KELAS: 2 A
Anak usia sekolah 1. Lakukan dari kepala 1. Minta untuk melepas pakaian
Menyukai duduk ke kaki. sendiri.
Kooperatif hampir 2. Pemeriksaan 2. Biarkan untuk memakai celana
semua posisi anak genetalia boleh dalam.
kecil menyukai dilakukan paling akhir 3. Beri skort untuk dipakai.
kehadiran orang tua. pada anak yang lebih
besar. 4. Jelaskan tujuan peralatan dan
Anak yang lebih kepentingan prosedur, seperti
besar menyukai 3. Hargai kebutuhan otoskop untuk meliaht gendang
privasi privasi. telinga, yang diperlukan untuk
mendengar.
5. Ajarkan tentang fungsi tubuhnya
dan perawatannya.
G. PROSEDUR PENGKAJIAN
PENGKAJIAN PROSEDUR
Tinggi / panjang 1. panjang rekumben pada anak dibawah usi 24 sampai 36 bulan
badan 2. tempatkan terlentang dengan kepala digaris tengah.
3. pegang lutut dan dorong dengan perlahan kearah meja untuk
kaki ekstensi penuh.
4. ukur dari verteks (puncak) kepala sampai tumit kaki (jari kaki
mengarah keatas).
5. tinggi berdiri pada anak lebih dari 24 sampai 36 bulan.
6. lepaskan kaus kaki dan sepatu.
7. minta anak berdiri setinggi mungkin, pungung tegak kepala
digaris tengah, dan mata melihat lurus kedepan..
8. periksa fleksi lutut, kemerosotan bahu, peninggian tumit.
9. ukur puncak kepala sampai permukaan berdiri.
10. ukur sampai cm atau ¼ inci yang terdekat.
Berat badan 1. timbang bayi dan anak kecil telanjang diatas skala tipe
platform; lindungi bayi dengan menempatkan tangan diatas
tubuh untuk mencegahnya menjatuhkan skala.
2. timbang anak yang lebih besar dengan memakai pakaian
dalam (tanpa sepatu) pada timbangan tegak
3. periksa apakah skala seimbang sebelum digunakan.
4. tutupi timbangan dengan selembar kertas bersih untuk
masing-masing anak.
5. ukur sampai 10gr atau ½ once yang terdekat untuk bayi dan
100gr atau ¼ pon untuk anak-anak.
Lingkar kepala Ukur dengan kertas atau pita tembaga pada lingkar yang terbesar
(HC) dari puncak alis, mata dan pinna telinga ketonjolan oksipital
tengkorak.
Lingkar dada 1. ukur melingkari dada pada garis putting susu.
2. idealnya lakukan pengukuran selama inspirasi dan ekspirasi,
catat rata-rat dari dua nilai.
