Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN KEPERAWATAN Tn.

S DENGAN AKUT RENAL FAILURE


(GGA) DI RUANG ICU RUMAH SAKIT
Dr. KARIADI SEMARANG

Disusun Oleh
Kelompok 1

1. Anisah
2. Aisha Misma
3. Anggita
4. Bahja
5. Burhan

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
STIKES MALUKU HUSADA
2021
JURNAL
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN LATIHAN REHABILITASI
JANTUNG TERHADAP PENGETAHUAN DAN KEMAMPUAN
MOBILISASI DINI PADA PASIEN
CONGESTIVE HEART FAILURE
( CHF)

Disusun Oleh
Kelompok 5

1. Shintia F Tomagola
2. Aisha Misma
3. Bahja
4. Demelza Bulibuli

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
STIKES MALUKU HUSADA
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Landasan Teori Medis

A. Pengertian
Akut renal feilur dapat didefinisikan sebagai sindrom klinis akibat
kerusakan metabolik atau patologik pada ginjal yang ditandai dengan
penurunan fungsi yang nyata dan cepat serta terjadinya azotemia
(Davidson, 1984). Biasanya penyakit ini disertai oliguria (pengeluaran
kemih < 400 ml/ hari).

B. Klasifikasi
ARF diklasifikasikan menjadi 3 kategori umum yaitu :
1. ARF pre renal adalah gangguan ginjal yang ada hubungannya dengan
perfusi ginjal misal kekurangan volume, perpindahan volume, ekpansi
volume dan dimanifestasikan oleh penurunan laju filtrasi glomerulus
(LFG).
Etiologinya :
a. Penurunan volume vaskuler
- kehilangan darah/ plasma : perdarahan, luka bakar.
- Kehilangan cairan ekstravaskuler : muntah diare
b. Kenaikan kapasitas vaskuler
- sepsis
- blokade ganglion
- reaksi anafilaksis
c. Penurunan curah jantung/ kegagalan pompa jantung
- renjatan kardiogenik
- payah jantung kongestif
- tamponade jantung
- disritmia
- emboli paru
- infark jantung
2. ARF renal
ARF renal sebagai akibat penyakit ginjal primer : yaitu berkurangnya
aliran darah ginjal keseluruh bagian atau sebagian ginjal hal ini
dikarenakan keadaan pra renal yang tidak teratasi sedangkan penyebab
lain karena stenosis arteri renalis sehingga mengurangi aliran darah
keseluruh ginjal, iskemik lokal dapat terjadi bila terjadi penyakit
vaskuler oklusif, glomerulonefritis akut, nefrosklerosis maligna,
penyakit kolagen, angitis hipersensitif.
3. ARF post renal
ARF post renal adalah suatu keadaan dimana sebagai akibat dari
obstruksi pada sepanjang saluran perkemihan dari tubulus sampai
meatus uretral.
Etiologi :
a. Obstruksi saluran kencing : batu, pembekuan darah, tumor, kista
dll.
b. Ekstravasasi

C. Patofisiologi
1. Pre renal azotemia
Penurunan fungsi ginjal akan mengaktifkan baroreseptor yang
kemudian akan mengaktivasi sistem neurohumoral dan ginjal, agar
tubuh dapat tetap mempertahankan tekanan darah, perfusi ginjal dan
laju filtrasi glomerular. Sistem renin- angiotensin- aldosteron,
vasopresin, aktivasi sistem saraf simpatik akan mengakibatkan
vasokonstriksi sistemik, retensi garam dan air sehingga tekanan darah
dan volume intravaskuler dapat dipertahankan. Hanya saja bila sistem
mekanisme adaptif ini tidak berhasil maka laju filtrasi glumerular
menurun dan terjadilah azotemia pra renal.
Karena terjadi penurunan sirkulasi ginjal mengakibatkan peningkatan
tonusitas medular yang selanjutnya memperbesar reabsorbsi dari
cairan tubular distal. Oleh karenanya perubahan urine tipikal pada
keadaan perfusi rendah. Volume urine menurun sampai kurang dari
400 ml/ hari, berat jenis urin meningkat dan konsentrasi natrium urin
rendah ( biasanya < 5 mEq/ L).

2. Intra renal / renal


Bila perfusi ginjal yang lemah menetap selama periode yang cukup
lama, ginjal dapat rusak sehingga pengembalian perfusi ginjal tidak
lagi memberikan efek pada filtrasi glomerulus. Pada situasi ini terjadi
gagal ginjal intrinsik (kategori intra renal seperti NTA, nefropati
vasomotor dan nefrosis nefron bawah).

3. Post renal
Berbagai kondisi yang dapat menghambat aliran urin dari ginjal keluar
dapat mengakibatkan azotemia post renal. Obstruksi ini dapat terjadi
pada setiap tempat dalam saluran perkemihan. Bila urine tidak dapat
melewati obatruksi, mengakibatkan kongesti yang akan menyebabkan
tekanan retrograd melalui sistem kolagentes dan nefron. Keadaan ini
memperlambat laju aliran cairan tubular dan menurunkan LFG.
Sebagai akibatnya reabsorbsi natrium, air dan urea meningkat
menyebabkan penurunan natrium urine dan meningkatkan osmolalitas
dan BUN urine.

