Anda di halaman 1dari 7

D3 Keperawatan

DEWAN PENGURUS PUSAT


PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA
TAHUN 2020

MODUL KEPERAWATAN GERONTIK


DIPLOMA 3

PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA


Graha DPP PPNI: Jl. Lenteng Agung Raya No 64 RT 006/RW 008 Kec.
Jagakarsa Jakarta Selatan 12610;
Telp: +6221 2271 0272 www.inna-ppni.or. id;dppppni@gmail.com; Badan
Hukum: AHU-93.AH.01.07 Tahun 2012 AHU-133.AH.01.08 Tahun 2015
tentang Perubahan Pengawas dan Pengurus
K eg i a ta n B e l a ja r I I I

MASALAH PENDENGARAN

DESKRIPSI

Modul ini berisi tentang materi masalah pendengaran pada pasien gerontik. Modul ini
bertujuan untuk mendukung kemampuan perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien gerontik yang mengalami masalah pendengaran dengan
pendekatan proses keperawatan. Modul ini juga menjelaskan tentang perubahan
anatomi dan fisiologi system pendengaran pada pasien gerontik, dan asuhan
keperawatan pasien gerontik dengan masalah pendengaran dari pengkajian sampai
dengan evaluasi.

Kompetensi/ Capaian Pembelajaran

Setelah mempelajari modul ini peserta mampu menjelaskan :


a. Pengertian masalah pendengaran pada lansia
b. Mampu melakukan pengkajian data subjektif dan objektif pada pasien geriatri yang
mengalami gangguan pendengaran
c. Mampu menjelaskan masalah keperawatan yang muncul pada pasien geriatri yang
mengalami masalah pendengaran
d. Mampu menjelakan intervensi keperawatan pada pasien geriatri dengan masalah
pendengaran
e. Mampu melakukan evaluasi formatif dan sumatif pada pasien geriatri dengan
masalah pendengaran
URAIAN MATERI

1. Pengertian
Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara dan gelombang suara adalah
getaran udara yang merambat dan terdiri dari daerah-daerah bertekanan tinggi karena
kompresi molekul yang berselang-seling dengan daerah bertekanan rendah (Sherwood,
2011). Fungsi pendengaran bergantung pada rangkaian proses yang diawali dari tiga bagian
dari telinga dan diakhiri dengan memproses informasi dalam korteks auditori dari otak.
Dua masalah fungsional pendengaran pada populasi lanjut usia adalah ketidakmampuan
untuk mendeteksi volume suara dan ketidakmampuan untuk mendeteksi suara dengan nada
frekuensi yang tinggi seperti beberapa konsonan (misalnya f, s, sk, sh, dan l) Miller (2012).
Perubahan-perubahan ini dapat terjadi pada salah satu atau kedua telinga (Stanley & Beare,
2002). Perubahan pada telinga dalam diantaranya yaitu karena hilangnya rambut sel,
penurunan suplai darah, penurunan produksi endolymph, menurunnya fleksibilitas dari
membran basilar, degenerasi spiral sel ganglion, dan hilangnya neuron di nukleus koklear
(Miller, 2012).

2. Pengkajian data subjektif dan objektif


Pengkajian gangguan pendengaran umumnya berfokus pada masalah-masalah yang dapat
muncul karena gangguan pendengaran seperti gangguan fungsi dan peran di sosial,
gangguan komunikasi, depresi, resiko jatuh, harga diri rendah, gangguan keamanan, dan
gangguan kognitif.
a. Data Subjektif ( tidak tersedia)

b. Data Objektif
1) Pasien tidak ada kontak mata
2) Pasien kesulitan memahami komunikasi
3) Pasien kesulitan mengekspresikan pikiran secara verbal
4) Kesulitan menyusun kalimat
5) Pasien kesulitan menyusun kata-kata
6) Ketidakmampuan menggunakan ekspresi tubuh atau wajah
7) Kesulitan mempertahankan komunikasi
8) Pasien tampak sulit bicara
9) Pasien disorientasi orang, ruang dan waktu

3. Masalah keperawatan
a. Gangguan komunikasi verbal
b. Risiko cedera
c. Risiko Jatuh

4. Perencanaan keperawatan
a. Gangguan komunikasi verbal
Observasi :
1. Periksa kemampuan pendengaran
2. Monitor akumulasi serumen berlebihan
3. Identifikasi metode komunikasi yang disukai pasien (misal : lisan, tulisan,
gerakan bibir, bahasa isyarat).