Ketebalan lipatan 1. pengukuran ketebalan lipatan kulit trisep
kulit dan lingkar – dengan lengan kanan anak fleksi 90˚ pada siku, tandi titik
lengan tengah antara akromion dan olekranon pada aspek posterior
lengan
– dengan lengan menggantung bebas, genggaman lipatan kulit
antara ibu jari dan jari tengah 1 cm di atas titik tengah
– dengan perlahan trik lapisan menjauh dari otot dasardan terus
pegang sampai pengukuran selesai
– tempatkan caliper jaws (jangka lengkung) di atas lipatan kulit
pada tanda tengah ; bila menggunakan jangka lengkung plastic
(missal, Adipometer Ross), beri tekanan dengan ibu jari untuk
mensejajarkan garis pada jangka, ikuti arahn tersebut untuk
jangka yang lain
– perkiraan pembacan sampai paling dekat 1,0mm, 2-3 detik
setelah pemberian tekanan
– lakukan pengukuran sampai kelipatan 1mm
1. pengukuran lingkar lengan tengah
– ikuti prosedur seperti di atas, tetapi sebagai ganti
penggenggaman lipat kulit dan penggunaan jangka lengkung,
tegang kertas atau pita ukur tembaga melingkari lengan atas
pada titik tengah
– ukur sampai dekat 1cm
Penampilan Observasi hal-hal berikut:
umum 1. Wajah
2. Postur
3. Hygiene
4. Nutrisi
5. Perilaku
6. Perkembangan
7. Status kesadaran
Kulit 1. Observasi kulit pada cahaya matahari alami atau sinar buatan
netral
2. Warna paling baik jika di kaji pada skera, konjuntiva,
punggung kuku, lidah, mukosa bukal, telapak tangan, dan
telapak kaki
3. Tekstur perhatikan kelembaban, kehalusan, kekasaran,
integritas kulit, dan suhu
4. Suhu bandingkan setiap bagian tubuh untuk semua yang sama
5. Turgor genggam kulit pada abdomen antara ibu jari dan
telunjuk, tarik, dan lepaskan dengan cepat
6. Lekukan lekukkan kulit dengan jari
Tanda-tanda vital adalah setiap perubahan yang berbeda dengan keadaan normal
sehingga dianggap sebagai i n d i k a s i y a n g p e n t i n g m e n g e n a i k e a d a a n k e s e h a t a n
s e s e o r a n g (Potter&Perry, 1997)
TEKANAN DARAH
Jumlah tekanan darah yang normal berdasarkan usia seseorang adalah:
Seseorang dikatakan hypotensi jika tekanan darahnya lebih kecil dari 110/70 mmHg
NADI
Nadi adalah denyut nadi yang teraba pada dinding pembuluh darah arteri.
Jika jumlah denyut nadi di bawah kondisi normal, maka disebut pradicardi.
Jika jumlah denyut nadi di atas kondisi normal, maka disebut tachicardi.
SUHU
PERNAPASAN
Kesadaran: compos mentis artinya an. N ada dalam kondisi sadar penuh
Nadi: 142x/ menit batas nadi normal untuk usia 6 bulan adalah 130x/ menit.
Artinya nadi dari an. N sudah melebihi batas normal.
Suhu: 38,5oC suhu ini termasuk pada febris (demam, suhu tubuh lebih tinggi dari
normal)
Respirasi: 30x/ menit pernafasan normal
Turgor menurun berhubungan dengan kemampuan kulit untuk kembali setelah
tarikan atau tekanan.
Pemeriksaan abdomen:
Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon seseorang terhadap rangsangan
dari lingkungan, tingkat kesadaran dibedakan menjadi :
TANDA
VITAL:Suhu Axila : 36,5° – Menangis dapat – Hipotermi
sampai 37°C sedikit meningkatkan – Hipertermi
suhu tubuh
Frekuensi Apikal : 120 – Radian penghangat
akan meningkatkan
jantung sampai 140 denyut
/ menit suhu axila – Bradikardia :
frekuensi istirahat
– Menangis akan
meningkatkan dibawah 80 sampai
frekuensi jantung; tidur 100 denyut / menit
akan menurunkan – Takikardia :
frekuensi jantung frekunsi kira-kira
160 sampai 180
– Selama periode
pertama reaktivitas (6 denyut / menit
– Irama tidak
sampai 8 jam),
frekuensi dapat teratur
mencapai 180 denyut / – Takipne ;
menit frekuensi dibawah
60 kali / menit
– Menangis akan
Pernafasan 30 sampai 60 kali /
menit meningkatkan – Apnea > 15-20
frekuensi pernafasan ; detik
tidur akan menurunkan
– Tekanan sistolik
frekuensi pernafasan
pada manset
– Selama periode kurang dari 6
pertama reaktivasi (6 sampai 9 mmHg
sampai 8 jam), kurang dari
frekuensi dapat tekanan
mencapai 80 kali / diekstremitas atas
menit
Tekanan – Menangis akan
darah meningkatkan tekanan
65 / 41 mmHg darah
PEMASANGAN INFUS (TERAPI INRAVENA) PADA BAYI/ANAK
DEFINISI
Pemberian cairan intravena (infus) yaitu memasukkan cairan/obat langsung ke dalam
pembuluh darah vena dalam jumlah dan waktu tertentu dengan menggunakan infus (Potter,
2005).