D. Gejala klinis
Pada ARF pra renal sering ditandai dengan :
- Vital sign rendah
- Turgor kulit menurun
- Tekanan vena sentral
- Hipotensi ortostatik

Pada ARF intra renal :


a. Fase oliguria berlangsung 7- 21 hari atau kurang dari 4 minggu.
Apabila lebih dari 4 minggu perlu dilakukan biopsi ginjal.
- Kesadaran : disorientasi, gelisah, apatis, letargi, somnolent
sampai koma.
- Gastro intestinal : anoreksia, mual, muntah, mulut terasa kering,
stomatitis, perdarahan gastrointestinal.
- Pernafasan : kusmaul, dyspnea, cheyne stokes bau nafas kha
ureum/ pneumonia uremik.
- Kulit/ mukosa : perdarahan, anemia, dermatitis uremik dijumpai
adanya udem karena overhidrasi.
Pemeriksaan laboratorium
- Kenaikan sisa metabolisme protein : uruem kreatinin, NPN,
asam urat.
- Gangguan keseimbangan asam basa asidosis metabolik
- Gangguan keseimbangan elektrolit : hiperkalemia,
hipernatriumia atau hiponatrium, hipokalsemia dan
hiperfosfatemia.
b. Fase poliuria
Fase ini terjadi diuresis dimana volume urin lebih dari 1 liter/ 24 jam
dan kadang dapat mencapai 4- 5 liter/ 24 jam. Poliuria terjadi karena
efek diuretik ureum, disamping adanya gangguan faal tubuli dalam
mereabsorbsi garam dan air.
Pada fase ini kadar ureum dan kreatini masih meningkat pada 3- 5 hari
pertama. Setelah itu akan menurun dan diiringi perbaikan klinisnya,
karena permulaan fase poliuria, LFG masih terlalu rendah. Pada fase
ini banyak kehilangan cairan dan elektrolit sehingga perlu diperhatikan
kemungkinan terjadinya dehidrasi serta gangguan keseimbangan
elektrolit.
c. Fase penyembuhan
Penyembuhan secara sempurna faal ginjal akan berlangsung sampai 6-
21 bulan. Faal ginjal yang paling akhir adalah normal pada faal
konsentrasi.

Pada post renal


Pada post renal sering diketahui tanda- tanda seperti :
- Poliuria disertai anuria
- Syndrom diabetes insipidus (pittesin- resisten diabetes insipidus )
- Kolik, batu
- Hidronefrosis bilateral

E. Pemeriksaan diagnostik
a. Laboratorium
ARF pra renal
- Darah : ureum kreatinin, elektrolit serta osmolaritas.
- Urine : ureum, kreatini, elektrolit, osmolaritas dan berat jenis
urine.
ARF renal : urine dan darah, uji diuretik.
ARF post renal
- Darah : ureum, kreatinin dan elektrolit.
- Urine : ureum, kreatini, elektrolit dan berat jenis urine.
b. USG
c. CT Scan abdomen

F. Penatalaksanaan
ARF pra renal
Mempertahankan diuresis diberikan manitolo dan furosemid.
ARF renal
Mengobati penyebab NTA, mempertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit, mencegah infeksi, pengelolaan konservatif.
ARF post renal
Tindakan pembedahan untuk dapat menghilangkan obstruksinya, perlu
diperhatikan pula adanya kemungkinan terjadinya sindroma pasca
obstruksi berupa poliuria hebat yang memerlukan koreksi cairan elektrolit

2. Landasan Teori Keperawatan

A. Diagnosa keperawatan

a. Pasien dengan ARF azotemia pre renal :


1) Perubahan perfusi jaringan b/ d hipovolumia sekunder terhadap
ARF
b. Pasien dengan ARF intra renal/ renal :
1) Perubahan perfusi jaringan b/ d iskemik ginjal sekunder terhadap
glomerulonefritis akut.
2) Resiko tinggi terhadap infeksi b/ d ARF
3) Kelebihan volume cairan b/d ARF, filtrasi buruk dan masukan
intravena

c. Pasien dengan ARF post renal :


1) Perubahan eliminasi urine b/ d obstruksi sekunder terhadap kanker,
prostat, obstruksi uretra.
2) Resiko tinggi terhadap perubahan rasa nyaman b/d inefektif
eliminasi urine, kandung kemih penuh.
3) Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b/ d kerusakan
sekunder sel tubulus.
Daftar pustaka

APrice, Sylvia and M. Wilson, Lorraine. 1992. Pathophysiology Fourth Edition.


Mosby Year Book. Michigan

Doenges, Marylinn E. et al. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman


Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, Alih
bahasa I Made Kariasa. Jakarta. EGC.

Ignatavicius, Dona D and Bayna, Marylen V. 1991. Medical Surgical Nursing A


nursing proces Aproach Edisi I. WB Saunders Company. Philadhelpia.

Soeparman. Et al. (1990). Buku Ajar Penyakit Dalam, Edisi Ketiga. Jakarta. Balai

Penerbit FKUI.

Anda mungkin juga menyukai