PENDAHULUAN
K ajian tentang pemeriksaan fisik (physical assessment) harus senantiasa dikaitkan dengan
keperawatan anak karena merupakan dasar dari sistem (subordinasi) keperawatan anak.
Pada topik inii akan digambarkan secara singkat pemeriksaan fisik pada bayi dan anak.
Dalam Kegiatan Belajar topik ini, Anda diajak untuk memperdalam pemahaman dan
wawasan tentang pemeriksaan fisik (physical assessment) sehingga anda diharapkan akan semakin
mantap lagi melaksanakan tugas-tugas sebagai perawat atau sebagai perawat yang professional.
Pemahaman tentang pemeriksaan fisik (physical assessment) pada anak ini amat penting karena
akan member kemudahan kepada Anda untuk memahami aspek-asoek lainnya dari keperawatan
anak sebagai suatu konsep atau sistem, dan member arahan yang semakin jelas tentang peningkatan
kinerja professional Anda.
Anak-anak bukanlah ukuran miniature dari orang dewasa, karena umumnya mereka berada
dalam fase tumbuh dan berkembang baik secara anatomi maupun fisiologi. Maka, pemeriksaan fisik
pediatrik memerlukan tehnik tersendiri. Perlu disadari pula bahwa kecepatan tumbuh dan
berkembang dari individu satu dengan individu lainnya berbeda, bahkan harus disadari bahwa
kecepatan tumbuh dan berkembangnya antara organ yang satu dengan lainnya juga berbeda. Mari
kita perhatikan secara seksama perkembangan tubuh (muskuloskeletal, otak, organ reproduksi,
sistem limfoid masing-masing memiliki waktu perkembangan yang nyata secara jelas tidak sama.
Pemeriksaan akan menjadi lebih mudah dilakukan apabila orangtua hadir, dan pemeriksa
sudah terjalin hubungan lebih awal dengan anak. Walapun hubungan yang sudah ada tidak
menghilangkan kecemasan atau ketidaknyamanan anak, tetapi dengan adanya hubungan saling
percaya dapat membantu perawat selama melakukan pemeriksaan fisik (physical assessment)
ngkajian dan membuat sebuah pengalaman yang lebih positif bagi anak.
Selain digunakan untuk orang dewasa beberapa teknik pemeriksaan juga dapat dilakukan
untuk anak-anak serta bayi. Perlu diingat bahwa terdapat metode pemeriksaan yang unik selama
masa bayi atau tahun pertama kehidupan, masa kanak-kanak awal (usia 1-4 tahun) serta pada masa
kanak-kanak akhir (usia 5-12 tahun).
Bila dikaji dengan cermat, fokus perhatian kita ini (anak) sangat menarik, baik secara individu
maupun secara kelompok. Pada modul topik ini dibahas mengenai pemeriksaan fisik dan berbagai
metode, serta interprestasi dari masing-masing hasil pemeriksaan tersebut.
B. PEMERIKSAAN KOMPREHENSIF
Posisi untuk berbagai bagian pemeriksaan selama masa bayi dan masa kanak-kanak awal
tidak harus mengikuti posisi seperti pemeriksaan pada orang dewasa yang dianjurkan. Beberapa
bagian dapat dilakukan sambil dipangku dengan posisi telentang duduk. Posisi terlentang pada
pemeriksaan meja penting memeriksa abdomen, pinggul, genital, dan rektum serta mulut dan
telinga jika sukar kooperatif.
Masa bayi dan kanak-kanak awal. Tidak ada ururtan khusus kecuali pada pemeriksaan oral
dan telinga, abduksi pinggul, dan pemeriksaan rektal (jika diperlukan) harus dilakukan terakhir,
karena pemeriksaan ini biasanya membuat bayi menangis. Carilah kesempatan dan dengarkan pada
jantung atau paru-paru serta melakukan palpasi abdomen ketika bayi tenang. Sedangkan pada masa
kanak-kanak akhir. Gunakan pesanan pemeriksaan yang sama seperti pada pemeriksaan orang
dewasa, kecuali pada pemeriksaan area paling menyebabkan sakit.
Survai Umum
Pengukuran tanda-tanda vital dan ukuran tubuh bayi serta anak-anak sering dilakukan
pertama kali dan hanya merupakan indikator penyakit. Seperti adanya sepsis, gagal ginjal kronik,
penyakit jantung bawaan, dan penyimpangan pengasuhan.
