Anda di halaman 1dari 7

D3 Keperawatan

DEWAN PENGURUS PUSAT


PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA
TAHUN 2020

KEPERAWATAN KELUARGA

PERSATUAN PERAWAT NASIONAL


INDONESIA
Graha DPP PPNI: Jl. Lenteng Agung Raya No 64 RT 006/RW 008 Kec.
Jagakarsa Jakarta Selatan 12610;
Telp: +6221 2271 0272 www.inna-ppni.or. id;dppppni@gmail.com; Badan
Hukum: AHU-93.AH.01.07 Tahun 2012 AHU-133.AH.01.08 Tahun 2015
tentang Perubahan Pengawas dan Pengurus
Kegiatan Belajar IV

Asuhan Keperawatan Klien Stroke dalam


Konteks Keluarga

DES KR IPS I

Stroke merupakan penyakit menduduki peringkat pertama sebagai beban permasalahan


kesehatan di Indonesia menjadikan program prioritas untuk penanganan melalui program
kesehatan. Meningkatnya penderita stroke saat ini dikarenakan oleh perubahan gaya hidup
yang seperti kurang aktifitas fisik, pola makan yang tidak sehat, merokok. Selain itu factor
Riwayat penyakit DM, hipertensi dan jantung juga bisa berkontribusi penyebab terjadi stroke
saat ini.
Stroke thrombotik yang pada umumnya disebabkan oleh artherosklerosis pembuluh
darah di otak merupakan tipe stroke paling umum terjadinya yang mengakibatkan gangguan
fungsi neurologis diantara yaitu terjadinya gangguan fungsi motorik berupa kelemahan otot,
sensorik, gangguan fungsi menelan, gangguan fungsi bicara, gangguan fungsi penglihatan.
Manifestasi klinis yang dialami klien sangat bervariasi, hal ini tergantung lokasi pembuluh
darah yang terganggu dan luas daerah yang dipengaruhinya.
Permasalahan stroke yang terjadi pada fase rehabilitasi pasca rawat inap klien adalah
adanya gangguan dalam melakukan mobilitas fisik, gangguan nutrisi, gangguan dalam
melalukan perawatan diri, gangguan eliminasi dan gangguan komunikasi verbal. Selain itu
akibat stroke juga berdampak pada permasalahan aspek psikososial yang terjadi pada diri klien
dan keluarga.
Asuhan keperawatan yang dibahas dimodul ini lebih ditekankan pada asuhan
keperawatan individu klien stroke dalam konteks keluarga. Dimana keluarga tetap dilibatkan
sesuai dengan tugas kesehatan keluarga yang meliputi : 1) keluarga harus mampu mengenal
masalah kesehatan; 2) keluarga mampu mengambil keputusan untuk mengatasi masalah
kesehatan; 3) keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan;
4) keluarga mampu memodifikasi masalah kesehatan; 5) keluarga mampu memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
Kompetensi/ Capaian Pembelajaran

Setelah menyelesaikan pembelajaran modul ini diharapkan:


1. Mampu menjelaskan pengertian stroke
2. Mampu melakukan pengkajian klien stroke dalam konteks keluarga
3. Mampu menetapkan masalah keperawatan klien stroke dalam konteks keluarga
4. Mampu menyusun perencanaan keperawatan klien stroke dalam konteks keluarga

BA HAN BAC AAN

Pengkajian
1. Riwayat keperawatan
a. Riwayat hipertensi, diabetes mellitus, penyakit kardiovaskuler, transient ischemic attacks
(TIA).
b. Merokok
c. Menggunakan kontrasepsi hormonal
d. Gangguan sensorik/motorik
e. Gangguan penglihatan
b. Pemeriksaan fisik
a. Tingkat kesadaran dan status mental
b. Gangguan sensorik dan motorik
c. Aphasia
d. Penglihatan
e. Fungsi saraf kranial
f. Tanda-tanda vital
g. Kegemukan/obesitas
c. Psikososial
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Sistem dukungan
d. Gaya hidup
e. Strategi koping yang biasa digunakan
f. Pekerjaan
g. Peran dan tanggung jawab selama ini
h. Reaksi emosional terhadap penyakitnya

