, megakolon atau obstruksi saluran
pencernaan
14. Tungkai
- Periksa kesimetrisan tungkai dan kaki. Periksa panjang kedua kaki dengan meluruskan
keduanya dan bandingkan
- Kedua tungkai harus dapat bergerak bebas. Kuraknya gerakan berkaitan dengan adanya
trauma, misalnya fraktur, kerusakan neurologis.
- Periksa adanya polidaktili atau sidaktili padajari kaki

15. Spinal
Periksa psina dengan cara menelungkupkan bayi, cari adanya tanda-tanda
abnormalitas seperti spina bifida, pembengkakan, lesung atau bercak kecil berambut yang
dapat menunjukkan adanya abdormalitas medula spinalis atau kolumna vertebra.(Lodermik,
Jensen 2005)
16. Kulit
- Perhatikan kondisi kuli bayi.
- Periksa adanya ruam dan bercak atau tanda lahir
- Periksa adanya pembekakan
- Perhatinan adanya vernik kaseosa
- Perhatikan adanya lanugo, jumlah yang banyak terdapat pada bayi kurang bulan
4. TEHNIK PEMERIKSAAN FISIK PADA ANAK
1. Menentukan tinggi badan
Suruh ana dengan kaos kaki atau tanpa kaos kaki berdiri tegak pada timbangan standar dan
ukur tinggi badan di mana anak berdiri diatas tanda sampai yang terdekat 0,1cm(0,03 inci)
2. Menentukan berat badan
Anak kecil(20 bln – 5 thn) pakaian anak di buka kecuali celana dalam dan di timbang
dengan timbangan berdiri sedangkan anak 5 tahun ke atas di timbang dengan
berpakaian.Peningkatan atau penurunan berat badan yang tiba-tiba harus di perhatikan.
3. Pengukuran tanda-tanda vital
a. Pengukuran suhu tubuh
- Pilih tempat pengukuran suhu berdasarkan umur dan kondisi anak( aksila,oral,rektal dan
timpani)
- Atur posisi anak yang sesuai
- Usahakan mencatat tempat pengukuran suhu karena perbedaan tempat-tempat tertentu
tidak dapat di anggap tetap
b .Pengukuran nadi
- Ukur denyut nadi bila bayi atau anak diam
- Pilih tempat yang tepat. Denyut apikal di ukur pada anak yang berumur kurang dari 2 tahin
karena denyut rasialis sulit untuk penempatan.
- Auskultasi denyut rasialis dan apikal selama 1 menit penuh.
c. Pengukuran tekanan pernapasan
- Kaji pernapasan bayi atau anak sebelum memulai prosedur yang intrusif.jika bayi atau anak
menangis tunggu sampai diam.
- mati siklus pernapasan dengan lengkap,hitung pernapasan selama 1 menit penuh.
- Ketika menghitung perhatikan kedalaman dan irama pernapasan anak
d. Pengukuran tekanan darah
- Pilih metode yang tepat.palpasi dapat dilakukan daripada auskultasi jika anak mempunyai
arteri brakialis yang kecil dan dalam.tehnik flush bisa di pilih jika mungkin untuk
memperoleh hasil pengukuran tekanan darah pada anak kecil atau bayi dengan cara lain.
- Pilih tempat dan ukuran manset yang tepat
- Pengukuran tekanan darah harus dilakukan sebelum prosedur yang menimbulkan
kecemasan
4. Pengkajian sistem tubuh
a. Kepala dan Leher
Pengkajian leher meliputi evaluasi trakea dan kelenjar tiroid.kepala di kaji terhadap
ukuran,bentuk dan kesimetrisan.Fontanel dan sutura diperiksa dan kontrol kepala di
perhatikan.Mulai pemeriksaan dari kepala ke leher memberikan kemajuan pengkajian
sistematik.
b. Mata
Pengkajian mata meliputi pemeriksaan mata eksternal dan internal,ketajaman
penglihatan,gerakan ekstraokular,posisi,penjajaran( alignment)dan penglihatan warna.
c. Telinga
Pengkajian telinga meliputi inspeksi telinga luar dan telinga dalam,menguji
ketajaman pendengaran,dan pemeriksaan otoskopik.bidan juga berfokus pada riwayat
kesehatan anak dalam upaya untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menempatkan anak
berisiko terhadap masalah-masalah pendengaran.
d. Muka,Hidung dan rongga mulut
Muka memberikan gambaran tentang statusemosional anak danpetujuk-petunjuk
terhadap keadaan neurogis dan alergi.Hidung memberikan jalan masuk ke seluruh
pernafasan dan mulut memberikan jalan masuk ke saluran pencernaan.Pemeriksaan Hidung
mulutdan sinus memberikan informasi tentang fungsi saluran pernafasan,saluran
pencernaan dan tentang kesehatan anak secara keseluruhan.
e. Integumen
Pengkajian integuman meliputi inspeksi dan palpasi kulit,kuku,rambut dan kulit
kepala dan dapat di satukan dengan pengkajian bagian tubuh lainnya.
f. Toraks dan paru-paru
Pengkajian sistim pernafasan meliputi observasi yang cermat terhadap tingkah laku
anak dan pengkajian toraks dan dada anterior dan posterior
g. Sistem kardiovaskular
Jantung merupakan fokus utama pengkajian kardiovaskular pada bayi dan
anak.pengkajian sirkulasi perifer halus dilakukan pada keadaan-keadaan serta penggunaan
gips.Auskultasi memberikan data yang paling signifikan tentang status jantung .Metode
auskultasi lebih di tekankan namun metode pengkajian lain tidak dapat di abaikan.
h. Abdomen
Didalam vakum abdomen terdapat organ-organ dari struktur-struktur dari sistim
genitourinaria,sistim gastrointestinal,dan sistem hamapotik.Pengkajian abdomen benar-
benar merupakan pengkajian banyak sistem dan umumnya mengikuti pengkajian toraks dan
paru-paru.Bising usus yang lemah dapat di pengaruhi oleh manipulasi manual jadi urutan
pengkajian adalah inspeksi,auskultasi dan palpasi.
i. Sistem limfatik
Sistim limfatik meliputi limfe, limpa dan sumsum tulang.Nodus limfe superfisial
dan limfa dapat di capai. untuk pengkajian sistim limfatik sering kali terintegrasi dengan
pengkajian leher,payudara,dan abdomen.
j. Sistem reproduksi
Pengkajian sistim reproduksi pada bayi dan anak meliputi inspeksi organ genetalia
eksterna.Penilaian ganataliaa interna di lakukan oleh bidan yang secara khusus disiapkan
dangan keahlian tersebut.