Gambar 2-4. Panduan pengukuran berat badan dengan menggunakan timbangan gantung salter, atau dapat
juga dengan menggunakan timbangan duduk dengan cara anak di gendong oleh orang tuanya (sumber:
Nutrition Working Group, Child Survival Collaboration and Resources Group/CORE, 2002)
Gambar 2-6. Mengukur tinggi badan anak yang berusia 24 bulan atau lebih. Katakan pada anak untuk menatap
lurus kedepan ke arah ibu yang sedang berlutut di depan anaknya. Pastikan bahu anak tetap sejajar, kedua
tangan berada pada sisi tubuh anak, dan kepala, punggung serta bokong anak menempel pada papan (sumber:
Nutrition Working Group, Child Survival Collaboration and Resources Group/CORE, 2002)
Gambar 2-7. Mengukur lingkar kepala. Kepala diukur pada lingkaran yang paling besar, yaitu kepala melalui
dahi ke darerah yang paling menonjol dari occipitalis posterior (sumber: Jelliffe DB. World Health Organization;
1966)
Masa bayi, lakukan tehnik palpasi terhadap ubun-ubun anterior, posterior, sutura sagital,
koronal, lamdoidal, dan tulang-tulang kranial. Temuan dapat berupa kepala kecil pada mikrosefasli,
pembesaran pada hidrosefali. Ubun-ubun penuh dan tegang dengan meningitis. Sedangkan ubun-
ubun tertutup pada mikrosefsali. Terpisah pada peningkatan tekanan intrakranial (hidrosefali,
hematoma subdural serta tumor otak). Masa kanak-kanak awal dan akhir, lakukan auskultasi
tengkorak. Temuan dapat memar pada anak nonanemik mengisyaratkan peningkatan tekanan
intrakranial atau suatu pirai arteriovenosa intrakranial.
Teknik khusus,untuk mendeteksi tanda Macewen’s (ceacked pot sound) dengan tehnik
perkusi tulang parietal pada setiap sisi dengan mengetukan jari manis pemeriksa langsung terhadap
permukaannya. Bunyi “seperti patah” terdengar sebelum penutupan sutura dan jika terjadi
peningkatan tekanan intrakranial akan menyebabkan sutura yang telah tertutup terpisah kembali
(misal pada ensefalopati utama dan tumor otak).
Pemeriksaan untuk mengetahui adanya transiluminasi tengkorak. Tempatkan diruang yang
benar-benar gelap, letakan lampu senter baterai, dengan leher karet yang lembut yang bercahaya,
Kulit
Masa bayi, perhatikan terhadap adanya pucat, perubahan vasomotor, sianosis, pigmentasi
melanotik, ikterik, dan eritema. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menemukan anoksia, anemia,
penampakan mottled (bayi prematur, kretinisme, sindrom Down’s), akrosianosis, penyakit jantung
kongenital, bercak Mongolian, sepsis, penyakit hemolitik, obstruksi saluran empedu, miliria rubra,
eritema toksikum, hemagngioma kapiler, warna seperti port-wine.
Mata
Pada masa bayi, ujilah terhadap penglihatan dengan menyorotkan cahaya terang ke dalam
mata atau menggerakan benda dengan cepat ke arah mata. Kedipan mata dan ekstensi kepala akan
terjadi bila bayi dapat melihat. Sedangkan pada masa kanak-kanak awal dan akhir, ujilah penglihatan
anak-anak yang berusia lebih dari 3 tahun dengan grafik Snellen. Kebanyakan anak-anak kecil akan
menunjuk arah dari huruf E baik secara oral maupun menunjuk. Ketajaman penglihatan normal ±
20/40 pada usia 3 tahun, 20/30 pada usia 4 tahun. Dan 20/20 pada usia 6-7 tahun. Setiap perbedaan
pada ketajaman penglihatan antara kedua mata (misalnya 20/20 pada mata kiri dan 20/30 pada
mata kanan) adalah normal, dapat mengarah pada ambliopia, dan arus dirujuk pada ahli oftalmologi.
Teknik khusus, pemeriksaan mata bayi dengan cara gendong bayi dalam posisi berdiri,
pegang aksilanya dengan tangan Anda dan tahan kepalanya dengan ibu jari Anda. Rentangkan
tangan Anda dan berputarlah perlahan bersama bayi ke satu arah. Mata bayi akan terbuka,
memperlihatkan bidang sklera yang terang, iris, dan gerakan ekstraokular. Mata akan melihat ke
arah Anda berputar. Saat putaran dihentikan, mata akan melihat ke arah yang berlawanan
Gambar 2-8. Posisi daun telinga dan struktur telinga luar (sumber: Joyce Engel, 1999)
Teknik khusus gunakan Otoskop pneumatik, dengan cara letakan spekulum otoskop
pneumatik dengan jarak cukup jauh ke dalam lubang telinga untuk memberikan sumbatan udara
yang relatif ketat. Ketika dimasukan udara membran timpani bergerak ke arah dalam, dan ketika
udara dikeluarkan membran timpani bergerak kearah luar. Gerakan ini tidak terjadi pada otitis
media serosa, dan menurn pada bebrapa kasus otitis media akut. Masukan atau keluarkan udara
dari telinga dengan memberikan tekanan negatif atau posistif menggunakan balon karet yang
diletakan pada ototskop.
Pemeriksaan mulut
Mintalah anak untuk mengatupkan dengan rapat rahangnya sekeras mungkin. Normalnya,
geligi atas sedikit menutup geligi bawah. Geligi monyong dan geligi cakil dapat terdeteksi dengan
cara ini. Pisahkan kedua bibirnya dan amati kelurusan maksila serta mandibula.
