Anda di halaman 1dari 9

Nama : Benedicta Sarni Telaumbanua

Nim : 180204002
Kelas : 2.1

Tugas
Seorang laki-laki usia 45 tahun dirawat dengan keluhan badan bengkak, sesak bernafas
dan sedikit buang air kecil, mual dan muntah, tidak nafsu makan, lemas tidak
bersemangat. Dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital tekanan darah 180/110 mmhg,
nadi 90 x/mnt, pernafasan 28 x/mnt, suhu 37,5 0c, pemeriksaan fisik ditemukan wajah
sembab, udem pada kedua extremitas bawah dan atas, kulit kering dan bersisik.
Pemeriksaan laboratorium hb 7,2 gr/dl, lekosit 11.000 gr/dl, ureum 220 mg/dl, creatinin
12.3 mg/dl dan asam urat 8,1 mmol. Pemeriksaan usg ginjal hasilnya atropi pada renal
sinistra. Pasien bekerja sebagai buruh bangunan dan memiliki kebiasaan menunda
minum bila haus. Riwayat kesehatan terdahulu pernah mengalami batu ginjal. Pasien
mendapat diet ginjal dengan tinggi kalori rendah protein. Dokter menetapkan diagnosa
gagal ginjal pada pasiendan merencanakan pasien untuk cuci darah sebagai pengobatan
awal pasien.
Pertanyaan?
1. Sebutkan data subjektif (ds) dan data objektif (do) dari kasus diatas!
2. Apakah hubungannya data lab hb, lekosit, ureum, creatinin dan adam urat
dengan gagal ginjal?
3. Mengapa tekanan darah pasien dapat mencapai nilai sistol 180 dan diastole 110
pada kondisi ini?
4. Jelaskan patway dari kasus diatas?
5. Apa kaitannya pekerjaan pasien dengan penyakit yang dialaminya sekarang?
6. Apa hubungannya kebiasaan pasien menunda minum bila haus terhadap
penyakitnya?
7. Jelaskan mengapa diet ginjal tinggi kalori dan rendah protein diberikan pada
pasien?
8. Mengapa dokter merekomendasikan pasien untuk cuci darah sebagai bagian dari
pengobatan pasien?
9. Penatalasanaan apa saja selain cuci darah yang dapat dilakukan pada pasien
yang mengalami gagal ginjal kronis?
10. Tuliskan diagnose keperawatan pada pasien berdasarkan kasus diatas (5
diagnosa keperawatan)!
11. Sebutkan 3 intervensi untuk 3 diagnosa utama dari keadaan pasien?

Jawaban :
1. DS :
 Klien mengeluh badan bengkak,
 Klien mengeluh sesak bernafas
 Klien mengeluh sedikit buang air kecil,
 Klien mengeluh mual dan muntah,
 Klien mengeluh tidak nafsu makan,
 Klien mengeluh lemas tidak bersemangat.

