Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN DIAGNOSA GAGAL GINJAL AKUT

Oleh

TRIA MAHARANI

2023207209086

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU (UMPRI)
LAMPUNG TAHUN 2023
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian
Gagal ginjal akut adalah penurunan tiba-tiba faal ginjal pada individu
dengan ginjal sehat sebelumnya, dengan atau tanpa oliguria dan berakibat
azotemia progresif disertai kenaikan ureum dan kreatinin darah.
Gagal ginjal akut (GGA) merupakan suatu sindrom klinis yang di tandai
dengan fungsi ginjal yang menurun secara cepat (biasannya dalam beberapa
hari) yang menyebabkan azotemia yang berkembang cepat. Laju filtrasi
glomerolus yang menurun dengan cepat menyebabkan kadar kreatinin serum
meningkat sebanyak 0,5% mg/dl/hari dan at kadar nitrogen urea darah sebanyak
10% mg/dl/hari dalam beberapa hari. ARF (Acute Renal Failure) biasanya
disertai oleh oliguria (keluaran urine).
Gagal ginjal Akut (GGA) atau Acute renal failure (ARF) dapat didefinisikan
sebagai sindrom klinis akibat kerusakan metabolik atau patologik pada ginjal
yang ditandai dengan penurunan fungsi yang nyata dan cepat serta terjadinya
azotemia Biasanya penyakit ini disertai oliguria (pengeluaran kemih < 400 ml/
hari).
Gagal ginjal akut (GGA) atau acute renal failure (ARF) adalah penurunan
laju filtrasi glomerulus secara tiba-tiba, sering kali dengan oliguri, peningkatan
kadar urea dan kreatinin darah, serta asidosis metabolic dan hiperkalemia.

2. Etiologi/faktor resiko
1) ARF Pre renal
a. Penurunan volume vaskuler
- kehilangan darah/plasma : perdarahan, luka bakar.
- Kehilangan cairan ekstravaskuler : muntah diare
b. Kenaikan kapasitas vaskuler
- Sepsis
- Blockade ganglion
- reaksi anafilaksis
c. Penurunan curah jantung/ kegagalan pompa jantung
- renjatan kardiogenik
- payah jantung kongestif
- tamponade jantung
- disritmia
- Emboli paru
- Infak jantung
2) ARF Renal (intrinsik): kerusakan struktur & fungsi ginjal
- Hipoperfusi berkepanjangan.
- Hipotensi : pasca bedah
- Hipovolemik dan infeksi : luka bakar.
- Hipotensi akibat trauma berat
- Infeksi, nefrotoksis, penyakit parenkim ginjal (pielonefritis akut,
glomerulonefritis akut)
3) Post renal (obstruktif).
- Endapan asam urat, kristal sulfat.
- Obstruksi : batu, hipertrofiprostat, cancer kolon, cancer servik &
uterus
- Pembedahan ureter.
- Obstruksi uretra ; striktura uretra