Pemeriksaan faring
Periksa tenggorok. Perhatikanlah ukuran dan penampilan tonsil. Tonsil relatif lebih besar
pada masa kanak-kanak awal dan akhir daripada masa bayi serta remaja. Eksudat putih pada tonsil
mengisyaratkan tonsilitis streptokokus. Eksudat aderen, kental, abu-abu mengisyaratkan tonsilitis
disterik. Nekrosis mengisyaratkan mononukleosis infeksiosa. Tonsil biasanya mempunyai kriptus
dalam pada permukaannya, sering dengan konsentrasi putih atau partikel makanan yang menonjol
dari dalamnya tidak terdapat indikasi tentang penyakit sekarang atau yang lalu. Salah satu tonsil
yang mengarah menjorok keluar dan kearah mediana mengindikasikan abses peritonsilar.
Leher
Masa bayi. Inspeksi dan palpasi leher bayi baru lahir terhadap benjolan kulit, fistula, massa,
kista, spasme otot, dan krepitus. Fistula atau kista duktus tiroglosal, fistula atau kista celah brakhial,
dan cedera otot sternomastoid serta fraktur klafikula karena trauma kelahiran
Toraks (paru-paru)
Masa Bayi. Perhatikan pola pernapasan. Perhatikan gerakan kepala ketika bernapas. Lakukan
auskultasi dada dengan bel atau diafragma yang kecil, dengarkan bunyi napas. Hasil pemeriksaan
berupa (a) Perubahan pernapasan cepat (30-40/menit) dan lambat (5-10/menit) dipertimbangkan
sebagai pernapasan normal “periodik”. Apnea (>20 detik) dengan penyakit kardiopulmonar atau SSP
atau dengan risiko tinggi terhadap sindroma kematian bayi mendadak (SIDS). (b) Ekstensi kepala
ketika inspirasi menandakan adanya penyakit pernapasan berat. (c) Jarang tidak terdengar, bahkan
dengan atelektasis sekalipun, efusi, emfisema, atau pneumotoraks. Ekspirasi mengi dengan
penyempitan jalan napas bagian bawah. Krakles halus normalnya terdengar pada akhir dari inspirasi
yang dalam.
Sistem kardiovaskuler
Mengukur tekanan darah. Untuk mengukur tekanan darah pada anak-anak berusia di bawah
3 tahun, lihat metode flush. Tekanan darah normal: tekanan sistolik dan diastolik kurang dari
persentil ke-90 untuk usia dan jenis kelamin. Tekanan darah tinggi normal: tekanan sistolik dan
diastolik diantara persentil ke-90 dan ke-95 untuk usia dan jenis kelamin.
Gambar 2-9. Daerah untuk mengukur tekanan darah. A. Lengan atas. B. Lengan bawah atau lengan depan. D.
Tungkai atau pergelangan kaki (Donna L. Wong, 1996)
Abdomen
Masa Bayi. Inspeksi tali pusat bayi baru lahir. Tali pusat ini harus terdiri atas dua arteri yang
berdinding tebal dan satu vena yang berdinding tipis. Arteri umbilikasi tunggal menandakan adanya
berbagai anomali kongenital.
Teknik khusus. Langkah untuk pemeriksaan untuk stenosis pilorik. (a) Baringkan bayi
telentang tanpa pakaian dan berdirilah pada bagian kaki dari meja pemeriksa. Arahkan cahaya yang
terang di atas meja ke abdomen bayi dari sisi kanan bayi, berikan bayi botol dot yang berisi air gula
dan amati abdomennya dengan cermat. (b) Setelah terjadi muntah, lakukan palpasi dalam kuadran
kanan atas dengan posisi bayi terlentang kemudian tengurap, menggunakan jari tengah Anda. (c) Uji
goresan untuk menentukan ukuran hepar. (d) Letakan diafragma stetoskop tepat diatas margin
kostae kanan pada garis midklavikular. (e) Gunakan ujung jari Anda, goreskan dengan perlahan kulit
abdomen sepanjang garis midklavukular, bergerak dari bawah umbilikus ke arah margin kostae.
Dengarkan terhadap bunyi goresan.
Hasil pemeriksaan berupa: (a) Pada stenosis pirolik, gelombang perstaltik terlihat bergerak
melintas abdomen bagian atas dari kiri ke kanan dengan peningkatan amplitudo dan frekuensi
sampai muntah proyektil. (b) Teraba otot polorik yang mengalami hipertrofi dengan diameter ± 2
cm. (c) Ketika ujung jari mencapai pinggir bawah hepar, akan terdengar pertama kali bunyi goresan
karena bunyi tersebut dijalarkan ke seluruh hepar.
Sistem muskuloskeletal
Urutan pemeriksaan fisik terdiri dari: (a) Berdiri tegak dengan kaki rapat. (b) Berjalan dan
berlari. (c) Berhenti untuk mengambil benda. (d) Bangun dari posisi berbaring terlentang di lantai.