DO :
 Ttv :
a. Tekanan darah : 180/110 mmhg,
b. Nadi 90 x/mnt,
c. Pernafasan 28 x/mnt,
d. Suhu 37,50c,
 Pemeriksaan fisik :
Klien datang dengan wajah sembab, udem pada kedua extremitas bawah dan
atas, kulit kering dan bersisik.
 Pemeriksaan laboratorium
a. Hb 7,2 gr/dl,
b. Lekosit 11.000 gr/dl,
c. Ureum 220 mg/dl,
d. Creatinin 12.3 mg/dl dan
e. Asam urat 8,1 mmol.
 Pemeriksaan usg ginjal : atropi pada renal sinistra.
2. Hubungan data lab hb, leukosit, ureum, creatin dan asam urat dengan gagal ginjal
yaitu gagal ginjal dapat menyebabkan kelainan yang terdiri dari:
Hb turun menyebabkan anemia, kelainan leukosit, creatinine darah naik, dan urin
dimana protein selalu positif.
Penjelasan :
 Hubungan data Lab Hb dengan gagal ginjal yaitu untuk mengetahui apakah nilai
Hb pada pasien normal/tidak.Hemoglobin adalah protein dalam sel darah merah
yang membawa oksigen ke seluruh bagian tubuh.Seseorang dengan jumlah
hemoglobin dibawah normal akan mengalami Anemia.Hubungannya dengan
gagal ginjal yaitu gagal ginjal dapat menyebabkan Anemia.Ginjal yang terkena
penyakit tidak memproduksi cukup eritropoetin (EPO), suatu hormon yang
mengatur pembentukan sel darah merah. Dengan berkurangnya EPO, jumlah sel
darah merah akan semakin sedikit. Sel darah merah yang ada akan mengandung
lebih sedikit protein hemoglobin untuk mengalirkan oksigen ke seluruh organ
tubuh. Semua hal tersebut bersumber terjadinya anemia.
 Hubungan data Lab Leukosit dan Gagal ginjal yaituhasil pemeriksaan lab yang
menunjukkan adanya peningkatan leukosit (sel darah putih) pada urin ini
menunjukkan infeksi. Leukosit sangat penting sebagai pertahanan tubuh primer.
Pada gagal ginjal, hipertensi merupakan salah satu penyebab kerusakan pembuluh
darah, terutama pada endotelium, yang secara kronis akan berujung pada
kerusakan organ.Infiltrasi endotelium yang permeabel oleh leukositakan
mengaktifkan cascade inflamasi, termasuk didalamnya leukosit, sitokin, kemokin
dan zat inflamasi lainnya. Pada gagal ginjal kronis hipertensimerupakan salah satu
penyebab kerusakan pembuluh darah, terutama pada endotelium, yang secara
kronis akan berujung pada kerusakan organ.Infiltrasi endotelium yang permeabel
oleh leukositakan mengaktifkan cascade inflamasi, termasuk didalamnya leukosit,
sitokin, kemokin, dan zat inflamasi lainnya.
 Hubungan data lab ureum dengan gagal ginjal yaitu Ureum merupakan produk
nitrogen terbesar yang dikeluarkan melalui ginjal yang berasal dari diet dan
protein endogen yang telah difiltrasi oleh glomerulus dan sebagian dereabsorbsi
pada keadaan dimanaurin terganggu. Gagal ginjal menyebabkan penurunan fungsi
ginjal sehingga kadar ureum plasma meningkatkarena ekskresi urea dalam urin
menurun. Kondisi gagal ginjal yang ditandai dengan kadar ureum plasma sangat
tinggi dikenal dengan istilah uremia.
 Hubungan data kreatin dengan gagal ginjal yaitu tubuh mengalami penurunan
kadar kreatin.Penurunan kadar kreatinin dapat terjadi pada gagal jantung
kongestif, syok, dan dehidrasi, pada keadaan tersebut terjadi penurunan perfusi
darah ke ginjal, sehingga makin sedikit pula kadar kreatinin yang dapat difltrasi
ginjal.

3. Ginjal membantu menyaring limbah dan cairan ekstra dari darah, dan menggunakan
banyak pembuluh darah selama proses penyaringan tersebut. Ketika pembuluh darah
menjadi rusak, nefron yang menyaring darah tidak menerima oksigen dan nutrisi
yang mereka butuhkan agar berfungsi dengan baik. Sehingga terjadi tekanan darah
tinggi (hbp atau hipertensi) adalah penyebab utama kedua gagal ginjal. Seiring
waktu, tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol menyebabkan arteri di sekitar
ginjal menyempit, melemah atau mengeras. Arteri yang rusak ini tidak mampu
memberikan cukup darah ke jaringan ginjal. Inilah yang menyebabkan nilai sistol
mencapai 180 dan diastol 110 pada kondisi pasien tersebut.