Masalah Keperawatan
Berdasarkan kajian data yang diperoleh maka masalah keperawatan yang dapat ditemukan pada
klien dengan stroke adalah sebagai berikut:
1 Gangguan mobilitas fisik
2 Defisit nutrisi
3 Gangguan citra tubuh
4 Resiko/ gangguan integritas kulit

Rencana Tindakan
1. Gangguan mobilitas fisik
a. Kaji fungsi motorik klien, sensasi dan reflek pada seluruh ekstremitas untuk menetapkan
kemampuan dan keterbatasan
b. Pertahankan sikap tubuh anatomis yang meliputi kepala, bahu, dan sendi panggung pada
mattress dengan papan tempat tidur
c. Berikan footboard dan mattress untuk mencegah penekanan dan mencegah footdrop dan
kerusakan kulit.
d. Letakkan sendi-sendi pada posisi fungsional: siku sedikit fleksi, pergelangan tangan
ekstensi, handroll (dengan bola karet) untuk menjaga posisi menggenggam dan untuk
mengontrol spasme, lengan ditinggikan untuk mencegah edema.
e. Ajarkan keluarga untuk melakukan perubahan posisi setiap 2 jam.
f. Berikan bimbingan klien dan keluarga untuk melakukan latihan pergerakan pasif ROM
bila tidak ada kontraindikasi
g. Bimbing klien dan keluarga untuk latihan ambulasi dengan tetap mempertahankan
keamanannya
h. Berikan petunjuk pada keluarga untuk dapat memberikan bantuan dalam melatih
kemampuan motorik klien secara bertahap.
2. Defisit nutrisi kurang dari kebutuhan
a. Kaji gag reflek, kemampuan menelan, adanya paralysis wajah, fungsi sensorik dan
motorik ekstremitas atas untuk menetapkan kemampuan fungsional klien untuk makan.
b. Monitor pemasukan diet untuk menetapkan defisit, dengan cara melatih keluarga untuk
dapat mendokumentasikan makanan atau minuman yang dikonsumsi klien dalam sehari
(food recall)
c. Dengan teknik guidence, ajarkan keluarga untuk dapat mengenal jenis dan kalori
makanan yang dibutuhkan klien
d. Bersama keluarga menyusun kebutuhan gizi yang disesuaikan dengan kebutuhan dan
kondisi klien
e. Motivasi keluarga untuk dapat memberikan makanan oral (bila tidak ada kontra indikasi)
f. Latih klien untuk melakukan gerakan lidah dan bibir
g. Monitor berat badan (bila klien sulit untuk di timbang berat badannya, gunakan penilaian
status gizi melalui pengukuran lingkar lengan atas, pada sisi yang tidak mengalami
kelemahan)

3. Gangguan konsep diri: gambaran tubuh, harga diri, peran, identitas


a. Gali rasa takut klien/keluarga terhadap kematian, hilangnya kemandirian, hilangnya
kontrol fungsi tubuh, kecacatan dan hilangnya kemampuan bicara
b. Bantu klien untuk menyatakan perasaannya (marah, depresi, frustasi, cemas dan tidak
berdaya)
c. Berikan penjelasan pada keluarga dampak dari gangguan status kesehatan klien dan
keluarga
d. Berikan tindakan untuk mengatasi masalah psikologisnya, misalnya melalui komunikasi
terapeutik, memberikan alternatif-alternatif pemecahan masalah.
e. Latih klien untuk melakukan relaksasi progresif untuk menurunkan stres
f. Anjurkan keluarga untuk mendampingi dan memfasilitasi klien selama fase depresi
4. Resiko/gangguan integritas kulit
a. Kaji keutuhan kulit klien, perubahan warna, temperatur, dan adanya edema
b. Pertahankan kebersihan kulit dan kekeringan.
c. Ajarkan keluarga untuk dapat melakukan perawatan kebersihan kulit, mata, dan mulut
d. Ajarkan keluarga untuk melakukan alih posisi setiap 2 jam sekali agar sirkulasi darah
meningkat
e. Ajarkan keluarga untuk dapat menggunakan alat-alat untuk mencegah penekanan, seperti
membuat lingkaran handuk yang diletakkan pada ujung-ujung tumit atau siku yang
tertekan lama.