TUJUAN
Mengembalikan dan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
Memberikan obat-obatan dan kemoterapi
Transfusi darah dan produk darah
Memberikan nutrisi parenteral dan suplemen nutrisi
Nama Mahasiswa :
NRI :
NILAI
NO URAIAN
0 1 2
I. Tahap Preinteraksi
1 Mengecek catatan medik/ catatan pemeriksaan sebelumnya
2 Mencuci tangan
3 Persiapan Alat
1. Sarung tangan dispossible
2. Kapas alcohol/wippy
3. Tourniquet
4. IV catheter (abocath) sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan:
Infant dan toddler (0-4 tahun): 22-24
Usia 4-6 tahun: 22-24
Usia 4-12 tahun: 18-24
5. Infus set sesuai ukuran
6. Cairan infuse sesuai kebutuhan klien
7. Standart infuse
8. Kassa steril
9. Kassa steril
10. Plester/Microphore
11. Hansaplast atau transparent dressing (balutan transparan seperti
tegaderm)
12. Bengkok (Nierbekken)
13. Gunting
14. Alas/Perlak
15. Spalk
Metode U
A. Potong plester (ukuran ½ inchi).
a. Dengan bagian lengketnya menghadap ke atas, letakkan
plester tersebut dibawah hubungan dan kateter
B. Arahkan kedua sisi isolasi tsb ke atas, kemudian lipat melewati
sayap kateter, tekan ke bawah sejajar dengan hubungan
Metode H
A. Potong 3 strip plester (ukuran ½ inch).
B. Letakkan satu strip pada setiap sayap, dengan menjaga
sejajar dengan kateter
C. Letakkan strip yang ketiga tegak lurus Kedua strip awal,
letakkan plester tepat di atas sayap. Pastikan kateternya
terlindung
17 Pasang plester berikutnya untuk mengamankan slang infuse & Pasang
spalk dan plester
18 Atur tetesan infus sesuai kebutuhan
Rapikan posisi klien. Berikan pujian untuk kerjasama klien selama
pengambilan darah & bereskan alat-alat
Buka sarung tangan dan cuci tangan
IV. Tahap Terminasi
1 Perawat melihat reaksi dan respon dari pasien setelah melakukan
tindakan:
Perhatikan kelancaran infus, dan perhatikan juga respon klien
terhadap pemberian tindakan
4 Dokumentasi:
Mencatat tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan, hasil
tindakan, reaksi/respon klien terhadap pemasangan infus, cairan
dan tetesan yang diberikan, nomor abocath, vena yang dipasang,
dan perawat yang melakukan) pada catatan keperawatan
NILAI
TOTAL NILAI
Keterangan :
0 = Tidak dilakukan
INHALASI
1. Pengertian Inhalasi
Inhalasi adalah pengobatan dengan cara memberikan obat dalam bentuk uap kepada si
pasien langsung melalui alat pernapasannya (hidung ke paru-paru). Terapi inhalasi
adalah sistem pemberian obat dengan cara menghirup obat dengan bantuan alat
tertentu, misalnya Metered – Dose Inhalers (MDI), Dry Powder Inhaler (DPI),
nebulizer.
2. Tujuan Terapi Inhalasi
a. mengembalikan dalam kondisi normal pernapasan yang terganggu akibat adanya
lendir atau sedang mengalami sesak napas;
b. terapi inhalasi diberikan pada gangguan atau alergi saluran pernapasan dan
secret/lendir berlebihan pada bayi;
c. relaksasi saluran pernapasan;
d. menekan proses peradangan serta mengencerkan dan memudahkan pengeluaran
dahak.