3. Patofisiologi
1) Pre renal azotemia
Penurunan fungsi ginjal akan mengaktifkan baroreseptor yang
kemudian akan mengaktivasi sistem neurohumoral dan ginjal, agar tubuh
dapat tetap mempertahankan tekanan darah, perfusi ginjal dan laju filtrasi
glomerular. Sistem renin- angiotensin- aldosteron, vasopresin, aktivasi sistem
saraf simpatik akan mengakibatkan vasokonstriksi sistemik, retensi garam
dan air sehingga tekanan darah dan volume intravaskuler dapat dipertahankan.
Hanya saja bila sistem mekanisme adaptif ini tidak berhasil maka laju filtrasi
glumerular menurun dan terjadilah azotemia pra renal.
Karena terjadi penurunan sirkulasi ginjal mengakibatkan peningkatan
tonusitas medular yang selanjutnya memperbesar reabsorbsi dari cairan
tubular distal. Oleh karenanya perubahan urine tipikal pada keadaan perfusi
rendah. Volume urine menurun sampai kurang dari 400 ml/ hari, berat jenis
urin meningkat dan konsentrasi natrium urin rendah (biasanya < 5 mEq/ L).
2) Intra renal / renal
Bila perfusi ginjal yang lemah menetap selama periode yang cukup
lama, ginjal dapat rusak sehingga pengembalian perfusi ginjal tidak lagi
memberikan efek pada filtrasi glomerulus. Pada situasi ini terjadi gagal ginjal
intrinsik (kategori intra renal seperti NTA, nefropati vasomotor dan nefrosis
nefron bawah).
3) Post renal
Berbagai kondisi yang dapat menghambat aliran urin dari ginjal keluar
dapat mengakibatkan azotemia post renal. Obstruksi ini dapat terjadi pada
setiap tempat dalam saluran perkemihan. Bila urine tidak dapat melewati
obatruksi, mengakibatkan kongesti yang akan menyebabkan tekanan retrograd
melalui sistem kolagentes dan nefron. Keadaan ini memperlambat laju
aliran cairan tubular dan menurunkan LFG. Sebagai akibatnya reabsorbsi
natrium, air dan urea meningkat menyebabkan penurunan natrium urine dan
meningkatkan osmolalitas dan BUN urine.

4. Manifestasi klinis
a. Pasien tampak sangat menderita dan mual muntah, diare
b. Kulit dan membaran mukosa kering akibat dehidrasi dan nafas mungkin
berbau urine (fetouremik)
c. Manifestasi system saraf (lemah, sakit kepala, kedutan otot dan kejang)
d. Perubahan pengeluaran produksi urine sedikit, dapat mengandung darah
e. Anoreksia (disebabkan oleh akumulasi produk sisa nitrogen)
f. Sakit dan nyeri pada tulang dan sendi (karena kehilangan kalsium dari
tulang)
g. Kelelahan (akibat anemia)
h. Hipertensi, peningkatan BB dan edema (M. Nurs Salam 2006)

5. Pemeriksaan Penunjang
a. Kreatinin dan BUN serum keduanya tinggi karena beratnya gagal ginjal
b. Klirens kreatinin menunjukkan penyakti ginjal tahap akhir bila berkurang s/d
90%
c. Elektrolik serum menunjukkan peningkatan kalium, fasfor, kalsium,
magnesium dan produk fasfor- kalsium dengan natrium serum rendah
d. Gas Darah arter (GDA) menunjukkan asidosis metabolic (nilai PH,
kaderbikarbonat dan kelebihan basa dibawah rentang normal).
e. HB dan hematokrit dibawah rentang normal
f. Jumlah sel darah merah dibawah rentang normal
g. Kadar alkalin fosfat mungkin tinggi bila metabolism tulang dipengaruhi
(Engran Balbarra)

6. Komplikasi
Gagal ginjal akut yang tidak segera diobati lama kelaman berpotensi
menimbulkan komplikasi. Komplikasi potensial gagal ginjal akut, di antaranya:
Penumpukan cairan. Gagal ginjal akut menyebabkan penumpukan cairan di paru-
paru yang dapat menyebabkan sesak napas sakit dada. Jika lapisan yang
menutupi jantung (perikardium) meradang, pengidap gagal ginjal akut bisa
mengalami nyeri dada. Kelemahan otot. Ketika cairan dan elektrolit tubuh tidak
seimbang akibat fungsi ginjal menurun, kelemahan otot dapat terjadi kerusakan
ginjal permanen. Kadang-kadang, gagal ginjal akut bisa menyebabkan kehilangan
fungsi ginjal permanen, atau penyakit ginjal tahap akhir. Orang dengan
penyakit ginjal tahap akhir membutuhkan dialisis permanen, yaitu penyaringan
mekanis yang digunakan untuk menghilangkan racun dan limbah dari tubuh atau
transplantasi ginjal untuk bertahan hidup dari kematian. Gagal ginjal akut dapat
menyebabkan hilangnya fungsi ginjal dan pada akhirnya bisa menyebabkan
kematian.