k. Sistem muskuloskeletal
Pengkajian dapat di peroleh dangan sejumlah besar data tentang sistem
muskuloskeletal dengan melihat anak berjalan,duduk,dan melakukan berbagai aktivitas
selama pengkajian kesehatan.Pengkajian yang spesifik membantu dalam melakukan
skristing terhadap kelainan pada masa anak-anak seperti clubfoot,dislokasi
pinggulkonginital dan skoliosiss.

l. Sistem persarafan
Pengkajian sistem persyaafan meliputi observasi dan pengkajian status
mental,fungsi motorik,fungsi sensorik,fungsi saraf kranial,refleks-refleks dan otomatisme
bayi.ketelitian pengkajian tergantung pada keluhan,data penunjang dari pengkajian
kesehatan,alasan pengkajian,kondisi dan umur anak.
A. PEMBAGIAN REGIO ABDOMEN
Dinding anterior abdomen adalah muskulus rectus abdominis, dapat ditemukan apabila
seseorang dalam posisi terlentang mengangkat kepala dan bahunya (gambar 1). Untuk tujuan
deskripsi, biasanya abdomen dibagi menjadi 4 kuadran menurut dua garis imaginer yang saling
tegak lurus dan berpotongan di umbilikus. Berdasarkan pembagian ini didapatkan 4 kuadran,
yaitu :
RUQ : Right upper quadrant
LUQ : Left upper quadrant
RLQ : Right lower quadrant
LLQ : Left lower quadrant
Sistem pembagian yang lain, abdomen dibagi menjadi sembilan regio :
1. Hypokhondrium dekstra
2. Epigastrium
3. Hypokhondrium sinistra
4. Lumbalis dekstra
5. Umbilikalis
6. Lumbalis sinistra
7. Iliaka dekstra
8. Hipogastrium
9. Iliaka sinistra
M. Rectus abdominis

Linea mediana

Umbilicus

Lig Inguinalis

Simphisis pubis

Gambar 2. Dinding abdomen (Adopted From Bates Guide To Physical


Examination and History Taking)

Hepar

Aorta abdominalis

Colon transversa

Arteri iliaka

uterus

Vesika urinaria

Pemeriksaan abdomen pada kelainan jantung terutama mencari keadaan-keadaan


yang disebabkan oleh payah jantung, misalnya bendungan hepar/hepatomegali kadang-
kadang disertai dengan asites. Pada payah jantung, hepar akan membesar karena
bendungan dari ventrikel kanan. Hepar akan terasa kenyal dan nyeri tekan. Pada keadaan
lanjut dan menahun hepar akan teraba keras dan mungkin tak nyeri tekan lagi. Pada
regurgitasi trikuspid yang berat, kadang- kadang kita akan meraba hepar yang berdenyut
sesuai dengan kontraksi ventrikel, kadang-kadang disertai pula dengan bendungan pada
hepar.

