Disusun oleh :
Tupar Haryanto
P 174206073059
Pengertian
Akut renal feilur dapat didefinisikan sebagai sindrom klinis akibat kerusakan
metabolik atau patologik pada ginjal yang ditandai dengan penurunan fungsi yang nyata
dan cepat serta terjadinya azotemia (Davidson, 1984). Biasanya penyakit ini disertai
oliguria (pengeluaran kemih < 400 ml/ hari).
Klasifikasi
ARF diklasifikasikan menjadi 3 kategori umum yaitu :
1. ARF pre renal adalah gangguan ginjal yang ada hubungannya dengan
perfusi ginjal misal kekurangan volume, perpindahan volume, ekpansi
volume dan dimanifestasikan oleh penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG).
Etiologinya :
a. Penurunan volume vaskuler
-
sepsis
blokade ganglion
reaksi anafilaksis
renjatan kardiogenik
tamponade jantung
disritmia
emboli paru
infark jantung
2. ARF renal
ARF renal sebagai akibat penyakit ginjal primer : yaitu berkurangnya aliran
darah ginjal keseluruh bagian atau sebagian ginjal hal ini dikarenakan
keadaan pra renal yang tidak teratasi sedangkan penyebab lain karena
stenosis arteri renalis sehingga mengurangi aliran darah keseluruh ginjal,
iskemik lokal dapat terjadi bila terjadi penyakit vaskuler oklusif,
glomerulonefritis akut, nefrosklerosis maligna, penyakit kolagen, angitis
hipersensitif.
vasopresin,
aktivasi
sistem
saraf
simpatik
akan
mengakibatkan
vasokonstriksi sistemik, retensi garam dan air sehingga tekanan darah dan volume
intravaskuler dapat dipertahankan. Hanya saja bila sistem mekanisme adaptif ini tidak
berhasil maka laju filtrasi glumerular menurun dan terjadilah azotemia pra renal.
Karena terjadi penurunan sirkulasi ginjal mengakibatkan peningkatan tonusitas
medular yang selanjutnya memperbesar reabsorbsi dari cairan tubular distal. Oleh
karenanya perubahan urine tipikal pada keadaan perfusi rendah. Volume urine menurun
sampai kurang dari 400 ml/ hari, berat jenis urin meningkat dan konsentrasi natrium
urin rendah ( biasanya < 5 mEq/ L).
Intra renal / renal
Bila perfusi ginjal yang lemah menetap selama periode yang cukup lama, ginjal
dapat rusak sehingga pengembalian perfusi ginjal tidak lagi memberikan efek pada
filtrasi glomerulus. Pada situasi ini terjadi gagal ginjal intrinsik (kategori intra renal
seperti NTA, nefropati vasomotor dan nefrosis nefron bawah).
Post renal
Berbagai kondisi yang dapat menghambat aliran urin dari ginjal keluar dapat
mengakibatkan azotemia post renal. Obstruksi ini dapat terjadi pada setiap tempat dalam
saluran perkemihan. Bila urine tidak dapat melewati obatruksi, mengakibatkan kongesti
yang akan menyebabkan tekanan retrograd melalui sistem kolagentes dan nefron.
Keadaan ini memperlambat laju aliran cairan tubular dan menurunkan LFG. Sebagai
akibatnya reabsorbsi natrium, air dan urea meningkat menyebabkan penurunan natrium
urine dan meningkatkan osmolalitas dan BUN urine.
Gejala klinis
Pada ARF pra renal sering ditandai dengan :
-
Hipotensi ortostatik
Kesadaran
somnolent sampai
-
Gastro intestinal
koma.
: anoreksia, mual, muntah, mulut
Pernafasan : kusmaul, dyspnea, cheyne stokes bau nafas kha ureum/ pneumonia
uremik.
- Kulit/ mukosa
Pemeriksaan laboratorium
-
b. Fase poliuria
Fase ini terjadi diuresis dimana volume urin lebih dari 1 liter/ 24 jam dan
kadang dapat mencapai 4- 5 liter/ 24 jam. Poliuria terjadi karena efek
diuretik ureum, disamping adanya gangguan faal tubuli dalam mereabsorbsi
garam dan air.
Pada fase ini kadar ureum dan kreatini masih meningkat pada 3- 5 hari
pertama. Setelah itu akan menurun dan diiringi perbaikan klinisnya, karena
permulaan fase poliuria, LFG masih terlalu rendah. Pada fase ini banyak
kehilangan cairan dan elektrolit sehingga perlu diperhatikan kemungkinan
terjadinya dehidrasi serta gangguan keseimbangan elektrolit.
c. Fase penyembuhan
Penyembuhan secara sempurna faal ginjal akan berlangsung sampai 6- 21
bulan. Faal ginjal yang paling akhir adalah normal pada faal konsentrasi.