Asas Etik dalam Keperawatan Keluarga:


a. Menghormati klien: Autonomy

Klien atau keluarga memiliki hak untuk memutuskan sesuatu dalam pengambilan tindakan
untuk mengatasi penyakit. Seorang perawat tidak boleh memaksakan suatu tindakan
pengobatan kepada klien.
b. Manfaat: Beneficence
Semua tindakan dan pengobatan harus bermanfaat bagi klien. Perawat harus mempunyai
kesadaran dalam bertindak agar tindakannya dalam mengatasi masalah dapat bermanfaat
dalam menolong klien
c. Tidak merugikan: Non- maleficence
Setiap tindakan yang digunakan untuk mengatasi masalah kesehatan klien dan keluarga
harus berpedoman pada prinsip primum non nocere ( yang paling utama jangan
merugikan). Resiko fisik, psikologis, dan sosial hendaknya diminimalisir semaksimal
mungkin.
d. Kejujuran: Veracity
Perawat hendaknya mengatakan sejujur-jujurnya tentang apa yang dialami klien dan
keluarga serta akibat yang akan dirasakan oleh klien. Informasi yang diberikan hendaknya
sesuai dengan tingkat pendidikan klien agar klien mudah memahaminya.
e. Kerahasiaan: Confidentiality
Perawat harus mampu menjaga privasi klien dan keluarga meskipun klien telah meninggal
dunia.
f. Keadilan: Justice
Perawat profesional harus mampu berlaku adil terhadap klien dan keluarga meskipun dari
segi status sosial, fisik, budaya, dan lain sebagainya.
g. Fidelity
Prinsip etik ini menerapkan kewajiban dalam menjalankan tugas dengan penuh
kepercayaan dan tanggung jawab dan memenuhi janji. Tanggung jawab dalam konteks
hubungan perawat pasien meliputi, menjalankan tugas dengan penuh tanggung jawab,
menepati janji, dan memberikan perhatian.

DAFTAR PUSTAKA

Allender, J. A., Rector, C. & Warner, K. D. (2014). Community Health Nursing. 8 ed.
Philadelphia: Lippincott & Wilkins.

Doenges,, M. E. & Moor, M. F. (2014). Nursing care plans : guidelines for individualizing
client care across the life span. 9 ed. Philadelphia: F. A. Davis Company.

Friedman, M. M. (2003). Family Nursing Research, Theory & Practice. Fourth ed. New
Jersey: Appletion & Lange.

Hanson, S. M. H. (2001). Family Health Care Nursing. Second ed. Philadephia: F.A Davis
Company.

Kaakinen, J. . R. (2015). Family health care nursing : theory, practice, and research.
Philadelphia: F.A Davis Company.

Kementerian Kesehatan RI. (2011). Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta:


s.n.

Kementerian Kesehatan RI. (2013). Modul Pelatihan Teknis Keperawatan Kesehatan


Masyarakat Bagi Perawat Pelaksana di Puskesmas. Jakarta: Kemenkes RI.

Kementerian Kesehatan RI. (2014). Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Jakarta:


Kemenkes RI.

Kementerian Kesehatan RI. (2014). Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta:


Kemenkes RI.

Maglaya, A. S. (2009). Nursing Practice In The Community. Fifth ed. Marikina City:
Argonauta Corporation.

Widagdo, W. & Kholifah, S. N. (2016). Keperawatan Keluarga dan Komunitas. Jakarta:


Kemenkes RI.

Anda mungkin juga menyukai