Disusun Oleh
Kelompok 1
1. Anisah
2. Aisha Misma
3. Anggita
4. Bahja
5. Burhan
Disusun Oleh
Kelompok 5
1. Shintia F Tomagola
2. Aisha Misma
3. Bahja
4. Demelza Bulibuli
A. Pengertian
Akut renal feilur dapat didefinisikan sebagai sindrom klinis akibat
kerusakan metabolik atau patologik pada ginjal yang ditandai dengan
penurunan fungsi yang nyata dan cepat serta terjadinya azotemia
(Davidson, 1984). Biasanya penyakit ini disertai oliguria (pengeluaran
kemih < 400 ml/ hari).
B. Klasifikasi
ARF diklasifikasikan menjadi 3 kategori umum yaitu :
1. ARF pre renal adalah gangguan ginjal yang ada hubungannya dengan
perfusi ginjal misal kekurangan volume, perpindahan volume, ekpansi
volume dan dimanifestasikan oleh penurunan laju filtrasi glomerulus
(LFG).
Etiologinya :
a. Penurunan volume vaskuler
- kehilangan darah/ plasma : perdarahan, luka bakar.
- Kehilangan cairan ekstravaskuler : muntah diare
b. Kenaikan kapasitas vaskuler
- sepsis
- blokade ganglion
- reaksi anafilaksis
c. Penurunan curah jantung/ kegagalan pompa jantung
- renjatan kardiogenik
- payah jantung kongestif
- tamponade jantung
- disritmia
- emboli paru
- infark jantung
2. ARF renal
ARF renal sebagai akibat penyakit ginjal primer : yaitu berkurangnya
aliran darah ginjal keseluruh bagian atau sebagian ginjal hal ini
dikarenakan keadaan pra renal yang tidak teratasi sedangkan penyebab
lain karena stenosis arteri renalis sehingga mengurangi aliran darah
keseluruh ginjal, iskemik lokal dapat terjadi bila terjadi penyakit
vaskuler oklusif, glomerulonefritis akut, nefrosklerosis maligna,
penyakit kolagen, angitis hipersensitif.
3. ARF post renal
ARF post renal adalah suatu keadaan dimana sebagai akibat dari
obstruksi pada sepanjang saluran perkemihan dari tubulus sampai
meatus uretral.
Etiologi :
a. Obstruksi saluran kencing : batu, pembekuan darah, tumor, kista
dll.
b. Ekstravasasi
C. Patofisiologi
1. Pre renal azotemia
Penurunan fungsi ginjal akan mengaktifkan baroreseptor yang
kemudian akan mengaktivasi sistem neurohumoral dan ginjal, agar
tubuh dapat tetap mempertahankan tekanan darah, perfusi ginjal dan
laju filtrasi glomerular. Sistem renin- angiotensin- aldosteron,
vasopresin, aktivasi sistem saraf simpatik akan mengakibatkan
vasokonstriksi sistemik, retensi garam dan air sehingga tekanan darah
dan volume intravaskuler dapat dipertahankan. Hanya saja bila sistem
mekanisme adaptif ini tidak berhasil maka laju filtrasi glumerular
menurun dan terjadilah azotemia pra renal.
Karena terjadi penurunan sirkulasi ginjal mengakibatkan peningkatan
tonusitas medular yang selanjutnya memperbesar reabsorbsi dari
cairan tubular distal. Oleh karenanya perubahan urine tipikal pada
keadaan perfusi rendah. Volume urine menurun sampai kurang dari
400 ml/ hari, berat jenis urin meningkat dan konsentrasi natrium urin
rendah ( biasanya < 5 mEq/ L).
3. Post renal
Berbagai kondisi yang dapat menghambat aliran urin dari ginjal keluar
dapat mengakibatkan azotemia post renal. Obstruksi ini dapat terjadi
pada setiap tempat dalam saluran perkemihan. Bila urine tidak dapat
melewati obatruksi, mengakibatkan kongesti yang akan menyebabkan
tekanan retrograd melalui sistem kolagentes dan nefron. Keadaan ini
memperlambat laju aliran cairan tubular dan menurunkan LFG.
Sebagai akibatnya reabsorbsi natrium, air dan urea meningkat
menyebabkan penurunan natrium urine dan meningkatkan osmolalitas
dan BUN urine.
D. Gejala klinis
Pada ARF pra renal sering ditandai dengan :
- Vital sign rendah
- Turgor kulit menurun
- Tekanan vena sentral
- Hipotensi ortostatik
E. Pemeriksaan diagnostik
a. Laboratorium
ARF pra renal
- Darah : ureum kreatinin, elektrolit serta osmolaritas.
- Urine : ureum, kreatini, elektrolit, osmolaritas dan berat jenis
urine.
ARF renal : urine dan darah, uji diuretik.
ARF post renal
- Darah : ureum, kreatinin dan elektrolit.
- Urine : ureum, kreatini, elektrolit dan berat jenis urine.
b. USG
c. CT Scan abdomen
F. Penatalaksanaan
ARF pra renal
Mempertahankan diuresis diberikan manitolo dan furosemid.
ARF renal
Mengobati penyebab NTA, mempertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit, mencegah infeksi, pengelolaan konservatif.
ARF post renal
Tindakan pembedahan untuk dapat menghilangkan obstruksinya, perlu
diperhatikan pula adanya kemungkinan terjadinya sindroma pasca
obstruksi berupa poliuria hebat yang memerlukan koreksi cairan elektrolit
A. Diagnosa keperawatan
Soeparman. Et al. (1990). Buku Ajar Penyakit Dalam, Edisi Ketiga. Jakarta. Balai
Penerbit FKUI.