Anda di halaman 1dari 5

PEMERIKSAAN TES FUNGSI HATI

A. Definisi

Hati adalah organ tunggal dalam tubuh yang paling besar dan kompleks. Dengan bobot
sekitar 1300-1500 gr, hati mempunyai tugas penting yang rumit demi kelangsungan seluruh
fungsi tubuh. Fungsi hati yaitu: Membuat empedu suatu zat yang membantu pencernaan
lemak, memproses dan mengikat lemak pada pengangkutnya (protein) termasuk kolesterol.

Jika hati rusak, maka fungsinya dalam mengeluarkan racun tidak


berfungsi. Akibatnya racun akan menumpuk dalam darah dan akhirnya ke otak. Untuk
menghindari hal ini, ada baiknya menjalani gaya hidup sehat. Gaya hidup sehat akan
menjaga fungsi hati agar tetap optimal.

Pemeriksaan faal hati atau lebih dikenal dengan tes fungsi hati adalah sekelompok tes
darah yang mengukur enzim atau protein tertentu di dalam darah . Pemeriksaan faal hati
umumnya digunakan untuk membantu mendeteksi, menilai dan memantau penyakit atau
kerusakan hati.

B. Tujuan Pemeriksaan Faal Hati

1. Sebagai pemeriksaan penyaring (ada atau tidak ada kelainan faal hati atau sel hati).
2. Membantu menegakkan diagnosis
3. Membantu membuat diagnosis banding
4. Membantu membuat prognosis
5. Mengikuti perjalanan penyakit dan hasil pengobatan

C. Jenis-jenis Pemeriksaan Faal Hati

Pemeriksaan faal hati dapat dikelompokkan sebagai berikut :


1. Tes Faal Sintesis
a. Pemeriksaan kadar albumin

Gangguan faal sintesis albumin terjadi hipoalbuminemia, menunjukkan adanya kerusakan


hati
a. Pemeriksaan kadar globulin
Peningkatan globulin menunjukkan adanya hepatitis aktif atau menuju sirosis.
b. Pemeriksaan kadar ammonia
Peningkatan ammonia menunjukkan kegagalan hati dalam mengubah ammonia menjadi
urea.

2. Tes Faal Ekskresi


a. Pemeriksaan pigmen empedu dalam darah :
 Bilirubin total
 Bilirubin direk
b. Pemeriksaan pigmen empedu dalam feses/urin :
 Warna
 Bilirubin, dan
 Urobilinogen
c. Tes retensi BSP (bromsulfonflalien)
Tes ini bersifat infasif karena larutan BSP disuntikkan intravena dan setelah 45 menit
barulah dilakukan fungsi vena lalu kadar BSP yang direntensi dalam darah diukur.
Normal retensi : < 5 %. Ada bahaya anafilaksis, selain itu bila ekstravasasi terjadi
iritasi jaringan sampai nekrosis. Tes ini digunakan khusus misalnya pada diagnosis
Sindroma Dubin Johnson, yaitu ditemukan setelah 45 menit retensi normal atau
meningkat ringan, tetapi setelah 2 jam meningkat tinggi karena adanya gangguan
ekskresi.

3. Tes Lainnya
a. Tes serum glutamat piruvat transaminase (SGPT) atau alanin transaminase (ALT).

Tes ini mengukur kadar enzim SGPT di dalam darah. Pada kondisi normal, enzim SGPT
terkandung di dalam sel-sel hati dan hanya sedikit terdapat di dalam darah. Jika sel-sel
hati mengalami kerusakan, enzim SGPT akan terlepas dari sel-sel hati ke dalam darah,
sehingga kandungan enzim tersebut di dalam darah akan mengalami kenaikan.

b. Tes serum glutamat oksaloasetat transaminase (SGOT) atau aspartat aminotransferase


(AST).

Tes ini mengukur kadar enzim SGOT di dalam darah. Hampir sama dengan enzim
SGPT, pada kondisi normal, enzim SGOT dapat ditemukan pada kadar rendah di dalam
darah. Akan tetapi jika terjadi kerusakan liver, maka kadar enzim SGOT di dalam darah
akan mengalami peningkatan.

c. Tes albumin.

Albumin merupakan protein yang diproduksi khusus oleh hati. Albumin dalam darah
berfungsi untuk memberikan nutrisi bagi jaringan, mencegah kebocoran cairan dari
pembuluh darah, dan membantu transportasi hormon, vitamin dan senyawa lain di dalam
darah. Hati yang tidak bekerja dengan baik, dapat ditandai dengan konsentrasi albumin
yang lebih rendah dari normal.

d. Tes bilirubin.