Pada beberapa keadaan pulsasi aorta abdominalis akan teraba kuat di daerah
abdomen misalnya pada insufisiensi aorta. Pada aneurisma aorta abdominalis, aorta
teraba membesar dengan pulsasi nyata. Palpasi abdomen pada keadaan ini harus hati- hati
karena dapat menyebabkan kedaruratan jika aneurisma tersebut pecah.
Pada pemeriksaan abdomen sering akan ditemukan adanya bruit atau bising
pembuluh yang dapat disebabkan oleh stenosis dan biasanya menyangkut pemb uluh-
pembuluh cabang aorta.
Pada insufisiensi trikuspid yang berat, misalnya karena stenosis mitral denyutan
vena femoralis akan lebih mencolok dibandingkan dengan arteri yang pada keadaan itu
akan mengecil karena aliran sistemik yang rendah.

A. PEMERIKSAAN ABDOMEN
1. INSPEKSI
Dengan berdiri di sebelah kanan penderita, perhatikan :
1. Kulit
Perhatikan tinggi dinding perut dibanding dinding dada, wujud kelainan kulit, jaringan
parut pelebaran vena.
Kemungkinan yang ditemukan : pink purple striae pada Cushing’s syndrome, dilatasi
vena pada sirosis hepatis atau obstruksi vena cava inferior, jaringan parut bekas operasi,
cullen”s sign dan grey turner’s sign (hematoma pada daerah umbilikus dan pinggang),
sebagai tanda pankreatitis akut.

2. Umbilikus
Perhatikan bentuk, lokasi dan adanya tanda-tanda inflamasi atau hernia.
3. Bentuk perut
Perhatikan simetris, pembesaran organ atau adanya massa. Perhatikan juga daerah
inguinal dan femoral.
Kemungkinan yang ditemukan : tonjolan nyata, tonjolan suprapubik, hepar atau limpa
yang membesar, tumor, pembesaran perut seperti bentuk perut katak.
4. Adanya gelombang peristaltik
Normal ditemukan pada orang yang kurus. Abnormal pada obstruksi gastrointestinal.
5. Adanya pulsasi

Normal : pada orang kurus terlihat pulsasi aorta abdominalis


Aneurisma aorta : terlihat massa dengan pulsasi
Pulsasi epigastrium : pembesaran ventrikel kanan
2. AUSKULTASI
Dengarkan suara bising usus dan catat jumlah frekuensi dan karakter bising. Normal
5 sampai 34 kali permenit. Ada beberapa kemungkinan yang dapat ditemukan, antara lain :
1. Bising usus dapat meningkat atau menurun. Perubahan didapatkan pada diare,
obstruksi usus, ileus paralitik dan peritonitis.
2. Desiran, didapatkan pada stenosis arteri renalis.
3. Friction rubs, didapatkan pada tumor hepar, infark splenikus.
4. Borborygmi dan metalic sound, didapatkan pada ileus obstruktif.

3. PERKUSI
Berguna untuk orientasi abdomen, untuk meyakinkan pemeriksaan hati, lien dan
mengidentifikasi adanya cairan asites, benda padat, massa yang terisi cairan dan udara bebas di
perut serta usus.
PERKUSI HEPAR
Prosedur pemeriksaan :
 Perkusi ringan perut di linea medioklavikularis kanan di bawah level umbilikus ke
arah cranial (mulai dari daerah timpani kedaerah pekak).
 Beri tanda tempat perubahan pekak yang merupakan batas bawah hati.
 Perkusi ringan dinding dada di linea medioklavikularis kanan dari cranial ke caudal
(mulai dari daerah sonor ke daerah redup).
 Beri tanda batas peralihan ke redup.
 Ukur panjang antara 2 tanda tersebut yang merupakan ”liver spans” (lebar hati).
 Bila hati membesar perkusi tempat lain dan beri tanda batas tepi hati.
Liver span normal : 6-12 cm pada linea medioklavikularis kanan sedangkan pada linea
mid sternalis 4-8 cm.
Pada penyakit paru obstruktif pekak hati menurun tetapi liver span normal.
Liver span melebar : hepatomegali (hepatitis, CHF), efusi pleura kanan.
Liver span menyempit : hepar kecil (sirosis hepatis), udara bebas di bawah diafragma.