Hasil dari pemeriksaan adanya: (a) Deformitas kaki, tungkai bengkok, lutut beradu, skoliosis. (b)
Pincang dan abnormalitas cara berjalan lainnya karena kelemahan atau spastisitas otot. (c)
Koordinasi mata-tangan dan keseimbangan otot. (d) Integrias neurologis umum dan kelemahan otot
tungkai proksimal karena distrofi otot (Tanda Gower’s).
Langkah-langkah untuk memeriksa tulang belakang terdiri dari: (a) Inspeksi dan palpasi
tulang belakang lumbosakralis dengan cermat. (b) Perhatikan dan raba terhadap kelainan korpus
vertebra. (c) Perhatikan terhadap abnormalitas kulit, bercak berpigmen, bercak berambut, atau
lekukan dalam yang mungkin menutupi ostium eksternal dari saluran sinus yang memanjang ke
kanalis spinalis
Hasil dari pemeriksaanberupa (a) Kelainan spina bifida okulta) dapat berhubungan dengan
anomali medula spinalis yang mendasarinya atau diastematomielia. (b) Saluran sinus memberikan
kemungkinan jalan masuk bagi mikroorganisme ke kanalis spinalis yang dapat menyebabkan
meningitis.
Sistem persyarafan
Masa bayi. Karena jaras kortikosteroid belum berkembang dengan sempurna saat lahir,
mekanisme refleks spinal akan terlihat bervariasi selama masa bayi. Trisep biasanya tidak terlihat
samapi setelah usia 6 bulan. Abdominal tidak terdapat saat lahir, tetapi biasanya terlihat dalam 6
bulan. Pergelangan kaki klonus pergelangan kaki tak stabil (8-10 kali) adalah normal. Pada
pemeriksaan klonus pergelangan kaki stabil mengisyaratkan adanya penyakit SPP berat. Plantar
respons Babinski terlihat pada beberapa (<10%) bayi baru lahir normal dan mungkin akan tetap
selama-lamanya sampai usia 2 tahun
Automatisme infantil. Aktivitas refleks spesifik yang menguji batang otak dan medula spinalis
ditemukan pada bayi baru lahir dan menghilang pada masa bayi. Hasil pemeriksaan dapat diketahui
ada atau tidaknya refleks-refleks ini tidak memperkirakan dengan segera atau pada akhirnya tentang
fungsi kortikal secara negatif atau positif. Namun, tidak terdapatnya refleks ini pada bayi baru lahir
atau menetap sampai waktu yang diharapkan hilang mengisyaratkan adanya penyakit SSP yang berat.
Refleks menggengam telapak tangan, menghilang pada usia 4 bulan. Posisikan kepala bayi
dalam posisi garis tengah dan lengan semifleksi, letakan jari telunjuk Anda dari sisi ulnar ke dalam
tangan bayi dan tekan terhadap permukaan telapak tangan. Hasil pemeriksaan bayi berespon,
dengan secara refleks menggenggamkan jari-jarinya untuk menggengam jari perawat.
Refleks menghisap akan menghilang pada usia 3-4 bulan, mungkin masih terdapat lebih lama
selama tidur. Posisikan kepala bayi dalam posisi garis tengah dan tangan diletakan pada dada
anterior, usap-usap menggunakan kulit jari telunjuk Anda pada sudut mulut. Mulut akan terbuka dan
kepala diarahkan ke sisi usapan.
a. Area abdomen
Pemeriksaan daerah abdomen secara teliti dapat menemukan kelainan yang mungkin lebih
nyata pada anamnesis. Seperti juga pemeriksaan bagian tubuh yang lain, maka pemeriksaan
abdomen juga terdiri dari pemeriksaan inspkesi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Cara melakukan
pemeriksaan abdomen yang baik, anak dalam posisi berbaring telantang dengan lutut sedikit ditekuk
(fleksi).
Pengkajian pada anak. Instruksi umum: inspeksi, diikuti dengan auskultasi, perkusi, dan
palpasi, yang dapat mengubah bunyi abdomen normal. Palpasi mungkin menimbulkan ketidak
nyamanan bagi anak, palpasi dalam menyebabkan perasaan tekanan dan palpasi superfisial
menyebabkan sensasi geli. Untuk meminimalkan ketidak nyamanan dan agar terjalin kerja sama,
lakukan pendekatan sebagai berikut: (a) Tempatkan anak pada posisi telentang dengan kaki fleksi
pada panggul dan lutut. (b) Alihkan perhatian anak dengan pertanyaan (“saya akan menebak apa
yang kamu makan dengan memegang perutmu”). (c) Minta anak agar berpartisipasi (membantu)
mempalpasi dengan menempatkan tangannya sendiri di atas tangan pemeriksa yang mempalpasi.
(d) Minta anak menempatkan tangannya pada abdomen dengan jari meregang dan palpasi di antara
jari-jari.
Pengkajian bayi baru lahir. Bentuk silindris. Hepar dapat di raba 2-3 cm dibawah margin
kostal kanan. Limpa puncak dapat diraba pada akhir minggu pertama. Ginjal dapat diraba 1-2 cm di
atas umbilikus. Pusat umbilikus putih kebiruan pada saat lahir dengan dua arteri dan satu vena. Nadi
femoral bilateral sama.