3. Indikasi dan Kontraindikasi Inhalasi
Indikasi inhalasi
a. Penyakit saluran nafas atas akut dan kronis
b. Penyakit saluran nafas bawah akut dan kronis
c. Penyakit jaringan paru untuk memperbaiki ventilasi
d. Gangguan saluran pernafasan karena alergi
e. Bayi dengan sekret yang berlebihan
Kontraindikasi:
a. Pasien yang tidak sadar/confusion tidak kooperatif dengan prosedur ini,
membutuhkan mask/sungkup, tetapi mask efektifnya berkurang secara spesifik.
b. Medikasi nebulizer kontraindikasi pada keadaan dimana suara napas tidak
c. ada/berkurang, kecuali jika medikasi nebulizer diberikan melalui endotracheal tube
yang menggunakan tekanan positif. Pasien dengan penurunan pertukaran gas juga tidak
dapat menggerakkan/memasukkan medikasi secara adekuat ke dalam saluran napas.
d. Pemakaian katekolamin pada pasien dengan cardiac irritability harus dengan
perlahan. Ketika diinhalasi katekolamin dapat meningkatkan cardiac rate dan
menimbulkan disritmia
e. Medikasi nebulizer tidak dapat diberikan terlalu lama melalui IPPB/Intermittent
Positive Pressure Breathing, Sebab IPPB mengiritasi dan meningkatkan bronkhospasme
4. Alat dan Bahan
a. obat yang digunakan adalah golongan pelega saluran nafas (bronkodilator) atau untuk
mengurangi inflamasi atau peradangan jalan nafas (golongan kortikosteroid).
d. Nebulizer
a. Kanister dalam aktuator dikocok dengan arah atas bawah beberapa kali, lalu
tutup aktuator dibuka
b. MDI disiapkan dalam posisi tegak,pasien melakukan ekspirasi maksimal
c. Orifisium aktuator dimasukkan dalam mulut pasien di antara dua baris gigi,
bibir dikatupkan rapat.
d. Pasien melakukan inspirasi pelan, sesaat setelah itu kanister ditekan k bawah
agar obat keluar terdispersi, inspirasi diteruskan pelan dan dalam sehingga
maksimal
e. Dalam posisi inspirasi maksimal, napas ditahan selama 10 detik, baru lakukan
ekspirasi
f. Bila diperlukan dosis kedua dan seterusnya, lakukan langkah yang sama
setelah 30-60 detik
g. Setelah melakukan hirupan, pasien berkumur dan airnya di buang untuk
menghilangkan sisa obat yang tertinggal di mulut, sehingga mengurangi absorpsi
sistemik.
1. Tutup Turbuhaler
2. Pegang turbuhaler dalalm posisi tegak, putar bagian bawahnya searah jarum
jam hingga pas kemudian putar balik berlawanan jarum jam hingga terdengar
bunyi klik.
3. Untuk pemakaian pertama lakukan langkah ini 2 kali, untuk pemakaian
selanjutnya cukup 1 kali
4. Masukan mouthpiece ke dalam mulut, katupkan kedua bibir
5. Setelah ekspirasi maksimal, lakukan inspirasi dengan cepat dan dalam hingga
makismal
6. Tahan napas selama 10 detik, kemudian hembuskan napas keluar
7. Setelah melakukan hirupan, pasien berkumur dan airnya di buang untuk
menghilangkan sisa obat yang tertinggal di mulut sehingga mengurangi absorpsi
sistemik.
1. Pengertian Tindakan
Fisioterapi dada adalah suatu metode terapi untuk membuka jalan nafas dan
mengencerkan dahak dengan cara penguapan, pemanasan, pemijatan, postural drainage,
latihan bernafas dan suction.
Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan dengan melakukan drainase postural,
clapping dan vibrating pada pasien dengan gangguan sistem pernapasan, misalnya penyakit
paru obstruksi kronis (bronkitis kronis, asma, dan emfisema). Tindakan drainase postural
merupakan tindakan dengan menempatkan pasien dalam berbagai posisi untuk mengalirkan
sekret di saluran pernapasan. Tindakan drainase postural diikuti dengan tindakan clapping
(penepukan) dan vibrasi. Clapping dilakukan dengan menepuk dada posterior dan
memberikan getaran (vibrasi) tangan pada daerah dada. Dalam memberikan fisioterapi pada
anak harus diingat keadaan anatomi dan fisiologi anak seperti pada bayi yang belum memiliki
mekanisme batuk yang baik sehingga mereka tidak dapat membersihkan jalan nafas secara
sempurna. Sebagai tambahan dalam memberikan fisioterapi harus didapat kepercayaan dari
anak-anak karena anak-anak sering tidak kooperatif.
a. Perkusi
Perkusi atau disebut juga clapping adalah pukulan kuat, bukan berarti sekuat-kuatnya,
pada dinding dada dan punggung dengan tangan dibentuk seperti mangkuk. Tujuannya
dalah secara mekanik dapat melepaskan sekret yang melekat pada dinding bronkus.
b. Vibrasi
Vibrasi adalah getaran kuat secara serial yang dihasilan oleh tangan perawat yang
diletakkan datar pada dinding dada klien.Vibrasi ini digunakan setelah perkusi untuk
meningkatkan turbulensi udara ekskresi danh melepaskan mukus yang kental.
c. Postural drainage
Postural drainage yaitu salah satu intervensi untuk melepaskan sekresi dari berbagai
sekmen paru dengan menggunakan pengaruh gaya gravitasi. Waktu yang terbaik untuk
melakukannya adalah sekitar satu jam sebelum sarapan pagi dan sekitar satu jam sebelum
tidur malam.
2. Tujuan
Kontarindikasi:
- Mutlak
1) kegagalan jantung
2) status asmatikus, renjatan dan perdarahan masif
- Relatif
a. infeksi paru berat
b. patah tulang atau luka baru bekas operasi
c. tumor paru dengan kemungkinan adanya keganasan serta adanya kejang rangsang.
1. PENGERTIAN
Memasukan makanan dan cairan kedalam lambung melalui selang nasogastrik (NGT)
2. TUJUAN
a. Memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan bayi/anak
b. Untuk memberi obat
3. DILAKUKAN KEPADA
a. Bayi/anak yang tidak dapat menelan, tidak sadar,muntah terus menerus, tidak mau
makan dalam jangka waktu lebih dari satu hari
b. Anak yang tidak boleh makan melalui mulut
4. PRINSIP
a. Makanan yang diberikan adalah makanan cair, makanan yang diblender halus dan
formula khusus makanan enteral
b. Hindari mendorong makanan untuk mencegah iritasi lambung, kecepatan yang
direkomendasikan adalah pemberian dengan ketinggian ± 45 cm dari abdomen
c. Perhatikan interaksi obat dengan makanan , bila ada pemberian obat peroral
5. PERSIAPAN
a. Alat
1) Makanan atau cairan sesuai kebutuhan
2) Air matang pada tempatnya
3) Corong atau spuit dengan ukuran 20-50 ml
4) Pengalas
5) Bengkok
6) Obat yang telah dicairkan (bila ada)
7) Plester dengan kasa steril
b. Pasien
1) Menjelaskan tentang tindakan kepada anak dan orang tua sesuai dengan tingkat
perkembangan dan kemampuan berkomunikasi.