4-8 cm pada linea


midsternalis

6 – 12 cm pada linea
medioklavikularis kanan
Langkah perkusi bila mencurigai adanya splenomegali :
 Perkusi sela iga terendah di linea aksilaris anterior kiri. Pada daerah ini terdengar suara
timpani. Minta penderita tarik napas dalam dan tahan nafas. Perkusi lagi di tempat yang
sama. Dalam keadaan normal suara tetap terdengar timpani. Berarti tidak ada
splenomegali.
 Bila dicurigai terdapat splenomegali maka lakukan perkusi dari berbagai arah mulai dari
redup atau timpani ke arah daerah pekak yang diduga limpa sehingga bisa memberikan
gambar batas-batas lien.
4. PALPASI
PALPASI
HATI
Langkah pemeriksaan :
 Letakkan tangan kiri anda di belakang penderita sejajar dan menopang iga 11 dan 12.
 Ingatkan penderita untuk rileks.
 Tekankan tangan kiri ke ventral sehingga hati akan mudah teraba dari depan.
 Letakkan tangan kanan anda pada perut sisi kanan lateral otot rektus dengan ujung jari
tangan tepat di bawah daerah pekak hati.
 Arah jari bisa ke arah cranial penderita.
 Minta penderita menarik nafas dalam. Raba tepi hepar yang menyentuh jari anda. Catat
dan berikan tanda pada tempat hati teraba.
 Lakukan penilaian ukuran hati, bentuk tepi hati, permukaan, konsistensi , nyeri tekan
atau tidak.
 Untuk mengetahui pembesaran hati dilakukan pengukuran jarak dari tepi kanan arkus
kosta pada garis midklavikula ke arah garis yang dibuat.
PALPASI LIEN
 Dengan melingkari penderita, tangan kiri diletakkan di belakang bagian bawah iga- iga
kiri dan didorongkan keventral .
 Untuk memulai palpasi letakkan tangan kanan di bawah dugaan tepi limpa dan
tekankan ke arah limpa.
 Minta penderita bernapas dalam dan rasakan tepi limpa yang akan turun ke caudal dan
menyentuh jari anda.
 Setelah tepi limpa teraba lanjutkan palpasi ke arah lateral dan medial di mana akan
teraba incisura lienalis.
 Ukuran pembesaran mengikuti garis Shuffner. Garis Shuffner adalah garis imaginer yang
dibuat mulai dari pertengahan arcus costa kiri melalui umbilikus menuju ke SIAS kanan.
Garis ini dibagi menjadi 8 skala shuffner.
PALPASI GINJAL
Ginjal kanan :

 Letakkan tangan kiri di belakang penderita tepat di bawah dan paralel dengan iga 12
dan ujung jari tepat di sudut kostovertebra kanan, kemudian dorong ginjal ke arah
ventral.
 Letakkan tangan kanan secara halus di kwadran kanan atas di lateral dan paralel
terhadap tepi otot rektus sedikit di caudal lengkung iga kanan.
 Minta penderita inspirasi dalam. Pada akhir inspirasi tekan tangan kanan kuat dan
dalam dan raba ginjal kanan antara 2 tangan.
 Penderita disuruh ekspirasi, bersamaan itu tekanan tangan kanan dikurangi pelan-pelan.
Ginjal kiri :
Prinsipnya sama dengan ginjal kanan, bedanya :
 Pemeriksa pindah ke sisi kiri penderita.
 Gunakan tangan kanan untuk mendorong ginjal ke arah dorsal.
 Gunakan tangan kiri untuk melakukan palpasi dari ventral.

NYERI KETOK GINJAL


Dilakukan penekanan atau pukulan pada sudut kostovertebra

PALPASI AORTA ABDOMINALIS


 Letakkan tangan kanan di perut bagian atas lateral dari linea mediana.
Tekan agak kuat dan dalam dan identifikasikan pulsasi

BAB IV
KESIMPULAN

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan antara lain:


1. Pengkajian fisik pada anak memerlukan teknik-teknik dan pengalaman khusus untuk dapat
melakukannya, karena masing-masing anak memiliki respon yang berbeda pada setiap tindakan.
2. Tujuan dari pemeriksaan fisik sesuai usia adalah untuk memperoleh informasi yang akurat
tentang keadaan pasien.
3. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan fisik antara lain :
 Posisi pada saat melakukan pemeriksaan fisik
 Umur pasien atau anak
 Persiapan anak
 Tingkat kesadaran anak
 Bagaimana keadaan normal dan abnormalitas baik potensial maupun aktual sistem yang
dikaji
6. Sebelum melakukan pemeriksaan fisik perawat diharapkan mengerti dan memahami sifat dan
karakter anak pada tiap-tiap tumbuh kembang anak.ssss
5. Menjaga dan mempertahankan anak supaya kooperatif dalam pemeriksaan maka
sangat perlu dilakukan kerja sama orang-tua, karena orang-tua pemegang keputusan
utama dan orang yang paling dekat dengan anak.

Anda mungkin juga menyukai