Topografi abdomen
Pembagian daerah abdomen ada beberapa macam, untuk menetapkan daerah kelainan.
Tetapi pembagian yang paling sering dipergunakan adalah pembagian abdomen atas 4 kuadran yaitu
kuadran atas kanan, kuadran atas kiri, kuadran bawah kanan, dan kuadran bawah kiri. Titik
Gambar 2-11. Topografi anatomi abdomen. Daerah abdomen dibagi menjadi 4 kuadran (sumber:
www.lifespan.org)
Inspeksi
Periksa kontur abdomen ketika bayi atau anak sedang berdiri dan sedang berbaring
telentang. Temuan dapat dikatakan normal bila abdomen yang menonjol atau perut buncit sampai
pada masa pubertas, yang berhubungan dengan lordosis. Sedangkan tanda klinik, bila dalam
keadaan tertentu abdomen yang menonjol menunjukkan retensi cairan, tumor, organomegali
(pembesaran organ) atau adanya asites. Abodomen yang besar, dengan ekstremitas tipis dan
bokong menyusut dapat menjadi petunjuk anak mengalami malnutrisi berat dan dapat terlihat pada
anak-anak penderita penyakit seliak atau kistik fibrosis. Sedangkan adanya abdomen yang cekung
menunjukkan dehidrasi atau obstruksi abdiomen bagian atas. Penonjolan garis tengah dari prosesus
xifoideus menunjukkan diastasis rekti abdominis.
Periksa warna dan keadaan kulit abdomen dan perhatikan adanya jaringan parut dan
eksimosis. Adanya warna kekuningan menunjukkan ikterus, garis perak (striae) menunjukkan
obesitas atau retensi cairan. Jaringan parut menunjukkan pembedahan sebelumnya. Sedangkan
ekimosis pada area jaringan lunak menunjukkan penganiayaan pada anak.
Periksa abdomen terhadap gerakan dengan berdiri dengan mata setinggi abdomen. Bila
terlihat adanya gelombang peristaltik yang hampir dapat terlihat selalu menunjukkan obstruksi
intestinal dan pada bayi yang lebih muda dari dua bulan menunjukkan stenosis pilorus. Kegagalan
abdomen dan toraks untuk bergerak secara bersamaan menunjukkan peritonitis (bila abdomen tidak
bergerak) atau penyakit paru (bila toraks tidak bergerak).
Auskultasi
Lakukan auskultasi terhadap bising usus dengan menekan bel dan diafragma stetoskop
dengan rapat di atas abdomen. Dengarkan diempat kuadran abdomen dan hitung bising usus di
setiap kuadran selama 1 menit penuh. Sebelum menetapkan bahwa bising usus tidak ada, perawat
harus mendengarkan minimal selama 5 manit. Bising usus dapat distimulasi, jika ada dengan
mengusap abdomen dengan ujung jari.
Bising usus dikatakan normal bila terjadi setiap 10-30 detik dan dapat terdengar bunyi
berdeguk, bunyi ceklekan, dan bunyi keroncongan. Bunyi abnormal bila bising usus dengan nada
tinggi dapat ditemukan pada anak yang mengalami diare, gastroenteritis, atau dapat juga karena
obstruksi, sedangkan bising usus yang tidak terdengar menunjukkan peritonitis atau ileus paralitik.
Perkusi
Perkusi dilakukan secara tidak langsung, lakukan perkusi secara secara sistemik pada semua
area abdomen. Bila diperoleh bunyi pekak atau flatness normalnya ditemukan sepanjang batas iga
kanan, dan 1-3 cm di bawah iga dari hepar. Bunyi pekak dan flatness pada area yang tidak
diharapkan menunjukkan massa feses yang besar. Bunyi pekak di atas simfisis pubis menunjukkan
kandung kemih yang penuh pada anak kecil dan merupakan keadaan yang normal. Bunyi timpani
normalnya akan terdengar di seluruh abdomen. Bila pekak hati meluas ke bawah daripada yang
diharapkan, kemungkinan terdapat pembesaran hati.
Palpasi
Lakukan palpasi daerah abdomen, sebelum melakukan tanyakan pada pasien apakah ada
bagian perut yang terasa nyeri (spontan). Bila ada, daerah tersebut harus dilakukan paling terkahir.
Palpasi abdomen dimulai dengan palpasi umum terhadap keseluruhan dinding abdomen
untuk mencari tanda nyeri umum akibat Peritonitis ataupun Pancreatitis. Kemudian mencari dengan
perabaan ada atau tidaknya masa (benjolan) karena adanya tumor atau feses.
Gambar 2-12. Ballottement dari massa abdominal, dan cara memeriksa adanya masa diabdomen (sumber:
LeBlond RF, DeGowin RL,Brown DD: De Gowin’s)
Periksa pula turgor kulit perut untuk menilai tingkat hidrasi pasien, kemudian lakukanlah
pemeriksaan dengan tekanan pada regio supra pubica untuk mengetahui Cystitis, titik MC Burney
untuk mendeteksi peradangan apendiks (Appendicitis), regio epigastrica (Gastritis), dan regio iliaca
(adnexitis, K.E.T). kemudian dilanjutkan dengan palpasi hepar dan lien.