4. Pathway
Hipertensi

Volume darah meningkat

Gangguan fungsi ginjal

GFR menurun

Retensi natrium Ureum meningkat Sekresi protein

Edema Pruritus
Mua Anoreksia
GAGAL
GINJAL
Kelebihan Gangguan
Volume Integritas
Cairan Produksi eritropoitin menurun Kulit

Anemia
Renal
Anemia
Renal

Kelelahan, Anemia
lemas, tidak
bersemangat.
Angina Gangguan
Pertukara

5. Hubungan pekerjaan pasien dengan penyakit nya yaitu pasien bekerja sebagai buruh
bangunan dan memiliki kebiasaan menunda minum bila haus. Ini menyebabkan
tubuh kekurangan cairan sehingga aliran darah ke ginjal terganggu. Kebiasaan ini
lama kelamaan memperburuk fungsi ginjal sehingga menyebabkan gagal ginjal.

6. Ginjal merupakan suatu organ yang penting dalam tubuh. Ginjal dapat berperan
dalam menyaring darah dalam tubuh, dan mengeluarkan zat yang tidak dibutuhkan
tubuh melalui urine. Selain itu ginjal juga berperan untuk menjaga keseimbangan
cairan dalam tubuh, dan menjaga tekanan darah.tidak menunda minum air putih
pada saat haus merupakan salah satu hal yang baik untuk menjaga kesehatan ginjal.
Dengan konsumsi cukup air putih, maka cairan dalam tubuh akan relatif
cukup,sehingga aliran darah ke ginjal akan baik. Aliran darah ke ginjal dapat
membantu fungsi ginjal. Jika terjadi penurunan aliran darah ke ginjal karena
kebiasaan menunda minum ketika haus , maka lama kelamaan dapat membuat
perburukan fungsi ginjal.

7. Alasan pasien gagal ginjal diberikan diettinggi kalori dan rendah protein dengan
kebutuhan kalori sekitar 35 kkal/kg berat badan/hari dan rendah protein 40-45
gram/hari.bertujuan untukmencukupi kebutuhan zat gizi agar sesuai dengan fungsi
ginjal, mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit, memperlambat penurunan
fungsi ginjal lebih lanjut.diet ini berikan kepada pasien gagal ginjal untuk membatasi
asupan protein karena jika banyak protein yang dicerna tubuh, semakin banyak pula
asam amino yang disaring oleh ginjal dan membuat ginjal bekerja lebih keras.
Terutama pada pasien gagal ginjal kronis yang ginjalnya sudah tidak bisa berfungsi
dengan baik.

8. Pada pasien gagal ginjal, dokter akan merekomendasikan pasien untuk cuci darah
sebagai bagian dari pengobatan karena ginjal pasien gagal ginjal tidak bekerja
dengan baik untuk itu dokter akan merekomendasikan suatu prosedur yang
dinamakan hemodialisis (cuci darah). Cuci darah membantu menggantikan fungsi
ginjal agar tubuh dapat tetap memiliki keseimbangan fungsi dan prosedur
hemodialisa dibutuhkan ketika ginjal tidak lagi dapat bekerja dengan baik sehingga
tubuh memiliki zat-zat yang seharusnya sudah dibuang dari darah atau cairan tubuh.

9. Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien gagal ginjal selain cuci darah
(hemodialisis) yaitu :
 Capd (continuous ambulatory peritoneal dialysis) adalah metodecuci darah
yang dilakukan lewat perut. Metode ini memanfaatkan selaput dalam rongga
perut (peritoneum) yang memiliki permukaan luas dan banyak jaringan
pembuluh darah sebagai filter alami ketika dilewati oleh zat sisa. Kelebihan dari
capd adalah memungkinkan fungsi ginjal yang tersisa akan terpelihara dengan
baik yang akan berguna jika nantinya ingin melakukan transplantasi ginjal.
 Mempertahankan keseimbangan cairan
Penatalaksanaankeseimbangan cairan didasarkan padapengukuran berat badan
harian, pengukuran tekanan vena sentral.konsentrasi urin dan serum, cairan yang
hilang, tekanan darah danstatus klinis pasien.masukan dan haluaran oral dan
parenteral dari urin, drainaselambung, feses, drainase luka, dan perspirasi
dihitung dan digunakansebagai dasar untuk terapi penggantian cairan.
 Penanganan hiperkalemia:
Peningkatan kadar kalium dapat dikurangi dengan hal-halberikut:
1. Glukosa, insulin, kalsium glukonat, natrium bikarbonat (sebagai tindakan
darurat sementara untuk menangani heperkalemia)
2. Natrium polistirensulfonat (kayexalate) (terapi jangka pendek dandigunakan
bersamaan dengan tindakan jangka panjang lain)
3. Pembatasan diit kalium
4. Dialisis
 Menurunkan laju metabolisme
1. Tirah baring
2. Demam dan infeksi harus dicegah atau ditangani secepatnya
 Pertimbangan nutrisional
1. Diet protein dibatasi sampai 1 gram/kg selama fase oligurik.
2. Tinggi karbohidrat
3. Makanan yang mengandung kalium dan fosfat (pisang, jus jeruk, kopi)
dibatasi, maksimal 2 gram/hari
4. Bila perlu nutrisi parenteral
 Merawat kulit
1. Masase arca tonjolan tulang
2. Alih baring dengan sering
3. Mandi dengan air dingin
 Koreksi asidosis
1. Memantau gas darah arteri
2. Tindakan ventilasi yang tepat bila terjadi masalah pernafasan
3. Sodium bicarbonat, sodium laktat dan sodium asetat dapat diberikanuntuk
mengurangi keasaman.

10. Diagnosa keperawatan :


1. Resiko tinggi pola nafas tidak efektif b.d penurunan ph pada cairan serebrospinal
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik, keletihan.
3. Defisit volume cairan b.d fase diuresis pada gagal ginjal akut
4. Resiko tinggi aritmiab.d gangguan konduksi elektrikalskunder dari hiperkalemia
5. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan kelebihan cairan,
ketidakseimbangan elektrolit, efek uremik pada otot jantung
6. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, vomitus,
nausea.

11. Intervensi :
1. Resiko tinggi pola nafas tidak efektif b.d penurunan ph pada cairan
serebrospinal
Tujuan: dalam waktu 1x24 jam tidak terjadi perubahan pola nafas
Kriteria hasil: klien tidak sesak nafas, rr dalam batas normal 16-20x/menit

Intervensi :
a. Kaji faktor penyebabasidosismetabolik
b. Monitor ketat ttv
c. Istirahat kan klien dengan posisifowler
d. Ukur intake dan output
e. Lingkungan tenang dan batasi pengunjung
f. Berikan cairan ringer laktat secara intervena
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik, keletihan.
Tujuan : dalam waktu 2 x 24 jam. Pasien dapat meningkatkan aktivitas yang
dapat di toleransi.
Kriteria hasil : klien mampu meningkatkan aktivitas dengan baik.

Intervensi :
a. Kaji kebutuhan pasien dalam beraktiitas dan penuhi kebutuhan adl.
b. Kaji tingkat kelelahan
c. Identifikasi factor stress/psikologis yang dapat memperberat.
d. Ciptakan lingkungan tenang dan periode istirahat tanpa gangguan.
e. Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan.
f. Kolaborasi pemeriksaan laboratorium darah.
3. Resiko kurangnya volume cairan b/d gagal ginjal akut
Tujuan dalam waktu 2x24 jam defisit volume cairan dapat teratasi
Kriteria hasi: klien tidak mengeluh pusing, membran mukosa lembab, turgor
kulit normal, ttv dalam batas normal, urine >600 ml/hari

Intervensi :
a. Monitor status cairan (turgor kulit membran mukosa dan urine output)
b. Auskultasi td dan timbang berat badan
c. Kaji warna kulit, suhu, sianosis, nadi perifer, dan diaforesis secara teratur
d. Program untuk dialisis.
e. Pertahanpemberian cairan intravena

Anda mungkin juga menyukai