7. Penatalaksanaan
1) ARF pra renal
Mempertahankan diuresis diberikan furosemid.
2) ARF renal
Mengobati penyebab NTA, mempertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit, mencegah infeksi, pengelolaan konservatif.
3) ARF post renal
Tindakan pembedahan untuk dapat menghilangkan obstruksinya, perlu
diperhatikan pula adanya kemungkinan terjadinya sindroma pasca
obstruksi berupa poliuria hebat yang memerlukan koreksi cairan
elektrolit.

B. Konsep Dasar Keperawatan


1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas pasien
b. Keluhan utama
c. Riwayat kesehatan dahulu
d. Riwayat penyakit keluarga
e. Riwayat psiko-sosial-spiritual
f. Pola kebiasaan sehari-hari
g. Pemeriksaan fisik (Head to Toe)
h. Pemeriksaan penunjang (Pemeriksaan Laboratorium dan diagnostik)

2. Diagnosa keperawatan yang sering muncul


a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kerusakan fungsi ginjal
b. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi
metabolik/pembatasan diet, anemia.
c. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi.

3. Rencana keperawatan

No Diagnosa
Keperawatan Tujuan Intervensi
1 Kelebihan volume Setelah dilakukan 1. Catat pemasukan dan
cairan berhubungan intervensi keperawatan pengeluaran akurat
dengan kerusakan diharapkan maslah teratasi 2. Awasi urin
fungsi ginjal dengan kriteria hasil : 3. Kaji kulit, wajah, dan
- Pengeluaran urine area edema, evaluasi
normal derajat edema
- Tidak ada edema 4. Awasi nadi, tekanan
- TD normal darah dan suara paru
- Nadi normal 5. Awasi pemeriksaan
laboratorium
2. Kelelahan Setelah dilakukan 1. Kaji kemampuan
berhubungan intervensi keperawatan dalam berpartisipasi
dengan penurunan diharapkan masalah teratasi dalam kegiatan yang
produksi energi dengan kriteria hasil : diinginkan
metabolik/pembatasa - Berpartisipasi 2. Rencana periode
n diet, anemia. pada aktivitas istirahat yang adekuat
yang diberikan 3. Berikan bantuan dalam
- Frekuensi aktivitas sehari-hari
jantung kembali 4. Tingkatkan partisipasi
dalam rentang sesuai dengan
normal kemampuan
3 Ansietas berhubungan Setelah dilakukan 1. Berikan informasi
dengan kurang intervensi keperawatan tentang kondisi
pengetahuan tentang diharapkan tolenransi penyakit, pemeriksaan
kondisi. aktivitas meningkat dengan diagnostic, dan terapi
kriteria hasil : yang diprogramkan
- Mengungkapkan 2. Sediakan waktu
pemahaman tentang untuk pasien dan
kondisi, pemeriksaan orang terdekat
diagnistik, rencana tentang perubahan
tindakan
gaya hidup yang
- Wajah tidak tegang,
takut dan gugup
akan diperlukan
untuk memilih terapi
Daftar Pustaka

Ayu. 2010. Acute Kidney Injury : Pendekatan Klinis dan Tata Laksana. Jakarta

Baradero, Mary 2011. ASUHAN KEPERAWATAN GAGAL GINJAL. Jakarta : ECG ;


2010

Bonez, Hery 2011. Gagal ginjal dan penaganan gagal ginjal edisi 1. Jogjakarta
EGC; 2011

Dongoes, Marilyn E, Moorhouse M F Geissler A, C 2012. Rencana Asuhan


Keperawatan, Jakarta: EGC

Setyohadi, Sally & Putu, 2016. Gagal ginjal. Jakarta : Rineka Cipta.Indonesia

Anda mungkin juga menyukai