Teknik palpasi hepar dengan telapak tangan dan jari kanan dimulai dari kuadrant kanan
bawah secara perlahan-lahan naik mengikuti irama napas kemudian gembungan perut, serta
usahakan merasakan sentuhan tepi hepar pada tepi jari telunjuk. Pembesaran hepar menuju arah
inferior, dalam keadaan normal hepar berada dibelakang arcus costa sehingga tidak teraba. Bila
hepar teraba lakukan pendekripsian ukuran hepar dari tepi bawah arcus costae (dalam cm atau lebar
b. Limfa
Teraba seperti ujung lidah yang tergantung di kiri atas. Dapat ditekan ke medial, lateral dan
atas untuk membedakan dengan hepar lobus sinistra. Pada neonatus normalnya dapat diraba 1-2 cm
dibawah arkus kosta karena neonatus masih hemopiosis extramedulla. Cara mengukur adanya
pembesaran menurut Schuffner dengan menarik garis singgung a melalui bagian bawah arkus kosta
kiri. Dari umbilikus garis b tegak lurus terhadap garis a, kemudian dibagi menjadi 4 bagian. Garis b
diteruskan ke bawah sampai lipatan paha dan dibagi sama sehingga terdapat pembagian SI sampai
dengan S VIII (S= Schuffner). Pembesaran organ limfa dapat disebabkan infeksi (spetikemia, typhoid
fever, malaria, lues), leukemia, anemia hemolitik, mononucleosis infectiosa, hyperplenism,
retikuloendoteliosis, Hodgkin’s disease.
c. Hati
Palpasi hati dimulai dari bawah pada garis tengah antara garis tengah abdomen dan spina
iliaca anterior superior digerakkan sedikit kebawah dan keatas pada waktu anak bernapas dalam
inspirasi, adanya pendorongan diafragma akan menyebabkan hati terdorong ke bawah dan dapat
diraba. Selain untuk menilai adanya pembesaran usahakan juga menilai konsistensi, permukaan,
tepinya ada tidaknya nyeri tekan. Bila ada abses dapat ditentukan adanya fluktuasi atau tidak.
Mengukur besarnya dengan titik persilangan linea mediana klavikula dan arkus kosta kemudian
dihubungkan dengan umbilikus. Selanjutnya prosesus xipoideus dihubungkan dengan umbilikus.
Dalam keadaan normal ½-1/3 sampai 5-6 tahun.
d. Area anus
Pemeriksaan anus dilakukan secara rutin pada bayi dan anak. Atur posisi anak telungkup,
periksa bokong dan paha. Periksa juga kulit sekitar daerah anus terhadap kemerahan dan ruam.
LATIHAN
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut!
1. Berikan uraian cara melakukan auskuktasi abdomen?
2. Nyeri abdomen, nyeri yang berhubungan dengan abdomen yang mungkin terlokalisir atau
menyebar, akut atau kronis, sering disebabkan oleh inflamasi, obstruksi atau hemoragi. Pada
radang akut appendiks akan didapatkan adanya nyeri tekan dan nyeri lepas, apakah yang
dimaksud dengan nyeri tekan dan nyeri lepas?
3. Periksa kulit sekitar daerah anus terhadap kemerahan dan ruam. Kemudian lanjutkan
pemeriksaan anus terhadap tanda-tanda, fisura (robek pada mukosa) hemoroid (penonjolan
berwarna hitam) prolapsus (penonjolan seperti tabung yang lembab), polip (penonjolan merah
terang), dan pertumbuhan ke luar yang kecil (skin tag). Bagimanakah cara menentukkan kelainan
yang ditemukan didaerah rektum?
RANGKUMAN
a. Pemeriksaan fisik pediatrik memerlukan tehnik tersendiri, hal yang perlu diingat bahwa terdapat
metode pemeriksaan yang unik selama masa bayi atau tahun pertama kehidupan, masa kanak-
kanak awal (usia 1-4 tahun) serta pada masa kanak-kanak akhir (usia 5-12 tahun).
b. Pengkajian akan lebih mudah dilakukan apabila orangtua (bila hadir), dan pemeriksa sudah
terjalin hubungan lebih awal. Lakukan dengan terlebih dahulu melakukan pendekatan pada
orang tua mereka (orang yang terdekat dengan anak). Anak sering lebih mudah untuk didekati
apabila tercipta hubungan yang dekat dan ramah bila sudah terjalin susana ramah antara
pemeriksa dengan orang dewasa yang dikenal dan dipercayai anak.
c. Pemeriksaan daerah abdomen secara teliti dapat menemukan kelainan yang mungkin lebih
nyata pada anamnesis. Seperti hanya dengan pemeriksaan bagian tubuh yang lain, maka
pemeriksaan abdomen juga terdiri dari pemeriksaan inspkesi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
Cara melakukan pemeriksaan abdomen yang baik, anak dalam posisi berbaring telantang dengan
lutut sedikit ditekuk (fleksi).