2) Mengatur posisi bayi/anak
6. PELAKSANAAN
a. Atur anak dalam posisi semi fowler
b. Mencuci tangan
c. Pengalas dipasang diatas dada, bengkok diletakan diatas pipi
d. Buka klem/lipatan selang NGT, pasang corong/spuit pada pangkal selang
e. Tuangkan sedikit air matang, kemudian disusul makanan cair melalui pinggir corong,
tutup corong dengan kasa steril. Bila menggunakan spuit jangan di dorong tetapi
biarkan menetes
f. Bila makanan sudah habis, tuangkan lagi sedikit air matang untuk membilas
g. Pangkal selang ditutup/dilipat dan diikat kemudian difiksasi dengan plester ke dahi
h. Membereskan posisi bayi/anak (kepala lebih tinggi dari badan dan dimiringkan
kesalah satu sisi)
i. Membereskan alat-alat
j. Mencuci tangan
7. EVALUASI
Mengobservasi respon bayi/anak selama dan sesudah diberikan makan
8. DOKUMENTASI
Dokumentasikan waktu pemberian makan, jumlah dan jenis makanan yang diberikan,
jumlah air matang, obat (jira diberikan) dan respon pasien selama dan setelah diberikan.
MEMBERI MAKAN MELALUI SELANG NGT
A. DEFINISI
B. TUJUAN
C. PRINSIP
1. Makanan yang dapat diberikan adalah makanan cair, makanan yang diblender halus,
dan formula khusus makanan enteral
2. Residu lambung harus dicek sebelum memberikan makanan. Residu > 50 cc, tunda
pemberian sampai 1 jam. Jika setelah 1 jam jumlah residu tetap, kolaborasi
dengan dokter untuk program selanjutnya.
4. Perhatikan interaksi obat dengan makanan, terutama dengan susu jika ada pemberian
obat per oral.
D. PERSIAPAN
1. Cairan makanan
2. Syringe 20-50cc
3. Gelas ukur 60 ml
4. Pompa makanan (jika ada)
5. Tissue
6. Bengkok
E. PROSEDUR
3. Mencuci tangan
6. Menyiapkan makanan dan obat (jika ada) yang akan diberikan. Sesuai dengan terapi
medik.
8. Membantu klien dalam posisi fowler di tempat tidur atau duduk di kursi. Jika posisi
duduk merupakan kontra indikasi bagi klien, posisi miring kanan dengan kepala
agak tinggi boleh dilakukan.
a. Bolus/intermiten feeding
1) Klem selang dengan cara menekuk ujung selang dengan menggunakan tangan
yang tidak dominan, melepaskan kateter tip dari selang dengan tangan non
dominan, kemudian lepaskan pendorongnya dari kateter tip.
2) Menghubungkan selang dari botol dengan NGT, kemudian membuka klem dan
mengatur aliran.
12. Setelah makanan/formula habis, membilas dengan air putih 60 ml, menyisakan air
tetap berada di selang NGT. Melepaskan tip dari selang NGT, lalu mengklem dan
menutup selang NGT.
13. Membantu klien mengatur posisi yang nyaman sesuai keinginan klien, setelah 30
menit pemberian makanan.
No Kriteria Bobot
1 Diagnosa Keperawatan (PE) : gangguan menelan b.d gangguan
neuromuskular (nerv vagus)
2 Data Subjektif :
A. keluarga klien mengatakan klien sudah tidak sadarkan diri sejak 1
minggu yang lalu
B. keluarga klien mengatakan bahwa pasien kesulitan untuk berbicara
dan membuka mulut.
C. Keluarga mengatakan bahwa klien memiliki riwayat hipertensi
3 Data Objektif :
A. klien mengalami penurunan kesadaran dengan GCS E: 1; M: 4; V:
afasia.
B. klien tampak lemas
C. klien tidak mampu untuk membersihkan mulut
D. abnormalitas pada fase faring pada pemeriksaan menelan
E. Klien tampak menggunakan NGT
Data penunjang:
CT Scan brain non-contrast:
perdarahan intrakranial: tampak perdarahan, intraparenkim pada
thalamus kiri ukuran +/- 3,34 x 2,71 x 2,13 cm dengan edema perifokal,
perdarahan mencapai intraventrikel lateralis bilateral III dan IV
Pendahuluan
Skin test merupakan salah satu dari dua macam pengujian reaksi alergi yang dianggap
valid dan sudah diterapkan selama bertahun-tahun(1). Skin test adalah suatu pengujian yang
dilakukan pada kulit untuk mengidentifikasi substansi alergi (alergen) yang menjadi pemicu
timbulnya reaksi alergi(2). Skin test biasanya dilakukan pada pasien yang akan diberikan
pengobatan dan dicurigai memiliki alergi terhadap bahan dan obat tertentu, misalnya pada
penderita rhinitis alergika, asthma, alergi makanan, dan lain sebagainya(3). Alasan mengapa
skin test merupakan pengujian yang sering dan harus dilakukan terhadap pasien di rumah
sakit maupun klinik adalah bahwa setiap individu memiliki sensitivitas yang berbeda-beda
terhadap berbagai macam bahan maupun obat. Selain itu, skin test relatif mudah dilakukan,
nyaman bagi pasien, tidak mahal, dan hasil pemeriksaan bisa didapatkan hanya dalam waktu
15-20 menit(1, 3, 4).
Pengujian dimulai dengan menggores atau menusuk kulit dengan jarum steril khusus,
dan depositkan sejumlah kecil ekstrak alergen ke dalam kulit. Tunggu 15-20 menit, kemudian
evaluasi reaksi kulit. Jika pada kulit muncul bentol kemerahan, seperti gigitan nyamuk,
artinya hasil pengujian positif dan pasien alergi terhadap bahan yang diujikan. Jika kulit tidak
menimbulkan reaksi, artinya rencana pengobatan aman untuk dilanjutkan. Pengujian ini tidak
menimbulkan rasa sakit dan tidak menyebabkan perdarahan pada pasien karena jarum hanya
masuk ke permukaan kulit saja(1, 2, 3, 4)
. Skin test juga dapat dilakukan dengan cara
menginjeksikan alergen ke bawah kulit, atau dengan menempelkan alergen pada kulit dalam
periode waktu spesifik (48 jam)(4).
2. Intradermal test
Biasanya dilakukan pada pasien dengan kecurigaan alergi obat maupun racun
serangga. Setelah membersihkan kulit dengan kapas beralkohol, injeksikan sejumlah kecil
alergen ke bawah kulit (sama dengan yang dilakukan pada tes tuberkulosis)(4).
Gambar 3. Intradermal test. Alergen diinjeksikan ke dalam kulit dengan menggunakan
spuit.yang membentuk sudut 10-15° terhadap permukaan kulit (kiri). Gambaran
sasaran lapisan kulit pada injeksi intramuskular, subkutan, dan intradermal
(kanan)(c).
Pengertian :
suatu pengambilan darah vena yang diambil dari vena dalam fossa cubiti, vena saphena
magna / vena supervisial lain yang cukup besar untuk mendapatkan sampel darah yang
baik dan representatif dengan menggunakan tabung vacutainer.
Tujuan :
1. Untuk mendapatkan sampel darah vena yang baik dan memenuhi syarat untuk
melakukan pemeriksaan.
2. Untuk menurunkan resiko kontaminasi dengan darah (infeksi, needle sticj injury)
akibat vena punctie bagi petugas maupun penderita.
3. Untuk petunjuk bagi petugas yang melakukan pengambilan darah (phlebotomy)
Prosedur
NO PROSEDUR RASIONAL
Pengertian :
suatu pengambilan darah vena yang diambil dari vena dalam fossa cubiti, vena saphena
magna / vena superfisial lain yang cukup besar untuk mendapatkan sampel darah yang
baik dan representatif dengan menggunakan spuit.
Tujuan :
1. Untuk mendapatkan sampel darah yang baik dan memenuhi syarat untuk
dilakukan pemeriksaan
Prosedur :
NO PROSEDUR RASIONAL
10. Fiksasi spuit dengan tangan Supaya spuit tidak bergeser yang
kiri dengan membentuk sudut dapat menyebabkan vena pecah
Ya Tidak
Petugas Perawat
Terminasi :
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Merapikan alat-alat
3. Mencuci tangan
4. Mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
Nilai: Jumlah Ya/38 x 100 = ......