lagi sebagaimana seharusnya yakni sebagai penyaring sisa sisa metabolisme tubuh
dan racun serta mengeluarkannya bersama urin. Pada umumnya orang yang
mengalami kondisi gagal ginjal ini diharuskan untuk menjalani proses cuci darah
dalam periode dan frekuensi waktu tertentu.Diagnosis penyakit ginjal
Penyakit ginjal, terutama yang berkaitan dengan hipertensi, didiagnosis melalui tes urin dan
tes darah.
Tes urin
Penyakit ginjal yang terjadi akibat hipetensi dapat dideteksi dengan tes dipstick, dan tes ini
bertujuan untuk mendeteksi albumin pada urine.
Albumin adalah protein dalam darah yang bisa jadi tidak tersaring oleh ginjal saat ginjal
mengalami kerusakan. Cara melakukan tes ini adalah, pertama-tama pasien menampung
urin mereka di wadah yang sudah disiapkan tim medis.
Lalu tim medis dapat mengetes sampel urin ini di tempat atau dikirim ke laboratorium untuk
analisis lebih lanjut. Tes ini menggunakan dipstick, kertas kimia yang bereaksi terhadap zat
protein. Bila warna dipstick berubah, berarti ada darah atau protein yang terkandung di urin
tersebut.
Albumin dan kreatinin pada urin juga dapat menentukan adanya penyakit ginjal akibat
hipertensi. Kreatinin adalah produk sisa-sisa tubuh pada darah yang disaring di ginjal dan
dikeluarkan dalam bentuk urin.
Kalau rasio albumin dan kreatinin lebih dari 30mg/g, maka hal ini bisa mengindikasikan
adanya penyakit ginjal yang berhubungan dengan hipertensi.
Tes darah
Untuk mendiagnosis penyakit ginjal dan hipertensi, tes darah ini biasanya dilakukan untuk
mengetahui seberapa banyak darah yang dapat disaring oleh ginjal per menit, yang
dinamakan estimated glomerular filtration rate (eGFR). Berikut arti dari hasil eGFR:
Kalau eGFR Anda sebesar 60 atau lebih, artinya ginjal Anda berfungsi secara normal
Kalau eGFR Anda di bawah 60, artinya ginjal Anda mungkin mengalami masalah
Kalau eGFR Anda sebesar 15 atau kurang, artinya Anda mungkin mengalami gagal
ginjal
Darah yang akan disaring oleh ginjal dialirkan melalui pembuluh darah yang berada
di sekitar ginjal, dan banyak sekali darah yang mengalir di pembuluh darah ini.
Seiring berjalannya waktu, kalau hipertensi tidak terkontrol, maka akan
menyebabkan arteri di sekitar ginjal ini menyempit, melemah, dan mengeras
sehingga timbul penyakit. Hipertensi ini menghambat darah yang diperlukan oleh
jaringan pada ginjal, dan penyakit pun berisiko terjadi.
Jadi cuci darah itu tergantung penyebabnya masing-masing. Cuci darah itu
untuk membuang racun akibat kegagalan fungsi ginjal, bukan memperbaiki
ginjal,Sediakan beberapa lembar daun sukun, cuci bersih terlebih dahulu.
Rebus dengan air secukupnya, tunggu hingga mendidih dan usahakan
daun hancur dalam air. Diamkan beberapa saat hingga dingin, saring daun
sukun dan menyisakan air rebusannya saja. Konsumsi dua kali sehari,
sebaiknya pada pagi dan sore hari, usahakan untuk seusai makan berat.
Cara pengobatan ini terbukti ampuh untuk mengurangi nyeri pada ginjal
dan secara perlahan mengembalikan fungsinya seperti semula.
Indikator lain dari urgensi untuk melakukan cuci darah adalah nilai eFGR. eFGR adalah nilai estimasi
laju filtrasi glomerulus, memperkirakan volume darah yang melewati glomerulus (penyaring kecil pada
ginjal) dalam satu menit.
Jika nilai eGFR semakin rendah, maka kerusakan ginjal pun semakin parah.
Pasien gagal ginjal perlu melakukan cuci darah apabila memiliki nilai eFGR di bawah 15. Cuci darah
harus dijalankan seumur hidup, kecuali jika pasien mendapatkan transplantasi ginjal.