Bates, B. (1995). Buku saku pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan, E/2. (Alih bahasa Yasmin Asih).
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Habel, A. (1989). Segi praktis ilmu penyakit anak untuk pemula. (Alih bahasa Titi Sularyo). Churchill
Livingstone – Binarupa Aksara. Jakarta.
Engel, J. (1999). Pengkajian pediatrik. (Alih bahasa Teresa). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Sodikin, (2011). Asuhan Keperawatan Anak Gangguan sistem Gastrointestinal dan Hepatobilier,
Salemba Medika. Jakarta.
Sodikin, (2012). Keperawatan Anak Gangguan Pencernaa. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta,
Wong, DonnaL 1996. Wong and whaley clinical manual of pediatric nursing.4/E. Mosby Year Book.
Inc.
TES FORMATIF 2
Petunjuk:
a. Pilihlah jawaban pertanyaan-pertanyaan berikut dengan memberi tanda silang (X) dari option A,
B, C, D, dan E.
b. Pilihlah option:
A. Bila 1, 2, 3 benar.
B. Bila 1 dan 3 benar.
C. Bila 2 dan 4 benar.
D. Bila 4 benar.
E. Bila semua benar atau salah.
1. Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat akan menyentuh (menjamah) anak pada pengkajian
fisik, adalah....
A. Menggunakan boneka-boneka.
B. Mulailah dari tangan (berjabat tangan).
C. Biarkan anak bermain dengan lampu senter, balon karet pada tensimeter, stetoskop dan
alat-alat yang lain.
D. Melalui permainan yang menggunakan sentuhan tangan (kaki) yang umum dikenal sering
kali sangat membantu.
E. Membuka baju dapat membingungkan anak, maka persilahkanlah orang tuanya, bila ada
untuk membukakan baju anak.
3. Posisi terlentang diatas meja penting untuk memeriksa bagian-bagian tubuh anak, kecuali....
A. Dada.
B. Genital.
C. Pinggul.
D. Rektum.
E. Abdomen.
6. Bising usus dikatakan normal bila terjadi setiap 10-30 detik dan bunyi yang dihasilkan adalah....
1. Bunyi ceklekan.
2. Bunyi berdeguk.
3. Bunyi keroncongan.
4. Timpanitik.
5. Flatness.
7. Bunyi abnormal bising usus dengan nada tinggi dapat ditemukan pada anak yang mengalami
keadaaan-keadaan berikut....
A. Diare.
B. Obstruksi.
C. Ileus paralitik.
D. Apendisitis.
E. Peritonitis.
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, maka Saudara dapat meneruskan dengan
Kegiatan Belajar 3. Bagus, tetapi jika masih di bawah 80%, berarti Saudara harus mengulangi materi
Kegiatan Belajar 2 terutama bagian yang belum dapat dikuasai dengan baik.
2. Jawaban benar (E) suatu titik yang menunjukkan daerah nyeri tekan pada keadaan apendisitis
akut, terletak pada sepertiga lateral garis yang menghubungkan spina iliaca anterior dan
umbilikus (kuadaran kanan bawah).
3. Jawaban benar (A), karena untuk melakukan palpasi pada perut atau mendengarkan bunyi
jantung dengan cara berdiri dibelakang anak, tanpa dilihat oleh anak biasanya sering berhasil
dengan baik pada anak yang rewel. Jawaban bukan (B), (C), (D) ataupun (E) karena posisi untuk
berbagai bagian pemeriksaan selama masa bayi dan masa kanak-kanak awal tidak harus
mengikuti posisi seperti pemeriksaan pada orang dewasa yang dianjurkan. Beberapa bagian
dapat dilakukan sambil dipangku dengan posisi telentang duduk duduk. Posisi terlentang pada
pemeriksaan meja penting memeriksa abdomen, pinggul, genital, dan rektum serta mulut dan
telinga jika sukar kooperatif.
4. Jawaban benar (A), (B), (C), (D), dan (E), Pemeriksaan rektum tidak rutin dilakukan., pemeriksaan
derajat ini hanya terbatas pada mereka dengan keluhan saluran pencernaan bagian bawah atau
adanya nyeri abdomen. Cara memeriksa anak tidur terlentang dengan kaki dibengkokan
biasanya menggunakan jari kelingking dengan tangan memakai sarung tangan.Kelainan yang
ditemuklan didaerah rektum ditentukan lokasinya sesuai dengan angka sebuah jam, dimana titik
6. Jawaban benar (A), bising usus dikatakan normal bila terjadi setiap 10-30 detik dan dapat
terdengar bunyi berdeguk, bunyi ceklekan, dan bunyi keroncongan. Bunyi pekak (flatness)
diperoleh dengan perkusi yang normalnya ditemukan sepanjang batas iga kanan dan 1 sampai 3
cm di bawah batas iga dari hepar. Timpani normalnya terdengar di seluruh abdomen. Timpanik
terdengar di atas rongga yang berdinding tegang dan licin serta berisi udara dalam paru atau
lambung dan usus. Timpanik diperoleh dengan melakukan perkusi.