Terapeutik :
1. Gunakan bahasa sederhana
2. Gunakan bahasa isyarat, jika perlu
3. Verifikasi apa yang dikatakan atau ditulis pasien
4. Fasilitasi penggunaan alat bantu dengar
5. Berhadapan dengan pasien secara langsung selama berkomunikasi
6. Pertahankan kontak mata selama berkomunikasi
7. Hindari merokok, mengunyah makanan, atau permen karet dan menutup mulut
saat berbicara
8. Hindari kebisingan saat berkomunikasi
9. Hindari komunikasi lebih dari satu meter dari pasien
10. Lakukan irigasi telinga jika perlu
11. Pertahankan kebersihan telinga
Edukasi
1. Anjurkan menyampaikan pesan dengan isyarat
2. Ajarkan cara membersihkan serumen dengan tepat

b. Risiko cedera :
Observasi
1. Identifikasi area lingkungan yang berpotensi menyebabkan cedera
2. Identifikasi obat yang berpotensi menyebabkan cedera
3. Identifikasi kesesuaian alas kaki atau stoking elastis pada ekstermitas bawah

Terapeutik
1. Sediakan pencahayaan yang memadai
2. Gunakan lampu tidur selama jam tidur
3. Sosialisasikan pasien dan keluarga dengan lingkungan ruang rawat ( misalnya
penggunaan telpon, tempat tidur, penerangan ruangan dan lokasi kamar mandi)
4. Gunakan alas lantai jika berisiko mengalami cedera serius
5. Sediakan alas kaki anti slip
6. Sediakan pispot atau urinal untuk eliminasi ditempat tidur , jika perlu
7. Pastikan bel panggilan atau telpon mudah dijangkau
8. Pastikan barang-barang pribadi mudah dijangkau
9. Pertahankan posisi tempat tidur diposisi terendah saat digunakan
10. Pastikan roda tempat tidur atau kursi roda dalam posisi terkunci
11. Gunakan pengaman tempat tidur sesuai dengan kebijakan pelayanan Kesehatan
12. Pertimbangkan penggunaan alarm elektronik pada tempat tidur atau kursi
13. Diskusikamn mengenai latihan dan terapi fisik yang diperlukan
14. Diskusikan mengenai alat bantu mobilitas yang sesuai
15. Diskusikan bersama anggota keluarga yang dapat mendampingi pasien
c. Risiko jatuh
Observasi
1. Identifikasi faktor risiko jatuh ( misalnya : usia ≥65 tahun, penurunan tingkat
kesadaran, defisit kognitif, hipotensi ortostatik, gangguan keseimbangan,
gangguan penglihatan, neuropati)
2. Identifikasi risiko jatuh setidaknya sekali setiap shift atau sesuai dengan
kebijakan institusi
3. Identifikasi faktor lingkungan yang meningkatkan yang meningkatkan risiko
jatuh ( misalnya : lantai licin dan penerangan kurang)
4. Hitung risiko jatuh dengan menggunakan skala ( misalnya : Falls Morse Scale
jika perlu)
5. Monitor kemampuan berpindah dari tempat tidur ke kursi roda dan sebaliknya

Terapeutik :
1. Orientasiakan ruangan pada pasien dan keluarga
2. Pastikan roda tempat tidur dan kursi roda selalu dalam kondisi terkunci
3. Pasang handrail tempat tidur
4. Atur tempat tidur pada posisi terendah
5. Tempatkan pasien berisiko tingg jatuh dekat dengan pemantauan perawat (Nurse
station)
6. Gunakan alat bantu berjalan ( misalnya kursi roda, walker)
7. Dekatkan bel pemanggil dalam jangkauan pasien

Edukasi
1. Anjurkan memanggil perawat jika membutuhkan bantuan untuk berppindah
2. Anjurkan menggunakan alas kaki yang tidak licin
3. Anjurkan berkonsentrasi untuk menjaga keseimbangan tubuh
4. Anjurkan cara menggunakan bel pemanggil untuk memanggil perawat
Daftar Pustaka
Miller, C. A. (2012). Nursing for wellness in older adult. 6th ed. Lippincott: Williams
& Wilkins.

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M.L., Swanson, E. (2016). Nursing Intervention
Classification (NIC) 5th Indonesian Edition.Elsevier. Singapore

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik (Ist Ed). Jakarta: DPP PPNI

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan (1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan (1st ed.). Jakarta: DPP PPNI..

Sherwood, L. (2011). Human physiology: From cells to systems (Terj. Brahm U.


Pendit). Jakarta: EGC

Stanley, Mickey & Beare, Patricia G. (2002). Buku Ajar keperawatan Gerontik
(Penerjemah: Nety Juniarsih dan Sari Kurnianingsih). Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai