Anda di halaman 1dari 4

Ginjal merupakan sepasang organ yang terletak di belakang rongga perut

(retroperitoneal), dan berfungsi untuk membuang zat sisa serta kelebihan cairan dari
dalam darah. Selain menjaga keseimbangan cairan, organ ini juga berfungsi untuk
menjaga keseimbangan kadar mineral dalam tubuh, serta membantu proses
pembentukan vitamin D, sel darah merah, dan hormon yang mengatur tekanan
darah.

Jika seseorang mengalami kerusakan ginjal, ginjal tidak dapat melakukan fungsi-
fungsinya dengan optimal sehingga menyebabkan berbagai gangguan dalam tubuh.
Untuk mendeteksi adanya penyakit ginjal dan menentukan apakah ginjal bekerja
dengan baik, seseorang harus menjalani pemeriksaan fungsi ginjal.

Jenis-Jenis Pemeriksaan Fungsi Ginjal

Pemeriksaan fungsi ginjal ada yang rutin dilakukan dan ada juga yang sifatnya
tambahan. Jenis-jenis pemeriksaan fungsi ginjal yang rutin dilakukan adalah:

 Tes urine, untuk mengetahui adanya protein dan darah dalam urine yang
menandakan penurunan fungsi ginjal.
 Ureum atau blood urea nitrogen (BUN), yaitu tes untuk menentukan kadar urea
nitrogen dalam darah yang merupakan zat sisa dari metabolisme protein dan
seharusnya dibuang melalui ginjal.
 Kreatinin darah, yaitu tes untuk menentukan kadar kreatinin dalam
darah. Kreatinin merupakan zat sisa hasil pemecahan otot yang akan dibuang
melalui ginjal. Kadar kreatinin yang tinggi dalam darah dapat menjadi tanda adanya
gangguan pada ginjal.
 Glomerulo filtration rate (GFR), yaitu tes untuk melihat kemampuan ginjal dalam
menyaring zat sisa metabolisme dari dalam tubuh.

Sedangkan pemeriksaan fungsi ginjal tambahan, di antaranya adalah:

 Tes kandungan albumin dalam darah.


 Tes rasio albumin-kreatinin.
 Tes kandungan elektrolit dalam darah dan urine.
 Bersihan kreatinin (CCT) dan protein dalam urine 24 jam.
 Biopsi ginjal.
 Sistoskopi dan ureteroskopi.

Indikasi Pemeriksaan Fungsi Ginjal

Pemeriksaan fungsi ginjal umumnya disarankan pada pasien yang diduga menderita
gagal ginjal akut maupun gagal ginjal kronis. Gejala-gejala yang dapat menandai
adanya kerusakan ginjal adalah:

 Nyeri pada saat buang air kecil.


 Mengalami kesulitan pada saat awal buang air kecil.
 Hematuria.
 Meningkatnya frekuensi buang air kecil atau berkurangnya produksi urine.
 Urine berbusa.
 Pembengkakan pada tangan dan kaki akibat penumpukan cairan (edema).
 Tekanan darah tinggi.
 Aritmia.
 Sesak napas.
 Penurunan kesadaran.

Seseorang juga dapat diminta untuk menjalani pemeriksaan fungsi ginjal jika
memiliki kondisi-kondisi seperti:

 Diabetes.
 Penyakit jantung.
 Hipertensi.
 Batu ginjal.
 Lupus.
 Infeksi.
 Terdapat anggota keluarga dengan riwayat penyakit ginjal.

Peringatan Pemeriksaan Fungsi Ginjal

Tidak ada peringatan khusus bagi pasien yang akan menjalani pemeriksaan fungsi
ginjal, baik pemeriksaan melalui sampel darah atau urine. Akan tetapi, pasien yang
sedang mengonsumsi obat pengencer darah atau memiliki kelainan pembekuan
darah harus memberitahukan kepada dokter tentang kondisi tersebut.

Persiapan Pemeriksaan Fungsi Ginjal

Pasien akan diminta untuk menghentikan konsumsi obat-obatan tertentu agar hasil
pemeriksaan fungsi ginjal tidak terpengaruh. Khusus pasien yang akan menjalani
pemeriksaan urine selama 24 jam, akan diminta untuk menghindari aktivitas fisik
berat pada hari pengumpulan urine. Ini disebabkan karena aktivitas fisik berat dapat
memengaruhi konsentrasi kreatinin yang terdapat pada urine.

Pasien yang akan menjalani pemeriksaan fungsi ginjal juga akan diminta mengisi
data diri serta riwayat medis untuk kelengkapan pemeriksaan. Selain kadar kreatinin
darah, data diri seperti usia, ras, jenis kelamin, tinggi badan, dan berat badan
penting untuk menghitung laju filtrasi glomerulus (GFR).

Prosedur Pengambilan Sampel Pemeriksaan Fungsi Ginjal

Pemeriksaan fungsi ginjal dilakukan melalui pengambilan sampel darah dan sampel


urine. Sampel darah diambil menggunakan jarum khusus untuk dianalisis di
laboratorium. Pertama-tama, dokter akan mengikat lengan bagian atas pasien
dengan tali khusus, sehingga pembuluh darah venanya terlihat dengan jelas.
Setelah itu, dokter akan membersihkan kulit di derah vena dengan menggunakan
alkohol. Dokter kemudian akan menusukkan jarum khusus ke dalam pembuluh
vena, dan memasang tabung sampel darah pada jarum. Darah akan mengalir dari
pembuluh vena ke dalam tabung tersebut. Jika dirasa sudah cukup, jarum akan
dicabut dan titik bekas tusukan jarum pada kulit akan ditutup dengan plester khusus.
Sedangkan untuk sampel urine, diambil ketika pasien buang air kecil dan disimpan
dalam wadah khusus. Pada saat buang air kecil, biarkan sejumlah urine pada awal
buang air kecil terbuang tanpa ditampung. Setelah itu, tampung urine secukupnya ke
dalam wadah sampel dan tutup rapat. Jika sudah selesai, urine dapat langsung
dibawa ke laboratorium untuk diperiksa atau disimpan di lemari es terlebih dahulu.

Pasien dapat diminta untuk mengumpulkan sampel urine selama 24 jam. Jika
diminta mengambil sampel urine selama 24 jam, pasien harus menampung urine
tiap kali buang air kecil ke dalam wadah sampel. Selama proses pengambilan
sampel, wadah penampungan juga harus disimpan di dalam lemari es sebelum
dibawa ke laboratorium untuk diperiksa.

Setelah Pemeriksaan Fungsi Ginjal

Sampel yang sudah diambil dari pasien kemudian akan dibawa ke laboratorium
untuk diperiksa. Pada jadwal pertemuan selanjutnya, ketika hasil pemeriksaan
laboratorium sudah ada, dokter akan membacakan hasil pemeriksaan tersebut.

Dalam tes urine, hasil dapat menandakan adanya kelainan atau penyakit ginjal dari
kandungan zat abnormal dalam urine, seperti gula (glukosa), protein, dan sel darah
merah. Pada ginjal yang sehat, jumlah zat-zat tersebut sangat sedikit atau bahkan
tidak ada sama sekali. Meski demikian, adanya zat-zat tersebut tidak selalu
menandakan bahwa seseorang menderita penyakit ginjal. Hasil tes urine hanya
menjadi pertanda adanya kondisi yang tidak biasa atau tidak normal pada ginjal
seseorang.

Pada penderita gangguan ginjal, konsentrasi ureum dalam darah juga meningkat.
Namun, konsentrasi ureum yang tinggi dalam darah juga dapat ditemukan pada
seseorang yang menderita dehidrasi, sedang mengonsumsi obat tertentu, atau
sedang rutin mengonsumsi makanan berprotein tinggi. Oleh karena itu, sebelum
menjalani pemeriksaan ureum, pasien harus memberikan informasi mengenai
kondisi kesehatan dan aktivitas yang dijalaninya secara lengkap.

Hasil tes albumin menunjukkan kandungan albumin di dalam darah. Albumin


merupakan protein yang seharusnya diserap kembali oleh ginjal, tidak seluruhnya
dibuang melalui urine. Bila fungsi penyerapan kembali ginjal menurun, kandungan
albumin dalam darah juga akan menurun. Sebaliknya, kreatinin merupakan zat yang
seharusnya dibuang melalui urine, sehingga bila terdapat penurunan fungsi ginjal,
kadar kreatinin dalam darah akan meningkat. Kandungan albumin dan kreatinin
dapat diketahui secara kuantitatif, dan dapat dihitung rasionya untuk mengetahui
kondisi ginjal. Rasio yang tinggi menandakan awal mula bocornya albumin melalui
urine.

Dari berbagai hasil tes yang dilakukan serta mempertimbangkan faktor riwayat
medis dan data diri pasien, kondisi ginjal dapat disimpulkan melalui indikator GFR
(glomerulo filtration rate). GFR pada ginjal normal umumnya di atas nilai 60. GFR
yang berada di antara nilai 15-60 menunjukkan adanya penyakit ginjal atau gagal
ginjal. Sedangkan GFR yang berada di bawah 15 menunjukkan gagal ginjal tahap
akhir yang membutuhkan terapi pengganti ginjal.
Setelah hasil pemeriksaan fungsi ginjal diketahui, dokter akan melakukan diagnosis
penyakit yang sedang dialami oleh pasien. Jika diperlukan, dokter ginjal dapat
meminta pasien untuk menjalani tes tambahan agar hasil diagnosis lebih akurat.
Pasien yang diduga menderita hipertensi berdasarkan hasil tes, akan diberikan obat-
obatan sesuai dengan kondisi yang diderita. Pasien hipertensi juga dapat dianjurkan
untuk mengubah pola hidup dan pola makan. Jika diduga menderita diabetes,
pasien dapat dirujuk ke dokter endokrinologi untuk diberikan pengobatan lebih lanjut.

Risiko Pemeriksaan Fungsi Ginjal

Pengambilan sampel urine pada pemeriksaan fungsi ginjal umumnya aman dan
tidak menimbulkan efek samping. Sedangkan pada pengambilan darah, risiko efek
samping ada, namun jarang terjadi. Di antaranya adalah:

 Perdarahan.
 Infeksi di lokasi pengambilan sampel.
 Ruam.
 Nyeri

Anda mungkin juga menyukai