7. Jawaban benar (A), (B), (C), karena bunyi abnormal bising usus dengan nada tinggi dapat
ditemukan pada anak yang mengalami diare, gastroenteritis, atau dapat juga karena obstruksi,
sedangkan bising usus yang tidak terdengar menunjukkan peritonitis atau ileus paralitik.
10. Hal yang harus diperhatikan pada saat melakukan palpasi abdomen adalah:
Bila ada keluhan anak, nyeri pada area abdomen, lakukan palpasi pada area tersebut paling
terakhir.
Auskultasi Tindakan mendengarkan bunyi-bunyi di dalam tubu, terutama untuk menentukan kondisi
paru, jantung, pleura, abdomen dan organ-oragan lain, dan untuk mendeteksi kehamilan.
DDST (Denver Developmental Screening Test) dan DDST-R (Denver Developmental Screening Test
Revised) Bukan merupakan uji IQ, tetapi alat-alat perkembangan standar yang dapat digunakan
untuk anak-anak dari lahir sampai umur 6 tahun untuk menyaring kelambatan perkembangan. Uji ini
tidak menjelaskan mengapa terjadi kelambatan perkembangan.
Diastolik Dilatasi, atau periode dilatasi jantung, terutama ventrikel; diastole ini bersamaan dengan
jarak antara bunyi jantung kedua dan pertama; kuncupan jantung tambahan di antara dua kuncupan
yang biasa.
Eksudat dan tarnsudat Bahan, seperti cairan sel, atau debris selular, yang keluar dari dalam
pembuluh darah dan berkumpul dalam jaringan atau permukaan jaringan , biasanya terjadiakibat
radang. Eksudat, berbeda dengan transudat, ditandai dengan kandungan yang tinggi dari bahan
padat, sel-sel, atau protein dari sel
Ekstensi Gerakan yang meluruskan atau memperbesar sudut antara tulang atau bagian tubuh;
gerakan yang membuat bagian-bagian ekstremitas menuju atau berada dalam keadaan lurus.
Ekspirasi Gas (atau udara) yang dihembuskan; udara yang diehmbuskan dalam satu kali ekspirasi
disebut single expirate.
Fistula Saluran atau kumonikasi abnormal, biasanya antara dua organ dalam, atau berjalan dari satu
organ ke permukaan tubuh.
Hidrosefalus Keadaan yang ditandai dengan dilatasi ventrikel serebral, paling sering akibat obstruksi
jalur cairan serebrispinal, dan sertai oleh penimbunan cairan serebropsinal di dalam cranium; cairan
tersebut umumnya bertekanan tinggi, namun kadang dapat normal atau mendekati normal. Pada
anak-anak, dapat terjadi mendaului penutupan sutura tengkorak kepala dan secara tipikal ditandai
dengan pembesaran kepala, dahi menonjol, atrofi otak, deteriorasi mental, dan kejang. Pada dewasa
sindrom mencakup inkotinensia, ketidakseimbangan, dan dimensia. Dapat congenital atau didapat,
onset mendadak (acute hydrocephalus) atau progresif lambat (chronic atau primay hydrocephalus).
Disebut juga hydrocephaly, hydrencephaly, dan hydrencephalus.
Mikrosefali Pengecilan kepala yang abnormal, biasanya disertai dengan retardasi mental.
Macewen’s (cacked pot sound) Sir Willian Macewen, ahli bedah Skotlandia, 1848-1942. Pada
perkusi tulang tengkorak di belakang junction os. Frontale, temporale, dan parietale, terdapat nada
yang lebih bergema dari normal pada hidrosefalus interna dan abses cerebri. Disebut juga cracked-
pot sound dan cranial cracked-pot sound.
Nekrosis Hasil akhir perubahan-perubahan morfologis akibat kerja degradatif progresif enzim yang
mengindikasikan kemtaian sel; ini dapat mengenai kelompok sel atau bagian suatu struktur atau
suatu organ.
Sistolik Fase konstraksi pada siklus jantung yang berbeda dengan diastole; kuncupan jantung akibat
kontraksi otot jantung.
Stenosis pirolik Penyempitan pylorus karena jaringan parut yang terbentuk pada saat penyembuhan
ulkus doudeni.
Tanda trendelenburg Tes untuk menguji stabilitas sendi paha, khususnya kemampuan otot-otot
abductor sendi paha (gluteus medius dan minimus) guna menstabilkan pelvis pada femur. Umumnya,
jika salah satu tungkai di angkat dari tanah, pelvis akan miring ke atas pada sisi tersebut oleh kerja
otot-otot abductor sendi paha pada tungkai yang dipakai untuk berdiri. Jika kerjanya tidak efisien
(misalnya pada poliomyelitis, koksa vara yang berat dan dislokasi congenital sendi paha), otot-otot
abductor tersebut tidak mampu menahan pelvis dalam menyangga berat badan sehingga pelvis akan
iring ke bawah dan bukan ke atas.