Kolik, batu
Hidronefrosis bilateral
Pemeriksaan diagnostik
a. Laboratorium
ARF pra renal
- Darah
- Urine
ARF renal
- Urine
b. USG
c. CT Scan abdomen
Penatalaksanaan
ARF pra renal
Mempertahankan diuresis diberikan manitolo dan furosemid.
ARF renal
Mengobati penyebab NTA, mempertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit, mencegah infeksi, pengelolaan konservatif.
ARF post renal
Tindakan pembedahan untuk dapat menghilangkan obstruksinya, perlu
diperhatikan pula adanya kemungkinan terjadinya sindroma pasca obstruksi
berupa poliuria hebat yang memerlukan koreksi cairan elektrolit
Diagnosa keperawatan
A. Pasien dengan ARF azotemia pre renal :
Perubahan perfusi jaringan b/ d hipovolumia sekunder terhadap ARF
B. Pasien dengan ARF intra renal/ renal :
1. Perubahan perfusi jaringan b/ d iskemik ginjal sekunder terhadap
glomerulonefritis akut.
2. Resiko tinggi terhadap infeksi b/ d ARF
3. Kelebihan volume cairan b/d ARF, filtrasi buruk dan masukan intravena
C. Pasien dengan ARF post renal :
1. Perubahan eliminasi urine b/ d obstruksi sekunder terhadap kanker, prostat,
obstruksi uretra.
2. Resiko tinggi terhadap perubahan rasa nyaman b/d inefektif eliminasi urine,
kandung kemih penuh.
3. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b/ d kerusakan sekunder sel
tubulus.
INTERVENSI
Asuhan keperawatan ARF azotemia pre renal
DP
Perubahan
TUJUAN
Pasien akan stabil
INTERVENSI
RASIONAL
- pantau TTV, tekanan desak kapiler Untuk mengetahui vital sign
perfusi jaringan
secara hemodinamik
b/ d
setelah dilakukan
hipovolumia
tindakan keperawatan
sekunder
selama 3 x 24 jam
terhadap ARF
Tidak terjadi
mengetahui
abnormalitas elektrolit
gangguan perfusi
jaringan
adanya
dehidrasi
mengetahui
mengetahui
mengetahui
apakah
INTERVENSI
- atur hidrasi dfan hindari terjadinya
RASIONA
Menghindari terjadi
jaringan
dehidrasi
kekurangan cairan d
elektrolit
b/
iskemik
d mempertahankan
ginjal keseimbangan
glomerulonefritis
elektrolit.
akut.
asam basa
Resiko
terhadap
b/ d ARF
Mengurangi dan me
tampak tanda-
erjadinya nosokomi
tanda infeksi
dengan KH :
Tidak terlihat tanda
infeksi
Kelebihan
Setelah dilakukan
Untuk memantau bi
tindakan
kelebihan volume ca
ARF, filtrasi
buruk dan
4 x 24 jam volume
masukan
cairan dapat
intravena
dipertahankan
dengan KH :
Output dan input
cairan dalam
keadaan seimbang.
tubuh
TUJUAN
Setelah dilakukan
urine tindakan
INTERVENSI
Pertahankan pemasangan urine kateter
RASIONAL
Lebih mudah dalam
menghitung jumlah u
obstruksi keperawatan selama Inspeksi urine terhadap dermaturi dan yang keluar
batu
prostat, dapat
obstruksi uretra.
mempertahankan
eliminasi BAK
Gangguan
Pasien akan
keseimbangan
mempertahankan
cairan
dan keseimbangan
elektrolit
kerusakan
sekunder
sel
tubulus.
Resiko
terhadap
mempertahan kan
perubahan
nyaman
Pantau
respon-
menguntungkan
respon
dan
inefektif eliminasi
urine,
kandung
kemih penuh.
mengalihkan perhatia
tindakan keperawatan
Daftar Pustaka
APrice, Sylvia and M. Wilson, Lorraine. 1992. Pathophysiology Fourth Edition. Mosby
Year Book. Michigan
Doenges, Marylinn E. et al. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, Alih bahasa I
Made Kariasa. Jakarta. EGC.
Ignatavicius, Dona D and Bayna, Marylen V. 1991. Medical Surgical Nursing A nursing
proces Aproach Edisi I. WB Saunders Company. Philadhelpia.
Soeparman. Et al. (1990). Buku Ajar Penyakit Dalam, Edisi Ketiga. Jakarta. Balai
Penerbit FKUI.