Bilirubin merupakan produk sisa penghancuran sel darah merah, yang dihasilkan oleh
hati. Bilirubin akan dibentuk oleh hati dan dibuang melalui saluran pencernaan bersama
feses. Jika hati atau liver mengalami kerusakan, maka pembuangan bilirubin akan
terhambat sehingga menyebabkan kenaikan kadar bilirubin dalam darah.

e. Alkali fosfatase (ALP) .

Merupakan enzim yang biasanya ditemukan di empedu, kantung empedu, dan hati. Jika
hati atau kantung empedu mengalami gangguan atau kerusakan, konsentrasi enzim ALP
akan mengalami kenaikan.

f. Tes gamma-glutamyl transferase.

Gamma-glutamyl transferase (GGT) merupakan enzim yang ditemukan di berbagai


organ tubuh, namun konsentrasinya paling tinggi terdapat di hati. GGT akan meningkat
bila terjadi kerusakan di hati atau saluran empedu.

D. Indikasi Uji Fungsi Hati

Seseorang akan dianjurkan oleh dokter untuk menjalani uji fungsi hati jika
menderita penyakit liver atau hati, seperti hepatitis atau sirosis, serta masalah pada kantung
empedu dan salurannya, seperti batu empedu. Gejala-gejala yang biasanya muncul pada
penderita penyakit hati, antara lain adalah:

 Urine berwarna gelap seperti teh

 Feses berwarna pucat seperti dempul

 Mual dan muntah

 Lemas

 Sakit kuning (jaundice)

 Nyeri perut

 Gatal-gatal

 Diare

Selain itu, uji fungsi hati dapat dilakukan kepada:

 Ibu yang sedang merencanakan


 Pasien yang sedang menjalani pengobatan, agar diketahui efek samping obat tersebut
kepada hati.

 Pasien yang sedang menjalani pengobatan untuk penyakit liver, untuk mengetahui
keberhasilan dari terapi.

Persiapan Uji Fungsi Hati

Secara umum tidak ada persiapan khusus yang harus dilakukan pasien sebelum menjalani
uji fungsi hati. Pasien harus memberitahukan obat-obatan dan makanan yang baru saja
dikonsumsi kepada dokter. Beberapa makanan dan obat-obatan dapat memengaruhi hasil
pembacaan uji fungsi hati di laboratorium. Pasien juga dianjurkan memakai baju lengan pendek
atau baju yang bagian lengannya mudah untuk digulung.

Prosedur Pelaksanaan Uji Fungsi Hati

 Langkah pertama uji fungsi hati adalah membersihkan kulit di atas pembuluh darah yang
akan ditusuk untuk mencegah darah terkontaminasi kuman yang ada di kulit dan
mencegah infeksi.

 Petugas medis kemudian akan mengikat lengan, sehingga darah mengumpul di pembuluh
vena sebelum ikatan, dan pembuluh vena menjadi lebih mudah dilihat.

 Setelah itu, petugas medis akan menusuk vena dengan jarum, lalu memasangkan tabung
sampel darah dari sisi jarum yang berlawanan.

 Kemudian darah akan mengalir ke dalam tabung. Setelah sampel darah dirasa cukup,
petugas medis akan menarik tabung sampel dan menutup lokasi tusukan jarum dengan
plester.

 Sampel darah kemudian dibawa ke laboratorium untuk dianalisis menggunakan metode


khusus.

 Hasil analisis uji fungsi hati biasanya digunakan dokter untuk mengevaluasi kondisi
organ hati pasien dengan mempertimbangkan juga gejala yang muncul dan faktor risiko
yang dimiliki.

 Jika pasien tidak memiliki faktor risiko yang jelas atau tidak ada gejala spesifik, biasanya
hasil uji fungsi hati yang abnormal menunjukkan adanya cedera pada liver atau pasien
sedang menderita penyakit liver stadium awal.
Dokter biasanya tidak hanya melakukan satu jenis tes saja dalam mendagnosis kerusakan hati
yang terjadi. Beberapa jenis tes dilakukan dalam satu sampel darah dan jika perlu, pengambilan
sampel darah dilakukan beberapa kali agar diagnosis kerusakan hati lebih akurat.
Jika hasil uji fungsi hati belum memberikan diagnosis yang akurat, dokter dapat melakukan tes
tambahan, seperti USG, CT scan, MRI, hingga biopsi hati.

Hal-hal yang dapat Mempengaruhi Temuan Laboratorium

 Pengambilan darah pada area yang terpasang jalur intra-vena dapat menurunkan kadar
 Trauma pada proses pengambilan sampel akibat tidak sekali tusuk kena dapat
meningkatkan kadar
 Hemolisis sampel
 Obat-obatan dapat meningkatkan kadar : antibiotik, narkotika, antihipertensi, preparat
digitalis, indometasin, salisilat, rifampin, flurazepam, propanolol, kontrasepsi oral, lead
dan heparin.
 Aspirin dapat meningkatkan atau menurunkan kadar.

Anda mungkin juga menyukai